Buku Guru Tema: KEGEMARAN SMALB-AUTIS

  

SEKOLAH MENENGAH ATAS

LUAR BIASA

Buku Guru

  

KEGEMARAN

AUTIS

KELAS X

  KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

  KURIKULUM 2013 Buku Guru Tema: KEGEMARAN

SMALB-AUTIS

  Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013.

  Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kemen- terian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013.

  Buku ini merupakan "dokumen hidup" yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

  Kontributor : Sukirno Penyunting materi : (tim pengarah) Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

  Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. KEGEMARAN- AUTIS--SMALB : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  • –Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

  viii, 328 hal. : ilus.; 25 cm. Untuk SMALB Kelas X

  ISBN 978-602-282-717-7 (jilid lengkap)

  ISBN 978-602-282-718-4 (jilid 1) I.

  Tematik - Autis – Studi dan Pengajaran I. Judul Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan ke-1, 2014 Disusundenganhuruf Bookman Oldstyle , 12 pt

  

Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan ini telah ditetapkan kebijakan baru pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum yang berlanjut dengan penerapan kurikulum 2013.

Menurut peraturan ini, struktur kurikulum merupakan

pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Mata Pelajaran, dan Beban Belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Khusus struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah termasuk untuk SMALB di antaranya terdiri atas muatan umum dan muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat.

  Pengembangan Kurikulum 2013 SMALB seperti juga pengembangan kurikulum 2013 SMA dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas

mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat

esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013.

  Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit.PPKLK) Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlah mata pelajaran bagi peserta didik di SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan bahan ajar pendidikan khusus. Dari kegiatan pengembangan tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenisbahan ajar pendidikan khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas

  

X Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita

Sedang, Tunadaksa Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yang

terdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27

bahan ajar untuk guru yang mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan,

Matematika, dan Seni Budaya.

  Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

berperan dalam penyusunan bahan ajar ini khususnya kepada

semua Penulis, Editor, dan Ilustratorserta team profesional dari

Dit. PPKLK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud di bawah

koordinasi Direktur Dit. Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi

Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telah

mengkoordinir penulis, penelaah/ editor, illustrator, dan tim

teknis Dit. PPKLK serta staf subdit pembelajaran Dit. PPKLK

sehingga atas kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALB

untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan

menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam mengelola kelas dan mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan dapat

menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik pada

setiap kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan SMALB yang kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta memiliki sikap ilmiah.

  Jakarta, Mei 2014. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MOHAMMAD NUH

  

DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR ................................................................... iv

  .............................................................................. vi

  DAFTAR ISI

  ................................................... 1

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................... 1 B. Ruang Lingkup ..................................................... 4 C. Pengembangan Materi ......................................... 5 D. Karakteristik Autis .............................................. 6 ................ 10

  E. Karakteristik Pembelajaran Tematik

  ......... 14

  F. Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter

  

BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ................... 17

A. Model Pembelajaran Langsung ......................... 17 B. Model Pembelajaran Kooperatif ......................... 21 C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ............ 23 D. Strategi Pembelajaran Kontekstual .......................................... 29

  dalam Pembelajaran

  BAB III. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ........................................ 35 A. Petunjuk Umun .................................................. 35 B. Petunjuk Penggunaan Buku Siswa .................. 36 C. Strategi Pembelajaran Tematik ......................... 40 D. Penggunaan Media dan Sarana ...................................................... 58

  Pembelajaran

  E. Metode Pembelajaran Tematik .......................... 58

  F. Format Model Penilaian Teknik Dan Instrumen Penilaian .......................................... 58

  ................................................................... 71

  BAGIAN KHUSUS Sub Tema 1: Gemar Berkebun .................................................................. 101 Sub Tema 2: Gemar Menggambar ............................................................. 159 Sub Tema 3:

  .................................................................... 211

  Gemar Bermain Sub Tema 4: Gemar Membaca .................................................................. 275

  

