UJI EFIKASI EKSTRAK KASAR DAUN NIMBA TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK Spodoptera litura F DI LABORATORIUM Effication of Crude Extracts of Neem Leaf on Mortality of Spodoptera litura F at Laboratory Berti Liani Manoe, Titik Sri Harini dan Agustina Etin Naha

UJI EFIKASI EKSTRAK KASAR DAUN NIMBA TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK

  

Spodoptera litura F DI LABORATORIUM

Effication of Crude Extracts of Neem Leaf on Mortality of Spodoptera litura F at Laboratory

Berti Liani Manoe, Titik Sri Harini dan Agustina Etin Nahas

  

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Jln. Adisucipto, Penfui, Kupang 85001

RINGKASAN

  Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak kasar daun nimba terhadap mortalitas Spodoptera

litura telah dilaksanakan pada bulan Februari-April 2018 di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Faperta Undana.

Pengujian ekstrak kasar daun nimba dilakukan pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% serta kontrol. Setiap konsentrasi dan kontrol diulang tiga kali. Pengujian dilakukan dengan dua metode yaitu metode pencelupan dan metode pemberian pakan. Peubah yang diamati adalah gejala mortalitas dan jumlah mortalitas larva Spodoptera

  

litura . Data mortalitas larva uji dianalisis menggunakan program polo PC. Hasil pengujian menunjukan bahwa

  perlakuan ekstrak kasar daun nimba yang lebih efektif untuk pengendalian Spodoptera litura yaitu konsentrasi 20% dengan metode pencelupan menyebabkan mortalitas sebesar 73,33% dan metode pemberian pakan menyebabkan mortalitas sebesar 96,67%. Nilai LC 50 dan LC 90 untuk metode pencelupan yaitu sebesar 6,77% dan 148,38%. Nilai LC 50 dan LC 90 untuk metode pemberian pakan yaitu sebesar 3,61% dan 26,88%.

  Kata Kunci : Efikasi, Daun Nimba, Spodoptera litura

ABSTRACT

  Therefore, it is necessary to conduct a research to find out the effectiveness of crude extract of neem leaf against mortality of Spodoptera litura. This research was carried out in February-April 2018. It was conducted in Plant Pest Laboratory of Nusa Cendana’s Faculty of Agriculture.The crude leaf extract test was carried out at concentrations of 5%, 10%, 15%, 20% and controls. Each concentration and control was repeated three times. The testing was done by two methods; dipping and feeding methods. The variables observed were symptoms of mortality and mortality numbers of Spodoptera litura larvae. The data of larvae mortality was analyzed using PC polo program.

  Test results showed that the treatment of neem leaf crude extracts for controlling Spodoptera litura effectively was at concentration of 20%. With this concentration, the dipping method has caused mortality of 73.33% and the feeding method caused mortality of 96.67%. The values of LC50 and LC90 for dipping methods were 6.77% and 148.38%. The values of LC50 and LC90 for feeding method were 3.61% and 26.88%.

  Keywords : Efficacy, Neem Leaf, Spodoptera litura

PENDAHULUAN

  Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di semua tahap budidaya sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di pertanaman sampai penyimpanan dan pengangkutan produk. Dari sekian banyak OPT yang menyerang tanaman sayuran, ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama penting karena bersifat polifag (Prabowo, 2002).

  Ulat grayak (S. litura) termasuk dalam ordo Lepidoptera dan merupakan hama penting tanaman budidaya di daerah tropis dan sub tropis (Haryanti et al., 2006). Hama ini sering mengakibatkan penurunan produktivitas bahkan kegagalan panen karena menyebabkan daun menjadi robek, terpotong-potong dan berlubang. Hama ini telah menyebar di 22 propinsi di Indonesia dan menyerang berbagai jenis tanaman, yaitu sawi, kedelai, cabai, kubis, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacang tanah, kangkung, bayam, pisang dan tanaman hias. Kerugian hasil akibat serangan hama ini mencapai 40% (Musyahadah et al., 2015). Bila tidak segera dikendalikan maka daun tanaman di areal pertanian akan habis (Marwoto dan Suharsono, 2008).

  Sampai saat ini pestisida sintetik merupakan pilihan utama dalam pengendalian hama di lapangan. Penggunaan pestisida sintetik banyak menimbulkan dampak negatif karena penggunaannya dilakukan secara tidak bijaksana. Penggunaan pestisida sintetik secara terus menerus dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia (Lysanta, 2014). Oleh karena itu maka perlu dicari alternatif lainnya dengan mengembangkan produk hayati yang pada umumnya merupakan senyawa kimia yang berspektrum sempit terhadap organisme sasaran. Alternatif tersebut yaitu dengan memanfaatkan senyawa beracun yang terdapat pada tumbuhan yang dikenal dengan pestisida nabati (Musyahadah et al., 2015).

