PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN BAGIAN SETEK TERHADAP KEBERHASILAN SETEK DAN PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN JARAK PAGAR ( Jatropha curcas L )

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN BAGIAN SETEK
TERHADAP KEBERHASILAN SETEK DAN PERTUMBUHAN AWAL
TANAMAN JARAK PAGAR
( Jatropha curcas L )
Puput Muliana, Sulistyono, dan Daryanti
ABSTRAK
Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Komposisi Media
Dan Bagian Setek Terhadap Keberhasilan Setek Dan Pertumbuhan Awal Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas L )”.
Penulisan skripsi ini berdasarkan penelitian pada bulan Agustus sampai Oktobre
2007, tempat penelitian di lahan pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Tingkat I Jawa Tengah, Tarubudaya Ungaran yang memiliki jenis tanah latosol
dengan derajad kemasaman 6 – 6,5 serta terletak pada ketinggian antara 400 s/d 500
m diatas permukaan laut. Suhu rata-rata 23º C s/d 27º C dan masuk tipe iklim
Scimidt Ferguson tipe C (agak basah).
Metode penelitian yang digunakan adalah faktorial dengan pola dasar
Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 2 faktor perlakuan yaitu Komposisi

Media (M) yang meliputi M0 = media tanah latosol; M1 = media tanah dan pasir
(perbandingan 1:1 berdasarkan volume); M2 = media tanah dan arang sekam
(perbandingan 1:1 berdasarkan volume); M3 = media tanah, pasir, arang sekam
(perbandingan 1:1:1 berdasarkan volume); dan Bagian Bahan Setek (S) meliputi S1 =
setek batang bagian pucuk; S2 = setek batang bagian tengah; S3 = setek batang
bagian bawah. Setiap perlakuan diulang 3 kali.
Hasil penelitian adalah 1) Perlakuan media tanam sangat berbeda nyata terhadap
saat tumbuh tunas, panjang akar, jumlah akar, berat basah akar tapi tidak berbeda
nyata terhadap jumlah tunas, volume akar, berat basah tunas dan berat brangkasan
kering; 2) Perlakuan bahan setek sangat berbeda nyata terhadap saat tumbuh tunas,
berat basah tunas, tetapi berbeda nyata terhadap berat brangkasan kering, dan tidak
berbeda nyata terhadap jumlah tunas, volume tunas, panjang akar, jumlah akar, berat
basah akar; 3) Interaksi antara media tanam dan bahan setek (M x S) menunjukkan
sangat berbeda nyata terhadap saat tumbuh tunas, tetapi tidak berbeda nyata terhadap
jumlah tunas, volume akar, panjang akar, jumlah akar, berat basah tunas, berat basah
akar, berat brangkasan kering; 4) Perlakuan terbaik dalam penelitian ini adalah (M2 x
S1) interaksi antara media tanam tanah + arang sekam dengan bahan setek bagian
pucuk.

73


ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

industri,

PENDAHULUAN

seperti

pemrosesan

karet,

diduga

pelumas, minyak rem, kosmetika, yang

Masyarakat


lebih menarik adalah minyak amino

Indonesia mengenalnya sejak jaman

dapat digunakan sebagai Bio Disel.

penjajahan Jepang (1942). Di Indonesia

Menurut Andi N.A, (2006), tanaman

terdapat berbagai jenis jarak, antara

jarak

lain Jarak Kepyar (Ricinus communis),

meningkat sebagai bahan baku biodisel

Jarak Bali (Jatropha podagrica), Jarak


juga

Ulung (Jatropha gossypifolia) dan

lingkungan, obat tradisional, pakan

Jarak

ternak, insektisida dan sumber pupuk.

Tanaman
berasal

dari

Pagar

Jarak


Pagar

Afrika.

(Jatropha

curcas

L)

pagar

popularitasnya

berfaedah

sebagai

bakal


pelindung

tanaman

Rama P dan Roy H, (2005),

tersebut sudah tersebar hampir di

mengatakan bahwa jarak merupakan

seluruh daerah beriklim panas dan

tanaman yang sesuai untuk lahan

sedang,

kering. Lahan yang sesuai cukup luas

(Hariyadi,


2005).

terutama

Kini

di

benua

Asia,

terutama di kawasan timur Indonesia.