GLOSARIUM .......................................................................... 321

  DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 324

  perkembangan yang sangat kompleks dalam hal komunikasi, interaksi sosial, sensoris, prilaku, pola bermain, dan gangguan emosi. Gangguan-gangguan tersebut terjadi pada anak sebelum berusia tiga tahun. Pada kenyataannya tidak semua anak autis dapat belajar di sekolah biasa atau regular. Sebagian besar anak-anak autis juga mengalami retardasi mental (tunagrahita), meskipun demikian terdapat beberapa perbedaan penting antara anak autis dan anak retardasi mental (tunagrahita). Anak-anak retardasi mental (tunagrahita) biasanya memiliki skor rendah dalam semua bagian suatu tes intelegensi, sedangkan skor anak-anak autis dapat memiliki pola yang berbeda. Secara umum, anak-anak autis lebih buruk dalam mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan pemikiran abstrak, simbolisme, atau logika sekuensial, yang kesemuanya berhubungan dengan kelemahan bahasa mereka (Carpuan Pentieri & Morgan, 1994). Mereka biasanya mendapatkan nilai yang lebih baik pada berbagai item yang memerlukan keterampilan visual- spasial, seperti mencocokkan rancangan dalam tes-tes rancangan balok dan merakit objek yang belum dirakit

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  (Rutter, 1983). Kadang mereka dapat memiliki keahlian khusus yang mencerminkan talenta besar, seperti kemampuan mengalikan dua angka empat digit dengan cepat tanpa alat bantu apa pun. Mereka juga dapat memiliki memori jangka panjang yang luar biasa, mampu mengingat dengan tepat syair sebuah lagu yang didengar bertahun-tahun lalu.

  Terkait dengan kondisi anak autis tersebut, maka layanan pendidikan ditekankan untuk mengembangkan potensi adaptif, agar mereka dapat menolong diri yang mencakup: keterampilan pribadi, perkembangan fisik, komunikasi, skill pribadi dan skill sosial, kognitif fungsional, Perawatan kesehatan, kesejahteraan pribadi, skill konsumen, keterampilan rumah tangga, orientasi komunitas, dan skill kerja. Oleh karena itu, penamaan mata pelajaran dalam kurikulum ini menekankan untuk menggembangkan potensi adaptif dan akademik fungsional. Artinya cakupan kompetensi dipelajari untuk memiliki penguasaan yang dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan vokasional dan dapat diterapkan dalam kehdupan sehari-hari.

  Pengembangan kurikulum SMALB, menekankan pada tingkat kompetensi 1 (kelas I-II SD) dan tingkat kopetensi 2 (kelas III SD). Penetapan level berdasarkan usia mental (mental age) dengan mempertimbangkan kopetensi yang telah dikuasi. Dengan demikian ketuntasan belajar bukan didasarkan pada usia kalender (Cronological Age), tetapi ketuntasan capaian kompetensi. Bagi anak autis yang memiliki usia kalender melebihi usia sekolah namun belum

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN pernah sekolah, maka perlu diberikan layanan terapi dan dimasukkan kelas transisi agar memiliki kemampan dasar sebagai prasyarat belajar dalam kelas keterampilan.

  Implementasi kurikulum autis menekankan pada prinsip pengulangan, prinsip kekongkritan, prinsip sederhana, prinsip keajegan, prisip kesinambungan, dan prinsip keseluruhan. Pembelajaran berbasis pencapaian penguasaan kopetensi dan bukan berbsis watu. Penilaian capaian hasil belajar bagi anak autias menggunakan otentik asemen dengan model penilaian unjuk kerja. Sistem penilian dilakukan melalui peniaian proses dan penilaian hasil. Pelaporan hasil belajar menggunakan deskriptif kualitatif. Ketuntasan belajar pada anak autis perlu dilakukan sistem magang untuk uji latih kerja mandiri sesuai dengan peminatan vokasi yang diminati.

  Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi dasar dan indikator dari kurikulum (standar isi) beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.

