Tanpa mendapatkan imbalanbalas jasa secara langsung (kontra- prestasi), yang hasilnya digunakan
PAJAK
Tahun 2013 PAJAK
DEFINISI PAJAK
PAJAK adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang Tanpa mendapatkan imbalan/balas jasa secara langsung (kontra- prestasi), yang hasilnya digunakan untuk membiayai pembangunan dan penyelenggaraan negara
MANFAAT PAJAK
PAJAK yang dibayarkan digunakan
untuk kegiatan penyelenggaraan
negara, dan membiayai pembangunan
seperti: pembangunan gedung-
gedung sekolah, sarana kesehatan
(rumah sakit), sarana umum,
pembangunan jalan raya, pertahanan
dan keamanan negara, sarana
penerangan, dll
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan 1. orang pribadi; 4. bentuk usaha tetap. 3. badan; dan menggantikan yang berhak; kewajiban subyektif atau badan yang telah memenuhi Wajib Pajak adalah orang pribadi dalam arti memperhatikan (berdasarkan pada subyeknya, keadaan diri Wajib Pajak) dan KEWAJIBAN PAJAK SUBYEKTIF OP obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri obyektif (berdasarkan pada atau bertempat tinggal di Indonesia untuk Saat berada di Indonesia Saat meninggalkan Saat dilahirkan Saat meninggal MULAI BERAKHIR Wajib Pajak).
Indonesia selama-lamanya.
Cara Pemungutan Pajak
Official Assesment (Penetapan oleh Pejabat Pajak) PBB
Self Assesment (Dihitung oleh Wajib Pajak sendiri) PPh ps 21
Withholding (Pemotongan dan /atau Pemungutan) PPh ps 22/23
Pajak juga dapat dibedakan berdasarkan
otoritas wilayah yang memungut pajak a. Pajak DaerahPajak yang ditetapkan oleh masing-masing Daerah,
berlaku hanya di Daerah di mana diterbitkannyaPeraturan Perpajakan Daerah, dan digunakan untuk
membiayai belanja masing-masing Daerah tersebut.
Contohnya: Pajak Pembangunan I di DKI Jakarta, Pajak Reklame.b. Pajak Pusat
Ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan berlaku bagi
Wajib Pajak di Negara tersebut. Yang berlaku diIndonesia, misalnya: Pajak Penghasilan sebagaimana
ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2000.Perpajakan yang Berlaku
Pajak Penghasilan
Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Bumi dan Bangunan
Bea Materai
(SIE PAJAK/MELA/20010)
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak yang dikenakan berkaitan dengan
penghasilan yang diterima selama satu tahun
pajak Subyek PPh: orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
PAJAK PENGHASILAN A D A L A H PAJAK YANG DIKENAKAN
TERHADAP SUBJEK PAJAK
- ATAS PENGHASILAN YANG
- DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
- DALAM TAHUN PAJAK
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BADAN 1 orang • sekumpulan orang dan atau modal 1 keluarga dianggap sebagai • yang merupakan kesatuan satu kesatuan ekonomis • baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha
Kewajiban NPWP = PPh UNDANG
NPWP
UNDANG SUBJEK PAJAK WAJIB PAJAK NON - USAHA NON - PEK. BEBAS USAHA / KEGIATAN PEK. BEBAS Ya
- Orang Pribadi • Badan
Tidak termasuk:
Badan perwakilan negara asing
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
Organisasi internasional
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional Obyek Pajak Penghasilan
Penghasilan yaitu setiap kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: gaji, upah, tunjangan, honor, bonus, gratifikasi, hadiah, laba usaha, keuntungan, deviden, bunga, royalti, dll. Tidak termasuk obyek pajak:
Bantuan atau sumbangan zakat
Harta hibahan dari keluarga sedarah
Warisan
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
Imbalan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan, seperti mobil dan rumah dinas
Pembayaran dari perusahaan asuransi dan dana
pensiun, tunjangan hari tua (THT) dan jaminan
hari tua (JHT) oleh perusahaan Dll.
