Makalah Terapan Teori Belajar dan Pembel

MAKALAH TERAPAN
PENERAPAN TEORI OBSERVATIONAL LEARNING
ALBERT BANDURA DALAM MENINGKATKAN
PEMAHAMAN PRAKTIK IBADAH BAGI SISWA PADA
MATA PELAJARAN FIQH DI MAN 1 BANYUWANGI
Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester 3 mata kuliah
“ Teori Belajar dan Pembelajaran “
Dosen Pengampu : Imron Rosyidi, M.Th, M.Ed
Disusun oleh :
Aji Bagus Khoiri

(13110139)

KELAS PAI-E
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
JAWA TIMUR
2014

A. Merasakan Adanya Masalah/Problem Sensing

Sebuah pembelajaran akan lebih meresap dan juga dapat tersimpan dalam
long-term memory apabila pembelajaran tersebut tidak hanya didengarkan, dibaca,
maupun dihafalkan. Namun juga butuh pengamatan pada seorang model dalam
pembelajaran itu. Karena tanpa adanya seorang model yang mempraktikkan
pembelajaran tersebut, sebagian pelajar cenderung kesulitan dalam memahami suatu
pelajaran. Contohnya ketika seorang guru menerangkan tentang tata cara sholat
istisqo’. Sebagian siswa apabila hanya diberikan penjelasan dan disuruh menghafal
tata cara dari sholat istisqo’ tersebut, maka siswa tersebut akan kurang dapat meresapi
sholat tersebut.
Pelajaran Fiqh adalah salah satu dari cabang pelajaran PAI yang diajarkan di
sekolah yang berada di bawah naungan departemen agama mulai dari tingkat
Madrasah Ibtida’iyah(MI) sampai Madrasah ‘Aliyah(MA). Mata Pelajaran Fiqh
membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip Rukun
Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam AlQur'an dan Sunnah. Melalui penerapan teori Observational Learning Albret Bandura
ini, diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam meningkatkan pemahaman siswa
dalam pelajaran fiqh serta bisa diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Eksplorasi dan Analisis Masalah/Problem Exploration and Analysis
Seiring berkembangnya zaman, fiqh yang menjadi salah satu aspek penting
dalam melakukan ibadah kepada Allah juga ikut berkembang. Namun, banyak kita
temui saat ini siswa yang memiliki pemahaman dan pengetahuan yang rendah tentang

pelajaran Fiqh ini. Padahal kedudukan fiqh ini sangat penting dalam tata cara
peribadatan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat ad-dzariyat ayat
56,

ۡ ُ َۡ َ ََ
ُ ‫�س إ َ� ِ�َ ۡع ُب‬
َ �‫ٱ� َن َو ۡٱ‬
٦ ‫ون‬
‫د‬
ِ
ِ
ِ ‫وما خلقت‬
ِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”

2

Dari ayat di atas, kita dapat mengetahui urgensi dari ibadah dalam kehidupan kita,
karena esensi dari penciptaan jin manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.

Untuk mengetahui bagaimana cara beribadah itu di perlukan fiqh. Apabila siswa tidak
memahami sejak dini mengenai pembelajaran Fiqh ini, maka siswa tersebut akan
menghadapi kesulitan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
Oleh karena itu salah satu cara untuk memberikan pemahaman dan juga
penguatan pada pelajaran Fiqh adalah dengan menggunakan Observational Learning
yang dikemukakan oleh Alber Bandura. Dalam pembelajaran ini, seorang guru akan
menjadi model bagi pembelajaran siswa, sehingga siswa tidak perlu mengalami
proses pembentukan tetapi dapat mereproduksi tanggapan yang tepat dengan segera. 1
Melalui Observational Learning, siswa akan lebih mudah dalam memahami materi
yang diberikan serta segera dapat mempraktikkan materi tersebut sehingga bisa
memberikan kemudahan dalam tata cara beribadah kepada Allah karena telah
memiliki pengetahuan dan pemahaman.
Dari teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura ini, dalam pelajaran Fiqh,
seorang guru harus mampu memberikan contoh yang benar dalam pembelajaran Fiqh
agar nantinya siswa bisa mendapatkan pemahaman yang benar. Dapat disimpulkan,
pembelajaran fiqh yang diajarkan haruslah fungsional dan bermanfaat bagi peserta
didik, tidak hanya dihafalkan dan diingat-ingat sebagai pengetahuan saja.
C. Penyajian Masalah/Problem Posing
Pendidikan Agama Islam khususnya pelajaran Fiqh memuat materi mengenai
hukum-hukum syara’ berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan

Qiyas. Dalam hal ini, Fiqh merupakan bidang studi yang memberikan pendidikan
untuk mengamalkan dan memahami tata cara maupun hukum syariat Islam. Fokus
permasalahan dalam mata pelajaran Fiqh ini adalah bagaimana untuk memberikan
pemahaman mengenai praktik ibadah menggunakan teori dari Albert Bandura yakni
Observational Learning agar siswa lebih mudah dalam melaksanakan praktisi
ibadah.

1

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, PT Indeks, Jakarta, 2011, hlm. 202

3

D. Pemecahan Masalah/Problem Solving
Dalam pembelajaran Fiqh di MAN 1 Banyuwangi, guru memberikan praktek
tata cara beribadah kepada muridnya ketika materi pelajaran disampaikan. Dalam
upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang praktek ibadah digunakan teori
Observational Learning/ Pembelajaran Pengamatan yang dikemukakan oleh
Bandura. Dengan teori ini, siswa lebih mudah dalam mempraktekkan tata cara
beribadah karena adanya seorang model. Kata Pengamatan, menurut KBBI artinya

pengawasan terhadap perbuatan (kegiatan, keadaan) orang lain. Sedangkan
Pembelajaran, diartikan sebagai proses, cara, perbuatan yang menjadikan makhluk
hidup belajar. Jadi, Observational Learning/ Pembelajaran Pengamatan dapat
diartikan sebagai cara menjadikan seorang siswa belajar melalui pengawasan
terhadap perilaku orang lain.
Bandura memformulasikan sebuah teori yang komprehensif mengenai
pembelajaran pengamatan yang telah ia kembangkan untuk memperoleh kemahiran
dan performa dari bermacam-macam keterampilan, strategi, dan tingkah laku. 2
Bandura mencatat bahwa penekanan Skinner pada dampak konsekuensi perilaku
sebagian besar mengabaikan fenomena pembelajaran peniruan. Menurut Bandura,
pembelajaran manusia tidak dibentuk oleh oleh konsekuensinya tapi dipelajari
dengan lebih efisien melalui suatu model. 3
Teori Observational Learning ini diterapkan ketika guru menjelaskan tata
cara beribadah, yang tercantum dalam mata pelajaran fiqh. Misalnya tata cara sholat
wajib dan sunah. Dalam hal ini, guru memberikan contoh mulai dari niat hingga
salam selanjutnya di ikuti oleh para siswanya. Begitu pula praktik pada ibadah yang
lainnya, haji, umrah, puasa, dll.
Analisis Albert Bandura tentang pembelajaran pengamatan memiliki empat
tahap:



Tahap Perhatian: Tahap pertama dalam pembelajaran pengamatan ialah
memberikan perhatian terhadap suatu model. Pada umumnya, siswa memberikan
perhatian kepada panutan yang memikat, berhasil, menarik, dan populer. Dalam

2
Dale H. Schunk, Learning Theories An Educational Perspetive, Pearson Education, Inc, Boston, hlm.
118
3
Robert E. Slaven, loc.cit.

4

pelajaran fiqh ketika awal guru akan memberikan pelajaran dan praktik mengenai
Sholat Sunnah, misalnya sholat Iedain, guru terlebih dahulu harus memberikan
hal yang mampu menarik perhatian siswanya. Asri Budiningsih mengemukakan
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian peserta didik,
yaitu :
a. Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman atau
kehidupan siswa

b. Menggunakan alat-alat pemusat perhatian seperti peta konsep,
gambar, bagan, dan media-media pembelajaran visual lainnya
c. Penyajian pesan pembelajaran dengan urutan dari umum ke
khusus
d. Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari
dengan topik-topik yang sudah dipelajari
e. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan pembelaajaran sesuai
dengan tingkat kemampuan dan karakteristik peserta didik
f. Menciptakan suasana riang dengan melakukan acting yang
dramatis, mengejutkan, mendebarkan dll
g. Teknik penyajian bervariasi (diskusi, debat, dramatisasi,


