PENINGKATAN STATUS HUBUNGAN DAGANG VIETN

PENINGKATAN STATUS HUBUNGAN DAGANG VIETNAM – AS PASCA
PENANDATANGANAN BTA (2001 – 2006)
Peneliatian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan status hubungan dagang Vietnam – AS
pasca penandatanganan BTA (2001 – 2006). Berangkat dari dinamika sejarah hubungan kedua negara
tersebut sejak terjadinya perang Vietnam, unifikasi Vietnam, embargo ekonomi yang dilakukan oleh AS,
reformasi ekonomi (Doi Moi) Vietnam, sampai terjadi normalisasi hubungan Vietnam – AS. Kemudian yang
menjadi fokus adalah peningkatan status hubungan dagang BTA (Bilateral Trade Agreement) menjadi
PNTR (Permanent Normal Trade Relation).
Dewi Nur Anjani

ABSTRACT
The Vietnam – US bilateral relation dynamicisation started by the conflict named as Vietnam War or
the second Indochina War. There was internal conflict between North Vietnam and South Vietnam at the
beggining. In this case, South Vietnam afiliated with US, and North Vietnam afiliated with USSR and some
communist countries.For both powerful country, Indochina war become ideological and political conflict
forimparting influence in the world. That war eventually won by North Vietnam. New government formed by
Vietnamse Communist Party (VPC)unify both North and South Vietnam.Overall, this condition also defeated
US, thereby the stopped of US subsidization for South Vietnam.
After the establishment of new government, Vietnam suffered crisis caused by war and unstable
condition of the government its self. Situation crushed by economic embargo by US. To terminate the
violence of crisis, Vietnam decided to made an economic reformation known an Doi Moi. By the Doi Moi,

Vietnam’s economy become an outward looking economy that open related with other countries or
organizations, include the bilateral relation with US. The normalization of Vietnam – US bilateral relation
signed by Bilateral Trade Agreement (BTA), later on continued by increased the Vietnam’s status with
Permanent Normal Trade Relation (PNTR).

Kata Kunci: Hubungan Bilateral, Doi Moi, BTA, PNTR
Sejarah peperangan antara Vietnam dan
Amerika Serikat dikenal dengan perang Indochina
Kedua, yang terjadi antara tahun 1957 – 1975 di
Vietnam. Terdapat dua kubu yang melakukan
perang yakni Republik Vietnam (Vietnam Selatan)
dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam
Utara). Pada tahun 1957 tersebut Vietnam masih
menjadi daerah jajahan Perancis, tetapi secara
diam – diam Amerika Serikat mengirimkan
pasukannya untuk membantu Vietnam. Lalu pada
tahun 1965 terjadi perang saudara antara Vietnam
Utara dan Vietnam Selatan menjadi awal mula
pihak Vietnam Utara meminta bantuan pada
USSR (Uni Soviet) karena di lain pihak Vietnam

Selatan mendapatkan dukungan dari Amerika
Serikat. Dengan demikian, dalam waktu yang
bersamaan dengan konflik internal Vietnam
tersebut, terjadi pula perang di antara kedua
negara yang memiliki kekuasaan kala itu, yakni
Amerika Serikat dan USSR. Perang yang condong
pada
pertaruhan
ideologi,
politik,
dan

pengaruhnya bagi negara – negara lain di
lingkungan internasional.
Terjadi embargo perdagangan yang
dilakukan oleh pihak AS pada April 1975, pada
tahun 1980 – an Vietnam mengalami kehancuran
ekonomi. Terdapat dua motif berbeda yang
menjadi fokus AS dalam melakukan intervensi
melalui perang Indochina, yakni motif ideologi

dan motif ekonomi. AS ingin memberantas
Komunisme di dunia dengan kekuatan militer dan
ekonomi. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
keberlangsungan masa depan demokrasi dan
ekonomi AS. Embargo ekonomi yang dilakukan
oleh AS menyisakan kondisi krisis di Vietnam,
terutama krisis ekonomi. Hingga kemudian
Vietnam melakukan reformasi ekonomi (Doi Moi)
pada tahun 1986. Kondisi tersebut yang kemudian
mendorong Vietnam untuk merubah orientasi
kebijakan yang sebelumnya berfokus pada
ideologi dan kekuatan politik menjadi perubahan
ke arah rehabilitasi ekonomi.

Hal tersebut mempengaruhi aktor – aktor
pembuat kebijakan Vietnam untuk melaksanakan
perubahan dalam sistem perpolitikan.Perubahan
kemudian terjadi pada pelaksanaan kongres Partai
Komunis Vietnam (VCP) yang merupakan partai
tunggal yang ada di Vietnam tahun 1986.

Perubahan tersebut ditandai dengan dibuatnya
kebijakan Doi Moi (Reformasi Ekonomi).
Munculnya kebijakan tersebut erat kaitannya
dengan kepentingan politik negara Vietnam
sendiri serta kondisi terisolasi yang dialami oleh
Vietnam dengan ideologi sosialis komunis yang
dianutnya. Doi Moi merupakan rumusan
kebijakan yang disusun untuk menanggulangi
masalah krisis ekonomi dan sosial di dalam
negeri. Kebijakan tersebut membawa Vietnam ke
arah ekonomi yang lebih terbuka dan perubahan
ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar.
Bermula dari berbagai peristiwa sejarah
yang mengawalinya, yakni perpecahan internal
antara kubu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan,
keterlibatan AS dalam perang, keberhasilan
Vietnam Utara menaklukkan Vietnam Selatan
yang digawangi AS dan secara bersamaan
memukul mundur AS dari negaranya, penyatuan
dua wilayah utara dan selatan yang ditandai

terbentuknya pemerintahan baru yang dipimpin
oleh partai komunis Vietnam (VCP). Namun
demikian, kemerdekaan yang diperoleh tersebut
tidak dapat dinikmati dalam jangka waktu
panjang. Tersadar oleh kenyataan bahwa perang
telah menyisakan kehancuran dimana – mana.
Krisis ekonomi, kerusakan lingkungan, korupsi
pemerintah, serta warga negara yang melarikan
diri ke negara lain.
Keterpurukan Vietnam berlanjut saat
terjadinya embargo ekonomi yang dilakukan oleh
AS.
Tak
ingin
memperparah
kondisi,
pemerintahan Vietnam akhirnya memutuskan
untuk mencetuskan reformasi ekonomi yang
dikenal dengan Doi Moi yang telah dijelaskan
sebelumnya. Kebijakan domestik tersebut

berkembang pada keinginan Vietnam untuk
membuka diri dan mulai mengarahkan alur
ekonomi ke arah ekonomi pasar. Sehingga
terbukalah jalan untuk mengadakan berbagai
kerjasama, salah satunya dengan AS. Tentunya ini
merupakan kabar gembira bagi kedua belah pihak
mengingat dalam seteru perang Indochina
keduanya merupakan oposisi satu sama lain.

