BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Pengenalan Siwak - Perbedaan penurunan skor plak antara pemakai kayu siwak dan sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Pengenalan Siwak

  Pada kebanyakan negara muslim, alat pembersih gigi dan mulut yang populer digunakan adalah kayu siwak. Siwak atau miswak diperoleh dari akar, ranting dan batang tanaman Salvadora Persica yang tumbuh di dataran Timur Tengah dan biasa digunakan sebagai sikat gigi guna membersihkan gigi dan struktur gingiva. Pemakaian siwak merupakan tradisi ke-Islaman yang dilakukan oleh bangsa Arab kuno, Babilonia, Yunani dan Romawi. Siwak dipercaya juga digunakan sebagai aktifitas pembersihan dan keagamaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W

  8 sekitar tahun 600 SM.

  Tanaman Salvadora Persica yang juga dikenal sebagai pohon arak merupakan tumbuhan yang memiliki ukuran tidak terlalu besar dan memiliki diameter sekitar satu kaki, tinggi 4-6 meter, berbatang lembut dan berwarna putih (Gambar 1). Tumbuhan yang mampu hidup hingga usia 25 tahun ini memiliki batang dan akar yang berpori-pori dan mudah dihancurkan oleh gigi. Akar tanaman ini menggembung dan akan menjadi lembut bila direndam di dalam air. Salvadora Persica ataupun siwak dipercaya memiliki kemampuan untuk membersihkan plak dan memelihara

  9,14 kesehatan rongga mulut.

  15 Gambar 1. Tanaman Salvadora Persica sebagai sikat gigi tradisional. Selain karena alasan religius dan sebagai tradisi, pemakaian siwak juga didasarkan atas segi ekonomis siwak dibandingkan sikat gigi

  15 komersil, namun tetap diyakini siwak efektif dalam membersihkan gigi.

2.1.1 Kandungan Siwak

  Siwak ataupun miswak mengandung unsur-unsur yang bermanfaat dan memiliki kemampuan membersihkan gigi dan mulut. Penelitian yang dilakukan para ahli melaporkan tumbuhan ini memiliki banyak kandungan bermanfaat.

  16 Tabel 1. Kandungan bahan alami siwak dan efek biologisnya Komponen Siwak Efek Biologis

  Sodium klorida Antiphlogistic, anti jamur, anti bakteria, menstimulus gingiva, menyingkirkan kalkulus dan stein ekstrinsik

  Potassium Klorida Antiphlogistic, anti jamur, anti bakteria, menstimulus gingiva dan menyingkirkan kalkulus dan stein ekstrinsik

  Sulfur dengan kandungan organik Antiphlogistic, anti jamur, anti bakteria dan salvadourea menstimulus gingiva Asam olat Anti jamur, melindungi DNA dari spesies oksigen reaktif dan aktifitas anti bakteria Asam linoleat Anti jamur dan anti bakteria Trimethylamine Antiphlogistic, anti bakteria dan menstimulus gingiva

  Thiocyanate , benzylisothiocyanate Anti bakteria, anti jamur, aktifitas anti virus

  dan nitrat dan anti kariogenik Silika Bahan abrasif penyingkir plak dan stein Vitamin C Membantu meyembuhkan luka dan memperbaiki jaringan, anti aktifitas scorbutic, mengobati sariawan dan gusi berdarah

  Resin Aksi protektif dengan membentuk lapisan di atas permukaan enamel Tannin Astringen dan menstimulus saliva Saponin Anti bakteria dan anti jamur N-benzyl-2 phenylacetamide Aktifitas antimikroba Lignan Aktifitas antimikroba

  Flavenoid Anti bakteria, anti jamur, anti virus dan aktifitas sitotoksik Fluoride Anti kariogenik dan membantu remineralisasi gigi Minyak esensial (Benzyl nitril,

  egenol thymol, isothymol, eucalyptol, soterpinolene dan gamma-caryaphyllene )