Amerika, dan Afrika.
Jarak merupakan salah satu bahan

Tanaman

jarak


berpengaruh

baik

tumbuhan yang memiliki masa depan

terhadap lingkungan karena selama

cukup menjanjikan. Hal ini berkaitan

musim

dengan penelitian tentang bahan bakar

berproduksi.

bisa

diperbaharui


(renewable

kemarau

tetap

hijau

dan

Agus Widodo, (2006) mengatakan

resources) yang berasal dari tumbuhan.

bahwa

Dengan demikian tanaman jarak akan

tanaman jarak khususnya tanaman


menjadi semakin penting, bila diingat

jarak pagar harus ditujukan untuk

makin

pemberdayaan

terkurasnya

bahan

galian,

program

pengembangan

masyarakat


termasuk minyak bumi. Biji jarak

meliputi

pendirian

mengandung sekitar 30 % - 50 %

pendirian

kebun

minyak jarak yang dapat digunakan

masyarakat dan desa. Untuk tujuan

sebagai

harus

pengembangan jarak dapat dilakukan

melalui proses transesterifikasi untuk

secara bertahap, bertingkat, berlanjut

mengubah trigliserida menjadi metal

dan konseptual yang dimulai dengan

ester (HR. Sudrajad, 2006). Selain

eksperimen penyediaan bibit jarak

biodisel,

walaupun

kebun

desa

massal

bibit,
untuk

sebagai bahan dasar berbagai produk
74

ISSN : 0854-2813

pagar

dalam

skala

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

kecil

hingga

hasilnya diamati dan terukur mutunya.

Walaupun
pintas

menggunakan

jalan

bijaksana

kalau

adalah

Pengembangan bioenergi berupa

pengembangan komoditas ini tetap

biodiesel di Indonesia telah mencapai

dilakukan sesuai prosedur yang baku

saat paling tepat untuk dilakukan

yaitu mengunakan bahan tanaman yang

dengan mempertimbangkan dukungan

jelas asal usulnya. Penyediaan bibit

iklim suasana yang kondusif dan

jarak yang baik dan sehat sangat

komitmen pimpinan pemerintah dari

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

jajaran pusat dan daerah. Industri

yang terus meningkat. Menurut Erliza

biodesel berpeluang sebagai industri

Hambali, (2006), bahwa bibit jarak

yang berdaya saing baik di pasar lokal

dapat diperoleh dengan 3 cara yaitu

maupun

karena

dengan biji (generatif), setek dan kultur

ketersediaan bahan baku, teknologi dan

jaringan (vegetatif). Tujuan penelitian

perangkat peraturan yang mendukung.

ini adalah :

di

pasar

global

Untuk memenuhi kebutuhan jarak

Adapun tujuan dari penelitian ini

dalam negeri maupun untuk ekspor,

adalah untuk mengetahui pengaruh

perlu

komposisi media dan bagian setek

diusahakan

pengembangan

tanaman jarak dengan program yang

terhadap

baik. Perlu dibangun kemitraan yang

pertumbuhan awal pada jarak pagar

sinergis antara petani, pedagang dan

yang baik.

pengusaha. Dengan adanya otonomi
daerah, peranan pemerintah daerah
sangat diperlukan yaitu diharapkan
menjadi

fasilitator

dan

pembina.

keberhasilan

setek

dan

BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di

Agribisnis yang berkembang di daerah

lahan

dapat meningkatkan kesejahteraan dan

Tanaman Pangan Provinsi Tingkat I

pendapatan asli daerah. Untuk dapat

Jawa Tengah, Tarubudaya Ungaran

meningkatkan

jarak

yang memiliki jenis tanah latosol

diperlukan inovasi teknologi berupa

dengan derajad kemasaman 6 – 6,5

peta kesesuaian lahan, varietas unggul,

serta terletak pada ketinggian antara

pemupukan rasional serta penanganan

400 s/d 500 m diatas permukaan laut.

prapanen dan pasca panen.