Terbentuknya hubungan dagang antara
Vietnam – AS terealisasi dengan dilakukannya
Bilateral Trade Agreement (BTA). Dengan
demikian, hal tersebut menjadi tindak reparasi
hubungan kedua negara setelah sejarah panjang
perpecahan serta embargo yang menjadi efek
kekalahan dukungan AS terhadap Vietnam Selatan
dalam perang Indochina.
BTA diinisiasi memiliki tujuan untuk
pemulihan ekonomi bagi Vietnam sendiri pada
tahun 1995, setelah sebelumnya melakukan

normalisasi politik dengan AS. Tindakan
pemulihan ekonomi domestik dan normalisasi
hubungan dengan AS tersebut dilakukan oleh
Vietnam setahun setelah embargo AS berakhir.
Kondisi Hubungan Dagang Vietnam – AS
sebelum BTA
Vietnam memiliki sejarah panjang dengan
AS. Normalisasi hubungan kedua negara tersebut
berlangsung setelah dua tahun pihak AS
meninggalkan Vietnam. Namun, normalisasi
tersebut tidak ditindaklanjuti sampai dilakukannya
kunjungan oleh Bill Clinton pada tahun 2001.
Periode waktu bahasan tentang Kondisi Hubungan
Dagang Vietnam – AS ini adalah antara masa
embargo perdagangan yang dilakukan oleh pihak
AS pada April 1975 sampai masa sebelum
diadakannya Bilateral Trade Agreement (BTA)
yang diresmikan pada 10 Desember 2001.
Perang menyisakan dampak tersendiri bagi
Vietnam. Berbagai dampak yang muncul yakni,

banyaknya wilayah yang hancur selama
berlangsungnya perang, warga sipil menderita
akibat perlakuan buruk yang dialami seperti
penyiksaan dan pembunuhan. Terhitung kurang
lebih dua juta orang meninggal saat perang terjadi
dan ratusan orang mengalami cidera, yang itu
terdiri dari warga sipil dan tentara. Tentunya
butuh pengobatan dan penyembuhan khusus bagi
para korban tersebut. Selain itu, dampak perang
yang dialami Vietnam juga terjadi pada aspek
ekonomi, negara semakin miskin dan tidak dapat
memasok kebutuhan warganya. Kemudian
Vietnam juga mengalami kehancuran di aspek
lingkungan, dimana berbagai peralatan bekas
perang tertumpuk dan berserakan.
baru

Setelah perang berakhir, pemerintahan
Vietnam setelah dilakukannya proses


penyatuan, yang merupakan pemerintahan
komunis melakukan berbagai tindak kekerasan
seperti memenjarakan para aktivis regime lama
Vietnam Selatan, mengambil alih lahan – lahan
pertanian untuk dikelola secara terpusat oleh
pemerintah, ekonomi hancur ditandai dengan
pengangguran dan kelaparan, sehingga akhirnya
banyak dari warga yang meninggalkan negaranya
untuk beremigrasi ke negara – negara lain secara
ilegal.
Bergabungnya Vietnam dalam WTO
Setelah melalui upaya pengajuan proposal
yang memakan waktu lebih kurang 12 tahun,
Majelis Umum WTO menyetujui proposal
pengajuan diri Vietnam pada November 2006
yang kemudian diresmikan pada 11 Januari 2007.
Keanggotaan tersebut menandakan bahwa
Vietnam telah terintegrasi sebagai anggota
masyarakat dunia, yang mana Vietnam harus siap
menerima penerapan setiap instrumen kebijakan

yang ditetapkan oleh WTO.
Keterlibatan Vietnam dalam WTO bukan
karena kemampuan Vietnam sendiri, tetapi terjadi
karena beberapa negara besar memandang
Vietnam memiliki potensi investasi asing yang
tinggi, berangkat dari kondisi domestik Vietnam
yang didukung oleh faktor – faktor seperti
besarnya sumberdaya manusia serta pengaturan
kebijakan yang konsisten oleh pemerintah pusat
yang merupakan pemerintahan komunis (VCP).
Lebih jauh lagi, konteks keanggotaan Vietnam
dalam WTO mengalami transformasi yang luar
biasa. Hal ini disampaikan oleh Eric G. John
(Deputy Assistant Secretary, East Asian and
Pacific Affairs, Statement before the Senate
Finance
Committee
on
Vietnam),Ia
menyampaikan bahwa Vietnam mengalami

kemajuan domestik yang sangat pesat dan
merupakan partner dagang yang potensial,
sehingga memungkinkan bagi pihak AS untuk
meningkatkan hubungan bilateral.
Dalam kaitannya dengan peningkatan
status hubungan dagang antara Vietnam dan AS,
secara umum keanggotaan Vietnam dalam WTO
tidak dipengaruhi oleh status PNTR yang
diberikan oleh AS kepada Vietnam. Begitu juga
sebaliknya, keanggotaan Vietnam tidak otomatis
memberikan pengaruh terhadap diberikannya
status PNTR oleh AS kepada Vietnam.