  Anti bakteria dan menstimulus saliva Sodium bikarbonat Efek dentifrice Alkaloid Nitrogen dengan kandungan organik salvadorine

  Anti jamur, anti bakteria, menstimulus gingiva dan aktifitas sitotoksik Kalsium Menghambat demineralisasi enamel dan remineralisasi gigi

  Adanya kandungan alami Salvadora persica memberikan manfaat biologis bagi pemakai siwak terutama terhadap kesehatan rongga mulut. Jumlah kandungan yang besar dari trimethylamine, salvadourea, salvadorine dan golongan klorida pada siwak mampu menjadi anti bakteria, antiphlogistic dan penstimulus gingiva.

  15,16

2.1.2 Bentuk Sediaan Siwak

  Selain digunakan sebagai alat pembersih gigi, siwak juga digunakan dalam bentuk sediaan lainnya, sebagai:

  14,17 1.

  Pasta gigi Pasta gigi yang mengandung ekstrak siwak, selain mengandung bahan-bahan alami dari ekstrak siwak atau Salvadora Persica juga mengandung bahan-bahan kimia tambahan sehingga menjadi bentuk pasta yang dapat dipakai dengan sikat gigi.

  Beberapa merk pasta gigi yang diproduksi dari Salvadora Persica seperti pasta gigi Sarkan (U.K.), pasta gigi Quali (Swiss), pasta gigi Epident (Mesir), pasta gigi Epident-F (Indonesia), Fluoroswak (Pakistan) dan Dentacare Miswak Plus (Arab Saudi).

2. Obat kumur

  Ekstrak kayu siwak dapat dijadikan obat kumur, namun belum ada satupun merk yang ditemukan di pasaran.

  Kayu siwak memiliki kandungan anti mikroba yang dapat dijadikan sebagai bahan irigasi endodonti. Kandungan kayu siwak mampu menyembuhkan jaringan setelah empat jam pemberian ekstrak kayu siwak.

2.1.3 Cara Pemakaian Kayu Siwak

  Kayu siwak dapat digunakan sebagai alat pembersih gigi dan lidah. Bagian dorsal lidah dapat dibersihkan dengan cara mematahkan kayu siwak sehingga

  17 menjadi bentuk V dan digunakan untuk mengikis lidah guna menyingkirkan plak.

  Sebagai alat pembersih gigi, cara pemakaian kayu siwak pertama dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air agar mendapatkan batang yang lembut dari kayu siwak. Kemudian kunyah bagian ujungnya sehingga hancur dan berjumbai seperti halnya bulu sikat gigi. Agar tidak merusak gingiva saat dipakai, kayu sugi harus dikunyah hingga cukup lembut dan kemudian digosokkan pada permukaan bukal, lingual dan oklusal dari setiap gigi. Kayu siwak biasanya digunakan tanpa

  17 pasta gigi (Gambar 2).

  18 Gambar 2. Pemakaian kayu siwak tanpa menggunakan pasta gigi

  Ada dua teknik yang biasa dilakukan untuk membersihkan gigi dengan menggunakan kayu siwak. Cara yang pertama dilakukan dengan gerakan naik dan pada tiap gigi. Pemakaian kayu siwak dengan cara yang kasar dapat menyebabkan resesi gingiva seperti halnya sikat gigi terutama pada permukaan bukal. Kayu siwak yang kasar dan keras juga mendukung terjadinya hal tersebut. Teknik berputar dianggap lebih baik untuk pembersihan gigi dan dapat memberikan efek pemijatan

  18,19 dan menstimulasi gingiva.

  Ada dua cara menggemgam kayu siwak untuk membersihkan gigi (Gambar

  19

  3), yaitu: 1.

  Genggaman pena, yaitu siwak ditempatkan diantara jari telunjuk dan jari tengah serta ibu jari disandarkan di depan kedua jari tersebut. Dua jari lainnya diletakkan di telapak tangan 2.