  Pestisida nabati adalah racun yang berasal dari bahan toksik dari tanaman (Kardinan, 2002). Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradeble) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang (Krestini et al., 2011).

  Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui berpotensi sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa bioaktif antara lain saponin, tanin, alkaloid, alkenil fenol, flavonoid dan terpenoid. Beberapa tumbuhan diketahui dapat memberi efek mortalitas terhadap serangga hama, sehingga tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai alternatif pestisida nabati (Diyah et al.,2013).

  Salah satu tumbuhan penghasil pestisida alami adalah tanaman nimba. Pestisida asal nimba mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap organisme pengganggu. Bahan aktif nimba juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.Tanaman nimba sangat potensial sebagai pestisida biologi dalam program Pengendalian Hama Terpadu (PHT), untuk mengurangi dan meminimalkan penggunaan pestisida sintetis (Rukmana dan Yuyun, 2006). Ekstrak biji dan daun nimba cukup efektif menekan intensitas kerusakan daun yang diakibatkan oleh serangan Spodoptera litura pada tanaman selada (Rusdy, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas beberapa konsentrasi ekstrak kasar daun nimba terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera

  litura ).

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2018 di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cup plastik ukuran tinggi 5 cm dan berdiameter 4 cm, wadah untuk pembiakkan ulat grayak ukuran tinggi 17 cm dan berdiameter 20 cm, cawan petri, pinset, blender, timbangan analitik, gelas ukur, labu erlenmeyer, nampan, corong kaca, gunting, aluminium foil, kertas whatman no 12, alat tulis menulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak daun nimba, ulat grayak instar III, daun sawi, aquades, madu, tisu, kertas label, kertas buram ,kain kasa dan kurungan kayu ukuran panjang 44 cm, lebar 40 cm dan tinggi 43 cm.

  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan ekstrak daun nimba terdiri dari 4 konsentrasi yaitu: K (Tanpa perlakuan ekstrak daun nimba (kontrol)); K1 (5 % terdiri dari 5 gram ekstrak daun nimba dicampur dengan 95 mL air); K2 (10 % terdiri dari 10 gram ekstrak daun nimba dicampur dengan 90 mL air); K3 (15 % terdiri dari 15 gram ekstrak daun nimba dicampur dengan 85 mL air); K4 (20 % terdiri dari 20 gram ekstrak daun nimba dicampur dengan 80 mL air). Pengamatan dilakukan terhadap larva uji pada 24 jam setelah perlakuan (JSP) sampai 3 x 24 JSP. Peubah yang diamati adalah Gejala kematian Spodoptera litura dan jumlah larva yang mati (mortalitas) : diamati setiap 24 JSP selama 3 hari. Data jumlah larva Spodoptera litura yang mati dianalisis untuk menghitung persentase mortalitas. Selanjutnya, persentase mortalitas serangga uji dianalisis probit untuk menentukan nilai LC50 dan LC90 sebagai indikator efektivitas pestisida nabati terhadap ulat grayak.

  Perbanyakan dan Pemeliharaan Larva Spodoptera litura.

  Larva Spodoptera litura diambil dari areal pertanaman sayuran (di Kelurahan Oesao) dibawa ke Laboratorium untuk dibiakkan. Pakan yang dipakai untuk pemeliharaan larva adalah sawi, pakan diganti setiap hari, pagi dan sore hari, agar larva selalu mendapatkan pakan yang segar. Apabila sudah menghasilkan telur, maka telur segera dipindahkan ke stoples lain. Lama stadium telur yaitu 2-4 hari, setelah itu larva masuk masa instar I-V selama 20-46 hari. Apabila larva telah mencapai instar III dengan ciri-ciri bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh, maka larva siap diujikan.

  Pembuatan Pestisida Nabati.

  Daun nimba diperoleh dari Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, dikumpulkan secukupnya. Kemudian diletakkan di atas nampan lalu dikeringanginkan pada suhu kamar tanpa terkena cahaya matahari selama ± 1 minggu. Setelah kering, bahan dihaluskan menggunakan blender kemudian diayak sehingga diperoleh tepung daun nimba. Untuk pembuatan ekstrak, tepung daun nimba disiapkan dan ditimbang sesuai konsentrasi yang akan diuji, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Selanjutnya, aquades steril dimasukkan sedikit demi sedikit sambil dikocok secara manual hingga mencapai volume yang diinginkan, lalu direndam dalam labu Erlenmeyer selama 24 jam untuk mengeluarkan senyawa aktif dari ekstrak daun nimba. Setelah itu suspensi ekstrak disaring dengan menggunakan corong kaca yang dialasi dengan kertas whatman. Hasil ekstrak siap digunakan untuk pengujian.