Suhu rata-rata 23º C s/d 27º C dan

produktifitas

pertanian

Dinas

Pertanian

75

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

masuk tipe iklim Scimidt Ferguson tipe

pasir (perbandingan 1:1 berdasarkan

C

ini

volume), M2 = media tanah dan arang

dilaksanakan pada bulan Agustus s/d

sekam (perbandingan 1:1 berdasarkan

Oktober 2007.

volume), M3 =media tanah, pasir,

(agak

basah).

Penelitian

arang

Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam
percobaan ini antara lain berupa :
cangkul, sabit, cetok, pisau, gunting,
penggaris,

timbangan,

gelas

ukur,

ember, alat tulis.
Bahan tanaman yang digunakan
berupa : setek batang bagian pucuk,
setek batang bagian tengah, setek
batang bagian bawah, dari tanaman
jarak pagar, polybag dengan tinggi 30
cm dan diameter 20 cm, alkohol 70%,

(perbandingan

1:1:1

berdasarkan volume). Bagian Bahan
Setek (S)

terdiri dari S1 =

batang bagian pucuk, S2

setek

=

setek

batang bagian tengah, dan S3 = setek
batang bagian bawah
Pelaksanaan
Persiapan medium
Media dengan kondisi kering angin
dicampur

sesuai

perbandingan

komposisi

berdasarkan

dan

volume,

dimasukkan ke dalam polybag yang
dilubangi bagian bawahnya supaya

media.
Media

sekam

yang

dipakai

sebagai

berikut : Tanah (M0), tanah dan pasir
(M1),tanah dan arang sekam (M2),
tanah, pasir, arang sekam (M3)

draenase dan aerase dalam polybag
terjamin.
Persiapan setek
Bagian setek diambil dari cabang
tanaman induk sehat, panjang setek 20

Metode Penelitian
Penelitian

ini

cm, diameter sekitar 2 cm, memiliki 7
menggunakan

– 8 mata tunas yang berasal dari kebun

metode penelitian dengan pola dasar

induk binaan Dinas Perkebunan Kab.

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

Semarang di Desa Wawar, Bedono,

disusun secara faktorial, terdiri dari 2

Ambarawa.

(dua) faktor perlakuan yang diulang 3

Cabang

tanaman

yang

akan

kali. Adapun kedua faktor tersebut

dijadikan setek dipotong dengan pisau

adalah sebagai berikut : Komposisi

yang tajam kemudian setek diletakkan

Media (M) terdiri dari M0 = media

ditempat yang teduh. Sebelum ditanam

tanah latosol, M1 = media tanah dan

setek diletakkan berdiri dengan cara
76

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

disandar ke pohon atau benda lain agar

pangkal setek, setiap 1 minggu sekali

getah

Setek

sampai akhir penelitian. Volume akar

dipotong hingga membentuk sudut

(ml). Pengamatan dilakukan dengan

kurang lebih 45º dengan pisau tajam

memasukkan akar yang tumbuh per

yang terlebih dahulu dicelupkan dalam

setek setelah bersih dari kotoran ke

alkohol 70%.

dalam gelas ukur yang diisi dengan air,

Penanaman setek

kemudian

mengalir

ke

bawah.

dicatat

selisih

kenaikan

Setek dimasukkan secara tegak ke

volume air yang merupakan volume

dalam media. Polybag diletakkan di

akar, pada umur 54 hari. Panjang akar

tempat pembibitan yang diberi naungan

(cm). Pengamatan dan pengukuran

yang terbuat dari plastik transparan

panjang akar dilakukan pada akhir

dengan rangka dari bambu.

penelitian yaitu dimulai dari pangkal

Pemeliharaan bibit

akar

Pemeliharaan
pengendalian

bibit

hama

penyiangan

dan

Penyiangan

dilakukan

meliputi

dan

penyakit,

penyiraman.
apabila

ada

hingga

ujung

akar

yang

terpanjang. Jumlah akar (buah). Jumlah
akar

diamati

dengan

menghitung

jumlah akar utama yang tumbuh dari
setek

dan

dilaksanakan

penelitian.

sedangkan pengendalian hama dan

Pengamatan

penyakit

tanaman

menimbang banyaknya akar basah per

terlihat adanya gejala serangan hama

setek tanaman, yang telah bersih dari

dan penyakit.

kotoran pada umur 54 hari. Berat basah

Pengamatan

tunas

Pengamatan

jika

yang

dilakukan

(g).

basah

akhir

gulma yang tumbuh pada media tanam,

dilakukan

Berat

di
akar

dilakukan

Pengamatan

(g)

dengan

dilakukan

dengan menimbang tunas segar per

selama penelitian, meliputi : Mulai

setek

tunas

rerata pada umur 54 hari. Brangkasan

muncul

(hari).

