BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Merkuri 9Hg) pada Air Sumur Penduduk di Desa Tamiang Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Air menjadi kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, keperluan industri, untuk sanitasi, maupun keperluan pertanian dan lain sebagainya. Oleh karena itu sumber daya alam air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan manusia dan makhluk hidup lainnya.

  Saat ini terjadi masalah yang dihadapi oleh sumber daya air yang meliputi kuantitas air yang hampir tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat serta kualitas air untuk keperluan domestik yang menurun. Berbagai kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain yang berdampak negatif seperti penuruanan kualitas air. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan sumber daya air.

  Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengolahan limbah cair yang digunakan dalam industri tersebut. Menurut Mukono (2008), yang termasuk kedalam bahan kimia berbahaya sebagai polutan air antara lain: Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timah Hitam (Pb), Pestisida dan jenis logam berat lainnya.

  Merkuri (Hg) digunakan pada proses penambangan emas sebagai pemisah antara bebatuan atau pasir dengan emas. Sisa dari kegiatan tersebut, limbah yang mengandung merkuri dibuang ke perairan yang dapat mencemari perairan tersebut. Beberapa kasus yang pernah terjadi yang disebabkan pencemaran oleh Merkuri (Hg): kasus Minamata, Jepang, yang terjadi pada tahun 1955-1960, mengakibatkan kematian 110 orang, kasus di Irak yang terjadi tahun 1961 mengakibatkan kematian 35 orang dan 321 orang cidera, kasus di Pakistan Barat yang terjadi tahun 1963 mengakibatkan kematian 4 orang dan cidera 34 orang, kasus di Guetamala yang terjadi tahun 1966 mengakibatkan kematian 20 orang dan 45 orang cidera, kasus di Nigata, Jepang, yang terjadi tahun 1968 mengakibatkan 5 orang dan 25 orang cidera (Widowati, dkk, 2008).

  Badan Pengeloalaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Daerah (BPPLHD) Kalimantan Tengah pada tahun 2002 melaporkan bahwa setiap tahun diperkirakan 10 ton merkur i (Hg) sisa penambangan emas tradisional di buang ke sungai. Di Kalimantan Tengah terdapat 65.000 penambang emas tradisional yang menggunakan merkuri (Hg) sebagai pelebur butir emas. Sekitar 25.000 penambang emas bekerja di 11 aliran sungai besar di Kalteng sehingga limbah merkuri (Hg) langsung mencemari sungai. Dari 2.264 tromol emas yang dioperasikan di Kalteng, tercatat 1.563 unit mesin di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan. Di sungai Kahayan terbuang 1,5 ton merkuri (Hg) selama tiga bulan sehingga kadar merkuri (Hg) setelah mencapai sungai Kahayan adalah 0,014 mg/l air. Tujuh sungai di Kalteng tercemar merkuri (Hg) sebesar 0,002 sampai 0,007 mg/l air melampaui ambang batas yang diizinkan PP no 82 Tahun 2001, yakni sebesar 0,001 mg/l.

  Tambang emas tradisional di daerah Kecamatan Kotanopan yang berada disepanjang aliran sungai Batang Gadis tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sehingga sisa dari kegiatan penambangan emas yang mengandung merkuri (Hg) dibuang ke sungai tanpa mengalami pengolahan sebelumnya.

  Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan hasil laporan puskesmas pemakaian merkuri dan galundung (alat pemisah antara bebatuan dan emas dengan menggunakan merkuri) di Wilayah Kabupaten Mandailing Natal Pada Tahun 2012, pada wilayah kerja Puskesmas Longat terdapat 400 galundung dengan pemakaian Merkuri 8000ml/Hari, pada wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae terdapat 2760 buah galundung dengan pemakaian Merkuri 55200ml/Hari, pada wilayah kerja Puskesmas Gunung Tua terdapat 640 buah galundung dengan pemakaian Merkuri 12800 ml/Hari, pada wilayah kerja Puskesmas Mompang terdapat 1880 buah galundung dengan pemakaian Merkuri 37600 ml/Hari, pada wilayah kerja Puskesmas Hutabargot terdapat 4800 buah galundung dengan pemakaian Merkuri 96000ml/Hari, pada wilayah kerja Puskesmas Malintang terdapat 120 buah galundung dengan pemakaian Merkuri 2400ml/Hari, pada wilayah kerja Puskesmas Naga Juang terdapat 680 buah galundung dengan pemakaian Merkuri 13600ml/Hari. Galundung atau glundung adalah alat yang berbentuk tabung yang terbuat dari baja berdiameter 27cm, 32cm, 50cm atau 60cm. Galundung berfungsi sebagai wadah berisi bebatuan (mengandung emas) dan merkuri. Di dalam galundung, bebatuan akan pecah bahkan hancur. Merkuri berfungsi sebagai pengikat emas yang berasal dari bebatuan.

  Dari hasil Laboratorium Penelitian yang dikirimkan oleh PT. Sorik Mas Mining pada Mei 2012 ternyata beberapa pembuangan air limbah akibat aktivitas penggelundungan hasilnya telah melampaui Nilai ambang Batas yaitu 0,002 mg/l didalam air, sementara menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416/MEN.KES/PER/IX/ 1990 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air kadar merkuri yang diperbolehkan dalam air sungai adalah 0,001 mg/l. Dalam hal ini limbah yang dibuang ke badan air akan sangat merugikan masyarakat yang menggunakan sungai sebagai sumber air bersih.

  Berdasarkan survey awal pada bulan Maret 2013 di Kabupaten Mandailing Natal Kecamatan Kotanopan kegiatan pertambangan emas tradisional di Daerah Aliran Sungai Batang Gadis sudah terjadi dalam beberapa tahun ini yang mana dalam proses kegiatan penambangan menggunakan Merkuri (Hg) sebagai proses pemisahan emas dengan bebatuan dan pasir. Berdasarkan data sepuluh penyakit yang di dapat dari Puskesmas Kecamatan Kotanopan, penyakit kulit berada di nomor dua.

  Kegiatan penambangan tersebut akan berdampak negatif terhadap kualitas badan air, air tanah, serta pencemaran lingkungan hidup yang mengganggu keseimbangan ekosistem alam.

  Dari survey pada bulan Mei tahun 2013 yang dilakukan dengan mengambil sampel air badan air Sungai Batang Gadis pada 3 titik yaitu Hulu, Tengah, Hilir Desa Tamiang. Konsentrasi Merkuri yang didapatkan dari hasil uji ialah, pada titik hulu 0,215 mg/L, titik tengah 0,072 mg/L, pada titik hilir 0,008 mg/L. Pengambilan sampel ketiga titik dibagi berdasarkan panjang Desa Tamiang yang ± 1.800 M. Titik pengambilan sampel diambil pada jarak ± 600M.

  Desa Tamiang berada di Daerah Aliran Sungai Batang Gadis Kecamatan Kotanopan yang diduga sudah tercemar oleh Hg, yang mana air sungai tersebut serta air tanah (sumur gali) menjadi sumber air bersih bagi masyarakat sekitar tambang emas tradisional tersebut. Letak Geografis Desa Tamiang sebelah Barat berbatasan dengan Hutadangka, sebelah Timur berbatasan dengan Husartolang, sebelah Selatan berbatasan dengan Hutapungkut, sebelah Utara berbatasan dengan Simandolam.

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi kadar Merkuri pada air sumur penduduk di Kelurahan Tamiang Kabupaten Mandailing Natal. Hal tersebut menjadi penting untuk diteliti karena limbah dari proses penambangan emas tradisional dapat berdampak luas terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Masalah kesehatan yang dapat muncul akibat terpapar merkuri (Hg) yaitu gangguan syaraf, bergetarnya seluruh tubuh disertai dengan kekakuan ektremitas serta kehilangan memori.

  Keracunan kronis bisa menyerang pekerja yang langsung kontak dengan merkuri dan orang yang tinggal di sekitar kawasan industri yang menggunakan bahan merkuri. Toksisitas kronis berupa gangguan system pencernaan dan system syaraf atau gingivitis. Gangguan system syaraf berupa tremor, Parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu sampai abu-abu kemerahan, serta anemia ringan (Widowati, dkk ,2008)

  1.2 Permasalahan

  Kegiatan penambangan emas tradisional di Kelurahan Tamiang yang berada dari hulu hingga hilir pada sungai batang gadis tidak memiliki pengolahan limbah.

  Pembuangan limbah dari sisa penambangan emas langsung di buang ke badan air tanpa melalui proses pengolahan. Limbah yang mengandung merkuri dapat masuk ke dalam sumur melalui proses infiltrasi. Badan sungai yang telah tercemar merkuri juga dapat mencemari air sumur melalui proses infiltrasi. Proses infiltrasi tersebut dapat mengganggu kualitas air tanah (sumur). Berdasarkan data sepuluh penyakit pada Puskesmas Kecamatan Kotanopan penyakit kulit atau dermatitis kontak ada di nomor dua.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi kadar merkuri pada air sumur penduduk di Desa Tamiang Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

  1.4 Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitan ini adalah adanya hubungan antara jarak sungai dengan sumur, fisik atau konstruksi sumur, suhu air sumur, umur sumur, kedalaman sumur, porositas tanah, terhadap kadar merkuri pada air sumur.

  1.5 Manfaat Penelitian 1.

  Memberi masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal tentang bahaya pencemaran logam berat terhadap air sumur penduduk di Desa Tamiang.

  2. Dapat menindaklanjuti jika memang air sumur penduduk telah tercemar oleh merkuri.

  3. Sebagai informasi kepada intansi pengambil kebijakan untuk dapat melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran sungai.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Merkuri 9Hg) pada Air Sumur Penduduk di Desa Tamiang Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

0 71 111

Analisis Kandungan Merkuri Pada Air Sungai Dan Ikan Akibat Tambang Emas Tradisional Serta Tata Cara Penggunaan Merkuri oleh Penambang Emas Di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

9 137 82

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

12 173 90

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Membeli Produk Orijinal Ekonomi Kreatif di Kecamatan Medan Sunggal

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Peran Bpr Syariah Bagi Pengembangan Ukm Di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

0 0 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Mahasiswa

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Intellectual Capital Perusahaan Manufaktur di Indonesia

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penduduk Usia Produktif Desa untuk Berpartisipasi di Kegiatan Ekonomi Non-Pertanian, Studi Kasus Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Simanindo

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Peranan Pasar Baru Panyabungan Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisa Merkuri (Hg) pada Air Sumur Masyarakat dan Air Sungai Simalagi Akibat Penambangan Emas Tradisional di Desa Simalagi Kecamatan Huta Bargot Tahun 2012

0 0 7