  Pengujian.

  Pengujian dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode pencelupan (dipping method) dan metode pemberian pakan (feeding method). Metode Pencelupan (Dipping Method) Larva Spodoptera litura yang telah mencapai instar

  III disiapkan, masing-masing perlakuan 10 ekor larva. Kemudian dimasukkan larutan uji sesuai konsentrasi sampai semua larva yang diuji terendam selama 30 detik. Selanjutnya semua larva dipindahkan ke cup plastik lain yang telah diberi alas tisu dan diberi daun sawi bebas insektisida sintetik sebagai pakan larva yang diuji. Larva dipindahkan dengan menggunakan saringan. Metode Pemberian Pakan (Feeding Method) Sawi segar bebas insektisida sintetik dicelupkan ke dalam larutan uji sesuai konsentrasi selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan. Selanjutnya daun sawi tersebut dimasukkan ke dalam cup plastic yang telah diberi alas tisu dan larva Spodoptera

  

litura instar III dengan masing-masing perlakuan 10 ekor. Pakan perlakuan diberi selama dua hari kemudian diganti

dengan pakan tanpa perlakuan sampai selesai pengamatan.

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala Mortalitas Spodoptera litura

  Gejala mortalitas pada larva Spodoptera litura mulai terlihat pada hari pertama setelah perlakuan aplikasi ekstrak kasar daun nimba. Gejala tersebut berupa aktivitas gerakan yang semakin lama semakin lamban, penurunan aktivitas gerakan seiring dengan menyusutnya ukuran tubuh, penurunan aktivitas makan, perubahan warna kulit menjadi hitam, dan kemudian mengalami kondisi pasif dan akhirnya mengalami kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Dadang dan Prijono (2008) dalam Sayd (2014), yang menyatakan bahwa larva yang keracunan akan kehilangan keaktifannya akibat kekurangan sumber energi, selanjutnya larva menjadi lumpuh karena otot dan jaringan lain kekurangan energi, tubuh tampak menghitam akibat kematian sel dan jaringan, dan akhirnya mati. Kematian larva Spodoptera litura diduga disebabkan oleh senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam daun nimba. Menurut Grace-Sierra Crop Protection Co, (1990) dalam Rusdy (2009), metabolit sekunder utama yang berfungsi sebagai insektisida pada daun nimba (Azadirachta indica) adalah azadirachtin yang terbentuk secara alami berupa substansi yang termasuk dalam kelas molekul organik tetranortriterpenoids. Selanjutnya Rusdy (2009) menyatakan bahwa Azadirachtin telah diketahui dapat bekerja sebagai penolak makan (antifeedancy), menghambat pertumbuhan, menghambat proses ganti kulit (moulting inhibition), mengakibatkan abnormalitas anatomi dan dapat mematikan serangga.

  Mortalitas Spodoptera litura

Ekstrak kasar daun nimba yang diaplikasikan pada larva Spodoptera litura dengan metode dan konsentrasi

  yang berbeda berpengaruh terhadap mortalitas larva uji. Pada pengamatan 72 JSP, perlakuan ekstrak daun nimba dengan metode pencelupan pada konsentrasi 5% menyebabkan mortalitas sebesar 43,33%; konsentrasi 10% menyebabkan mortalitas sebesar 60,00%; konsentrasi 15% menyebabkan mortalitas sebesar 63,33% dan mortalitas tertinggi pada konsentrasi 20% yaitu sebesar 73,33%. Pada pengamatan 72 JSP, perlakuan ekstrak daun nimba dengan metode pemberian pakan pada konsentrasi 5% menyebabkan mortalitas yaitu sebesar 63,33%; konsentrasi 10% menyebabkan mortalitas sebesar 76,67%; konsentrasi 15% menyebabkan mortalitas sebesar 83,33% dan mortalitas tertinggi pada konsentrasi 20% yaitu sebesar 96,67%. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun nimba dengan metode pemberian pakan cukup efektif terhadap mortalitas larva Spodoptera litura dibandingkan dengan metode pencelupan karena pada konsentrasi 5% sudah dapat membunuh larva uji sebesar 63,33% dan konsentrasi 20% membunuh 96,67% larva uji. Metode pemberian pakan dinilai cukup efektif karena larva uji memakan daun perlakuan yang terdapat toksin atau racun yang terdapat pada pakan yang telah dicelupkan ekstrak daun nimba. Umumnya mortalitas mulai terjadi pada pengamatan hari pertama hingga hari ketiga. Mortalitas yang terjadi hingga hari kedua disebabkan karena larva masih memakan daun perlakuan, sedangkan pada hari ketiga larva yang mati dikarenakan dalam tubuh larva masih terdapat residu ekstrak nimba. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Nenotek (2010) dan Zarkani (2008) dalam Sayd (2014) bahwa larva yang mengalami mortalitas selain karena masih diberi daun perlakuan juga karena residu senyawa bioaktif yang bersifat racun yang masih terdapat di dalam tubuh larva uji. Nimba merupakan satu di antara famili Meliaceae yang sudah sejak lama dijadikan pestisida nabati untuk mengendalikan berbagai jenis hama pada tanaman budidaya Singhal dan Monika (1998) dalam Rusdy (2009). Beberapa jenis metabolit sekunder yang aktif sebagai pestisida, diantaranya azadirachtin, salanin, meliatriol, dan

  . Senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai penghambat pertumbuhan serangga, penolak makan

  nimbin

  (antifeedant), dan repelen bagi serangga. Metabolit lain yang terdapat di dalam nimba adalah nimbandiol, 3- desasetil salanin, salanol, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, gedunin, dan alkaloid. Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung pada spesies serangga targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer dari azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan deterren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreceptor) pada bagian mulut (mouthpart) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia lainnya yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant) (Rusdy, 2009). Tabel 1. Mortalitas Larva Spodoptera litura yang diberi Ekstrak Daun Nimba dengan Metode Pencelupan dan

  Pemberian Pakan Metode Perlakuan Mortalitas (%)

  Pencelupan Kontrol 5% 43,33

  10% 60,00 15% 63,33 20% 73,33

  Pemberian Pakan Kontrol 0,00 5% 63,33

  10% 76,67 15% 83,33 20% 96,67 Tabel 2. Perkembangan Mortalitas Larva Spodoptera litura dengan Metode Pencelupan Perlakuan

  Mortalitas (%) Hari ke-

  1

  2

  3 Kontrol

  0.00

  0.00

  0.00 5%

  3.33

  30.00

  43.33 10%

  23.33

  53.33

  60.00 15%

  26.67

  56.67

  63.33 20%

  33.33

  53.33

  73.33 Tabel 3. Perkembangan Mortalitas Larva Spodoptera litura dengan Metode Pemberian Pakan Perlakuan

  Mortalitas (%) Hari ke-

  1

  2

  3 Kontrol

  0.00

  0.00

  0.00 5% 16,67 43,33 63,33

  10% 13,33 43,33 76,67 15% 23,33 60,00 83,33 20% 26,67 63,33 96,67

  Hasil analisis probit menunjukkan bahwa nilai LC 50 dan LC 90 pada selang kepercayaan (SK) 90% dengan metode pencelupan yaitu sebesar 6,77% dan 148,38% dan nilai tingkat nyata pendugaan toksisitas insektisida (g) pada tingkat kepercayaan 95% sebesar 0,688 (lampiran 3). Sedangkan nilai LC 50 dan LC 90 pada selang kepercayaan (SK) 95% dengan metode pemberian pakan yaitu sebesar 3,61% dan 26,88% dan nilai tingkat nyata pendugaan toksisitas insektisida (g) pada tingkat kepercayaan 95% sebesar 0,388 (lampiran 4). Artinya untuk mematikan 50% dan 95% larva Spodoptera litura dengan metode pencelupan dibutuhkan konsentrasi sebesar 6,77% dan 148,38% dan dengan metode pemberian pakan dibutuhkan konsentrasi sebesar 3,61% dan 26,88%. Uji toksisitas suatu bahan kimia terhadap organisme ditentukan dengan LC (Lethal Consentration) berdasarkan persentase hewan uji yang mati pada suatu konsentrasi tertentu yang diberikan Tandjung (1995) dalam Tang (2017). Menurut Untung (2006) dalam Lysanta (2014), semakin rendah nilai LC maka semakin tinggi toksisitas suatu pestisida. Tabel 4. Pendugaan Toksisitas Ekstrak Daun Nimba terhadap Mortalitas Larva Spodoptera litura

  Metode GB LC 50 (SK 95%) LC 90 (SK 95%)