Pengamatan

tanaman,

kering

hari setelah tanam (HST), dimulai

dengan menimbang tunas per setek,

ketika

setelah

petumbuhan

tunas

Pengamatan

diambil

dilakukan setiap hari, dimulai 3 (tiga)

muncul

(g).

kemudian

dikeringkan

dilakukan

dengan

sinar

sampai dengan 54 hari. Jumlah tunas

matahari, kemudian dioven dengan

(buah). Pengamatan jumlah tunas yaitu

suhu

60º–70º C, selama 24 jam

menghitung tunas yang tumbuh pada
77

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

sampai beratnya konstan, kemudian

bahan setek (S) sangat berpengaruh

diambil rerata pada umur 54 hari.

nyata saat tumbuh tunas dan berat

Analisa data

basah tunas, tetapi tidak berpengaruh
dengan

nyata terhadap jumlah tunas, volume

menggunakan sidik ragam pada jenjang

akar, panjang akar, jumlah akar dan

nyata 5% dan 1%. Kemudian untuk

berat akar, dan berpengaruh nyata

mengetahui perlakuan yang berbeda

terhadap berat brangkasan kering.

Secara

statistik

yakni

Terjadi interaksi antara media

dengan uji jarak Duncan (DMRT),

tanam dan bahan setek (MXS) terhadap

untuk taraf nyata yang kita kehendaki

saat

5%.

interaksi antara media tanam dan setek

nyata,

dilakukan

uji

lanjut

tumbuh

tunas.

Tidak

terjadi

(MXS) terhadap jumlah tunas, volume
HASIL DAN PEMBAHASAN

akar, panjang akar, jumlah akar, berat

Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam sangat

basah tunas, berat akar dan berat
brangkasan kering.

saat

Untuk mengetahui pengaruh media

tumbuh tunas, panjang akar, jumlah

tanam (M), bahan setek (S) dan

akar dan berat akar, tetapi tidak

interaksi

kedua

berpengaruh nyata terhadap jumlah

terhadap

pertumbuhan

tunas, volume akar, berat basah tunas

dilakukan uji berganda Duncan’s 5%

dan berat brangkasan kering. Perlakuan

yang disajikan pada Tabel 3.

berpengaruh

nyata

terhadap

perlakuan
setek

(MXS)
jarak

Tabel 1. Uji Jarak Berganda Duncan’s 5% Pengaruh Media Tanam Dan Setek
terhadap ……
Parameter Pertumbuhan
Perlakuan
Saat tumbuh
Jumlah tunas
(Treatment)
Volume akar (ml)
tunas (hari)
(buah)
Media
M0
13,922 b
2,128
3,714
M1
16,367 a
2,139
4,056
M2
10,744 c
2,417
4,333
M3
15,056 b
2,278
3,039
Setek
S1
12,192 b
2,150
3,658
S2
14,508 a
2,012
3,729
15,367 a
S3
2,558
3,746
Interaksi Media dengan Setek
78

ISSN : 0854-2813

M0S1
M1S1
M2S1
M3S1
M0S2
M1S2
M2S2
M3S2
M0S3
M1S3
M2S3
M3S3

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

12,933 b
14,000 a
9,067 c
12,767 b
15,767 a
14,967 ab
12,900 b
14,400 ab
13,067 b
20,133 a
10,267 c
18,000 a

2,050
2,250
2,133
2,167
1,917
1,750
2,167
2,217
2,417
2,417
2,950
2,450

3,333
5,083
3,083
3,133
3,333
3,833
4,417
3,333
3,583
3,250
5,500
2,650

Tabel 2. Uji Jarak Berganda Duncan’s 5% Pengaruh Media Tanam Dan Setek
terhadap……………..