kunjungan ke lapangan dan sebagainya) 4.
Tahap Pengingatan: Begitu guru telah mendapatkan perhatian siswa, kini saatnya
mencontohkan perilaku yang mereka inginkan untuk ditiru siswa dan kemudian
memberi kesempatan kepada siswa mempraktikkan atau berlatih. Dalam kasus
sholat Ied tadi, setelah guru mendapatkan perhatian siswa, guru mempraktikkan
langkah-langkah dari sholat Ied tersebut di hadapan para siswa. Guru
memperagakan dua atau dua atau tiga kali lalu menyuruh siswa mengingat




gerakan-gerakan yang telah diajarkan oleh guru.
Tahap Reproduksi: Selama tahap reproduksi, siswa mencoba mencocokkan
perilaku mereka dengan perilaku teladan. Di ruang kelas, penilaian pembelajaran
siswa terjadi selama tahap ini. Dalam kasus Sholat Ied tadi, setelah siswa
mengingat apa yang dipraktekkan oleh gurunya, guru memberikan kesempatan
kepada satu per satu atau sebagian muridnya untuk mempraktekkan sholat Idul

4

Asri Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran, FIP.UNY, Yogyakarta, 2003, hlm.123

5

Fitri secara berjamaah sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru tadi. Di sini


guru bisa melihat apabila mungkin ada kesalahan yang dilakukan oleh murid.

Tahap Motivasi: Merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran
pengamatan. Siswa akan meniru modelnya karena mereka percaya bahwa
tindakan itu akan meningkatkan penguatan kesempatan mereka sendiri. Di ruang
kelas, tahap motivasi pembelajaran pengamatan sering memerlukan pujian atau
nilai yang diberikan karena mengimbangi contoh guru. Siswa memberi perhatian
pada contoh tersebut, mempraktikannya, dan mereproduksinya karena mereka
belajar bahwa inilah yang disukai guru dan mereka ingin menyenangkan guru
tersebut. 5 Dalam praktik sholat Ied tadi, setelah siswa berhasil mempraktikkan
apa yang dicontohkan oleh guru dengan baik, guru patut memberikan apresiasi
berupa pujian ataupun nilai untuk memberi motivasi bagi siswa tersebut.

E. Refleksi Terhadap Proses dan Hasil/Reflection toward The Process & Result
Pembelajaran pengamatan ini pada kaitannya dengan proses pemahaman
siswa dalam praktek ibadah memberikan kemudahan pada siswa karena siswa sudah
memiliki role model yang mencontohkan bagaimana cara sholat, zakat, puasa, haji,
dan lain-lainnya, karena pelajaran Fiqh itu tidak sekedar menghafalkan dalil-dalil,
melainkan juga membutuhkan praktik. Sebagaimana ibadah, tidak hanya diingat dan
dihafalkan dalilnya, namun juga dipraktikkan
Dengan diterapkannya pembelajaran pengamatan ini pada siswa MAN 1
Banyuwangi dalam pelajaran fiqh, pemahaman siswa juga akan bertambah

dikarenakan apa yang mereka pelajar juga mereka praktikkan. Hal ini penting karena
ketika siswa terjun di masyarakat, mereka akan menghadapi berbagai kondisi,
misalnya ketika ada tetangga yang sedang meninggal, tentunya nanti akan dibutuhkan
seorang imam dalam melaksanakan sholat jenazah. Dengan pemahaman praktik
ibadah sejak dini apabila dihadapkan dengan kondisi tersebut, tentunya siswa akan
mampu untuk menjadi imam dalam sholat jenazah.
Selain siswa yang akhirnya faham dengan tata cara suatu ritual ibadah, guru
yang menjadi role model juga akan semakin faham dan mengingat bagaimana tata
cara suatu ibadah tersebut. Namun perlu diingat sebelum guru memberikan contoh
kepada siswa mengenai tata cara ibadah, guru juga harus menguasai betul materi.
Agar apa yang diajarkan itu benar dan tidak semakin menyesatkan siswa.

5

Ibid, hlm. 203

6

Daftar Pustaka
Budiningsih, A. (2003). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP.UNY.

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective (6th ed.). Boston,
United States of America: Pearson Education, Inc.
Slavin, R. E. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Pertama ed., Vol. 1). (B.
Sarwiji, Penyunt., & S. Drs. Marianto Samosir, Penerj.) Jakarta, DKI Jakarta,
Indonesia: PT Indeks.

7