PRINSIP PEMOTONGAN PPh 21
Setiap pegawai yang memperoleh Penghasilan (gaji dsb) wajib dipotong PPh 21 oleh pemberi kerja
Bagi pegawai, pemotongan pajak tersebut merupakan angsuran pembayaran pajak dalam tahun berjalan keculai yang bersifat final
Dilakukan setiap bulan / setiap pembayaran
Ada perbedaan penghitungan untuk pegawai tetap dan tidak tetap untuk dasar pengenaanya
Pajak yang dipotong ditambah 20% apabila pegawai tersebut tidak mempunyai NPWP
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh
Pemotong PPh ps 21:
1. Pemberi kerja
2. Bendaharawan pemerintah
3. Dana pensiun, jamsostek, PT Taspen
4. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap
5. Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21
PPh WP OP DIPOTONG, DISETORPenerima Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21
Pegawai tetap
Tenaga lepas
Penerima pensiun
Penerima honorarium
Penerima upah
Tenaga ahli
Pembayaran Dipotong PPh 21
a. Yang diterima langsung : Gaji, Tunjangan beras, tunjangan Pajak, tunjangan Perumahan. Tunjangan Istri dll Bonus, THR, Gratifikasi, Tantiem dll b. Yang diterima tidak langsung : Asuransi yang dibayar perusahaan
PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK MENGHITUNG PENGHASILAN NETO
Biaya Jabatan (5% atau maks. 6.000.000 setahun.
Iuran pensiun, THT, JHT yang dibayar pegawai maksimal 5% atau 2.400.000 setahun.
Pemotongan PPh 21
Pesangon kegiatan (Pasal 19) (Pasal 19)
PER31/PJ/2009 jo. Per 57
Penghitungan Pemotongan Pensiun (Pasal 14) Setiap Bulan
Akhir tahun (Jan-Nov) (Desember) Gaji Bruto Setahun
Gaji Bruto sebulan (Jan-Des) dikurangi dikurangi : Bi. Pensiun,
Bi. Pensiun, PTKP PTKP (disetahunkan)
Pasal 17 (1) dikurangi Pasal 17 (1) dibagi 12 Pembayaran Jan-Nov
Penghitungan
Pemotongan Peg. Tetap
(Pasal 14)
Setiap BulanAkhir tahun (Jan-Nov) (Desember)
Gaji Bruto sebulan Gaji Bruto Setahun
dikurangi(Jan-Des) Biaya Jabatan, dikurangi : Iuran Pensiun, PTKP
Biaya Jabatan, (disetahunkan) Iuran Pensiun, PTKP
Pasal 17 (1) dikurangi Pasal 17 (1) dibagi 12 Pembayaran Jan-Nov Contoh: PPh 21 Pegawai tetap 2008 2012 Gaji sebulan
3,000,000 3,000,000 Pengurangan : Biaya Jabatan : 5% X Rp 3.000.000,00
150,000 150,000 Penghasilan neto sebulan 2,850,000 2,850,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)
12 x Rp 2,850.000,00 34,200,000 34,200,000 PTKP setahun (K/-)
- untuk WP sendiri
13,200,000 15,840,000
- tambahan WP kawin
1,200,000 1,320,000 Jumlah PTKP setahun 14,400,000 17,160,000
Penghasilan Kena Pajak setahun 19,800,000 17,040,000
Pajak Penghasilan (Tarif PPh O P) Setahun 990,000 852,000
PPh 21 sebulan (/12) 82,500 71,000- – punya NPWP
PPh 21 sebulan jika tdk Punya NPWP 82,500 85.200
Contoh: PPh 21 Pegawai tetap
2013 Gaji sebulan3,000,000 Pengurangan : Biaya Jabatan : 5% X Rp 3.000.000,00
150,000 Penghasilan neto sebulan 2,850,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)
12 x Rp 2,850.000,00 34,200,000 PTKP setahun (K/-)
- untuk WP sendiri
24,300,000
- tambahan WP kawin
2,025,000 Jumlah PTKP setahun 26,325,000 Penghasilan Kena Pajak setahun
7,875,000 Pajak Penghasilan (Tarif PPh O P) Setahun 393,750 PPh 21 sebulan (/12)
32,800
- – punya NPWP PPh 21 sebulan jika tdk Punya NPWP
39,375 Contoh: Penghitungan Akhir Tahun Pegawai Tetap Gaji + tunjangan + bonus (Jan s.d. Des)
Rp 36,000,000 1 Pengurangan : Biaya Jabatan : 5% X Rp 36.000.000,00 Max = 6.000.000 Rp 1,800,000
Penghasilan neto setahun sebenarnya Rp 34,200,000
PTKP setahun (K/-)
- untuk WP sendiri
Rp15,840,000
- tambahan WP kawin
Rp1,320,000 Jumlah PTKP setahun
Rp 17,160,000 Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 17,040,000
Pajak Penghasilan Harus dipotong (tarif OP) Rp 852,000
PPh 21 telah dipotong bulanan (Jan - Nov) misal : Rp 781,000 Contoh Kasus: Budi Zaim, pegawai pada perusahaan PT Angin Mamiri (PT AM), menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp 4 juta.
