BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan

  analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct

  

Investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Penelitian terdahulu,

  yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini dan selanjutnya akan diakhiri dengan kerangka pemikiran yang menganalisis hubungan kedua variabel diatas, sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan penelitian yang benar mengenai hubungan dan pengaruh antara kedua variabel tersebut.

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dimana penekanannya terdapat pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2006:9)

  Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang- barang ekonomi kepada penduduknya (Todaro dan Smith, 2003). Ada tiga komponen utama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi suatu masyarakat (Todaro:2000), yaitu: 1.

  Akumulasi modal Akumulasi modal meliputi bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Demikian pula investasi dalam sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitasnya dan dengan demikian akan menghasilkan efek yang sama terhadap produksi, bahkan akan lebih besar lagi bertambahnya jumlah manusia.

2. Pertumbuhan penduduk

  Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk pada akhirnya akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Disamping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang- barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Dengan demikian, perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.

3. Kemajuan teknologi

  Kemajuan teknologi bagi para ahli ekonomi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih penting. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka ditemukan pula cara berproduksi atau perbaikan produksi yang dapat meningkatkan nilai tambah yang tinggi.

2.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1. Teori Pertumbuhan Klasik

  Teori pertumbuhan klasik dipelopori oleh beberapa tokoh, yaitu Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.

  Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, The Law of Diminishing

  

Returns akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan

  ekonomi tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila jumlah penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Apabila jumlah penduduk terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk akan menjadi negatif, maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi dapat mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stationary state).

  Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

2.2.2. Teori Schumpeter

  Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan atas dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan penanam modal terpengaruh.

  Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi, maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah lama. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “ keadaan tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.

2.2.3. Teori Harrod-Domar

  Teori pertumbuhan Harrord-Domar dikembangkan oleh Evsey Domar dan Roy F.Harrod. Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal (gedung, alat-alat dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila kita asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya total stok modal (K), dengan GNP total (Y), maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GNP.

  …………………………………………………………... (2.1) Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto ( ) ditentukan secara bersama- sama oleh tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional (k).

2.2.4. Model Pertumbuhan Solow

  Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan investasi, pertumbuhan dan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw, 2000:114). Dalam teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan antara output, modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut.

  …………………………………………………………... (2.2) Dari persamaan 2 terlihat bahwa output per pekerja (Y) adalah fungsi dari

  

capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum

  “ the law of deminishing return “, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor akan menambah output per pekerja dan bahkan dapat mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituliskan sebagai berikut.

  …………………………………………………………... (2.3) Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi

  capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya

  investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya.

  ……………………………......................................... (2.4)

  t ,dimana adalah porsi penyusutan terhadap capital stock. Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan

  

capital sock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan

  pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan penyusutan sehingga akumulasi modal.

  Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi lebih dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya akan mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock. Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

  ...…………………………………........... (2.5)

  t,

  dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori in diprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP perkapita yang rendah (Mankiw, 2000:101).

  Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y = f (K,L,E), dimana E adalah efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai

  ……………………........................... (2.6)

  t, dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja.

  Dampak dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang terus tumbuh.

  Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan beerpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.

  2.3. (FDI) Foreign Direct Investment

  FDI merupakan salah satu bentuk aliran modal internasional. Menurut Krugman (1991) yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Bentuk aliran modal internasional tersebut biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh multinational

  

corporation ( MNC) dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan,

ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya.

2.3.1. Motif Foreign Direct Investment

  Berikut merupakan motif suatu negara melakukan investasi dalam bentuk FDI, diantaranya: a.

  Untuk mendapatkan return yang lebih tiggi, perpajakan yang lebih menguntungkan, dan infrastruktur yang lebih baik.

  b.

  Untuk menghindari hambatan tarif dan non-tarif yang dibebankan kepada impor sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI.

  c.

  Untuk memiliki competitive advantage melalui direct control dengan melakukan hal-hal berikut ini:

  • Horizontal Integration Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar yang biasanya berada dalam posisi monopolistic atau oligopolistic dengan tujuan untuk melakukan direct control, khususnya yang berkenaan dengan penguasaan ilmu pengetahuan atau teknologi, dan managerial skill tertentu sehingga tetap memiliki competiive advantage di setiap pasar luar negeri yang dimasuki.
  • Vertical Integration

  Competitive advantage melalui direct control juga dapat dilakukan

  dengan vertical integration, baik melalui “backward” maupun forward

  integration ”. Backward integration dilakukan dengan jalan FDI di

  bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk memperoleh jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga semurah mungkin.

  Forward integration dilakukan dengan jalan membangun jaringan distribusi, misalnya untuk produk automotive dan elektronik.

2.3.2. Dampak Foreign Direct Investment a.

  Dampak Positif

  • Sebagai sumber dana untuk pembangunan, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.
  • Terjadinya transfer teknologi dan pengetahuan di bindang manajerial perusahaan.
  • Mendorong pembangunan regional dan sektoral.
  • Membuka lapangan pekerjaan.
  • Kenaikan produksi dan pendapataan nasional negara sasaran.
  • Meningkatkan jiwa kewirausahaan dan persaingan sehat dalam negeri.

  b.

  Dampak negatif

  • Munculnya dominasi industrial, yang berpotensi mematikan industri dalam negeri yang kalah dalam segi modal.
  • Perubahan budaya.
  • Ketergantungan teknologi.
  • Return berpotensi lari ke luar negeri. Hal ini tergantung pada kebijakan pemerintah untuk mengatur perputaran uang di dalam negeri agar dapat terserap optimal.

  

2.4. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan

Ekonomi

  Secara teori, FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya bagi negara tuan rumah lewat beberapa jalur seperti yang dikemukakan oleh Tulus Tambunan (2008) .