Keanggotaan dalam WTO berdasar atas dasar
hubungan timbal balik (reciprocal basis) dan
prosedur
kongres
(congressional
procedures).Namun, dengan adanya akses
Vietnam pada WTO, AS dapat memperluas status
PNTR yang diberikannya kepada Vietnam.
Dengan demikian, keanggotan Vietnam dalam
WTO akhirnya mempengaruhi status PNTR yang
diberikan oleh AS kepada Vietnam.
Dalam executive summary Bilateral
Relation Vietnam dan AS, dikatakan bahwa kedua
negara menyepakati bahwa BTA merupakan batu
lompatan bagi Vietnam untuk bergabung ke dalam
WTO. Sesuai yang direncanakan, BTA dibangun
berdasarkan prinsip – prinsip WTO dimana
Vietnam menjadikannya sebagai sarana untuk
membuat perubahan mendasar berkaitan dengan
hukum dan peraturan agar dapat bergabung
dengan WTO. Bersamaan dengan hal tersebut,
Vietnam bertahap melakukan pembukaan pasar
bagi AS dalam rangka BTA khususnya berkaitan
dengan pelayanan sehingga ekonomi Vietnam
layak berkompetisi dan mendapatkan akses untuk
bergabung dengan WTO.
Selain menjadi pasar terbesar, AS juga
merupakan investor terbesar bagi Vietnam. Dapat
dikatakan bahwa Vietnam merupakan salah satu
negara yang pasarnya mengalami pertumbuhan
pesat bagi eksport AS. Hal tersebut menandakan
suksesnya implementasi BTA yang memiliki
pengaruh yang penting bagi aspek ekonomi dan
politik Vietnam sehingga Vietnam mampu
meningkatkan kualitas dagangnya di bidang
eksport dan mendorong percepatan aksesnya
dalam WTO. Kesuksesan implementasi tersebut
terhitung dari tahun 2002 – 2006, yang
meningkatkan intensitas negosiasi rencana
keanggotaannya dalam WTO. Vietnam dipandang
sebagai negara yang memiliki kredibilitas tinggi
dalam menjalankan komitmen internasional yang
dicanangkan oleh WTO.
Bilateral Trade Agreement (BTA)
Bilateral Trade Agreement (BTA)
ditandatangani oleh pihak Vietnam dan AS pada
13 juli 2000, yang kemudian dikukuhkan pada 10
Desember 2001. Hal tersebut ditandai dengan
pertukaran surat perjanjian secara resmi antar
kedua belah pihak. Terkait hubungan dagang yang
terjadi di antara kedua negara tersebut, erat
kaitannya dengan Jackson – Vanik Amandement.

Dalam report for congress the Vietnam –
US bilateral trade agreement pada 9 September
2002, menjelaskan secara garis besar hubungan
kedua negara tersebut dalam BTA, salah satunya
mengidentifikasi motif Vietnam dan AS
melakukan perjanjian tersebut. Perdagangan yang
terjadi antara Vietnam dan AS terus mengalami
pertumbuhan setelah dilakukannya BTA.
Sejak Vietnam memutuskan untuk
merubah sistem ekonominya, dari sistem ekonomi
terpusat ke arah ekonomi yang lebih terbuka,
kesempatan
untuk
melakukan
hubungan
kerjasama dengan pihak lain pun semakin luas.
Selama kurang lebih 20 tahun sejak kebijakan Doi
Moi diumumkan, Vietnam merupakan salah satu
negara di dunia ini yang memiliki pertumbuhan
ekonomi yang cepat, dengan rata – rata 7% - 8%
kenaikan GDP (gross domestic product) per tahun.
Produksi pertanian meningkat dimana Vietnam
menjadi negara kedua terbesar yang mengekspor
beras, dan merupakan produsen kopi kedua
terbesar di dunia. Perubahan haluan ekonomi
tersebut juga memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan.
Laporan tahun 2002 angka kemiskinan menurun
hingga kurang dari 30%. Lalu pada 2001, Vietnam
menandatangani Bilateral Trade Agreement
(BTA) dengan AS.
Sejak tahun 2002, pemerintah Vietnam dan
AS mulai membangun kerjasama di bidang politik
dan keamanan, disamping kerjasama di bidang
ekonomiyang telah dinormalisasi oleh kedua
negara sejak tahun 1989. Dalam Agreement
Between The United States of America and The
Socialist Republic of Vietnam on Trade Relation,
kedua negara tersebut telah menyepakati bahwa
aspek ekonomi dan hubungan dagang serta hak
perlindungan kepemilikan intelektual merupakan
hal yang penting dan menjadi kebutuhan dalam
memperkuat hubungan bilateral keduanya.
BTA diinisiasi oleh Vietnam untuk
menormalisasi ekonominya pada tahun 1995,
setelah sebelumnya melakukan normalisasi politik
dengan AS. Kedua tindakan tersebut dilakukan
oleh Vietnam setahun setelah embargo AS
berakhir. Kemudian, normalisasi ekonomi
bilateral Vietnam dan AS selesai pada Desember
2006 ketika Presiden Bush memperpanjang
Permanent Normal Trade Relation (PNTR) bagi
Vietnam berdasarkan pengesahan pemungutan

suara berkaitan denganhal tersebut oleh kongres
AS.
Gambaran pengaruh BTA bagi Vietnam
bukanlah untuk menurunkan tarif pembatasan
barang, melainkan berfungsi sebagai katalisator
untuk perubahan sistemik yang secara subtansi
menjadi persyaratan dan tenggat waktu bagi
Vietnam dalam mengimplementasikan berbagai
kebutuhan dasarnya yang melingkupi tiga hal
yakni, untuk meningkatkan sistem pengaturan
hukum dan prosedur regulasi yang lebih sesuai
dengan praktek hukum internasional berkaitan
dengan ekonomi dan pasar; untuk melanjutkan
pengembangan sektor pelayanan yang stabil; dan
untuk memacu pertumbuhan eksport dan investasi
lewat dibukanya pasar AS.
Beberapa pokok hubungan dagang dan
BTA Vietnam – AS antara lain, eksport Vietnam
ke AS meningkat tajam setelah dilakukannya BTA
dimana AS menjadi pasar terbesar bagi eksport
Vietnam hanya dalam kurun waktu dua tahun
setelah diimplementasikannya BTA; Vietnam
mendominasi eksport barang – barang manufaktur
bagi AS; produk eksport primer selain minyak
mengalami penurunan; eksport AS ke Vietnam
lebih dari dua kali lipat.
Berikut uraian dari pokok – pokok
hubungan dagang Vietnam – AS yang telah
disebutkan di atas. Pertama, sebelum adanya BTA,
AS merupakan pasar terkecil eksport Vietnam.
Namun setelah adanya BTA, AS berubah menjadi
pasar terbesar eksport Vietnam hanya dalam kurun
waktu dua tahun. Kedua, Vietnam mendominasi
eksport barang – barang manufaktur bagi AS.
Sebelum adanya BTA pada tahun 2001, 78% dari
eksport Vietnam ke AS didominasi oleh komoditi
seperti produk hasil laut dan hasil industri minyak.
Sedangkan pada tahun 2003, dua tahun setelah
diimplementasikannya BTA, eksport produksi
manufaktur mencapai 72% dari total eksport ke
AS.
Ketiga, produk eksport primer selain
minyak mengalami penurunan. Walaupun
komoditi eksport didominasi oleh pertumbuhan
manufaktur, namun . Keempat, eksport AS ke
Vietnam lebih dari dua kali lipat. Pada penjelasan
– penjelasan sebelumnya dipaparkan bahwa AS
menjadi pasar terbesar bagi eksport Vietnam,
tetapi di samping itu eksport AS sendiri ke
Vietnam juga mengalami pertumbuhan yang