Perlakuan
(Treatment)

Panjang
akar (cm)

Parameter Pertumbuhan
Jumlah
Berat
Berat
akar (buah) basah akar
basah
(g)
tunas (g)

Media
M0
17,222 c
12,289 b
M1
20,44 b
14,111 b
M2
25,611 a
18,667 a
M3
17,778 c
10,778 b
Setek
S1
19,167
16,592
S2
19,250
14,917
S3
22,375
10,375
Interaksi Media dengan Setek
M0S1
16,333
12,200
M1S1
21,667
16,500
M2S1
22,000
26,000
M3S1
16,667
13,667
M0S2
15,333
13,333
M1S2
21,500
16,833
M2S2
25,500
19,000
M3S2
17,667
10,500
M0S3
20,000
11,333
M1S3
21,167
11,000
M2S3
29,333
11,000
M3S3
19,000
8,1670

Brangkasan
kering (g)

1,767 b
1,711 b
2,550 a
1,594 b

20,189
19,589
24,617
19,589

5,796
5,252
6,850
4,517

1,717
1,942
2,058

26,638 a
21,012 b
15,338 c

7,483 a
5,667 ab
3,651 b

1,583
1,750
1,850
1,683
1,817
1,750
2,517
1,683
1,900
1,633
3,283
1,417

23,183
28,433
27,000
27,933
20,133
16,017
28,867
19,033
17,250
14,317
17,983
11,800

7,252
8,083
8,153
6,445
5,905
4,353
8,080
4,370
4,232
3,320
4,317
2,737

Keterangan : Perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama, pada kolom yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata

79

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

Saat Tumbuh Tunas (hari) dan

sekam) dengan perbandingan 1:1 dapat

Jumlah Tunas (cm)

memperbaiki struktur media. Menurut

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan

Kemas Ali Hanafiah (2005) bahwa

bahwa terjadi interaksi antara media

tanah yang berstruktur baik akan

tanam dan bahan setek terhadap saat

mempunyai kondisi drainase dan aerasi

tumbuh tunas. Perlakuan media tanah +

yang

arang sekam (M2) dan setek pucuk

memudahkan

(S1). Hal ini dikarenakan media tanah

tanaman untuk menyerap unsur hara

+ arang sekam dapat memperbaiki sifat

dan air, sehingga pertumbuhan dan

fisik tanah sehingga pertumbuhan tunas

produksi menjadi lebih baik.

lebih cepat. Pada perlakuan M2 dapat

baik

pula,

sehingga

sistem

lebih

perakaran

Perlakuan setek berbeda nyata

dan

terhadap saat tumbuh tunas. Hal ini

sehingga

disebabkan setek bagian pucuk lebih

ketersediaan oksigen serta air dapat

cepat tumbuh karena kandungan zat

mendukung pertumbuhan akar yang

Auksin. Sedangkan perlakuan bahan

optimal sehingga berpengaruh pada

setek tidak berbeda nyata terhadap

saat tumbuhnya tunas. Setek bagian

jumlah tunas. Zat Auksin banyak

pucuk lebih cepat tumbuh karena

disusun di jaringan-jaringan meristem

kandungan Zat Auksin. Menurut Rini

di dalam ujung-ujung tanaman seperti

Wudianto (1989), setek yang dipotong

tunas, kuncup bunga dan pucuk daun.

sepanjang 10 – 20 cm dan dipotong di

Auksin terbentuk di pucuk Koleoptil

bawah tangkai daun, terdapat banyak

kemudian beredar ke bagian-bagian

Zat

dapat

yang ada di bawah Koleoptil. Auksin

setek.

mengalir dari pucuk ke dasar. Menurut

memberikan
drainase

kondisi
yang

Auksin,

mempercepat

aerasi

baik

sehingga
pertumbuhan

Sedangkan untuk jumlah tunas tidak

Dwidjoseputro

terjadi interaksi antara media dan

bahwa

bahan setek.

merupakan pusat pembentukan Auksin

Perlakuan media berbeda nyata
terhadap saat tumbuh tunas dan tidak

tunas

(1985)
yang di

menyatakan
pucuk

itu

yang kemudian diedarkan ke bagianbagian yang ada di bawahnya.

