BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies - Hubungan skor deft dan pufa dengan kualitas hidup anak usia 3-6 tahun Playgroup & TK Kalam Kudus dan TK Dian Ekawati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies

  Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke

  1 jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.

2.1.1 Faktor Etiologi

  Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu

  1 yang lama.

  Gambar 1: Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan 1

faktor host agen, substrat, dan waktu. Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan

  1 ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.

  Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh

  1 karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).

  Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan

  1 penting dalam terjadinya karies.

2.1.2 Faktor risiko

  Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva dan pola makan. Ada juga faktor risiko demografi seperti umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan lain-lain. Beberapa ahli menggunakan istilah faktor predisposisi atau faktor

  1 modifikasi untuk menjelaskan faktor risiko demografi.

2.2 Indeks deft klein

  Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok suatu penyakit gigi tertentu. Indeks dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam. Indeks ini diperkenalkan oleh Klein, Palmer, Knutson pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Indeks deft (decayed extracted filled tooth) merupakan indeks yang

  1 digunakan untuk gigi susu.

  Yang termasuk dalam d (decayed) adalah:

  a) Semua gigi susu yang mengalami karies

  b) Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen

  c) Gigi dengan tumpatan sementara

  Yang termasuk dalam e (extracted) adalah:

  a) Semua gigi susu yang hilang atau dicabut karena karies

  Yang termasuk dalam f (filling) adalah:

  a) Semua gigi dengan tumpatan permanen

  b) Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar

  Skor deft dihitung dengan menjumlah d+e+f. Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu kategori saja, yaitu d,e atau f.

2.3 Indeks PUFA/pufa

  PUFA/pufa adalah indeks untuk menilai keadaan rongga mulut karena karies yang tidak dirawat. Indeks ini dicatat terpisah dari DMFT/deft dan tingkat indeks ini menilai ada tidaknya pulpa yang terlihat, ulserasi pada rongga mulut yang disebabkan sisa akar, fistula, dan abses.

4 Kegagalan indeks DMFT/deft untuk menyediakan informasi tentang keadaan

  klinis pada karies yang tidak dirawat, seperti abses pulpa, yang mungkin lebih berat dari lesi kariesnya sendiri, menjadi landasan untuk pengembangan indeks PUFA/pufa. Penilaian dilakukan secara visual tanpa menggunakan instrumen. Hanya satu tingkat ditetapkan per gigi. Huruf besar pada indeks digunakan untuk gigi permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi susu.

  12,13

  Tabel 1. Deskripsi kode PUFA/pufa

  4,12,13

  Kode Deskripsi P/p Keterlibatan pulpa dicatat ketika kamar pulpa terlihat atau ketika struktur koronal gigi telah hancur oleh proses karies dan hanya akar atau sisa akar yang tertinggal. Probing tidak dilakukan dalam mendiagnosa keterlibatan pulpa

  U/u Ulserasi akibat trauma yang disebabkan sisi tajam gigi, dicatat ketika bagian sisi tajam gigi tersebut menyebakan traumatik ulser pada jaringan lunak sekitarnya misalnya lidah, atau mukosa bukal

  F/f Fistula dicatat ketika ada nanah keluar saluran sinus A/a Abses dicatat ketika ada pembengkakan

  Skor pufa per orang diukur dengan cara yang sama seperti DMFT/deft dengan menjumlahkan p+u+f+a. Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu kategori saja yaitu p, u, f, dan a.

  Gambar 2: pufa, (a dan b) keterlibatan pulpa (p), (c dan d) ulserasi (u), (e dan f) fistula (f), (g dan h) abses (a).

  4

2.4 Kualitas hidup

  Salah satu hak manusia adalah mendapat seluruh kebahagiaan dan kepuasan berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan, seperti kesehatan, rekreasi, budaya, hak, nilai-nilai dan keyakinan, tujuan dan hidup yang mencakup perasaan. Sehubungan dengan kondisi kesehatan kualitas hidup mencerminkan keadaan fisik dan mental yang sehat, serta kemampuan untuk bereaksi terhadap faktor-faktor dari lingkungan.

  14 Konsep kualitas hidup yang dimaksud dikembangkan dari konsep sehat UU No.23,1992 tentang kesehatan. UU No.23,1992 tentang kesehatan mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Ketiga keadaan tersebut menjadi konsep kunci dalam mencapai keadaan umum dan kesehatan rongga mulut yang dapat diterima

  7 dihubungkan dengan kualitas hidup.