  Pembelajaran tematik dirancang agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran menjadi berkesinambungan serta tidak berdiri sendiri-sendiri. Selain itu guru juga akan termotivasi untuk mengembangkan kreativitasnya serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

  Silabus dan RPP tematik dilaksanakan dengan langkah- langkah: mencermati atau mengidentifikasi kompetensi dasar

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  yang berdekatan muatannya (dan memungkinkan untuk dibuatkan temanya) pada kelas dan semester yang sama pada mata pelajaran (mapel) yang KD-nya dapat dikaitkan.

  1. Memilih atau menentukan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar yang telah diidentifikasi.

  2. Membuat matriks hubungan antara kompetensi dasar (dan indikator pencapaiannya) dengan tema yang telah ditentukan.

  3. Membuat pemetaan pembelajaran tematis atau pengembangan jaringan kompetensi dasar dan tema.

  4. Mengembangkan silabus sesuai dengan langkah pembuatan silabus pada umumnya.

  5. Menyusun RPP berdasarkan silabus pembelajaran.

  Ruang Lingkup dalam buku peganganan guru mencakup empat subtema. Kegiatan pembelajaran tematik tentang Tema: Kegemaran

  1. Sub Tema 1 : Gemar Berkebun

  2. Sub Tema 2 : Gemar Menggambar

  3. Sub Tema 3 : Gemar Bermain

  4. Sub Tema 4 : Gemar Membaca

  Pengembangan materi pembelajaran pada tema Kegemaaran meliputi aspek:

  1. Sikap Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran pada tema Kegemaaran meliputi : percaya diri, disiplin, rasa ingin tahu, peduli, dan tanggung jawab.

  2. Keterampilan Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran pada tema Kegemaran meliputi : keterampilan menga- mati, menulis, berkomunikasi, mencari informasi, kerja kelompok, dan berkreasi.

  3. Pengetahuan Pengetahuan yang dikembangkan dalam pembelajara pada tema Kegemaran meliputi : pemahama peraturan / tata tertib, hidup rukun, saling menolong, gotong royong, dan hidup bersih.

  Pengembangan pada setiap subtema meliputi kegiatan:

  1. Mengamati, aktivitasnya meliputi : aktivitas individual, berpasangan, kelompok, dan bimbingan guru.

  2. Menanya, aktivitasnya meliputi : aktivitas individual, berpasangan, kelompok, dan bimbingan guru.

  3. Mengumpulkan informasi, aktivitasnya meliputi: aktivitas individual, berpasangan, kelompok, dan bimbingan guru.

  4. Mengasosiasikan, aktivitasnya meliputi : aktivitas individual, berpasangan, kelompok, dan bimbingan guru.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  5. Mengomunikasikan, aktivitasnya meliputi : aktivitas individual, berpasangan, kelompok, dan bimbingan guru.

  Kata autis berasal dari bahasa Yunani yaitu: Autos yang berarti diri sendiri dan Isme yang berarti aliran. Secara harfiah berarti suatu paham atau aliran yang terfokus pada dunianya sendiri, sebab penyandang autis atau autisme seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri. (Handoyo, 2013:hal 12) mengemukakan bahwa : "autistik atau autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks pada seseorang menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi." Sedangkan (Gayatri, 2010. hal 1.) mengemukakan bahwa autis atau autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, sering kali gejala tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Gangguan perkembangan ini mempengaruhi kemampuan komunikasi (berbicara dan berbahasa), kemampuan berinteraksi sosial (tidak tertarik untuk berinteraksi) dan prilaku (hidup dalam dunianya sendiri).