sangat besar, melebihi dua kali lipat selama lima
tahun terakhir. Komoditas eksport AS ke Vietnam
terdiri dari transportasi, mesin, dan berbagai
produk manufaktur lainnya, termasuk juga produk
makanan dan kebutuhan pokok lainnya.
Selain menjadi pasar terbesar, AS juga
merupakan investor terbesar bagi Vietnam. Dapat
dikatakan bahwa Vietnam merupakan salah satu
negara yang pasarnya mengalami pertumbuhan
pesat bagi eksport AS. Hal tersebut menandakan
suksesnya implementasi BTA yang memiliki
pengaruh yang penting bagi aspek ekonomi dan
politik Vietnam sehingga Vietnam mampu
meningkatkan kualitas dagangnya di bidang
eksport dan mendorong percepatan aksesnya
dalam WTO. Kesuksesan implementasi tersebut
terhitung dari tahun 2002 – 2006, yang
meningkatkan intensitas negosiasi rencana
keanggotaannya dalam WTO. Vietnam dipandang
sebagai negara yang memiliki kredibilitas tinggi
dalam menjalankan komitmen internasional yang
dicanangkan oleh WTO.
Dalam hal investasi, seperti yang
disampaikan dalam Vietnam’s WTO Working
Paper, proyek investasi luar negeri terhitung
sebesar 18% dari total investasi per kapita, 31%
dari pendapatan eksport Vietnam, dan 37% dari
hasil industri, menyumbang hampir 14% gross
domestic product (GDP) Vietnam. Dari proyek
investasi tersebut, Vietnam dapat secara langsung
menyediakan 620.000 lapangan pekerjaan, dan
sejumlah ratusan ribu lapangan kerja secara tidak
langsung bergantung pada proyek ini.
Sejalan dengan proses normalisasi yang
telah dilakukan, AS telah menghapus sebagian
besar pembatasan terhadap bantuan AS terhadap
Vietnam. Dan bantuan AS kepada Vietnam telah
bertambah, yang ditandai dengan diberikannya
bantuan sebesar $1 juta pada tahun 1991, dan
meningkat lebih dari $75 pada tahun 2006.
Pada 2001, rangkaian proses BTA diawali
dengan penandatanganan BTA yang dilakukan
oleh presiden George W. Bush pada 16 Oktober,
dilanjutkan dengan ratifikasi BTA oleh Vietnam
National Assembly pada 28 November. Kemudian
BTA tersebut ditandatangani secara hukum oleh
presiden Vietnam, Tran Duc Luong pada 7
Desember. Pada 2002, pihak Vietnam melakukan
beberapa kunjungan ke AS, diantaranya pada 10
Mei Presiden Nguyen Thi Binh mengunjungi
Washington, dan pada 18 Mei wakil kementrian

perdagangan Luong Van Tu menjadi delegasi
untuk membicarakan masalah perdagangan ke AS.
Hal yang sama dilakukan juga oleh menteri
perdagangan Truong Dinh Tuyen pada 16
September 2003.
Kunjungan
tersebut
menandakan
keseriusan kedua Negara dalam menjalin
kerjasama, baik di bidang ekonomi maupun politik
serta menghantarkan Vietnam pada integrasi
ekonomi global. Utamanya, penandatanganan
BTA merupakan langkah penting bagi akses
Vietnam untuk tergabung dengan WTO dan
menyatu dalam integrasi ekonomi secara
menyeluruh. Dari berbagai kunjungan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak, terlihat bahwa
kerjasama terus ditingkatkan dalam kurun waktu
2001 – 2006.
Kunci dalam perdagangan luar negeri dan
BTA Vietnam – AS dapat dilihat dari terjadinya
peningkatan ekspor Vietnam ke AS setelah adanya
BTA. Pengaruh langsung dari BTA adalah inisiasi
bebas tarif dari pihak AS atas ekspor Vietnam, hal
itulah yang menyebabkan peningkatan ekspor
Vietnam ke AS. Volume ekspor terus bertambah
antara 16 – 29 % di tahun 2004, 2005, dan 2006,
setelah terjadi kemajuan yang sama di tahun –
tahun sebelumnya, yakni tahun 2001 – 2003.
Pertumbuhan ekspor tersebut dipicu oleh
peningkatan kelompok ekspor manufaktur. Secara
keseluruhan, dari 2001 sampai 2006, ekspor
Vietnam ke AS meningkat lebih dari 18 kali lipat.
Di sisi lain, AS telah mengembangkan mekanisme
monitoring khusus tekstil bagi impor pakaian dari
Vietnam yang mungkin merupakan pertumbuhan
ekspor terbatas.
Kerjasama perdagangan antara kedua
negara tersebut melibatkan aktivitas ekspor –
impor timbal balik antar kedua belah pihak, baik
ekspor Vietnam ke AS, atau pun ekspor AS ke
Vietnam. Ekspor utama Vietnam ke AS terdiri
dari pakaian (sandang), produk petroleum, alas
kaki, perabot yang terbuat dari kayu (furnitur),
udang beku, kopi, mesin elektrik. Sedangkan
ekspor utama AS ke Vietnam adalah kursi
penumpang, peralatan dan perlengkapan kantor,
plastik, mesin elektrik, kayu, kendaraan bermotor,
kapas (bahan mentah), serta susu olahan. Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa tahun 2000 – 2006
terjadi kerjasama yang signifikan diantara kedua
negara.
BTA Vietnam – AS meliputi beberapa hal.
Antara lain mencakup perdagangan barang (trade