berbeda nyata terhadap jumlah tunas.
Perlakuan M2 (media tanah + arang
80

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

Volume Akar (ml) dan Panjang

pori tanah ialah bagian yang diduduki

Akar (cm)

udara dan air. Dengan penambahan

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

bahan

organik

tidak terjadi interaksi antara perlakuan

mempengaruhi

media

sehingga

dan

bahan

setek

terhadap

volume akar dan panjang akar. Hal ini
disebabkan karena perlakuan media
lebih

setek

permukaan

media.

perlakuan
berpengaruh

terhadap

akan

pori

tanah

berakibat

ke

pertumbuhan dan perkembangan akar.
Perlakuan

bahan

setek

tidak

berbeda nyata terhadap volume akar

bawah

dan panjang akar. Hal ini dikarenakan

Sedangkan

perlakuan setek lebih berpengaruh

bagian

media

ruang

dapat

terhadap

berpengaruh

pertumbuhan

maka

setek

lebih

pertumbuhan

terhadap

pertumbuhan

perkembangan

setek

dan

bagian

atas

permukaan media.

setek bagian atas permukaan media.
Perlakuan media berbeda sangat
nyata terhadap panjang akar dan tidak
berbeda nyata terhadap volume akar.

Jumlah Akar (buah) dan Berat
Basah Akar (g)

Perlakuan M2 (media tanah + arang

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan

sekam) berpengaruh terhadap panjang

bahwa tidak terjadi interaksi antara

akar. Hal ini disebabkan tanah yang

perlakuan media dan bahan setek

memiliki struktur remah memudahkan

terhadap jumlah akar dan berat basah

akar untuk berkembang. Tanah yang

akar.

tekstur baik akan mempunyai kondisi

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

drainase dan aerasi yang baik pula,

dan kesuburan tanah. Sifat fisik tanah

sehingga lebih memudahkan sistem

latosol antara lain bertekstur liat yang

perakaran tanaman untuk penetrasi dan

sebagian besar berdominasi fraksi liat.

mengabsorbsi (menyerap) hara, dan air

Pada kondisi ini daya serap air sangat

sehingga pertumbuhan dan produksi

kuat dan ketersediaan nutrisi cukup

meningkat.

tetapi untuk udara sulit masuk karena

Menurut

Harry

O.

Pertumbuhan

tanahnya

akar

rapat.

sangat

Buckman-nyle C. Brady (1982) tanah

pori-pori

Dengan

tekstur sedang yang besar kandungan

penambahan sekam maka pori-pori

bahan organiknya, ruang pori per

tanah akan bertambah lebar sehingga

kesatuan volume akan tinggi. Ruang

udara dapat masuk. Hal ini diperkuat
81

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

dengan pernyataan Kusmiati dan Dayat

sehingga

pertumbuhan

dan

2005, bahwa banyaknya akar tanaman

perkembangan akar dapat leluasa tanpa

tergantung pada ketersediaan air, udara

hambatan. Pada tanah yang bertekstur

dan zat hara tanaman.

liat. Daya serap air sangat kuat

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

sehingga ketersediaan air dan nutrisi

perlakuan media berbeda sangat nyata

baik, tapi ketersediaan udara kurang

terhadap jumlah akar dan berat basah

karena

akar. Perlakuan M2 (media tanah +

penambahan media sekam maka dapat

arang sekam) berbeda sangat nyata

melonggarkan pori-pori sehingga udara

terhadap

dapat masuk (Saifuddin, 1986).

jumlah

akar.

Hal

ini

pori-porinya

rapat,

dengan

disebabkan pertumbuhan akar sangat

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

bahwa perlakuan bahan setek tidak

dan kesuburan tanah. Sifat fisik tanah

berbeda nyata terhadap jumlah akar

latosol antara lain bertekstur liat yang

dan

sebagian besar berdominasi fraksi liat.

dikarenakan

Pada kondisi ini daya serap air sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

kuat dan ketersediaan nutrisi cukup

perkembangan

tetapi untuk udara sulit masuk karena

permukaan media.

pori-pori

Berat Basah Tunas (g) dan Berat

tanahnya

rapat.