  Adapun karakteristik atau ciri-ciri autis yang sering ditemukan adalah tidak bisa bersosialisasi dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, menarik diri dari pergaulan, menghindari kontak mata, tidak peka terhadap rasa sakit, terpaku pada benda-benda tertentu, dan biasanya disertai hiperaktip atau hipoaktip. (Triantoro, 2004. hal 3)

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN mengemukakan bahwa gambaran umum anak yang mengalami gangguan autistik atau autisme adalah "Menunjukan kurang respon terhadap orang lain, mengalami kendala berat dalam kemampuan komunikasi, dan memunculkan komunikasi yang aneh terhadap berbagai aspek lingkungan di sekitarnya, yang semua ini berkembang pada masa 30 bulan pertama anak". Sedangkan (D.S. Prasetyono, 2008. hal.25 ) memberikan gambaran bahwa anak autis memiliki gambaran yang unik dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) anak sangat selektif terhadap rangsangan, sehingga kemampuan anak menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas (2) kurang motivasi, anak tidak hanya sering menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajahi lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka (3) memiliki respons stimulasi diri tinggi, anak mmenghabiskan sebagian waktunya untuk merangsang dirinya sendiri, misalnya bertepuk tangan, mengepak-ngepakan tangan, memandangi jari-jemari, sehingga kegiatan ini tidak produktif (4) memiliki respons terhadap imbalan, anak mau belajar jika mendapat imbalan langsung dari jenis imbalannya sangat individual, akan tetapi respon ini akan berbeda setiap anak autis.

  Menurut DSM-V (2013) anak autis cenderung memiliki gangguan komunikasi, seperti merespon secara tidak tepat ketika sedang mengadakan percakapan, salah membaca interaksi nonverbal, atau memiliki kesulitan membangun persahabatan yang sesuai dengan usia anak. Selain itu, anak

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN autis terlalu tergantung pada rutinitas, sangat sensitif terhadap perubahan di lingkungannya, atau sangat terfokus pada item yang tidak pantas. Gejala anak autis akan nampak pada sebuah kontinum, dengan beberapa individu yang menunjukkan gejala ringan dan yang mengalami gejala yang lebih parah. Spektrum ini akan memungkinkan menjelaskan variasi gejala dan perilaku dari setiap individu.

  Neuro Developmental Work Group (dalam DSM-5) merekomendasikan sebuah kategori baru tentang autisme Spectrum Disorder (ASD). Kategori ini akan menggabungkan beberapa diagnosa yang sebelumnya terpisah, termasuk autis, gangguan asperger, gangguan disintegrasi masa kanak-kanak dan gangguan perkembangan pervasif. Usulan penggabungan ini menegaskan bahwa gejala pada keempat gangguan tersebut merupakan kontinum dari ringan sampai berat, bukan diagnosis sederhana yang terpisah untuk gangguan tertentu. Kriteria diagnostik yang diusulkan untuk ASD menentukan tingkat keparahan dan menggambarkan status perkembangan individu secara keseluruhan, terutama dalam komunikasi sosial dan kognitif maupun perilaku motorik

  Berdasarkan uraian tersebut dapat simpulkan bahwa ciri-ciri autis atau autisme adalah terjadinya gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, gangguan pola bermain, ganguan prilaku dan gangguan emosi. Gangguan-gangguan tersebut meliputi:

  Gangguan Komunikasi, meliputi : (a) perkembangan 1. bahasa lambat atau sama sekali tidak ada (b) anak

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN seperti tuli,sulit bicara atau pernah bicara kemudian sirna (c) kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya (d) mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain (e) bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi (f) senang meniru atau membeo (g) senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan.

  2. Gangguan Interaksi Sosial, interaksi sosial anak autis biasanya (a) lebih suka menyendiri (b) tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan (c) tidak tertarik untuk bermain bersama teman.

  3. Gangguan Sensoris, meliputi: (a) sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk (b) bila mendengar suara keras langsung menutup telinga (c) senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda- benda (d) tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. Gangguan Pola Bermain, meliputi: (a) tidak bermain 4. seperti anak-anak pada umumnya (b) tidak suka bermain dengan anak sebayanya (c) tidak kreatif, tidak imajinatif (d) tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik kemudian rodanya diputar-putar (e) senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda (f) sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. Gangguan Prilaku, meliputi: (a) Dapat berperilaku 5. berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif) (b)

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  memperlihatkan prilaku stimulasi, seperti bergoyang- goyang, mengepak-ngepakan tangan seperti burung, dan berputar-putar. (c) tidak suka terhadap perubahan.