in goods), perlindungan terhadap hak intelektual
kepemilikan properti (protection of intellectual
property rights), serta fasilitasi bisnis dan
transparansi
(business
facilitation
and
transparency). Secara mendasar, BTA dapat
disimpulkan sebagai komitmen oleh kedua belah
pihak untuk menciptakan kebutuhan terhadap
barang, bisnis, dan kebutuhan nasional untuk
dapat bersaing dengan pasar – pasar lain.
Proses
BTA
kembali
dibahas
implementasinya pada 7 – 12 Juni 2004, lalu pada
10 Desember di tahun yang sama BTA
diperbaharui oleh Presiden Bush. Bersamaan
dengan wacana bergabungnya Vietnam dengan
WTO, yang kembali dibicarakan pada 14 – 16 Mei
2005 oleh pihak Vietnam dan AS, sampai
akhirnya Vietnam tergabung dalam WTO pada
Desember 2006. Proses strategi ekonomi Vietnam
pasca Doi Moidilakukan secara bertahap, yakni
dengan reformasi ekonomi dalam negeri,
membuka hubungan bilateral dengan AS, sampai
bergabung dengan WTO. Namun dapat dikatakan,
Vietnam mengalami perubahan yang signifikan
setelah pulih dari perang.
Di satu sisi, BTA merupakan lompatan
bagi Vietnam menuju WTO. Namun di sisi lain,
bergabungnya Vietnam dalam WTO juga
memberikan pengaruh terhadap peningkatan status
hubungan dagang yang diberikan oleh AS
terhadap Vietnam, yang penulis paparkan pada
bab sebelumnya. Vietnam dan AS telah mendesain
BTA sebagai langkah awal untuk bergabung
dengan WTO. Hal ini membuka akses bagi
Vietnam untuk masuk dalam lingkar perdagangan
dan investasi global. Kesuksesan implementasi
BTA selama lebih dari lima tahun membawa
peningkatan bagi negosiasi dalam rangka
menyongsong bergabungnya Vietnam dengan
WTO pada tahun 2002 – 2006, memperjuangkan
Vietnam sebagai negara yang memiliki
kredibilitas serta mampu menjalankan komitmen
internasional ketika bergabung dengan WTO.
Selain itu, perjanjian perdagangan bilateral yang
dilakukan oleh Vietnam semakin membawa
Vietnam pada kondisi masyarakat demokrasi
melalui kelola pemerintahan yang menjadikan
pasar sebagai pusat perbaikan dan kemajuan
ekonomi,
mensolidkan
sistem
hukum,
mengintegrasikan usaha Vietnam dalam ekonomi
global.

Pengaruh BTA pada perdagangan yang
terjadi antara Vietnam – AS secara prinsip
berkaitan dengan kewajiban AS untuk menjamin
Vietnam atas status NTR/MFN. Konsekuensi dari
hal tersebut adalah menurunkan rata – rata tarif
impor AS dari Vietnam dari angka 40% menjadi
4%, terutama membuka pasar AS yang luas bagi
ekspor dari Vietnam. Salah satu indikasi
perdagangan bilateral yang terjadi di antara kedua
negara tersebut adalah ekspor Vietnam ke AS
mendapat sambutan drastis dari pasar AS. Dengan
kata lain, sejak BTA memberikan pengaruh yang
signifikan, AS yang sebelumnya merupakan
tujuan ekspor terkecil bagi Vietnam telah berubah
menjadi satu – satunya pasar ekspor terbesar
(single largest export market).
Vietnam sendiri tidak perlu melakukan
potongan atau pembebasan tarif impor dari AS.
Maka yang terjadi di Vietnam adalah kondisi
sebaliknyalah yang terjadi, dimana pasar Vietnam
bagi impor dari AS tidak meluas secara cepat
seperti yang terjadi di AS bagi pasar Vietnam.
Namun demikian, walaupun Vietnam tidak
melakukan pemotongan tarif dalam proses BTA,
Vietnam diminta untuk melakukan perbaikan
hukum dan peraturan dagangnya. Selanjutnya,
Vietnam setuju untuk meningkatkan akses pasar
bagi AS di bidang pelayanan yang mencakup,
perbankan, insuransi, telekomunikasi, dan
distribusi, yang didahului dengan membuka sektor
– sektor tersebut secara bertahap dalam periode
lebih dari sepluh tahun, dan saat ini belum
sepenuhnya
terselesaikan.
Perbaikan
ini
diharapkan mampu memberikan pengaruh
langsung investasi AS ke Vietnam daripada
ekspor AS ke Vietnam.
BTA sangat berkaitan erat dengan
lingkungan bisnis, terutama ekspor dan FDI
(Foreign Direct Investment). Kedua hal tersebut
sangat berpengaruh bagi hasil dan kemajuan
ekonomi yang dialami Vietnam. Setiap tahun
ekonomi Vietnam mengalami peningkatan sekitar
7% sampai 8% di tahun 2005 dan 2006. Hanya
dalam tempo lima tahun dari 2001 – 2006,
ekonomi Vietnam mengalami perluasan hampir
mencapai 50%.1 Kondisi ini meningkatkan
1

Assessment of the Five-Year Impact of the U.S.-Vietnam
Bilateral Trade Agreement on Vietnam’s Trade, Investment,
and Economic Structure by Vietnam’s Ministry of Planning
and Investment’s Central nstitute of Economic Management
and Foreign Investment Agency and the U.S. Agency for

permintaan ekspor dan FDI AS. Sejak adanya
BTA, Vietnam menjadi pasar yang mengalami
pertumbuhan yang cepat bagi ekspor dan FDI AS.

Permanent Normal Trade Relation (PNTR)
Pertalian ekonomi merupakan aspek yang
menunjukkan kematangan dalam hubungan
bilateral. Setelah BTA, AS memperpanjang status
Vietnam sebagai Most Favored Nation (MFN)
yang juga dikenal dengan normal trade relation
(NTR) status.Normalisasi AS – Vietnam dalam
hal ikatan perdagangan adalah memulihkan status
permanen MFN yang juga dikenal sebagai NTR
(Normal Trade Relation) atau PNTR (Permanent
Normal Trade Relation). Sebelumnya Vietnam
dan AS sepakat untuk melakukan Bilateral Trade
Agreement pada 2001. Setelah dilakukannya BTA
tersebut, AS menjadi pasar terbesar eksport
Vietnam. Lalu pada Desember 2006 kedua belah
melakukan Permanent Normal Trade Relation
(PNTR).