Dengan

penambahan sekam maka pori-pori

berat

basah

akar.

perlakuan

setek

Hal

setek

bagian

ini
lebih

atas

Brangkasan Kering (g)

tanah akan bertambah lebar sehingga

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

udara dapat masuk. Hal ini diperkuat

tidak terjadi interaksi antara perlakuan

dengan pernyataan Kusmiati dan Dayat

media dan bahan setek terhadap berat

2005, bahwa banyaknya akar tanaman

basah tunas dan berat brangkasan

tergantung pada ketersediaan air, udara

kering. Hal ini disebabkan perlakuan

dan zat hara tanaman. Perlakuan M2

media

(media tanah + arang sekam) berbeda

pertumbuhan

sangat nyata terhadap berat basah akar.

bagian bawah tanaman. Sedangkan

Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi

bahan setek lebih berpengaruh terhadap

tekstur dan struktur tanah. Dengan

pertumbuhan dan perkembangan setek

penambahan arang sekam maka dapat

bagian atas permukaan media.

lebih

berpengaruh
dan

terhadap

perkembangan

memperbaiki struktur media tanah,
82

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
perlakuan media tidak berbeda nyata

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang berjudul

terhadap berat basah tunas dan berat

“Pengaruh

brangkasan kering. Hal ini disebabkan

Bagian Setek Terhadap Keberhasilan

karena

Setek

perlakuan

berpengaruh

media

terhadap

lebih

pertumbuhan

setek bagian bawah permukaan media.

Komposisi

Dan

Media

Pertumbuhan

dan

Awal

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas
L) dapat disimpulkan sebagai berikut :

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan

Perlakuan media tanam sangat berbeda

bahwa perlakuan setek berbeda sangat

nyata terhadap saat tumbuh tunas,

nyata terhadap berat basah tunas dan

panjang akar, jumlah akar, berat basah

berbeda

berat

akar tapi tidak berbeda nyata terhadap

brangkasan kering. Hal ini disebabkan

jumlah tunas, volume akar, berat basah

karena Tanah yang menyediakan cukup

tunas dan berat brangkasan kering.

hara bagi tanaman akan mempercepat

Perlakuan bahan setek sangat berbeda

pertumbuhan

sehingga

nyata terhadap saat tumbuh tunas, berat

tanaman menjadi cepat subur dan

basah tunas, tetapi berbeda nyata

berakibat

bertambah.

terhadap berat brangkasan kering, dan

Pertumbuhan yang lebih lebat dan

tidak berbeda nyata terhadap jumlah

jumlah

banyak

tunas, volume tunas, panjang akar,

sehingga mempengaruhi berat basah

jumlah akar, berat basah akar. Interaksi

tunas. Setek pucuk memiliki tunas yang

antara media tanam dan bahan setek (M

lebih besar karena pertumbuhan yang

x S) menunjukkan sangat berbeda

sempurna

nyata terhadap saat tumbuh tunas,

nyata

terhadap

tanaman

berat

daun

tunas

yang

sehingga

lebih

berpengaruh
Menurut

tetapi tidak berbeda nyata terhadap

Franklin P. dkk (1991) mengatakan

jumlah tunas, volume akar, panjang

bahwa

total

akar, jumlah akar, berat basah tunas,

merupakan akbiat efisiensi penyerapan

berat basah akar, berat brangkasan

dan pemanfaatan radiasi matahari yang

kering.

tersedia sepanjang musim pertumbuhan

penelitian ini adalah (M2 x S1)

oleh tajuk tanaman.

interaksi antara media tanam tanah +

terhadap

bobot

hasil

kering.

berat

kering

Perlakuan

terbaik

dalam

arang sekam dengan bahan setek
bagian pucuk.
83

ISSN : 0854-2813

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

SARAN
Perlu

penelitian

lebih

lanjut

E. Saifuddin Sarief. 1986. Ilmu Tanah
Pertanian.
Penerbit Pustaka
Buana. Bandung.

mengenai pengaruh pemupukan dengan
media tanah + arang sekam. Bahan
untuk setek sebaiknya bagian pucuk
karena cepat tumbuh. Untuk bahan
setek cukup 3 – 4 mata tunas.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi Rasmarkam, Nasib Widya
Yuwono. 2003. Ilmu Kesuburan
Tanah.
Penerbit
Kanisius.
Yogyakarta.
Agus

Widodo. 2006. Kebijakan
Pemerintah
Terhadap
Pengembangan Jarak Penghasil
Energi Alternatif (Biodiesel).
Dirjen Industri Agro dan Kimia
Departemen
Perindustrian.
Jakarta.