  6. Gangguan Emosi, meliputi: (a) sering marah tampa alasan yang jelas, tertawa-tawa, dan menangis tampa alasan (b) temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak dipenuhi keinginannya (c) kadang suka menyerang dan merusak (d) berprilaku menyakiti diri sendiri (e) tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

  Pembelajaran tematik sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai sesuatu yang holistik, sehingga pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi siswa. Atas dasar pemikirian di atas pembelajaran pada anak autis yang disertai intelegensi yang kurang, sangat jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.

  Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Berpusat pada siswa

  Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student

  

centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar

  modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

  2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).

  Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

  3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

  4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

  6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

  7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Dalam proses pembelajaran tematik tidak menjemukkan/membosankan bahkan dalam suasana bermain yang menyenangkan mereka dapat memperoleh pengetahuan baru yang sangat utuh dan bermakna.

  Adapun identik dengan butir-butir tersebut di atas, menurut Depdikbud (1996) karakteristik pembelajaran tematik adalah meliputi holistik, bermakna, autentik, dan aktif.

  Pertama Holistik adalah suatu gejala yang menjadi pusat

  perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkontak-kontak sehingga memungkinkan siswa-siswi

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN untuk memahami suatu gejala/fenomena dari segala sisi. Hal ini sebagai modal yang sangat baik untuk menjadi lebih bijak menyikapi setiap yang dia hadapi atau alami.

  Kedua

  Bermakna yaitu memungkinkan terbentuknya suatu jalinan antarkonsep yang saling berhubungan atau disebut juga skemata sehingga dapat menambah kebermaknaan materi yang dipelajari.

  Ketiga

  Autentik artinya siswa-siswi mempelajari suatu konsep dan prinsip melalui kejadian langsung yang dilaksanakan dalam proses kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan eksperimen. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan siswa- siswi sebagai aktor langsung dalam kegiatan tersebut untuk mencari dan memperoleh informasi dan pengetahuan.

  Keempat

  Aktif maksudnya pembelajaran lebih menekankan pada aktifitas siswa-siswi secara fisik, mental, intelektual, dan emosional melalui tema tertentu yang sesuai dengan hasrat, minat, dan kemampuanya, sehingga ia termotivasi untuk terus menerus belajar.

  1. Pada semester I, berbagai sikap atau nilai karakter yang akan dikembangkan meliputi: disiplin, tanggung jawab, percaya diri, kerjasama, dan lain sebagainya.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  2. Untuk mencapai sikap atau nilai karakter tersebut, selain dilakukan secara tidak langsung melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan, gurudiharapkan dapat melakukan penilaian secara langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri siswa. Langkah-langkah di bawah ini dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penilaian.

  a. Mengingat kendala yang ada, terutama ketersediaan waktu, maka dalam 1 semester, guru dapat menentukan 2 atau 3 nilai karakter yang akan dikembangkan dan dinilai secara langsung. Jenis karakter yang akan dikembangkan, hendaknya menjadi keputusan sekolah, meskipun tidak menutup kemungkinan, dalam satu kelas ada tambahan 1 atau 2 nilai karakter lain, sesuai dengan kebutuhan di kelas tersebut.

  b. Misalnya dalam 1 semester ini, nilai karakter yang akan dikembangkan adalah:

  • disiplin
  • kerjasama
  • percaya diri
  • peduli sosial c. Setiap karakter dibuatkan indikator.

  Contoh indikator disiplin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  No Karakter Definisi Indikator

  Ketaatan atau  Pulang ke rumah 1 Disiplin kepatuhan tepat waktu. terhadap

   Mentaati peraturan di peraturan. rumah.  Taat dan patuh kepada orang tua.