  α±GB

  Pencelupan 1,01± 0,55 1,22±0,52 6,77 (1,93-9,79) 148,38 (48,90-62027,00 Pemberian 1,05± 0,60 1,88±0,59 3,61 (1,15-5,41) 26,88 (17,65-88,97) pakan

  

PENUTUP

Kesimpulan

  Hasil penelitian uji efikasi ekstrak kasar daun Nimba terhadap mortalitas ulat grayak Spodoptera litura, maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Perlakuan ekstrak kasar daun nimba terhadap mortalitas Spodoptera litura dengan metode pencelupan dengan konsentrasi 5% mortalitas sebesar 43,33%; konsentrasi 10% mortalitas sebesar 60,00%; konsentrasi 15% mortalitas sebesar 63,33 % dan konsentrasi 20% mortalitas S. litura sebesar 73,33 %.

  2. Perlakuan ekstrak kasar daun nimba terhadap mortalitas Spodoptera litura dengan metode pemberian pakan dengan konsentrasi 5% mortalitas sebesar 63,33%; konsentrasi 10% mortalitas sebesar 76,67%; konsentrasi 15% mortalitas sebesar 83,33% dan konsentrasi 20% mortalitas S. litura sebesar 96,67 %.

  3. 50 dan LC 90 untuk metode pencelupan yaitu sebesar 6,77% dan 148,38%. Nilai LC 50 dan LC 90 Nilai LC untuk metode pemberian pakan yaitu sebesar 3,61% dan 26,88%.

  4. Konsentrasi ekstrak kasar daun nimba yang lebih efektif untuk pengendalian Spodoptera litura yaitu konsentrasi 20% dengan metode pencelupan menyebabkan mortalitas sebesar 73,33% dan metode pemberian pakan menyebabkan mortalitas sebesar 96,67 %.

  Saran

  Disarankan kepada para petani sayuran agar melakukan teknik pengendalian ulat grayak Spodoptera litura dengan menggunakan pestisida nabati dari daun nimba dengan konsentrasi 3,61% dan diaplikasikan dengan cara disemprot.

DAFTAR PUSTAKA

  Diyah, N.A.S. Kristanti Indah Purwani., dan Lucky Wijayawati. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera

  odollam ) Terhadap Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.

  Haryanti, S., M. Suryana dan Nurrahmad, 2006. Uji Daya Insektisida Ekstrak Etanol 70 % Biji Buah Mahkota Dewa Terhadap Ulat Grayak (Spodoptera Fab.) Instar Dua.

  litura

  http://www.litbang.depkes.go.id/risbinkes. Di akses tanggal 8 Oktober 2016 Krestini, E. H., Wiwin, S., dan Ineu, S. 2011. Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Babadotan (Ageratum conyzoides),

  Kirinyu (Eupatorium odoretum), dan Tagetes (Tagetes erecta) Terhadap Mortalitas Hama Myzus persicae,

  Trialeurodes vaporariorum, dan predator Kumbang Cocci Menochillus sexmaculatus. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.

  LeOra Software. 1987. POLO- PC User’s Guide. Berkeley: LeOra Software. Lysanta, M. 2014. Uji Efikasi Beberapa Jenis Tumbuhan Terhadap Cylas formicarius F. (Coleoptera :

  Curculionidae) pada Ubi Jalar. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang. Tidak dipublikasikan. Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (4).

  Musyahadah, N. Nova Hariani, MediHendra.Uji Efektifitas Ekstrak Daun Tigaron (Crateva religiosa G. Forst.) Terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura

  F.) (Lepidoptera: Noctuidae) di Laboratorium.Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 1 September 2015, Samarinda, Indonesia.

  Prabowo. T. 2002. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta. Rukmana, R. dan Yuyun Yuniarsih Oesman, 2006. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta, 39 halaman.

  Rusdy, A. 2009. Efektivitas Ekstrak Nimba Dalam Pengendalian Ulat Grayak (S litura F.) pada Tanaman Selada.J.

  Floratek 4: 41 – 54. Fakultas Pertanian Unsyiah, Darussalam Banda Aceh. Sayd, S. 2014. Efektivitas Ekstrak Daun Kirinyu, Biji Srikaya dan Sirsak Terhadap Mortalitas dan Lama Perkembangan Larva Crocidolomia pavonana (F.) Serta Fitotoksisitasnya pada Kubis. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang. Tidak dipublikasikan.

  Tang. Y. M. L. 2017. Efektifitas Ekstrak Daging Biji Annona squamosa L. dan Annona muricata L. Terhadap Mortalitas Helicoverpa armigera Hubner. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang.

  Tidak dipublikasikan