faktor yang Pertumbuhan Ekonomi indonesia (9)

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro
ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai
akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan
produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih
besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah
lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
2. Distribusi Pendapatan.
Distribusi pendapatan nasional adalah mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil
pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy, 1999).
Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu; distribusi ukuran, adalah besar
atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang dan distribusi fungsional atau
distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi (Todaro, 2000).
Dari dua definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi pendapatan mencerminkan
ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu daerah atau negara baik yang diterima masingmasing orang ataupun dari kepemilikan faktor-faktor produksi dikalangan penduduknya. Menurut Irma
Adelma dan Cynthia Taft Morris (dalam Lincoln Arsyad, 1997) ada 8 hal yang menyebabkan
ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang:



Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan perkapita.



Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan
pertambahan produksi barang-barang.



Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.



Investasi

yang

sangat

banyak


dalam

proyek-proyek

yang

padat

modal

(Capital

Insentive), sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar dibandingkan
dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.


Rendahnya mobilitas sosial.




Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga
barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.



Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi Negara Sedang Berkembang dalam perdagangan
dengan Negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elastisan permintaan Negara-negara maju
terhadap barang-barang ekspor Negara Sedang Berkembang.



Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.



Perbedaan pendapatan timbul karena :
·

Adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi


·

Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan
yang lebih banyak pula.

3. Kemiskinan
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau
jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di
banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia.


Jenis-Jenis Kemiskinan Dan Definisinya

Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep
yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang
pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut.
Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya
dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.



Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan
minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.



Kemiskinan cultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok

masyarakat

yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak
lain yang membantunya


Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit
memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan
tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan



Tingkat dan laju pertumbuhan output



Tingkat upah neto



Distribusi pendapatan



Kesempatan kerja



Tingkat inflasi




Pajak dan subsidi



Investasi



Alokasi serta kualitas SDA



Ketersediaan fasilitas umum



Penggunaan teknologi




Tingkat dan jenis pendidikan



Kondisi fisik dan alam



Politik



Bencana alam



Peperangan
Kemiskinan Dapat Dilihat Dari 2 Dimensi.





Dimensi individu

Kekurangan individu yang tertentu dapat mencetuskan kemiskinan. Kelemahan individu ini biasanya
kelemahan yang setara dan dapat menyebabkan seseorang itu miskin, walaupun dia berada dalam
suatu masyarakat yang penuh dengan peluang rezeki. Kelemahan individu ini adalah seperti berikut:
 Tabiat berjudi
Tabiat berjudi adalah satu amalan yang menyebabkan seseorang itu miskin. Mereka yang
kecanduan untuk berjudi, akan banyak kehilangan harta dalam aktivitas berjudinya dan mereka
seringnya hilang tumpuan dalam pekerjaan kerana kalah dalam perjudian.
 Masalah Personaliti
Pada umumnya, personaliti bermasalah yang menyebabkan kemisikinan ialah sikap malas. Sikap
malas itu dicerminkan dalam tingkah laku seperti suka berkhayal, suka beromong kosong, dan juga “elak
kerja”. Orang yang malas adalah kekurangan produktivitasnya dan mereka akan hilang banyak peluang
untuk mencari rezeki.