Kronologi hubungan bilateral Vietnam –
AS terangkum dalam Chronology of Key Events in
U.S. - Vietnam Relations dalam US – Vietnam
Trade Education Forum (As of May 22,
2008).Berikut proses normalisasi tersebut:
Table 1. Vietnam’s Path to Commercial
Normalization with the United States2

Step
Step 1. Removing the U.S.
trade
embargo.

Step 2. Granting an annual
waiver
of Jackson-Vanik
restrictions on OPIC and
Ex-Im Bank operations in
the country.11

Step 3. Signing a bilateral
trade
agreement, subject to
Congressional approval,
that
includes an extension of
temporary MFN treatment.

Step 4. Restoring
permanent MFN
status by passing a law
“graduating” Vietnam
from
its status as a non-market
economy country.

International Development-Funded Support
Acceleration (STAR) Project, July 2007.

for

Trade

2

Ibid. Hal 5.

Action
In February 1994,
President Clinton
ordered the embargo
on Vietnam
lifted.
President Clinton
issued waivers for
Vietnam in 1998,
1999, and 2000, as
did President Bush in
2001. Each
time, disapproval
resolutions were
defeated
in
the
House.
An agreement was
signed in July
2000. In 2001,
following approval
by
Congress and
Vietnam’s National
Assembly, the
agreement entered
into
force.
Presumably, this step
will be taken if
and when Vietnam
joins the World
Trade Organization
(WTO).

Sedangkan pertumbuhan perdagangan
barang antara Vietnam dan AS tahun 2000 – 2006
dapat dilihat pada tabel berikut:
Puncak dari normalisasi hubungan dagang
(Permanent Normal Trade Relation) antara
Vietnam dan AS yang menjadi batasan periode
bahasan terjadi pada bulan Desember 2006,
setelah sebelumnya pada Desember 2001 kedua
belah pihak mengadakan Bilateral Trade
Agreement (BTA).
Beberapa aktivitas negara Vietnam yang
berpengaruh pada hubungan dagangnya dengan
AS antara lain: pemerintah Vietnam membuka diri
atas investasi asing besar – besaran; menjadikan
ekonomi pasar sebagai dasar dalam proses
reformasi ekonomi, dimana kebijakan terhadap
kepemilikan swasta akan ditingkatkan khususnya
dalam bidang industri, perdagangan, dan
pertanian; meningkatnya ekspor. Konsistensi di
antara Vietnam dan AS dalam menjalin kerjasama
dijelaskan dalam “Assessment of the Five-Year
Impact of the U.S.-Vietnam Bilateral Trade
Agreement on Vietnam’s Trade, Investment, and
Economic Structure”
Sejak berakhirnya perang Vietnam pada
tahun 1975, terdapat dua kemajuan dalam
hubungan bilateral Vietnam dan AS, puncaknya
adalah dengan ditunjuknya duta pertama AS untuk
Vietnam pada tahun 1996 dan pemberian status
Permanent Normal Trade Relation (PNTR) bagi
Vietnam pada tahun 2007.
Sejak pertengahan 1990an, hubungan
bilateral antara Vietnam dan AS mendekati
kondisi normal. AS telah menjamin Vietnam
mendapatkan status PNTR dan dan Vietnam juga
menjadi anggota World Trade Organization
(WTO). Dua hal tersebut yang menjadi agenda
utama pemerintahan Vietnam pasca terjadinya
perang. Setelah mendapatkan status PNTR dan
menjadi anggota WTO, Vietnam telah membuat
sejumlah perubahan yang signifikan terkait
dengan kebijakan hubungan dagangnya dengan
AS. Selain itu, kedua negara tersebut juga
melakukan kerjasama dalam bidang yang lain,
seperti kerjasama dalam bidang strategi dan isu
militer. Namun yang menjadi fokusan dalam
tulisan ini adalah permasalahan ekonomi, yakni
peningkatan status hubungan dagang Vietnam dan
AS pasca penandatanganan BTA.

Peningkatan status hubungan dagang yang
dimaksud adalah perubahan dari status Bilateral
Trade Agreement (BTA) menjadi Permanent
Normal Trade Relation (PNTR).
AS telah menjadi pasar ekspor terbesar
bagi Vietnam hanya dalam dua tahun setelah
implementasi BTA. Pada 2001 sebelum BTA,
78% dari ekspor Vietnam ke AS didominasi oleh
barang – barang seperti udang, produk petroleum.
Pada 2003, hanya setelah dua tahun setelah
implementasi BTA, ekspor manufaktur adalah
72% dari total ekspor ke AS. Belakangan berada
di level 74% sampai 75%. Pada tahun 2002 dan
2003, ekspor manufaktur didominasi oleh ekspor
pakaian dalam jumlah besar. Namun, ekspor
manufaktur
nonpakaian
terus
mengalami
perkembangan yang signifikan setiap tahunnya
seteleh implementasi BTA. Ekspor tersebut
mengalami pertumbuhan yang cepat antara tahun
2004 sampai 2006, terhitung hampir setengah dari
ekspor manufaktur pada tahun 2006. Sedangkan
produk pakaian, alas kaki, dan produk furniture
terhitung sekitar 80% dari total ekspor
manufaktur. Ekspor mesin, plastic, kendaraan
bermotor, dan produk lainnya tumbuh sangat cepat
dalam tujuh tahun terakhir sampai tahun 2006.
Status keanggotaan Vietnam dalam WTO
telah melalui proses negosiasi bilateral dengan
AS. Agar Vietnam segera mendapatkan
mendapatkan status MFN dari AS, persetujuan
kongres terhadap PNTR tentu dibutuhkan.
Pertanda suksesnya negosiasi Vietnam dengan AS
membuka jalan bagi PNTR Vietnam diusulkan
dalam kongres AS untuk diratifikasi.
Status PNTR hampir dinikmati oleh semua
partner dagang AS. Di bawah hukum dagang AS,
Vietnam juga memperoleh status PNTR. Kondisi
yang patut digarisbawahi adalah perpanjangan
buku tahunan Vietnam dalam pemenuhan syarat
pembebasan emigrasi, sesuai dengan detail yang
tercantum dalam Jackson – Vanik Amandement
dari undang – undang perdagangan pada tahun
1974 yang memperkenalkan non – market
ekonomi, termasuk di dalamnya adalah Vietnam.
Periode tahun 2001 – 2006 mencatat
beberapa agenda penting terkait hubungan
bilateral Vietnam – AS, baik dalam aspek
ekonomi mapupun politik. Penandatangan
Bilateral Trade Agreement (BTA) dan Permanent
Normal Trade Relation (PNTR) merupakan bukti
keseriusan kedua negara dalam menjalin