  Genggaman telapak tangan, yaitu siwak digenggam menggunakan empat jari dengan jari telunjuk berada di dekat ujung siwak. Ibu jari ditempatkan berhadapan dengan jari telunjuk dan mengontrol pergerakan kayu siwak.

  19 Gambar 3. Cara menggemgam kayu siwak

2.1.4 Efek Penggunaan Kayu Siwak Terhadap Plak Kayu siwak diketahui memiliki beberapa efek atas penggunaannya.

  Kandungan dan cara penggunaan kayu siwak memberikan banyak kegunaan terutama pada aktifititas bakteri. Pada daerah subgingiva dan permukaan gigi dengan jarak bervariasi. Seiring berjalannya waktu, bakteri yang bersatu dalam koloni akan membentuk plak gigi. Apabila jumlah plak gigi masih sedikit dan mampu ditolerir oleh pejamu, maka plak gigi tersebut tidak akan menimbulkan penyakit periodontal. Namun apabila pejamu tidak lagi mampu mengatasi pertumbuhan plak, maka dapat

  20 mengakibatkan penyakit pada gingiva maupun jaringan periodontal.

  Kalkulus yang juga merupakan mineralisasi ataupun kalsifikasi dari plak juga dapat dihindari. Kalkulus yang memiliki perlekatan yang lebih kuat daripada plak dapat dihindari dengan adanya kandungan klorida yang tinggi pada siwak dipercaya

  21 mampu mencegah pembentukan kalkulus dan mencegah pewarnaan pada gigi.

  Plak bakteri ataupun plak gigi diketahui sebagai faktor utama atau pencetus terjadinya penyakit gigi dan mulut, sehingga diperlukan adanya penyingkiran plak bakteri atau plak gigi dengan menggunakan alat dan teknik yang tepat. Siwak merupakan salah satu alat kebersihan yang dapat menyingkirkan plak dengan dua

  22 cara, yakni secara mekanis dan khemis.

2.2 Definisi Plak

  Telah diketahui bahwa plak memegang peranan penting dalam proses inflamasi jaringan lunak gigi. Efek destruktif ini terutama disebabkan karena kegiatan metabolisme mikroorganisme di dalam plak gigi tersebut. Oleh karena itu, plak dapat diartikan sebagai granular deposit tempat berkembang biaknya bakteri dan bertumpuknya produksi mikroorganime sebagai hasil dari metabolisme bakteri

  23 tersebut.

  Plak dental digambarkan sebagai organisme biofilm yang berkembang pada gigi geligi, gusi dan pesawat serta restorasi pada rongga mulut. Plak dental dijelaskan sebagai suatu komunitas yang terdiri atas berbagai macam mikroorganisme sebagai biofilm yang melekat pada matriks seluler dari polimer pada pejamu. Sementara biofilm diartikan sebagai matriks dari populasi mikroba yang saling melekat dan

  24 menempel pada permukaan seperti gigi. Dari hasil penelitian di laboratorium diketahui 20% dari pada plak gigi terdiri atas bahan padat organik dan anorganik serta 80% dari berat plak gigi terdiri dari air dan 70% bahan padat terdiri atas mikroorganisme. Bahan organik dari plak berisi protein polisakarida yang kompleks dengan komponen utamanya karbohidrat 30% dan protein 30%, lipid 15% dan sisanya masih belum diketahui dengan jelas. Karbohidrat terdapat dalam jumlah yang terbanyak di dalam matriks plak dalam bentuk dekstran, suatu polisakarida yang dihasilkan bakteri yang merupakan 9,5% dari jumlah seluruh plak gigi yang padat. Matriks karbohidrat lainnya adalah levan,

  24 suatu polisakarida yang juga diproduksi mikroorganisme plak gigi.