PT AM mengikuti program Jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.50% dan
0.30% dari gaji. PT AM juga menanggung iuran Jaminan Hari
Tua setiap bulan sebesar 3.70% dari gaji. Budi juga membayar iuran jaminan Hari Tua sebesar 2.00% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT AM juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT AM membayar iuran pensiun untuk pak Budi ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulannya sebesar Rp 100,000, sedangkan Pak Budi membayar iuran pensiun sebesar Rp 50,000 . Pada bulan juli 2013, Pak Budi hanya menerima pembayaran berupa gaji. Berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juli 2013?Penghitungan Pegawai Tidak Tetap Upah sebulan Melebihi 1.320.000 (Pasal 15 PER-31) Upah sebulan Tidak Melebihi 1.320.000 (Pasal 1 PMK 254) Pasal 12 Per 31 Upah sebulan s.d. 6 jt Upah sebulan > 6 jt Upah sehari > 150 rb Upah sehari s.d. 150 rb
Upah Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan)
Pasal 17 (1) Upah Bruto – PTKP jumlah hari 5% Upah Bruto – 150 rb. (Perhari) 5% NIHIL Upah Harian, Mingguan, Borongan, Satuan Upah secara bulanan Pasal 14 PER-31 Gaji Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan) Pasal 17 (1)
DENGAN GAJI BULANAN
Peg. Tdk. Tetap Peg. Tetap bulananGaji bulanan 2,000,000 2,000,000 Pengurangan :
Biaya Jabatan : 100,000 - 5% X Rp 2.000.000,00 Penghasilan neto sebulan
1,900,000 2,000,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan) 12 x Pengh. Neto
22,800,000 24,000,000 PTKP setahun (K/-)
- untuk WP sendiri
15,840,000 15,840,000
- tambahan WP kawin
1,320,000 1,320,000 Jumlah PTKP setahun 17,160,000 17,160,000
Penghasilan Kena Pajak setahun 5,640,000 6,840,000
Pajak Penghasilan (Tarif PPh O P) Setahun 222,000 342,000
PPh 21 sebulan (/12) 18,500 28,500- – punya NPWP
PENGHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TIDAK TETAP (HARIAN, BORONGAN) Budi (kawin) bekerja selama 15 hari dalam bulan Juni 2011.
Total gaji yang diterima Rp. 2.000.000, karena upah sebulan
melebihi 1.320.000, maka PPh 21 yang dipotong adalah : Penghasilan bruto= 2.000.000 (15.840.000 + 1.320.000) X 15/360 = 715.000 PKP
= 1.285.000 PPh 21 dipotong (5%) = 64.250 PPh 21 jika tdk berNPWP +20% = 77.100
Penghitungan PPh 21 Bukan Pegawai (Pasal 16 Per 57) Berkesinambungan -Tidak Berkesinambungan Komisaris /Pengawas yg tidak Pegawai tetap Mantan Pegawai (Pasal 16 PMK 252) - Tdk ada penghasilan lain - Ph hanya dr pemotong Pjk, dan - Punya NPWP, dan Japro, Tantiem, Komulatif Tidak Ya Honor/imbalan Bruto Yang tidak Teratur Komulatif Bonus, Gratifikasi, Imbalan lain Upah Bruto 50% Komulatif Upah Komulatif Gaji Bruto – Bruto 50% PTKP sebulan 50%
Pasal 17 (1) Pasal 17 (1) Pasal 17 (1) Pasal 17 (1) Pasal 17 (1)
PENGHITUNGAN PPh 21 BUKAN PEGAWAI YANG TIDAK BERSIFAT KESINAMBUNGAN
Tax Based = 50% X penghasilan bruto
Tarif pajaknya adalah tarif umum
Misalnya : Adi Wijaya, SE, Ak. Melakukan Audit dan dibayar Rp. 20.000.000, PPh 21 dipotong saat pembayaran adalah : Penghasilan Bruto : 20.000.000 Dasar Pengenaan Pajak =50% : 10.000.000
PPh 21 dipotong (Pasal 17 (1) = 5% X 10.000.000
: 500.000 Penghitungan PPh 21 Bukan pegawai yang bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak terpenuhi)
Tidak memenuhi syarat komulatif : Punya NPWP, Hanya memperoleh penghasilan dari pemotong pajak, dan tdk
punya penghasilan. Lain Komulatif Bruto dikurangi PTKP
sebulan
Meliputi : Tenaga ahli (pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris), MLM, PDL Asuransi, Penjaja Barang, dll yang bukan pegawai tetapi menerima penghslan secr berkesinambungan. Misalkan Supandi merupakan konsultan di PT S. Memperoleh honor sbb :
- Januari 2009 = 90.000.000
- Februari 2009 = 100.000.000
- Maret 2009 = 150.000.000
bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak
terpenuhi)Uraian Januari Februari Maret
Penghasilan Bruto 90,000,000 100,000,000 150,000,000
Akumulasi Penghasilan bruto 90,000,000 190,000,000 340,000,000
DPP (50%) 45,000,000 95,000,000 170,000,000 PPh 21 terutang
(tarif Pasal 17 (1)) 2,250,000 9,250,000 20,500,000
Telah dipotong masa sebelumnya - 2,250,000 9,250,000
PPh harus dipotong bulan tersebut 2,250,000 7,000,000 11,250,000
Apabila tidak punya NPWP + 20% 2,700,000 8,400,000 13,500,000
Penghitungan PPh 21 untuk penghasilan bukan pegawai bersifat berkesinambungan (syarat PTKP terpenuhi)
DPP Dihitung dari 50% kumulatif penghasilan bruto dikurangi PTKP sebulan dikalikan tarif Pasal 17 (1)
Syarat dapat dikurangi PTKP: Punya NPWP, Hanya memperoleh pengh dari pemotong pajak, dan tdk punya pengh. Lain jika salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka tidak ada PTKP. (Pasal 12)
Misalkan Pak Lamijan (K/-) anggotan MLM X Memperoleh
penghasilan sbb :- Januari 2009 = 30.000.000
- Februari 2009 = 60.000.000
- Maret 2009 = 70.000.000
30,000,000 60,000,000 70,000,000
Akumulasi Penghasilan bruto 30,000,000 90,000,000 160,000,000
Akumulasi 50% Penghasilan bruto 15,000,000 45,000,000 80,000,000
(-) PTKP (K/-)= (15.840.000+1.320.000)/12 1,430,000 1,430,000 1,430,000
Penghasilan kena pajak 13,570,000 43,570,000 78,570,000
PPh 21 terutang (Tarif Pasal 17 (1))678,500 2,178,500 6,785,500
Telah dipotong masa sebelumnya - 678,500 2,178,500
PPh harus dipotong bulan tersebut 678,500 1,500,000 4,607,000
Apabila tidak punya NPWP + 20% 814,200 1,800,000 5,528,400
Penghitungan PPh 21 untuk penghasilan bukan pegawai bersifat berkesinambungan (syarat PTKP terpenuhi)
Bulan Jumlah Jasa Dokter yang dibayar Pasien (Rupiah) Januari
30.000.000,00 Februari 30.000.000,00 Maret 25.000.000,00 April 40.000.000,00 Mei 30.000.000,00 Juni 25.000.000,00 Jumlah
180.000.000,00 Contoh dokter yang bekerja di RS Tirta Nusantara memperoleh honor sebagai berikut :
Penghitungan PPh 21 Dokter
Bulan Jasa Doketr yang dibayar Pasien (Rupiah) Dasar Pemotongan PPh Pasal 21 (Rupiah) Dasar Pemotongan PPh Pasal 21 Kumulatif (Rupiah) Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh PPh Pasal 21 terutang (Rupiah) (1) (2) (3)=50% x (2) (4) (5) (6)=(3) x (5)
Januari 30.000.000,00 15.000.000,00 15.000.000,00 5% 750.000,00
Februari 30.000.000,00 15.000.000,00 30.000.000,00 5% 750.000,00
Maret 25.000.000,00 12.500.000,00 42.500.000,00 5% 625.000,00
April 15.000.000,00 25.000.000,00 7.500.000,00 12.500.000,00 50.000.000,00 62.500.000,00 5% 15% 375.000,00 1.875.000,00Mei 30.000.000,00 15.000.000,00 77.500.000,00 15% 2.250.000,00
Juni 25.000.000,00 12.500.000,00 90.000.000,00 15% 1.875.000,00
Jumlah 180.000.000,00 90.000.000,00 8.500.000,00
PESERTA KEGIATAN DAN PENERIMA PESANGON
(PASAL 16 PER 57)
Peserta Kegiatan Pasal 16 (2) PER-57 Penerima Pesangon KMK 112/KMK03/2001 (Pasal 19, PER-31) Imbalan Bruto 25-50 juta : 5% 0-25 Juta : nihil Tarif Progresif : 200 - : 25% 100-200 juta : 15% 50-100 juta : 10% Pasal 17 (1) FinalKEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK (PEMBERI KERJA)
Menghitung dan memotong PPh 21 setiap Pegawai / pembayaran
Membuat bukti pemotongan untuk setiap pegawai
Membayarkan total Pajak (PPh 21) yang telah dipotong setiap bulan ke kas negara maks. Tgl. 10 bulan berikutnya
Melaporkan penghitungan, pemotongan, dan pembayaran tsb ke Kantor Pajak setiap bulan maks tgl. 20 bln berikutnya.
HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK HAK :
- Meminta Bukti pemotongan
- Bukti pemotongan sebagai kredit pajak (angsuran pajak) yang telah dibayar
KEWAJIBAN
Melaporkan dalam SPT tahunan PPh Orang Pribadi (setiap tahun)
Tax Planning Obyek Biaya No. Jenis Pembayaran 1 Gaji, tunjangan, Bonus, THR, Gra.dll Ya Ya PPh 21 Perusahaan