  Kesehatan rongga mulut yang tidak baik akan berpengaruh pada kualitas hidup. Penampilan merupakan bagian penting untuk mendapat pengalaman bersosialisasi dan berinteraksi sepanjang hidup, bagaimana orang lain bereaksi terhadap perbedaan yang ada pada wajah sangat dapat berdampak pada perasaan anak. Ada beberapa bukti bahwa anak-anak dengan perbedaan gigi yang terlihat, seperti traumatik gigi seri menyebabkan penilaian sosial yang negatif dan ejekan diantara anak-anak seusianya mengenai

  15 penampilan mereka.

2.5 Karies yang Tidak Dirawat dan Kualitas Hidup

  Karies gigi adalah penyakit paling umum pada masa anak-anak. WHO telah

  2

  mengestimasi 60-90% dari seluruh anak usia sekolah terkena karies. Karies merupakan penyakit multifaktorial yang berefek tidak hanya pada saat orang makan dan

  16 kebersihan rongga mulut, tetapi juga mempengaruhi standar kehidupan mereka.

  Telah dihipotesiskan bahwa anak-anak dengan pengalaman karies gigi yang lebih banyak mempunyai efek lebih tinggi pada kualitas hidup mereka, dikarenakan mereka lebih sering merasa nyeri pada rongga mulut, memliki kesulitan saat mengnyah, khawatir atau risau tentang rongga mulut mereka, atau jarang masuk sekolah dikarenakan pengalaman penyakit kulmulatif mereka, menunjukan efek tidak langsung pada gejala klinis fungsional sehari-hari berhubungan dengan gejala status yang

  2 dilaporkan, seperti yang diprediksi oleh Wilson dan Cleary.

  Anak yang mengalami pencabutan gigi dikarenakan karies, yang memperlihatkan keterbukaan pulpa, fistula, dan abses serta yang melaporkan sakit gigi ketika dilakukan pemeriksaan rongga mulut menunjukkan kedua kualitas hidup anak

  14

  dan keluarga terpengaruh oleh keadaan rongga mulut anak. Lebih lanjut kerusakan pada gigi yang parah diketahui juga mempengaruhi status gizi anak, pertumbuhan, berat

  10 badan anak secara negatif.

2.6 Pengukuruan Kualitas Hidup

  Ada beberapa macam instrumen dalam pengukuran kualitas hidup antara lain

  7 (Tabel 2).

  a) Child Oral Impact Daily Performance (Child-OIDP)

  Instrumen ini terdiri atas 8 item untuk anak 11-12 tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak kesehatan rongga mulut pada kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

  b) Child Perception Questionnaire (CPQ)

  Intrumen ini terdiri atas 37 pertanyaan untuk anak umur 11-14 tahun yang dikategorikan dalam 4 kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional dan sosial yang baik. Bertujuan untuk mengukur sejauh mana dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup yang dilaporkan oleh anak- anak.

  c) Child Oral Health Impact Profile (COHIP)

  Instrumen ini terdapat 49 item yang terdiri atas 7 dimensi yaitu keterbatasan fungsional, sakit fisik, ketidaknyamanan psikologi, cacad fisik, cacad mental, keterbatasan sosial, dan kekurangan sosial. Pertanyaan ini untuk mengukur persepsi individual mengenai status kesehatan rongga mulut yang dihubungkan dengan kualitas hidup pada anak umur 8-14 tahun.

  d) Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)

  Instrumen ini digunakan untuk mengukur kualitas hidup pada anak khususnya untuk anak umur 2-5 tahun. Instrumen ini memiliki skala untuk anak-anak dan satu lagi untuk keluarga dan dirancang untuk menilai kedua dampak kesehatan mulut anak pada kegiatan sehari-hari dan dampak perawatan pada gigi anak yang mungkin anak-anak pernah terima. Tabel 2. Karakteristik beberapa instrumen untuk menilai dampak kesehatan mulut pada kualitas hidup anak-anak.

7 Penelitian Kota Indeks Umur Jumlah

  item Dimensi Kualitas Hidup Broder et al,. 2005 USA COHIP 8-14 tahun 34 item Gejala oral, fungsi kesejahteraan, emosional, harga diri dan harapan Guerunpong et al,. 2004 Thailand Child-

  OIDP 11-12 tahun 8 item Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan kinerja, psikologi, fisik, dan sosial.