  Gambar 2.1

Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Lewat

Beberapa Jalur

  Pertama, melalui pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti terjadinya penambahan output atau PDB, total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Hal ini merupakan dampak langsung. Pertumbuhan X berarti adanya penambahan cadangan devisa (CD) yang selanjutnya terjadinya peningkatan kemampuan suatu negara penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M). Kedua, masih dari sisi suplai, bahan baku dan input-input lainnya. Jika permintaan sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam negeri (tidak adanya impor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor domestik lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan FDI terhadap output agregat di negara penerima. Dalam kata lain, semakin besar komponen M dari sebuah proyek FDI maka semakin kecil efek penggandaan tersebut. Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan: peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Jika penambahan permintaan konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap.

  Sebaliknya jika permintaan konsumsi tersebut dalam bentuk peningkatan impor, maka efeknya tidak ada. Jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya FDI, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Dengan demikian kehadiran FDI memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara tuan rumah. Keempat, peran FDI sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya.

  Peran ini bisa lewat dua jalur utama, yaitu lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan FDI, ketika pindah ke perusahaan domestik mereka telah membawa pengetahuan dan keahlian baru dari perusaan FDI ke perusaan domestik dan lewat keterkaitan produksi antara FDI dan perusahaan- perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah.

  2.5. Penelitian Terdahulu Hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi satu topik yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba untuk mengumpulkan beberapa penelitian/studi empiris terdahulu mengenai hubungan FDI dan pertumbuhan ekonomi, yakni:

  Luiz De Mello pada tahun 1999 meneliti hubungan FDI dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai dampak FDI pada akumulasi modal, output dan pertumbuhan total faktor produktifitas (TFP). Penelitian ini menggunakan data time series dan panel dengan sampel negara- negara OECD dan non-OECD pada periode 1970-1990. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa meskipun FDI diekspektasikan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui transfer teknologi dan pengetahuan, namun hubungan ini dipengaruhi oleh derajat saling melengkapi (complementary) dan derajat substitusi antara FDI dan investasi dalam negeri.

  Dritsaki dan Adamopoulos pada tahun 2004 melakukan penelitian untuk mengkaji hubungan antara perdagangan, FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara Yunani pada periode waktu 1960 – 2002. Melalui analisa kointegrasi menunjukkan bahwa adanya hubungan keseimbangan jangka panjang. Sedangkan hasil dari pengujian kausalitas Granger menunjukkan bahwa terdapat hubungan satu arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, hubungan saling mempengaruhi antara FDI dan pertumbuhan ekonomi serta hubungan saling mempengaruhi antara FDI dan ekspor.

  Li dan Liu pada tahun 2005 melakukan penelitian untuk menguji hubungan endogen antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 84 negara.

  Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan komplemen yang kuat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Modal manusia dan kemampuan menyerap teknologi sangat penting bagi aliran masuk FDI dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Selama ada hubungan endogen yang terus meningkat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan modal manusia, kecanggihan teknologi, dan pembangunan ekonomi akan membuat aliran masuk FDI lebih banyak. Hal ini akan menaikkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing.

  Khaliq dan Noy pada tahun 2007 meneliti mengenai dampak FDI pada pertumbuhan ekonomi selama periode 1997-2006. Dalam penelitian ini, FDI disimpulkan mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada level agregat. Akan tetapi keuntungan ini tidak ditemukan kembali saat diteliti dampaknya secara sektoral karena berdasarkan hasil estimasi penelitian menunjukkan bahwa hanya ada beberapa sektor yang menunjukkan dampak positif dari FDI secara signifikan, bahkan ada satu sektor yang menunjukkan dampak negatif akibat aliran FDI yang masuk (sektor pertambangan).

  Eni Setyowati, Wuryaningsih dan Rini Kuswari pada tahun 2008 meneliti kausalitass investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan error

  

correction model. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel yang

  memiliki dampak siginifikan dalam jangka pendek adalah investasi asing langsung (FDI) terhadap PDB dan sebaliknya. Hasil penelitian ini telah membuktikan adanya kausalitas dua arah.

  Andrian Tony Prakoso pada tahun 2009 menganalisis hubungan perdagangan internasional dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 1990-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan kausalitas dua arah, pertumbuhan ekonomi menyebabkan FDI, dan perdagangan internasional menyebabkan FDI.

  Deviyantini pada tahun 2012 melakukan penelitian dampak FDI dan kinerja ekspor-impor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan studi komparatif negara maju dan negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat hubungan satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan mempengaruhi GDP. Hubungan satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara antara variabel ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP ditemukan hubungan kausalitas dua arah. Untuk kasus di negara maju, hasil analisis menunjukkan bahwa FDI merupakan faktor yang mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi.

  2.6. Kerangka Pemikiran

  Globalisasi Integrasi Ekonomi

  Foreign Direct Investment (FDI)

  Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

  2.7. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat diterapkan dua hipotesis sebagai berikut :

  1. Terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.

  2. Terdapat hubungan timbal balik (dua arah) antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Kontrol Diri Pada Remaja yang Berasal dari Keluarga Utuh dan Keluarga Bercerai

0 0 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Kontrol Diri Pada Remaja yang Berasal dari Keluarga Utuh dan Keluarga Bercerai

1 3 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbedaan Kontrol Diri Pada Remaja yang Berasal dari Keluarga Utuh dan Keluarga Bercerai

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 2.1.1 Defenisi - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun

0 0 20

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

1 1 13

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

0 0 11

BAB II PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL A. Sejarah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa - Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

0 0 16

BAB 2 PENGELOLAHAN KASUS 2.1 KONSEP DASAR - Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kebutuhan Dasar Gangguan Aktivitas

0 0 15

1. Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Level) - Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

0 0 20