kerjasama. Utamanya Vietnam yang mereparasi
ekonominya melalui strategi ekonomi Doi Moi.
Kesimpulan
Kondisi terisolasi ekonomi dan diplomasi
Vietnam setelah terjadinya perang Indochina
dimana partai komunis Vietnam (VPC) berkuasa
merupakan latar belakang lahirnya kebijakan
reformasi ekonomi (Doi Moi). Dimana Vietnam
mengalami embargo ekonomi yang dilakukan oleh
pihak AS. Selain itu, pembangunan kembali pasca
perang berlangsung lamban dan munculnya
berbagai permasalahan terutama permasalahan
ekonomi. Dengan kata lain Vietnam mengalami
kondisi internal yang tidak stabil pasca terjadinya
perang serta pengaruh faktor eksternal dimana
tuntutan sistem internasional yang semakin liberal
Karena itu, Vietnam semakin bergantung
pada bantuan pihak Uni Soviet. Strategi ekonomi
Doi moi merupakan rumusan kebijakan yang
disusun untuk menanggulangi masalah krisis
ekonomi dan sosial dalam negeri Vietnam.
Dengan kebijakan democratic centralism dan
outward looking, ekonomi Vietnam berubah dari
sistem terpusat menjadi ekonomi terbuka, namun
tetap berada di bawah kontrol partai komunis
Vietnam.
Dengan perubahan tersebut, Vietnam mulai
membuka diri untuk melakukan kerjasama dengan
pihak lain, baik kerjasama bilateral, regional,
maupun internasional. Salah satunya adalah
kerjasama bilateral yang dilakukan dengan AS.
Normalisasi hubungan antara Vietnam dengan AS
salah satunya dilatarbelakangi oleh kebijakan doi
moi. Dimana perubahan tersebut berpengaruh
pada keterbukaan serta kebijakan luar negeri
Vietnam dalam menjalin hubungan dengan negara
lain. Dengan status terbuka tersebut. Alurnya
adalah kebijakan domestik (doi moi) berpengaruh
pada kebijakan luar negeri Vietnam, lalu
kebijakan luar negeri Vietnam mempengaruhi
kerjasama luar negeri Vietnam – AS.
Proses kerjasama Vietnam – AS,
normalisasi hubungan kedua negara dilakukan
pada tahun 1992, kemudian ratifikasi perdagangan
dan investasi bilateral (Bilateral Trade
Agreement) pada 10 Desember 2001, Vietnam
bergabung dengan WTO pada Desember 2006,
serta kedua negara melakukan Permanent Normal
Trade Relation (PNTR) pada bulan Desember
2006. Selain itu, normalisasi politik dengan

menjalin hubungan diplomatik pada 12 Juli 1995,
kemudian tukar duta antara kedua negara pada
Mei 1997, dan AS menandatangani persetujuan
bergabungnya Vietnam dengan WTO pada
Desember 2006. Dapat dilihat bahwa perjanjian
perdagangan bilateral yang dilakukan oleh
Vietnam semakin membawa Vietnam pada
kondisi masyarakat demokrasi melalui kelola
pemerintahan yang menjadikan pasar sebagai
pusat perbaikan dan kemajuan ekonomi,
mensolidkan sistem hukum, mengintegrasikan
usaha Vietnam dalam ekonomi global.
Proses strategi ekonomi Vietnam pasca
Doi Moi dilakukan secara bertahap, yakni dengan
reformasi ekonomi dalam negeri, membuka
hubungan bilateral dengan AS, sampai bergabung
dengan WTO. Namun dapat dikatakan, Vietnam
mengalami perubahan yang signifikan setelah
pulih dari perang.
Terbentuknya hubungan dagang antara
Vietnam – AS terealisasi dengan dilakukannya
Bilateral Trade Agreement (BTA). BTA
merupakan batu lompatan untuk bergabung
dengan WTO dan memperkuat hubungan bilateral.
Dengan demikian, hal tersebut menjadi tindak
reparasi hubungan kedua negara setelah sejarah
panjang perpecahan serta embargo yang menjadi
efek kekalahan dukungan AS terhadap Vietnam
Selatan dalam perang Indochina.
BTA diinisiasi oleh Vietnam untuk
menormalisasi ekonominya pada tahun 1995,
setelah sebelumnya melakukan normalisasi politik
dengan AS. Kedua tindakan tersebut dilakukan
oleh Vietnam setahun setelah embargo AS
berakhir. Kemudian, normalisasi ekonomi
bilateral Vietnam dan AS selesai pada Desember
2006 ketika Presiden Bush memperpanjang
Permanent Normal Trade Relation (PNTR) bagi
Vietnam berdasarkan pengesahan pemungutan
suara berkaitan denganhal tersebut oleh kongres
AS. Dengan demikian, PNTR merupakan
peningkatan status hubungan dagang Vietnam –
AS karena kerjasama di antara kedua negara
tersebut semakin meningkat, AS menjadi pasar
terbesar bagi ekspor Vietnam, serta bergabungnya
Vietnam dengan WTO. Selain menjadi pasar
terbesar, AS juga merupakan investor terbesar
bagi Vietnam. Dapat dikatakan bahwa Vietnam
merupakan salah satu negara yang pasarnya
mengalami pertumbuhan pesat dan kemajuan

signifikan bagi eksport AS dalam waktu yang

relatif singkat.