2 Asuransi (kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi Ya Ya dibayar perusahaan jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa) yang
3 Pembayaran langsung kepada dana pensiun, Tidak Ya perusahaan jamsostek berupa iuran pensiun, THT & JHT oleh
5 Pemberian dalam bentuk Natura/kenikmatan seperti Tidak Tidak
4 Bea siswa (kecuali kepada pemilik, komisaris, Direksi, Tidak Ya pengurus) perusahaan mobil dinas, rumah dinas, termasuk PPh ditanggung
Tax Planning Bea siswa
Apabila ada pegawai yang melakukan pendidikan dari pada diberikan dalam bentuk tunjangan, maka berikan dalam bentuk bea siswa karena bisa mengurangi PPh Badan tetapi bukan obyek PPh 21sehingga bisa menghemat jumlah pajak 5 – 30% tergantung jumlah Penghasilan kena pajak pegawai yang diberikan beasiswa tadi.
Tax Planning Pemberian Natura
1. Untuk pegawai dengan gaji s.d. 500 juta/th Jangan berikan bentuk natura karena tidak mengurangi biaya perusahaan shg dikenakan PPh badan lebih besar.
2. Untuk pegawai dengan gaji di atas 500 juta/th Berikan natura karena tarif tarif PPh badan lebih kecil dari PPh 21 (OP)
Tarif dan Penerapannya
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif s/d Rp 50 juta
5% Diatas Rp 50 juta 15%
- – Rp 250 juta Diatas Rp 250 juta
25%
- – Rp 500 juta Diatas Rp 500 juta
30%
Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi dari yang
Tarif Deviden 10% /potong(Untuk PPh Pasal 23)Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut 100% lebih tinggi dari yang
seharusnya seharusnyaPembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP Gratis
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) Keterangan2009-2012
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp. 15.840.000,-
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawinRp. 1.320.000,-
Tambahan untuk seorang istri yang Rp. 15.840.000,-
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
Tambahan untuk setiap anggota keturunan Rp. 1.320.000,-
sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) Keterangan2013
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp. 24,300,000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawinRp. 2,025,000
Tambahan untuk seorang istri yang Rp. 24,300,000
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
Tambahan untuk setiap anggota keturunan Rp. 2,025,000- sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga Jenis SPT Tahunan 1770 S (sederhana)
1771 1770 ORANG PRIBADI BADAN
WP yg menerima : ph hanya dari 1 pemberi kerja, dikenakan PPh Final, WP yg melakukan usaha / pekerjaan bebas WP Badan
WP OP YG MENGGUNAKAN 1770 S PENGHASILAN Pemberi Kerja (Badan / Orang Pribadi) WP Sebagai Karyawan Hanya Pada Satu 1 PEKERJAAN DARI SATU SBI Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto
- PEMBERI KERJA Bunga/diskonto Obligasi di Bursa Efek • Penjualan Saham di Bursa Efek • Hadiah Undian • 2 DIKENAKAN • PPh FINAL (akan disampaikan kemudian) Dll DIKENAKAN Penghasilan Istri dari 1 pemberi kerja<
- 3 TERSENDIRI PAJAK Penghasilan anak dari pekerjaan<
- Bantuan/sumbangan/hibah
- Warisan • 4 BUKAN OBJEK Bagian laba anggota CV tidak atas firma, kongsi saham, persekutuan, perkumpulan,<>jiwa, dwiguna, beasiswa Klaim asuransi kesehatan, kecelakaan,
Pajak penghasilan yang dipungut oleh:
1.Bendaharawan pemerintah berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang
2.Badan-badan tertentu berkenaan dengan kegiatan bidang impor atau usaha di bidang lain Pajak Penghasilan Pasal 23
Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21 Contohnya:
Deviden, bunga royalti: 15%
Pajak penghasilan atas hadiah dan penghargaan
Hadiah undian: 25%
Hadiah atau penghargaan perlombaan: PPh ps 21 (WPOP dalam negeri) PPh ps 26 (20%) untuk WP Luar Negeri
Penghargaan atas prestasi
