Proses Memperoleh Daging Sapi yang Baik

PRQSES

MEMPEROLEW DAGINO SAP1

YANG BAlK DAN SEHAT UNTUK

S K R I P S I

MAYA PURWANTI

B. 151124

IAKULTAS KEDOKTBRAN HBWAN
INOTITUT PERTANIAN BOOQR
1993

KONSLJMEPI

RINGKASAN
MAYA PURWATI.


P r o s e s Memperoleh Daging S a p i yang Baik

dan S e h a t u n t u k Konsumen ( D i bawah bimbingan INDRAWATI
RUMAWAS 1 .
T i n g k a t konsumsi p r o t e i n hewani a s a l t e r n a k menjel a n g t a h u n 1968 hanya s e k i t a r 1 . 2 0 gram p e r k a p i t a p e r
hari.

Seirama dengan perubahan b e s a r dalam penanganan

m a s a l a h ekonomi yang d i l a k s a n a k a n o l e h P e m e r i n t a h , dap a t d i p e r k i r a k a n bahwa p e r m i n t a a n e f e k t i f akan d a g i n g
s a p i pada masa-masa yang akan d a t a n g akan t e r u s meningkat.

Demikian p u l a perkembangan t i n g k a t k e s a d a r a n g i z i

akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan d a g i n g
s a p i , b a i k s e c a r a k u a l i t a t i f maupun k u a n t i t a t i f .
Kesadaran u n t u k h i d u p s e h a t pada m a s y a r a k a t yang
semakin meningkat, t i d a k menutup kemungkinan d i t u n t u t

-


nya bahwa d a g i n g yang dimakan a d a l a h d a g i n g yang b a i k
dan s e h a t .

tem
-

Maka p e m e r i k s a a n a n t e mortem dan p o s t mor-

s e r t a p e r l a k u a n s e s u d a h pemotongan d i Rumah Potong

Hewan p e r l u d i g a l a k k a n d a n d i p e r k e t a t , k a r e n a p e m e r i k s g
an yang semaunya d a n p e r l a k u a n yang ceroboh d a p a t membg
hayakan k e s e h a t a n m a s y a r a k a t dan menurunkan mutu s e r t a
n i l a i g i z i d a r i daging s a p i .
Makanan t e r n a k d a n p e r l a k u a n yang d i t e r i m a t e r n a k

nentukan k u a l i t a s d a g i n g s a p i .
pengaruhi


Karena h a 1 i n i akan meg

r i t a r a s a , warna dan keempukan d a g i n g s e r t a

lemak, p r o t e i n , k a r b o h i d r a t , v i t a m i n dan m i n e r a l yang
dikandungnya.
Prospek t e r h a d a p permintaan d a g i n g s a p i cukup b a i k ,
maka p e r l u l a h d i a d a k a n s u a t u s t a n d a r i s a s i yang b e r s i f a t
umum s e l a i n s t a n d a r yang t e l a h d i b u a t o l e h masing-masing
P e m e r i n t a h Daerah d i I n d o n e s i a , s e h i n g g a d a g i n g s a p i y a n g
d i h a s i l k a n d a p a t seragam dalam mutu dan k e l a s s e r t a konsumen d a p a t l e b i h bebas memilih dan hak-haknya t e r l i n dungi

.

P R O S E S MEMPEROLEH DAGING S A P 1
YANG B A I K DAN S E S A T UNTUK KONDUMEN

Oleh
MAYA PURWANTI
B.


151124

S k r i p s i sebagai s a l a h s a t u s y a r a t untuk m e m p e r o l e h g e l a r
D o k t e r Hewan

pada F a k u l t a s K e d o k t e r a n H e w a n

I n s t i t u t Pertanian B o g o r

I N S T I T U T P E R T A N I A N BOGOR
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
BOGOR
1983

PROSES MEMPEROLEH DAGING SAP1

YANG BAIK DAN SEHAT UNTUK KONSUMEN

Maya P u r w a n t i , S a r j a n a Kedokteran Hewan (19.821

Nrp. B.

151124

Skripsi i n i telah
d i p e r i k s a dan d i s e t u j u i
oleh :

Drh. I n d r a w a t i Rumawas SKM
Pembimbing

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan dan penulisan
skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepa
da Ibu Drh. Indrawati Rumawas SKM selaku dosen pembimbing dari saat persiapan, penulisan sampai penyajian tulisan ini.
Ucapan yang sama penulis sam9aikan kepada Bapak Erh.

R. Soejoedono MPH yang telah membantu dan membimbing
dalam penyajian tulisan ini.
Dan kepada pegawai perpustakaan ipB, pegawai perpus
takaan FKH-IPB, pegawai perpustakaan BPT Ciawi dan Bogor,
serta pegawai perpustakaan BPPH Bogor, penulis mengucap-

kan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuannya da
lam menyediakan bahan kepustakaan.
Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak,
ibu, adik, kerabat dan sahabat yang telah banyak memberi
kan dorongan semangat dan bantuan hingga selesainya penu
lisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi is2 maupun penyajiannya.

Untuk i n i dengan rendah h a t i p e n u l i s akan menerima s a r a n
dan k r i t i k demi t e r c a p a i n y a kesempurnaan

tulisan ini.


Semoga t u l i s a n i n i bermanfaat adanya.
Bogor,

April
Penulis

1983

I.

PENDAHULUAN

Seperti apa yang kita ketahui, makanan mempunyai
pengaruh yang cukup besar dalam memelihara kesehatan tg
buh manusia dibandingkan hal-hal lain dalam lingkungan
kita.

Namun apa yang kita makan dan bagaimana cara ki-

ta makan secara tidak langsung juga mempengaruhi keadaan tubuh kita.

Sudah sejak jaman prasejarah manusia adalah herbivora dan carnivora at au disebut juga omnivora.

Mereka

mencari makan dengan cara mengambil buah-buahan hutan,
daun-daunan, telur burung dan berburu binatang.
Sejalan dengan perjalanan waktu maka kecerdasan dan keinginan semakin berkembang, sehingga mereka mulai berco
cok tanam dan menjinakan hewan yang pada mulanya diburu
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan makan.

Dari

kira-kira dua juta spesies hewan, hanya 50 yang dapat
didomestikasi dan dalam kehidupan sehari-hari digunakan
sebagai makanan (Ashbrook, 1955).

Salah satu hewan a-

sal domestikasi tersebut adalah sapi.
Indonesia--mempunyai 5 breed sapi yang menonjol, yaitu Ongole, Bali, Madura, Grati dan Kelantan.


Ongole

secara genetis sama dengan sapi Brahman dari India, sapi Bali indentik dengan banteng hutan, sapi Madura ke mungkinan adalah hasil persilangan antara banteng
sapi Brahman, sapi Grati adalah persilangan dari

dan
sapi

FH dan Ongole dan sapi Kelantan adalah sapi Ibkal yang

11

c.

Pemeriksaan Post Mortem
Pemeriksaan hewan sesudah disembelih hendaknya

kukan selekas mungkin.


、ゥャセ@

Harus diperhatikan bahwa jangan

terlalu banyak membuat irisan karena·'. hal ini akan

ュ・ーセ@

ngaruhi proses pembusukan daging (Ressang, 1981).
Untuk dapat me1akukan pemeriksaan yang baik, harus
ada penerangan yang baik, sinar matahari atau penerangan
lampu.

Dan juga harus terdiri dari staff yang dapat be-

kerja secara efisien dan alat-alat dalam hal ini pisau
yang tajam (Rumawas, 1973).
Pemeriksaan yang dilakukan dibagi dalam pemeriksaan
sederhana dan pemeriksaan yang lebih menda1am.


Pemerik-

saan sederhana terdiri dari inspeksi, pa1pasi dan mengiris bagian-bagian hewan dan alat-alat tubuhnya.

Bila

pada pemeriksaan sederhana ini tidak diketemukan gejalagejala penyakit maka pemeriksaan sederhana ini telah dapat memberikan garansi bahwa daging hewan tersebut dapat
dikonsumsi (Ressang, 196171962).
Urutan pemeriksaan bagian-bagian tubuh dan alatalat tubuh pada sapi ialah.:

kepala dan lidah (Gambar

1), paru-paru (Gambar 2), jantung dalam tenunan mediatina1is, hati, limpa, oesophagus , uterus, kantong urine,
ambing, ginjal dan lemaknya, badan dan anggota badan,
usus (Gracey, 1981).

Menurut Ressang (1961-1962) yang

penting ada1ah pemeriksaan kelenjar-kelenjar pada otot
sapi (Gambar 3)

:

12
1.

Kelenjar bahu, Inn. cervicalis superficialis.

2.

Kelenjar ketiak, Inn. axilaris proprius.

3.

Kelenjar lipat paha, Inn. subiliacus externus.

4.

Kelenjar ruangan lutut, Inn. popliteus.

5.

Kelenjar tulang duduk, Inn. ischiadicus.

Kalau hewan telah selesai mengalami pemeriksaan dan tidak ada kelainan maka diberi cap (Rumawas, 1973).
Menurut Ressang (1961-1962) pemeriksaan yang mend a
lam dilakukan pada :
1.

Semua hewan sembelih yang tidak diperiksa sema
sa masih hidup.

2.

Semua hewan sembelih yang memperlihatkan perubahan-perubahan atau gejala-gejala'penyakit se
waktu hewan masih hid up.

3.

Semua hewan sembelih yang memperlihatkan perubahan-perubahan sewaktu pemeriksaan sederhana
yang menyebabkan dokter hewan harus menjalan kan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Pemeriksaan ini dilakukan di negara-negara barat dan
Amerika dengan maksud untuk menghindarkan gangguan pada
kesehatan manusia dan menghindarkan jangan sampai terla
lu banyak daging yang dibuang.

Pemeriksaan laboratori-

um ini hanya dapat dilakukan di jagal-jagal yang mempunyai kamar pendingin yang memungkinkan daging disimpan
lebih dari 24 jam.

Karena kebanyakan jagal di Indone -

sia tidak memiliki fasilitas tersebut, maka hendaknya

28

mewa dibawah kontrol setempat.

Walaupun urat daging ti-

dak aktif berkontraksi, energi dipergunakan untuk memper
ォ・」セ@

tahankan suhu dan mengatur integritas sel terhadap
derungannya untuk menghancurkan.

Enzim yang bertanggung

jawab dalam proses ini adalah ATP-ase nonkontraktil dari
myosin dan ATP-ase kontraktil dari actomyosin (Bendall,
1951 yang dikutip oleh Lawrie, 1981).

Perubahan cepat

terjadi akibat perdarahan, yang menyebabkan supply oksigen dari darah ke urat daging menurun.

Hasilnya sistim

enzim dari cytochrome tidak dapat bekerja, dan resintesis ATP dari sumbernya menjadi tidak ada.

Kerja selan-

jutnya dilakukan oleh nonkontraktil ATP-ase dari myosin
untuk mengosongkan ATP, sejajar dengan terbentuknya inorganik phosphat yang menyebabkan hancurnya glikogen men
jadi asam laktat (Lawrie, 1981).
Pada dasarnya, reaksi-reaksi kimia pada perubahan
pasca mati pada urat daging meliputi ikatan-ikatan

ーィッセ@

phat yang berenergi tinggi dan mekanisme yangtersangkut
dalam sintesa dan perombakannya.

Jadi glikolisis yang

berangkai tersangkut dalam hal ini dan mempunyai pengaruh yang panjang.

Dengan melalui deretan reaksi, energi

kimia yang potensial dari glukosa dipergunakan untuk
sintesa ATP.

Dalam keadaan oksidasi aerobik, glukosa

teroksidasi secara menyeluruh menjadi CO
trikarboksilat dan phosphorilasi yang

2

dalam siklus

「・イィオョァ。、セ@

nya (White et al 1964 yang dikutip oleh Pearson , 1971).

48
ti top piece, gandik (rump), pinggang dan rusuk (loin
and flank) atau menjadi potongan-potongan dasar keci1
bertulang (Gambar 11 dan 12;

Strother, 1978).

Sampai saat ini sudah terbiasa untuk menjual poton£
an yang dipasarkan dengan tulangnya, hal ini untuk menghindari kehilangan berat akibat penguapan, penetesan
(drip) dan kemungkinan risiko meningkatnya perkembangan
kontaminan.

pengena1an cara membungkus dengan cara va-

cuum pada daging sapi telah merubah situasi, karena diperkirakan kira-kira 15 persen daging sapi potongan untuk konsumsi dalam bentuk karkas bertulang .dan dikirim
ke pengecer sebagai potongan tanpa tulang.

Perkembang-

an da1am bentuk teknik membungkus at au perubahan tingkah
laku konsumen terhadap keinginannya pada daging beku

、セ@

pat merubah situasi, tetapi disaat mendatang pemusatan
pembungkusan sebelum di pasarkan terhadap daging yang

セ@

kan dijual segar secara eceran akan mahal karen a batasan
dari daya tahan produk (Strother, 1978).
Menurut Buchter (1978), pemotongan dapat dilakukan
jika perbedaan perkembangan dari suhu chilling pada

ォ・ャセ@

atan daging tidak lagi membaha,yakan sepertj: pada akhir
masa proses rigor mortis dibandingkan .l2-·24 jam pertama
post mortem.

Walau bagaimanapun juga hal ini penting

untuk keempukan dari daging lulur, untuK menyelesaikan
proses rigor mortis secara baik sebe1um ·dag±ng d±le.paskan dari tempat bergantungnya skelet.

Tabel 2

ュ・ーイャセ@