  Bahan anorganik dari dari plak terdiri atas kalsium dan sodium, dimana semua bahan ini terikat pada komponen organik matriks. Jumlah bahan anorganik pada plak yang baru terbentuk sedikit sekali. Apabila diberikan fluorida secara topikal pada gigi dan fluor dalam air maka komponen fluorida akan bercampur di dalam kandungan

  23 plak.

  Jenis-jenis mikroorganisme yang ada pada plak bervariasi pada setiap individu, lokasi dan umur dari plak. Daerah seluas 1 milimeter kubik yang terdapat plak dental memiliki berat sekitar satu miligram yang membawa lebih dari 100 juta bakteri. Bakteri gram positif yang terdapat pada plak adalah Streptococcus mutans,

  

Streptococcus sanguis , Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius. Sementara

  bakteri gram negatif yang terdapat pada plak adalah diantaranya adalah Actinomyces

  23,24 viscosus dan Fusobacterium nucleatum.

2.2.2 Mekanisme Pembentukan Plak

  Beragam interaksi dari sisa makanan dan bakteri dapat menjadi alasan pembentukan mikroorganisme pada permukaan dental dalam suatu biofilm yang sangat kompleks. Berbagai populasi bakteri berkolonisasi membentuk permukaan

  6 padat pada lingkungan yang lembab. walaupun plak juga dapat didapati melekat pada enamel. Pelikel saliva pada awalnya

  24 dikolonisasi oleh bakteri yang kebanyakan streptococcus gram positif.

  Mekanisme pembentukan plak terdiri atas dua tahap, yaitu:

  a. Tahap Pertama Pembentukan Plak Langkah pertama pembentukan plak adalah absorbsi glikoprotein dan saliva pada permukaan gigi dan lapisan ini disebut pelikel. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan saliva. Dalam waktu 24 jam pelikel-pelikel ini dapat

  1 mencapai ketebalan kurang lebih satu mikron.

  Pelikel merupakan film yang tipis, licin, tidak berwarna dan tersebar merata pada mahkota gigi dengan sedikit lebih banyak pada daerah dekat gingiva. Perlekatan utama dari S. Mutans pada pelikel sebagian karena adanya ikatan adhesin seperti lektin dengan reseptor α-galaktosida dan glikoprotein saliva. Menurut penelitian absorbsi protein saliva pada permukaan enamel terjadi karena adanya daya tarik menarik antara hidroksiapatit dari enamel dengan glikoprotein dari saliva. Pendapat ini menyatakan bahwa bakteri tidak memegang peranan dalam pembentukan lapisan pelikel dan hal ini didukung oleh kenyataan-kenyataan bahwa pelikel terbentuk secara terus menerus di atas permukaan enamel dan tidak tergantung pada ada

  1,26 tidaknya kolonisasi mikroorganisme.

  b. Tahap Kedua Pembentukan Plak Setelah pembentukan pelikel, mikroorganisme melakukan kolonisasi pada pelikel. Mikroorganisme tersebut melekat pada gigi di atas permukaan pelikel karena adanya matriks dari mikroorganisme yang adhesif dan afinitas hidroksiapatit enamel terhadap glikoprotein saliva. Plak gigi bertumbuh dengan didapatnya pertambahan mikroorganisme baru juga terjadinya pembiakan mikroorganisme serta adanya penumpukan produksi mikroorganisme. Plak gigi mulai terbentuk sebagai tumpukan dan kolonisasi miroorganisme pada pernukaan enamel dalam waktu 3-4 jam sesudah gigi dibersihkan dan mencapai ketebalan maksimal pada hari ketiga

  23,24 ketebalan yang dibentuk tergantung dari pada macam-macam makanan.