Dimensi masyarakat

Dari dimensi ini, kemisikinan merupakan sesuatu yang terhasil dari masalah sosio-ekonomi.
Wujudnya didalam suatu masyarakat dan bukan sesuatu yang diakibatkan oleh kelemahan individu itu
sendiri. Sebab kemisikinan yang berhubung dengan masalah masyarakat adalah seperti berikut:
 Konflik
Konflik seperti peperangan, kerusuhan dan sebagainya akan menyebabkan kegiatan ekonomi
terbunuh dan juga membinasakan infrastruktur yang penting untuk menjaga kekayaan. Semua ini akan
menyebabkan kemisikinan yang berlarut-larut.
 Ketidakadilan Sosial
Menurut teori Marxisme, dalam masyarakat yang mengamalkan ekonomi pasaran bebas,
kemisikinan adalah : “Sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Dalam masyarakat ini, harta cenderung untuk
bertumpu kepada golongan yang terkaya, manakala orang yang miskin cenderung menjadi lebih miskin.
Ini adalah karena dalam pasar bebas, komoditi itu dijualkan kepada mereka yang mampu menawarkan
harga yang lebih tinggi. Prinsip ini menyebabkan faktor pengeluargan seperti tanah, cenderung dimiliki
oleh golongan terkaya, kerana mereka mempunyai kekuasaan pembelian yang lebih tinggi. Pemilikikan
faktor pengeluaran ini akan menyebabkan orang terkaya ini menjadi lebih kaya, dan mereka akan
membeli lebih banyak faktor pengeluaran di pasa bebas. Proses ini akan berterusan, sehingga golongan
terkaya ini memonopoli segala faktor pengeluaran, dan menyebabkan orang lain dalam masyarakat
miskin tidak memiliki faktor pengeluaran.”


Tetapi teori ekonomi marxisme sudah dibuktikan oleh salah seorang ahli ekonomi. Semua negara
yang telah mencoba mengikuti teori Karl Marx gagal mengurangi kemiskinan. Kini hampir semua ahli
ekonomi dan ahli sejarah ekonomi menggunakan teori ekonomi bebas untuk mengurangi kemiskinan.
4. Karakteristik Ekonomi Penduduk Miskin
Dari data tape SUSENAS 1990 hanya dapat diperoleh beberapa karakterisktik ekonomi rumah
tangga. Pertama, jabatan pekerjaan dari kepala rumah tangga, apakah ia sebagai seorang buruh atau
pengusaha, atau keduanya. Kedua, sumber penghasilan rumah tangga, berapa persen yang dari upah,
berapa pula yang dari usaha. Juga dapat diketahui berapa persen penghasilan rumah tangga kelompok
miskin yang berasal, misalnya, dari sector pertanian dan berapa persen yang dari sector-sektor lainnya.
Ketiga, pola pengeluaran rumah tangga, berepa persen untuk makanan, berapa pula untuk non
makanan.
5. Dampak Kemiskinan


Pengangguran.

Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran di Indonesia begitu banyak. Dengan banyaknya
pengangguran berarti banyak masyarakat yang tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena
tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya.
Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan
memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran
rata-rata. Ukuran daya saing inilah yang kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa
dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global.


Kekerasan.

Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Hal
tersebut disebabkan karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar.
Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya
maka jalan pintas pun dapat dilakukannya. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu.
Dari sinilah sebuah kemiskinan dapat berdampak bagi kelangsungan hidup masyakarat kebanyakan.
Semakin tinggi masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, semakin membahayakan juga lingkungan
tempat tinggal mereka. Karena sebagai dampak kemiskinan, mereka akan berusaha mencari jalan pintas
untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka.


Pendidikan.

Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya
pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan.
Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu
miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Akhirnya kondisi masyarakat miskin
semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat
pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan

yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di
era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.


Kesehatan.

Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan
apalagi rumah sakit swasta menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya sangat mahal.
Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin. Karena biaya yang mahal tersebut,
berdampaklah kepada masyarakat yang masuk dalam kategori miskin. Dampak yang ditimbulkan inilah
yang semakin memperparah kehidupan masyarakat miskin. Mereka kehilangan hak untuk mendapat
fasilitas kesehatan karena mereka tidak mempunyai dana untuk membayar.


Konflik sosial bernuansa SARA.

Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi
miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami.semuanya ini adalah
ekspresi berontakan identitas diri setiap individu. Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap
melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin.
Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di
setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.
6. Kebijakan Dlaam Pembangunan Ekonomi Daerah.
Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan
bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi. Ada tiga pilar utama strategi
pengurangan kemiskinan, yakni :


Pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan



Pemerintahan yang baik (good governance)



Pembangunan sosial

Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai
dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu :


Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi pedesaan



Intervensi jangka menengah dan panjang



Pembangunan sektor swasta



Kerjasama regional



APBN dan administrasi



Desentralisasi



Pendidikan dan Kesehatan



Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan