POTENSI KAIN SASIRANGAN PELUANG BISNIS P

TUGAS AKHIR

POTENSI KAIN SASIRANGAN
PELUANG BISNIS PRODUK KALIMANTAN SELATAN

Disusun oleh
Nama

: Muhrani Abdi

NIM

: 10.11.3731

Kelas

: S1TI - 2C

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2010-2011


KATA PENGANTAR

Alha dulillahi rabbil ala i
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sesuai dengan
waktu yang diberikan.
Karya ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai
mahasiswa STMIK AMIKOM Yogyakarta u tuk

e buat tugas akhir dala

ata

kuliah Lingkungan Bisnis.
Penyusun mohon maaf jika dalam penyusunan karya ilmiah ini terdapat
kesalahan, baik tentang isi maupun sistematika penyusunan, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Dalam kesempatan kali ini penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan spritual,
3. Seluruh dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu & materi,
4. Teman-teman yang telah bersedia menemani dan bertukar informasi,
5. Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu-persatu yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian
penyusunan karya ilmiah ini.
Demikian karya ilmiah ini disusun agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya dan agar dapat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang
pancasila bagi semua pihak.

Yogyakarta, 02 Maret 2011

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sasirangan

Di setiap daerah di Indonesia, kain batik memiliki kekhasan
tersendiri dengan corak dan motif yang berbeda. Nah, di Banjarmasin
Kali a ta “elata dike al de ga kai batik “asira ga . Motif kai
khas Kalimantan Selatan ini kerap dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, mulai dari golongan ekonomi menengah kebawah, hingga
golongan kelas atas.
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang
diwariskan secara turun temurun, dibuat dengan teknik tusuk jelujur
kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup.

1.2 Sejarah Sasirangan
Menurut cerita rakyat, kain sasirangan yang pertama dibuat yaitu
tatkala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di
atas rakit. Menjelang akhir tapanya, ia melihat seonggok buih dan dari
dalam buih terdengan suara seorang wanita, wanita itu adalah Putri
Junjung Buih yang kelak menjadi ratu di daerah ini. Tetapi ia baru
bersedia muncul ke permukaan kalau syarat-syarat yang dimintanya
dipenuhi, yaitu sebuah istana Batung yang diselesaikan dalam sehari
dan kain dapat selesai sehari yang ditenun dan dicalap atau diwarnai
oleh 40 orang putri dengan motif padiwaringin. Itulah kain sasirangan

yang pertama kali dibuat.
Pada zaman kerajaan Banjar, kain sasirangan hanya dipakai oleh
kaum bangsawan kerajaan. Namun kemudian kain sasirangan hanya
dipakai untuk acara adat dan sarana untuk pengobatan alternatif, hal
ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang meyakini kekuatan
magis dibalik sasirangan. Akan tetapi dizaman modern ini kain

sasirangan kembali berfungsi sebagai bahan pakaian tradisional yang
kerap dipakai oleh semua lapisan masyarakat.

1.3 Proses Pembuatan
Kata Sasirangan berasal dari kata sirang yang berarti dijelujur.
Sebelum melakukan proses pembuatan, diperlukan bahan-bahan
berupa :
a. Kain, bisa berupa katun, rayon, sutera, dll.
b. Pewarna, dapat digunakan pewarna alami dan pewarna buatan
c. Perintang atau pengikat, terbuat dari benang kapas, benang
rafia, dll. Fungsinya adalah untuk menjaga agar bagian-bagian
tertentu dari kain terjaga dari warna yang tidak diinginkan.


Adapun proses pembuatan kain sasirangan adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan kain dan pewarna.

b. Pembuatan pola desain dan jahitan.

c. Membuat jelujur pada kain.

d. Melakukan pewarnaan pada kain, setelah itu kain dicuci.

e. Pelepasan jahitan dan penjemuran, saat penjemuran tidak
boleh terkena sinar matahari langsung.

f. Finishing, menyempurnakan dan merapikan kain agar tidak
kumal. Setelah itu kain siap dipakai atau diolah menjadi pakaian
jadi.

BAB II

PELUANG BISNIS SASIRANGAN


1.4 Nilai Ekonomis Kain Sasirangan
Seiring perkembangan zaman, masyarakat semakin menyadari
adanya potensi ekonomi yang terkandung dalam kain sasirangan. Hal
ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pengguna kain sasirangan,
dari sekedar hiasan rumah sampai berbagai produk siap pakai seperti
baju, sandal, tas, dompet, ikat pinggang, dll. Selain itu, semakin
dihargainya hasil kerjaan lokal memberikan nilai tambah ekonomis
pada sasirangan.
Seperti halnya batik jawa, sasirangan memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi. Peluang bisnis dari kain tradisional Kalimantan Selatan ini
pun lumayan menjanjikan. Hal inilah yang memancing para pengusaha
untuk mengembangkan bisnis sasirangan karena telah melihat peluang
usaha yang menjanjikan.

1.5 Potensi Bisnis Sasirangan
Sudah kita ketahui, dalam ilmu ekonomi sesuatu yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dapat berpotensi menimbulkan peluang usaha. Tak
mengherankan jika kain sasirangan sekarang ini telah dimanfaatkan
sebagai produk bisnis.
Target pemasaran dari usaha sasirangan ini pun tidak main-main,

tidak hanya pasar tingkat nasional yang menjadi target tujuan namun
sudah dapat menembus pasar tingkat internasional. Pemasaran kain
sasiragan sudah mampu menembus Australia, Singapura, Malaysia,
dan beberapa Negara asia lainnya.
Cara pemasarannya pun beragam, mulai dari cara tradisonal sampai
yang modern. Sekarang ini di Banjarmasin dan kota-kota lainnya di
Kalimantan Selatan sudah banyak berdiri toko-toko yang khusus

menyediakan produk dari kain sasirangan. Media pemasarannya pun
bermacam-macam, dari media cetak sampai elektronik. Bahkan
banyak pengusaha sasirangan asal Banjarmasin yang memasarkan
produknya secara online.

1.6 Peluang Pemasaran di Daerah Jawa
Bisnis sasirangan saat ini berkembang sangat pesat, karena selain
produk yang unggul dan pengrajin yang terus berproduksi, juga
didukung sarana birokrasi dari pemerintah daerah asal dari produk
sasirangan.
Walaupun pasar penjualan sasirangan sudah mampu menembus
mancanegara, namun sampai saat ini para pengusaha sasirangan

masih enggan menetapkan tujuan pemasarannya di daerah jawa. Hal
ini tentunya karena batik jawa masih menjadi tuan rumah di
daerahnya sendiri, sama seperti sasirangan yang menjadi tuan rumah
di Kalimantan Selatan.
Akan tetapi hal ini bukan berarti peluang bisnis sasirangan di tanah
jawa tertutup, malah menurut saya hal ini adalah suatu keuntungan.
Mengapa? Karena sasirangan merupakan produk baru di daerah jawa,
sehingga biasanya sesuatu yang baru akan mendatangkan rasa
keingintahuan

bagi

konsumen.

Selain

itu

sasirangan


dapat

dikategorikan kedalam jenis batik yang berbeda, sehingga konsumen
yang ingin mendapatkan corak warna yang lain dari batik yang sudah
ada dapat mencoba sasirangan ini.
Tentunya hal ini merupakan suatu peluang bisnis yang sangat patut
untuk dikembangkan, mengingat selain nilai materi komersil yang kita
kejar juga nilai budaya yang akan kita dapatkan.

GALERI