  Diet yang terdiri atas maltosa dan glukosa, akan dijumpai plak gigi yang tipis dan tak tentu strukturnya karena polisakarida yang terbentuk lebih sedikit. Bila diet diganti dengan sukrosa, plak ini akan menjadi tebal dan melekat. Hal ini disebabkan adanya pembentikan polisakarida ekstraseluler yang lebih banyak dihasilkan dari pemecahan sukrosa. Melalui bantuan Streptococcus mutans akan membentuk dekstrant dan levan. Diantaranya levan merupakan bahan penting karena dapat melekatkan plak pada gigi dan relatif tidak bisa larut dan tahan terhadap destruksi mikroorganisme. Levan termasuk hasil produksi yang penting karena jika sumber eksogen tidak ada maka levan dapat dipakai sebagai nutrisi dalam bentuk karbohidrat oleh mikroorganisme dalam plak. Plak juga dapat terbentuk lebih cepat antara jam

  23,24 makan dan waktu malam hari.

2.2.3 Faktor Predisposisi Pembentukan Plak

  Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak. Retensi yang keliru merupakan faktor yang menguntungkan bagi retensi plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles bagian tepi. Walaupun tidak ada plak pada tepi restorasi, inflamasi bisa saja

  1,6 terjadi.

  Restorasi dengan kontur yang buruk, terutama dengan konturnya yang terlalu besar dan mahkota atau tumpatan yang terlalu cembung dapat menghalangi usaha penyikatan gigi yang efektif. Demikian juga pada kavitas karies terutama di dekat tepi

  1,6 gingiva dapat merangsang terbentuknya daerah timbunan plak.

  Geligi tiruan yang longgar atau geligi tiruan yang tidak terpoles dengan baik cenderung berfungsi sebagai fokus timbunan plak. Pada pesawat ortodonti yang dipakai siang malam juga dapat menjadi daerah timbunan plak, kecuali bila pasien

  1,6 sudah diajarkan cara membersihkan plak yang bertumpuk pada pesawat. dan mempersulit upaya menghilangkan plak. Pada kasus kegagalan mengganti gigi yang tanggal juga dapat menyebabkan terjadinya timbunan plak dan kalkulus pada

  1,2,6 gigi-gigi non-fungsional antagonisnya.

2.2.4 Pengukuran Skor Plak

  Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Ada beberapa indeks yang biasa digunakan, namun yang perlu diingat bahwa tidak ada satupun indeks yang bisa digunakan untuk semau jenis penelitian. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan

  2 dijelaskan kepada penderita.

  Tingkat perluasan dan keparahan dari penyakit periodontal dan faktor- faktor etiologinya seperti halnya plak dan kalkulus dental dinilai sebagai variabel kualitatif oleh setiap rata-rata sistem indeks. Namun demikian, terdapat beberapa masalah yang mungkin dialami yang harus diperhatikan seperti elemen yang bersifat subjektif dalam pengumpulan data dan perbedaan pendapat mengenai metode analisa statistik

  6 yang terbaik atau paling valid.

  Banyak indeks yang berkembang untuk mengukur plak diantaranya

  2,5,6,25

  adalah: 1.

  Indeks plak O’Leary Indeks plak O’Leary cukup ideal untuk memonitor kebersihan mulut. Indeks plak ini menggunakan gambar atau grafik yang dapat menunjukkan lokasi plak sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kontrol plak. Selain itu, gambar tersebut memudahkan dokter gigi menentukan lokasi penumpukan plak dan bagian mana yang harus lebih ditekankan penyikatan giginya atau pembersihan dengan benang gigi.

  Pemeriksaan dengan menggunakan indeks ini hanya dilakukan pada permukaan yang ada plak dan diberi skor. Untuk permukaan yang tidak ada plak dibiarkan kosong. Kemudian, jumlah total permukaan yang diberi skor ditambahkan dikalikan seratus. Hasil inilah yang merupakan nilai indeks plak pasien. Untuk mengevaluasi perkembangan kontrol plak pasien, maka dapat dilakukan dengan membandingkan indeks skor awal dan berikutnya.