  Jokovic et al,. 2002 Canada COHQOL 6-14 tahun

  14 item Kegiatan keluarga, keuangan, konflik dalam keluarga, dan emosi orang tua. Foster Page et al,. 2005

  New Zealand CPQ 11-14 11-14 tahun

  37 item Gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional, sosial dan kesejahteraan. Talekar et al,. 2005

  USA ECOHIS 2-5 tahun Orang tua

  4 item/anak 9 item Fungsional, psikologis, dan kondisi sosial.,

  Anak-anak yang usianya lebih muda dari 6 tahun tidak dapat secara akurat mengingat kejadian sehari-hari dan kejadian lainnya lebih dari 24 jam. Hanya sekitar anak berumur 6 tahun yang mampu berpikir dengan baik serta mengingat suatu kejadian, yang kemungkinan mendasari banyak persepsi kesehatan dan penyakit. Orang tua harus melaporkan semua perkembangan karakteristik anak yang disebabkan penyakit rongga mulut pada anak.

  8,9

  ECOHIS digunakan untuk menilai dampak dari masalah kesehatan mulut serta kualitas hidup anak 3-6 tahun dan keluarga mereka.

2.7 Karakteristik Anak 3-6 Tahun

  Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Anak usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa

  17 untuk periode selanjutnya.

  Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya dan hal-hal yang produktif dalam bidang

  17 yang disenanginya.

  Masa anak merupakan fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karena itu masa anak sering dipandang sebagai masa emas bagi penyelenggara pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadi peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan perkembangan pribadi

  17 seseorang.

2.8 Kerangka Konsep

  Kualitas Hidup anak usia 3-6 tahun

  1. Gejala anak

  • Sakit pada gigi, bibir, dan rahang 1.

  2. Fungsi anak pufa

  • Sulit meminum minuman panas atau dingin
  • Sulit memakan makanan
  • Sulit mengucapkan beberapa kata 1.

  deft-t

  • Tidak masuk sekolah d (decayed)

  3. Keadaan psikologi anak e (extraxted)

  • Susah tidur f (filling)
  • Merasa risih atau frustasi

  4. Citra diri atau sosial interaksi

  • Menghindari tertawa atau tersenyum dengan teman-teman 2.

  pufa

  • Menghindari berbicara dengan teman- p : pulpitis teman u : ulserasi

  5. Keadaan orang tua f : fistula

  • Merasa sedih a : abses
  • Merasa bersalah

  6. Fungsi keluarga

Dokumen yang terkait

Prevalensi trauma gigi sulung anterior pada anak usia 1-4 tahun di TK dan Posyandu Kecamatan Medan Barat dan Medan Sunggal

1 81 84

Hubungan skor deft dan pufa dengan kualitas hidup anak usia 3-6 tahun Playgroup & TK Kalam Kudus dan TK Dian Ekawati

6 74 62

Hubungan Pemberian Asi Ekslusif dengan Kejadian Dermatitis Atopik pada Anak Playgroup dan TK Happy Holy Kids

8 87 73

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene - Hubungan Oral Higiene dengan Pengalaman Karies anak Usia 12 Tahun Menggunakan Indeks DMFT dan SiC (WHO) di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

0 0 11

Hubungan stunting dengan skor IQ anak usia sekolah dasar keluarga miskin di Kabupaten Klaten

0 1 62

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi dan Prevalensinya - Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi - Hubungan Karies Dan Karies Tidak Dirawat Dengan Kualitas Hidup Pada Masyarakat Dewasa Usia 20-40 Tahun Di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

0 3 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies - Perbandingan Hasil Radiografi Periapikal Dan Bitewing Dalam Mendeteksi Karies Proksimal

0 0 13

BAB 1 PENDAHULUAN - Prevalensi trauma gigi sulung anterior pada anak usia 1-4 tahun di TK dan Posyandu Kecamatan Medan Barat dan Medan Sunggal

0 1 6

b) Perempuan 2. Umur (tahun) - Hubungan skor deft dan pufa dengan kualitas hidup anak usia 3-6 tahun Playgroup & TK Kalam Kudus dan TK Dian Ekawati

0 0 21