Analogi Pencapaian Tujuan antara Capung

Analogi Pencapaian Tujuan antara Capung dengan Manusia

Oleh : Siti Nur Fatimah
Tahukah Anda, bahwa capung merupakan salah satu serangga yang memiliki kekuatan
konsentrasi yang mirip dengan manusia? Para peneliti menemukan bahwa capung mempunyai
kemampuan untuk memilah informasi visual dan fokus pada target. Proses itu disebut sebagai
perhatian selektif. Kemampuan tersebut membuat capung sebagai serangga yang mampu
berfokus dalam mencapai tujuannya, yaitu menangkap mangsa. Dalam menangkap mangsanya,
yakni serangga kecil, capung harus berkonsentrasi penuh karena serangga tersebut hidup
bergerombol. Sehingga, capung harus mengunci perhatian pada mangsa itu saja dan tidak
melihat kemana-mana. Melalui perhatian yang selektif tersebut, capung tidak mempedulikan
mangsa yang lain, ia hanya berfokus pada target.
Meskipun capung memiliki kelebihan dengan mampu berkonsentrasi dalam menangkap
mangsa, ternyata capung memiliki siklus hidup yang pendek. Berdasarkan artikel yang diposting
oleh Ristizona.com, capung mampu bertahan hidup hanya sampai empat bulan. Siklus hidup

yang pendek ini membuat capung masuk dalam kategori serangga dengan umur hidup yang
pendek.
Kehidupan capung yang singkat tersebut, sama halnya dengan singkatnya kehidupan
manusia. Manusia tidak akan pernah tahu sampai kapan ia akan bertahan hidup. Tetapi, dengan
hidup yang singkat itu, manusia dapat melakukan berbagai hal. Artinya, sesingkat apapun hidup

kita, kita sebagai manusia harus mampu memaksimalkan hidup dengan sebaik mungkin.
Sebagaimana halnya dengan capung, manusia harus berfokus dengan tujuan hidup yang telah
ditetapkan. Capung harus berfokus pada target mangsa dan memburunya, begitu juga dengan
manusia yang harus fokus dalam menentukan tujuan hidupnya. Capung menghadapi
segerombolan mangsa dan harus berfokus memilihnya, sedangkan manusia harus menetapkan
tujuan hidup yang tepat.
Masing-masing orang pasti memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda. Ada yang tujuan
hidupnya untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, pengakuan, dan hal-hal lain yang bersifat
duniawi. Kita harus berhati-hati dalam menentukan tujuan hidup tersebut. Jika kita salah dalam
menentukan tujuan hidup, maka hidup kita tidak akan tenang. Mengapa demikian? Karena pada
umumnya, orang yang tidak mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya, maka ia akan
menggantungkan tujuan hidup dengan sesuatu yang bersifat duniawi. Padahal segala hal yang
berbau duniawi hanya bersifat sementara. Harta, kekuasaan, itu semua akan lenyap, tidak akan
dibawa sampai mati. Sehingga, ketika harta yang menjadi tujuan hidup manusia tersebut gagal
dicapai atau hilang musnah, maka dia akan stress dan kecewa hingga akhirnya melakukan
perbuatan yang negatif.
Allah telah berfirman dalam Al-Quran bahawa tujuan manusia dihidupkan di muka bumi ini
tidak lain adalah untuk beribadah kepadaNya. “Aku tidak menjadikan Jin dan Manusia
melainkan untuk beribadah kepadaKu” (Q.S. 51:56). Ibadah merupakan sebutan yang mencakup
seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan,

yang zhahir maupun yang bathin. Ibadah yang diperintahkan oleh Allah tidak akan mempersulit
manusia. Akan tetapi pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.
Ibadah tidak hanya dilakukan dengan menjalankan sholat, zakat, puasa, haji (bagi yang
mampu), tetapi ibadah juga bisa kita lakukan dengan memberi apa yang kita punya kepada orang
lain. Ketika di rumah kita memiliki makanan yang berlebih, kemudian kita berbagi dengan
tetangga kita, maka itu sudah disebut dengan ibadah yang lebih spesifiknya adalah sedekah. Jika