Hadiah atas pekerjaan, jasa, dll Pajak Pertambahan Nilai: dikenakan atas:
Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha Impor barang kena pajak
Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah
pabean yang dilakukan pengusaha Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean atau
Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak
Barang yang tidak dikenakan PPN
Barang hasil pertambangan
Barang kebutuhan pokok
Makanan dan minuman yang disajikan di resto, hotel, dll.
Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga
Jasa yang tidak dikenakan PPN
Jasa bidang pelayanan kesehatan medis
Jasa bidang pelayanan sosial
Jasa bidang pengiriman surat berperangko
Jasa bidang perbankan, asuransi, sewa guna usaha
Jasa bidang keagamaan
Jasa bidang pendidikan
Jasa bidang kesenian
Jasa bidang penyiaran yang bukan bersifat komersial
Jasa bidang angkutan umum
Jasa bidang tenaga kerja
Jasa bidang perhotelan
Jasa yang disediakan oleh pemerintah Tarif PPN dan PPN-BM
Tarif PPN = 10%
Tarif PPnBM = 10 – 200%
Contoh: PKP A menjual tunai barang kena pajak kepada PKP B dengan harga jual Rp 25jt. PPN yang
terhutang yang dipungut oleh PKP A adalah 10% x
Rp 25 jt atau Rp 2.5 jtContoh lain
PKP D mengimpor barang kena pajak X yang tergolong mewah dengan nilai impor Rp 50.000.000. Barang X tergolong mewah sehingga selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM dengan tarif 20%. Penghitungan pajaknya:
1. Dasar peghitungan pajak = 50 jt 2.
PPN = 10% x 50 jt = 5 jt
3. PPnBM = 20% x 50 jt = 10 jt
Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan UU no 12 tahun 1985 tentang PBB
sebagaimana telah diubah dengan UU no 12 tahun 1994
Obyek:
1. Bumi = permukaan bumi (tanah & perairan) dan tubuh bumi
yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia
2. Bangunan = konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan Kecuali:a. Digunakan untuk kepentingan pelayanan umum
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau sejenisnya
c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata dll
d. Digunakan untuk perwakilan diplomatik e.
Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional
Per 31 Desember 2013 berubah menjadi pajak daerah kabupaten/kota untuk perdesaan dan perkotaan,
kecuali PBB untuk sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan
Pemerintah Pusat akan mengalihkan semua kewenangan terkait pengelolaan PBB-P2 kepada kabupaten/kota. Kewenangan tersebut antara lain: proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/ penagihan dan pelayanan
Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan
Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
Apa tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak daerah sesuai UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD): Untuk meningkatkan local taxing power pada kabupaten/kota:
a. Memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah
b. Menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk
pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan dan BPHTB menjadi Pajak Daerah)c. Memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah
d. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah
Dasar Pengenaan PBB
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), ditetapkan berdasarkan wilayah melalui Kepmen Keu dengan pertimbangan dari gubernur, dengan memperhatikan: Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
- beli secara wajar Perbandingan harga dengan obyek lain yang
- sejenis dan berdekatan, serta fungsinya sama dan telah diketahui harganya Nilai perolehan baru
- Penentuan NJOP pengganti -
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak
Besarnya berbeda menurut kab/kota setinggi-tingginya Rp 12 juta
Diketentuan baru UU PDRD NJOPTKP paling rendah Rp 10 juta setahun.
Wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak-banyaknya satu kali dalam satu tahun pajak
Tidak bisa digabung dengan obyek pajak Dasar Penghitungan PBB
Nilai jual kena pajak (NJKP): Obyek pajak perkebunan : 40% Obyek pajak kehutanan : 40% Obyek pajak pertambangan : 20% Obyek pajak pedesaan/pertanian: NJOP > Rp 1M : 40% NJOP < Rp 1M : 20%
Pada ketentuan baru TIDAK mengenal NJKP
Tarif PBB : 0.5%
Pada ketentuan baru paling tinggi 0.3% Artinya:
Jika NJKP = 40% x (NJOP – NJOPTKP), maka PBB = 0.5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP) 0.2% x (NJOP – NJOPTKP)
Jika NJKP = 20% x (NJOP – NJOPTKP) maka PBB = 0.5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP) 0.1% x (NJOP – NJOPTKP) Contoh
Obyek Perumahan:
- Luas tanah: 1000 m2 dg nilai jual Rp 840.000/m2 (nilai jual tanah tersebut termasuk kelas A17 dengan nilai jual standar Rp 802.000/m2
- Luas bangunan: 400 m2 dengan nilai jual Rp 1 jt/m2 (masuk kelas A2 dengan harga standar Rp 968.000/m2)
NJOP bumi = 1000 m2 x Rp 802.000 = Rp 802.000.000
NJOP bangunan = 400 m2 x Rp 968.000 = Rp 387.200.000
NJOP total = Rp. 1.189.200.000
NJOPTKP = Rp 12.000.000
NJOP untuk penghitungan = Rp 1.177.200.000
NJKP = 40% x Rp 1.177.200.000 = Rp 470.880.000
PBB terhutang = 0.5% x Rp 470.880.000 = Rp 2.354.400 Contoh Penghitungan dengan ketentuan baru
Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa :
Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp300.000,00/m2
Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp350.000,00/m2
Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp50.000,00/m2
Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:
NJOP Bumi: 800 x Rp300.000,00 = Rp 240.000.000,00 NJOP Bangunan: Rumah dan garasi: 400 x Rp350.000,00 = Rp 140.000.000,00 Taman 200 x Rp 50.000,00 = Rp 10.000.000,00Pagar (120 x 1,5) x Rp175.000,00 = Rp 31.000.000,00 (+)
Total NJOP Bangunan = Rp 181.500.000,00 NJOPTKP = Rp 10.000.000,00 (-) Nilai Jual Bangunan Kena Pajak = Rp 171.500.000,00 Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp 411.500.000,00 Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah0,2% PBB terutang : 0,2% x Rp 411.500.000,00 = Rp 823.000,00
Tugas: Pak Bagus, pegawai pada perusahaan PT Mendung Sekali (PT MS), menikah dan memiliki dua anak, memperoleh gaji sebulan Rp 5 juta.
PT MS mengikutikan Pak Bagus dalam program Jamsostek dan membayar premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian sebesar masing-masing 0.50% dan 0.30% dari gaji. PT MS juga menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3.50% dari gaji. Pak Bagus juga membayar iuran jaminan Hari Tua
sebesar 2.00% dari gaji setiap bulan. Di samping mengikutkan Pak Bagus dalam program pensiun, PT MS juga membayar kan iuranpensiun untuk Pak Bagus ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulannya sebesar Rp 100,000, sedangkan Pak Bagus membayar iuran pensiun sebesar Rp 50,000.
Pada bulan juni 2013, Pak Bagus hanya menerima pembayaran berupa gaji.
Berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juni 2013? Kalau Pak Bagus menambah iuran pensiun menjadi Rp 100.000 per bulan,
berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juni 2013?Sumber: dari berbagai pustaka/bahan presentasi END