  Tindakan yang  Melafalkan nama

  2 Percaya menunjukkan anggota keluarga. diri perilaku tertib

   Mempraktekkan dan patuh pada membuat mozaik. berbagai

   Menulis dan ketentuan dan membilang lambang peraturan. bilangan 1-100. Sikap dan

   Menyebutkan silsilah 3 Peduli tindakan yang dalam keluarga. sosial selalu ingin

   Membersihkan memberi rumah. bantuan pada

   Menjaga keamanan orang lain dan dan ketertiban di masyarakat yang rumah. membutuhkan. Sikap dan

   Menciptakan suasana

  4 Rasa tindakan yang rumah yang ingin tau selalu berupaya mengundang rasa untuk me- ingin tahu.

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  ngetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

   Eksplorasi lingkungan rumah secara terprogram.

   Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) di rumah. yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

  Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

   Orientasi.

  Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk- bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan (5) menginformasikan kerangka pelajaran.

   Presentasi.

  Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek; (2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal- hal yang sulit.

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

   Latihan Terstruktur

  Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.

   Latihan Terbimbing.

  Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

   Latihan Mandiri.

  Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan. Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  

 Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang

  pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep- konsep tersebut.

   Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.

  

 Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah

  menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).

   Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekat- an-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti- bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis).

   Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.

  

 Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa

akan suatu topik.

 Ketika guru harus menunjukkan teknik atau

  prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN  Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-

  parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.

   Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.

   Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan

  strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.

  Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah

  sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (1993:73) bahwa pembelajaran

  

kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar

  kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

  Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).

  Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran

  jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena

  anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut:

  1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa

  memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.

  2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka

  topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.

  3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok

  asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

  4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.

  

5. Perhitungan skor kelompok dan menetukan

penghargaan kelompok.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:

  1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.

  2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda.

  3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan.

  4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian subbagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn subbab mereka.

  5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

  7. Guru memberi evaluasi.

  8. Penutup.

  Menurut Jodion Siburian, dkk. dalam Panduan Materi

  

Pembelajaran Model Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai

  berikut: Pembelajaran berbasis masalah (problem based

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  

learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang

  berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.

  Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.

  Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu: 1. Permasalahan sebagai kajian.

  2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.

  3. Permasalahan sebagai contoh.

  4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.

  5. Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik.

  Ada lima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

  1. Orientasi siswa kepada masalah.

  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

  2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.

  Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.

  3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

  Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

  Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  • peserta yang aktif
  • terlibat langsung dalam pembelajaran
  • membangun pembelajaran

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

  5. Menganalisis dan mengevaluasi.

  Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

  Guru sebagai pelatih Siswa sebagai problem solver

  Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi

   Asking about

  thinking ( bertanya

  tentang pemikiran)  memonitor pembelajaran  probbing ( menantang siswa untuk berpikir )  menjaga agar siswa terlibat  mengatur dinamika kelompok  menjaga berlangsungnya proses

   menarik untuk dipecahkan  menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari

  Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut:

  1. Tugas Perencanaan Sesuai dengan hakekat interaktifnya pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan sepeti halnya model pembelajaran yang terpusat pada siswa lainnya: a) Penetapan Tujuan

  Hendaknya dipikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa.

  b) Merancang Situasi Masalah yang Sesuai Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik (berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa), mengandung teka-teki dan tidak memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.

  c) Organisasi Sumber Daya Dan Rencana Logistik Dalam pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan maupun di laboratorium, bahkan dapat pula dilakykuan di luar sekolah.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN

  2. Tugas interaktif

  a) Orientasi Siswa Terhadap Masalah Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk memperoleh masalah baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah.

  b) Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar Diperlukan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal ini siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.

  c) Membantu Penyelidikan Mandiri Dan Kelompok  Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.  Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.  Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan hasil karya seperti laporan, poster, model-model fisik. Tugas guru pada akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

  Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

  

Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang

  holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

  CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru

  

menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan

  konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.

  CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang

studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:

  1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkons- truksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

  3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

  4. Ciptakan masyarakat belajar.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: KEGEMARAN