kita tidak memiliki kelebihan materi, maka kita bisa memberikan tenaga kita untuk membantu
orang lain, sehingga kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang di sekitar kita. Jika
kita tidak memiliki tenaga yang besar, tetapi kita memiliki ilmu dan mengamalkannya dengan
mengajarkan kepada orang lain, maka artinya ilmu kita telah bermanfaat. Bukankah sebaikbaiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain? Dan ilmu yang
bermanfaat itu adalah salah satu amalan yang tidak akan terputus meskipun kita telah meninggal
kelak. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak
yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
Adapun jika masih terasa berat, kita bisa melakukan ibadah yang paling mudah, yakni
senyum. Senyum adalah sikap mulia bernilai ibadah, sebagaimana sabda Rosulullah “Senyummu
ketika berjumpa saudaramu adalah ibadah.” (HR al-Baihaqi no. 7935). Senyum adalah cara
terbaik untuk menyapa hati manusia dan menebar kesejukan di hati sesama. Banyak sekali
bentuk-bentuk ibadah (selain sholat, zakat, puasa, haji) yang dapat kita lakukan di dunia yang

singkat ini. Kita bisa melakukannya sesuai dengan apa yang kita bisa dan kita punya. Ibadah ini
tidak harus menunggu kita kaya, ketika tidak memiliki harta pun kita masih bisa beribadah
dengan mengamalkan ilmu, senyum, atau dengan ibadah mudah yang lain.
Allah akan memberi ganjaran sekecil apa pun amal yang kita perbuat. Meski hanya sebesar
dzarrah atau debu: “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah,
dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan
dari sisi-Nya pahala yang besar” (An Nisaa’ 40). Oleh karena itu, ketika melakukan perbuatan
baik, niatkanlah karena ibadah kepada Allah dan jika kita ikhlas untuk menjalankannya, maka
Insya Allah ibadah tersebut akan diterima oleh Allah. Alangkah bahagia jika kita benar-benar
menerapkan ibadah sebagai tujuan hidup kita, karena ketika kita sudah melakukannya, maka hati
kita akan merasa senang, tenang, dan damai. Coba kita rasakan, ketika kita menebar kebaikan,
membantu saudara yang sedang kesusahan dan kemudian saudara kita bahagia karena menerima
bantuan dari kita, dan hati kita menjadi ikut senang, maka itulah tanda bahwa hati kita masih
hidup.
Selain menjadi tujuan hidup, ibadah juga memiliki keutamaan. Ibadah merupakan sesuatu
yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk yang
lemah dan sangat membutuhkan Allah. Sebagaimana halnya capung di atas yang membutuhkan

makanan, hati dan ruh manusia juga membutuhkan makanan dan minuman. Makanan tersebut
didapatkan melalui ibadah kepada Allah. Bahkan ada ulama yang mengatakan bahwa kebutuhan

ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan
minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya
tidak akan baik kecuali dengan menghadap kepada Allah dengan beribadah.

Dokumen yang terkait

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

Analisis korelasi antara lama penggunaan suntik KB DMPA dan tingkat keparahan gingivitis di wilayah kerja puskesmas Sumbersari Jember

0 29 71

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Hubungan antara Kualitas Pelayanan Poli KIA/KB dengan Derajat Kesehatan Ibu dan Anak di 2 Puskesmas di Kabupaten Jember (The Correlation between Service Quality of Maternal and Child Healthcare/Family Planning Polyclinic and Degree of Maternal and Child H

0 18 6

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas karyawan PT Toyotetsu Corporation

4 20 131

Eskatologi : suatu perbandingan antara al-Gazali dan Ibn Rusyd

3 55 79

Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Bulan Agustus 2010

2 21 84

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Perbandingan perilaku prososial antara orang yang telah melaksanakan ibadah haji dan yang belum pada Ibu-Ibu majelis ta'lim

0 22 126