Andi Nur Alamsyah. 2006. Yang
Beracun, Yang Berfaedah. Peliput
Imam Wiguna dan Hermansyah.
Trubus 438 – Mei 2006/XXXVII
hal 116.
Dirjen Perkebunan DEPTAN. 2006.
Budidaya
Tanaman
Jarak
Kepyar.
Dirjen
Perkebunan
Departemen Pertanian. Jakarta.
Dwidjoseputro.
1985.
Pengantar
Fisiologi Tumbuhan, Gramedia.
Jakarta.
Erliza Hambali. 2006. Jarak Pagar
Tanaman Penghasil Biodiesel.
Penerbit
Penebar
Swadaya.
Jakarta.

Hariyadi. 2005. Makalah Prospektif
Sumber Daya Lokal Bioenergi
Pada
Deputi
Bidang
Pengembangan
Sisteknas,
Menristek. Puspiptek Serpong.
Disampaikan pada Focus Grup
Diskusi (FGD), tanggal 14 – 15
September 2005.
Harry O. Buckman. Nyle C. Brady.
1982. Ilmu Tanah. Penerbit
Bhrara Karya Aksara. Jakarta.
HR. Sudradjat. 2006. Memproduksi
Biodiesel Jarak Pagar. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
Imam
Wiguna.
2006.
Untung
Melambung Dari Bibit Jarak.
Peliput Rosy N.A. dan Lastioro
AT. Trubus 438 – Januari
2006/XXXVII hal 78.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Dasardasar Ilmu Tanah. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Mardikanto T. 1980. Beberapa Istilah
Mengenai Nilai Tanah. Majalah
Pertanian No. 3 Tahun XXVII.
Departemen Pertanian Jakarta.
Nur A.M. dan G. Suprijadji. 1986.
Pembuatan Setek. Warta Balai
Penelitian Perkebunan Jember.
Nurheru.
2000.
Produksi
dan
Perdagangan Komoditas Jarak.
Balai
Penelitian
Tanaman
Tembakau dan Tanaman Serat
Malang Jawa Timur.
Pujiyanto S. 1996. Dasar-dasar
Penetapan Mutu Pupuk Kandang.

84

ISSN : 0854-2813

Warta
Pusat
Perkebunan Jember.

AGRINECA, VOL. 16 NO. 2 Juli 2016

Penelitian

Rahmansyah Dermawan. 2006. Potret
Bisnis Jarak Terkini. Peliput
Imam Wiguna & Hermansyah.
Trubus 438 – Mei 2006/XXXVII
hal 112.
Rama Prihandani dan Roy Hendro.
2005. Budidaya Jarak Pagar. PT.
Agro Media Putra. Jakarta.
Rini Wudianto. 1993. Membuat Setek,
Cangkok dan Okulasi. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rusim Marjono. 2000.
Biologi
Tanaman Jarak. Balai Penelitian
Tanaman
Tembakau
dan
Tanaman Serat. Malang Jawa
Timur.
Sarwono Hardjowigeno. 1986. Ilmu
Tanah. Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Soenardi. 2000. Budidaya Tanaman
Jarak. Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Tanaman Serat.
Malang. Jawa Timur.
Sri Setiyati Haryadi. 1988. Pengantar
Agronomi.
Penerbit
PT.
Gramedia. Jakarta.
Sunardi, Rusim Marjono dan Nurheru.
2000.
Perumusan
Hasil
Lokakarya Dan Pengembangan
Jarak Pagar Dan Wijen Dalam
Ragka OTDA. Balai Penelitian
Tanaman
Tembakau
dan
Tanaman Serat. Malang Jawa
Timur.
Wibawa. 1996. Pengelolaan Bahan
Organik di Perkebunan. Warta
Puslit Koka Vol. 2. Bulan Juni.

85

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24