Daftar Pustaka
Anwar, Sajid, (University of the Sunshine Coast, Australia and University of South Australia, Australia)
& Lan Phi Nguyen (National Economics University, Vietnam). Foreign direct investment and
economic growth in Vietnam. Asia Pacific Business Review Vol. 16, Nos. 1–2, January–April
2010, 183–202.
Amerika
Serikat
pada
Masa
Perang
Dingin.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196110141986011NANA_SUPRIATNA/Bangsa_Amerika/BAB_XI.Bangsa_Amerika.pdf
Asrudin. Suryana, Mirza Jaka: Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke Kontemporer.
2009. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 28.
Assessment of the Five-Year Impact of the U.S.-Vietnam Bilateral Trade Agreement on Vietnam’s Trade,
Investment, and Economic Structure by Vietnam’s Ministry of Planning and Investment’s
Central nstitute of Economic Management and Foreign Investment Agency and the U.S. Agency
for International Development-Funded Support for Trade Acceleration (STAR) Project, July
2007.
Bintoro Tjokroamidjojo, Prof., GOOD GOVERNANCE (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan),
http://directory.umm.ac.id/articles/2Good%20Governance%20Paradigma%20Baru%20Manajem
en%20Pembangunan.pdf, diakses pada 21 September 2012.
Bui Thi Bich Lien. 2011. Legal Interpretation and the Vietnamese Version of the Rule of Law. National
Taiwan University Law Review.
Carpenter, Jeffrey P., (Department of Economics, Middlebury College, Middlebury, VT, USA), Amrita
G. Daniere (Geography and Planning, University of Toronto, Toronto, Ont., Canada), &Lois M.
Takahashi (Department of Urban Planning, University of California, Los Angeles, CA, USA).
Cooperation, trust, and social capital in Southeast Asian urban slums. Journal of Economic
Behavior & Organization Vol. 55 (2004). Received 19 May 2003; received in revised form 28
October 2003; accepted 13 November 2003 Available online 31 July 2004.
Coplin, William D. Dan Marsedes Marbur. 1992. Pengantar Politik Internasional: SuatuTelaah Teoritis.
Edisi Kedua. Bandung: CV. Sinar Baru Algesindo.
Chronology of Key Events in U.S. - Vietnam Relations. As of May 22, 2008. US – Vietnam Trade
http://www.usvtc.org/usCouncil
Education
Forum.
vietnam/Chronology/Chronology%20of%20US-VN%20Relations%2022May08.pdf.
Diakses
pada 12 Desember 2012.
Embassy of The United States. http://vietnam.usembassy.gov/. diakses pada 2 September 2012.
INTERNATIONAL DEVELOPMENT RESEARCH CENTRE. Research and Policy on Parallel Courses.
The challenges of measuring the influence of research on Viet Nam’s economic policies.
Lien, Bui Thi Bich, Article Legal Interpretation and the VietnameseVersion of the Rule of Law. Hal 323.
Loi, Chu Chi, Impact of Economic Integration on Employment and Poverty Reduction in Vietnam.
Manyin, Mark. E, (Specialist in Asian Affairs Foreign Affairs, Defense, and Trade Division).
Congressional Research Service. CSR Report for Congress. U.S.-Vietnam Relations:Background
and Issues for Congress. Updated October 31, 2008.
Nghiep, Le Thanh, (Josai International University) & Le Huu Quy (Ministry of Planing ang Investment).
Measuring the Impact of Doi Moi on Vietnam’s Gross Domestic Product. Asian Ecnomic
Journal 2000. Vol. 14 No. 3.
Phan and Ramstetter, 2006, dalam Nguyen Khac Minh and Giang Thanh Long. Asia-Pacific
Development Journal Vol. 15, No. 1, June 2008. Factor Productivity and Efficiency of the
Vietnamese Economy in Transition.

Policy Discussion Paper Serries: Center for Industry, SME & Bussiness Competition Studies Trisakti
University (Direct Investment Policy in Vietnam and Thailand: What Lesson for Indonesia?).
Tulus Tambunan & Anna S.N. Dasril. No.6/08/09.
Que, Tran Thi,dan To Xuan Phuc. The doi moi policy and its impact on the poor.
Sriyuliani, Wulani, Jurnal Sentris No.1 Tahun 5 – 2008. Studi Ekonomi Demokrasi: VIETNAM dan
Liberalisasi Pasar. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51083344.pdf, diakses pada 29
Agustus 2012.
Suryadi, Ace, Mengejar Peringkat HDI negara – negara di lingkungan ASEAN: Bechmarking Indonesia
dan Vietnam. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 1, 2008. Universitas Krisna
Dwipayana. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/231085776.pdf. Diakses pada 12 Desember
2012.
Thayer, Carlyle A., One‐Party Rule and the Challenge of Civil Society in Vietnam. Presentation to
Remaking the Vietnamese State: Implications for Viet Nam and the Region Viet Nam
Workshop, City University of Hong Kong Hong Kong, August 21-22, 2008.
Tisdell,Clem,Professor EmeritusSchool of EconomicsThe University of QueenslandBrisbane, Economic
Reform and Openness in China:China’s Development Policies in the Last 30 Years.4072.
ECONOMIC ANALYSIS & POLICY, VOL. 39 NO. 2, SEPTEMBER 2009.
Turner, Sarah, and Phuong An Nguyen. [Paper first received, April 2004; in final form, March 2005].
Young Entrepreneurs, Social Capital and Doi Moi in Hanoi, Vietnam. Urban Studies, Vol. 42,
No. 10, 1693–1710, September 2005.
U.S.-Vietnam Bilateral Trade Agreement on Vietnam’s Trade, Investment, and Economic Structure. By
Vietnam’s Ministry of Planning and Investment’s Central Institute of Economic Management
and Foreign Investment Agency and the U.S. Agency for International Development-Funded
Support for Trade Acceleration (STAR) Project July 2007.
US-Vietnam Bilateral Trade Agreement. http://www.usvtc.org/trade/bta/. Diakses pada 12 Desember
2012.
US-Vietnam Relations: Background and Issues for Congress393.8.
U.S., Vietnam Sign Bilateral Trade Agreement Moves Vietnam A Step Closer to Full Integration into
the
World
Economy.http://www.ustr.gov/Document_Library/Fact_Sheets/2006/Section_Index.html.
Diakses pada 16 Desember 2012.