  ö

  2. e dan Silness Indeks Plak L

  ö

  Indeks ini dikembangkan oleh L e dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini digunakan terhadap penilaian plak yang berada di sekitar margin gingiva. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap enam gigi sebagai representatif terhadap seluruh gigi di rongga mulut. Gigi tersebut adalah gigi molar satu kanan, gigi insisivus dua kanan dan gigi premolar satu kiri pada rahang atas. Pada rahang bawah adalah gigi premolar satu kanan, gigi insisivus dua kiri dan gigi molar satu kiri. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mesial, distal, bukal dan lingual dan dinilai secara terpisah. Skor akhir indeks plak adalah rata-rata dari keseluruhan skor permukaan.

  3. Oral Higiene Index dan Oral Higiene Index Simplified (OHI dan OHI-S) Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31 dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya, sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya. Indeks ini merupakan salah satu indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pada awalnya indeks ini disebut OHI yang dikembangkan oleh Greene dan Vermillion pada tahun 1960 dan empat tahun kemudian dimodifikasi dengan nama indeks Oral Hygiene

  (OHI-S).

  Index Simplified Pemeriksaannya terdiri atas pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus.

  Masing-masing skor dijumlahkan dan total skor OHI diperoleh dari penjumlahan skor debris dan kalkulus. Untuk mengukur rerata skor OHI adalah jumlah total OHI dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa.

  4. Plak Formation Rate Index (PFRI)

  PFRI mengukur pembentukan plak selama satu hari, yaitu penumpukan plak yang terjadi pada gigi selama 24 jam setelah dilakukan pembersihan gigi oleh dokter plak gigi merupakan alasan dibuatnya indeks ini.

  5. Quigley-Hein Index (QHI) Indeks ini dikembangkan pada tahun 1962 oleh G. A. Quigley dan J. W. Hein. Penilaian terhadap plak pada permukaan labial gigi anterior dengan pengukuran skala dari 0-5.

  6. QHI (Modifikasi Turesky) Indeks ini dikembangkan pada tahun 1970 oleh S. Turesky, N. D. Gilmore dan I. Glickman dan merupakan modifikasi dari indeks Quigley-Hein. Penilaian terhadap permukaan fasial dan lingual dari seluruh gigi kecuali gigi molar ketiga.

  Tabel 2. Kriteria skor indeks Quigley-Hein (modifikasi Turesky) Skor Kriteria

  Tidak terdapat plak

  1 Terdapat sedikit plak pada daerah margin gigi

  2 Selapis tipis plak (1mm) pada batas servikal gigi

  3 Plak menutupi lebih dari 1mm, tapi tidak mencapai 1/3 permukaan gigi

  4 Plak menutupi 1/3 gigi, tapi tidak mencapai 2/3 permukaan gigi

  5 Plak menutupi 2/3 atau lebih permukaan gigi Cara penghitungan skor:

2.3 Kerangka Konsep

  Plak Gigi Memakai Kayu Memakai Sikat

  Siwak Gigi Sesudah Sebelum

  Sebelum Sesudah

Dokumen yang terkait

Perbedaan penurunan skor plak antara pemakai kayu siwak dan sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan

15 114 48

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi dan Prevalensinya - Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Etiologi Trauma Gigi - Prevalensi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Medan Maimun dan Medan Selayang

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Tindakan irigasi pada perawatan saluran akar yang dilakukan oleh dokter gigi umum di kota Medan tahun 2015.

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Laut Belawan - Keanekaragaman dan Distribusi Plankton di Perairan Muara Desa Belawan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami trauma gigi sulung yang mengakibatkan hilangnya s

0 3 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies - Hubungan skor deft dan pufa dengan kualitas hidup anak usia 3-6 tahun Playgroup & TK Kalam Kudus dan TK Dian Ekawati

0 1 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identifikasi - Perbedaan Rasio D2:D4 antara Laki-laki dan Perempuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Scaffolding - Analisis dan Desain /Perencanaan Struktur Scaffolding sebagai Alat Penyokong Bekisting Beton

1 3 36