Pelatihan Pembelajaran Bahasa Inggris de
Pelatihan Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Metode Total Physical Response untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
Nidya Chandra Muji Utami
ABSTRAK, Proses pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar saat ini mulai mengarah kepada
kegiatan pembelajaran yang efektif, mudah dimengerti dan menyenangkan di mana siswa secara aktif
terlibat dalam melaksanakan pembelajaran. Metode Total Physical Response sebagai salah satu metode
pembelajaran Bahasa Inggris dapat dijadikan sebagai salah alternatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar karena metode cocok dengan karakter dan
perkembangan siswa sekolah dasar dan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan fisik yang menarik. Oleh
karenanya penerapan metode ini akan membuat pembelajaran Bahasa Inggris mudah dimengerti dengan
cara yang menggembirakan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Inggris di sekolah dasar. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini adalah:
meningkatkan pengetahuan guru-guru sekolah dasar dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan
menggunakan metode Total Physical Response untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah dasar di kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
Kata Kunci: Metode Total Physical Response, Pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar
diharapkan, yang pada akhirnya akan dapat
LATAR BELAKANG
dampak
menunjang kemampuan sumber daya manusianya
persaingan dunia yang semakin ketat. Salah satu
untuk memenangi persaingan dunia yang semakin
syarat agar dapat memenangkan persaingan dunia
ketat. Hal itu diterapkan tidak saja pada sumber
ini adalah mempunyai sumber daya manusia yang
daya manusia yang sudah dewasa (adulthood
memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang
learning), tetapi bahkan juga pada anak-anak
memadai (High English Competency).
(childhood learning) baik melalui jalur formal
Era
globalisasi
membawa
Berdasarkan alasan itulah sekarang ini
seperti penambahan muatan Bahasa Inggris di
hampir semua bangsa yang ada di dunia yang
sekolah-sekolah dasar maupun jalur non formal
bahasa resminya bukan bahasa Inggris (non
seperti kursus-kursus ataupun kegiatan-kegiatan
English
ekstra kurikuler.
speaking
countries)
berusaha
mempersiapkan dan memfasilitasi sumber daya
Salah
satu
bentuk
implementasi
dari
manusianya dengan aneka metode dan teknik
kebijakan tesebut di Indonesia, di beberapa
pembelajaran Bahasa Inggris yang kesemuanya
daerah contohnya di DKI Jakarta adalah dengan
bertujuan
kemampuan
diterapkannya metode pengajaran secara bilingual
berbahasa Inggris agar mencapai hasil yang
pada mata pelajaran – mata pelajaran tertentu.
116
untuk
meningkatkan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Tentu kebijakan ini dimaksudkan untuk lebih
metode pembelajaran yang konvensional dan
meningkatkan
berpusat
kemampuan
dan
kefasihan
pada
guru.
Pembelajaran
yang
berbahasa Inggris para peserta didik dalam semua
dilaksanakan oleh guru membuat siswa tidak
aspek
dilibatkan
bahasa
(language
skills)
penguasaan akan topik utama
disamping
secara
aktif
dalam
pembelajaran.
(mata pelajaran
Suasana kelas membosankan dan banyak anak
yang diajarkan) itu sendiri. Tujuan di atas tentu
yang cenderung bosan dan stress sehingga
dapat tercapai jika dilakukan dengan metode/ pola
pembelajaran kurang efektif.
Salah satu metode pembelajaran yang
pengajaran yang tepat, yaitu pola pengajaran
cocok
interaksi yang bermakna.
diterapkan
oleh
guru dalam
upaya
rancangan
meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris siswa
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar
dalam di sekolah dasar dan dapat dipakai untuk
sebagai muatan lokal yang ada bila kita cermati
meningkatkan kosa kata siswa adalah metode
banyak kelemahannya. Tujuan pembelajaran yang
TPR (Total Physical Response). Metode TPR
merupakan salah satu komponen yang sangat
merupakan salah satu metode pembelajaran
penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris tidak
dalam
sesuai dengan perkembangan anak berusia 6-12
bahasa asing yang dikembangkan oleh James
tahun. Suyanto dalam pidatonya pengukuhannya
Asher, seorang profesor psikologi Universitas
sebagai guru besar di situs internet mengatakan
Negeri
bahwa kenyataan di lapangan anak-anak sering
dipandang sebagai metode yang sesuai untuk
ditugasi untuk menerjemahkan kalimat-kalimat
mengajarkan bahasa Inggris pada anak karena
yang sulit, mencatat tata bahasa dengan istilah
dalam
yang tidak diketahui siswa sekolah dasar, dan
mengutamakan pada kegiatan langsung yang
mengerjakan pekerjaan rumah yang sering tidak
berhubungan dengan kegiatan fisik (physical) dan
jelas perintahnya sehingga ada jawaban yang
gerakan (movement). Seperti yang kita pahami
rancu. Sudah seyogyanya pembelajaran Bahasa
bahwa salah satu karakter yang paling menonjol
Inggris
dengan
dari siswa sekolah dasar adalah kegemaran
anak,
mereka untuk bermain yang melibatkan banyak
Dari
di
kegiatan
hasil
sekolah
yang
analisis
dasar
sesuai
dilakukan
dengan
dunia
misalnya belajar kosakata dan kalimat sederhana
tentang apa yang ada di sekitarnya, belajar sambil
pembelajaran
San
Jose
bahasa
California.
melaksanakan
Inggris
sebagai
Metode
pembelajarannya
TPR
lebih
aktifitas fisik.
Dalam metode TPR ini, Asher (2000)
Suyanto
mengungkapkan bahwa semakin sering atau
bahwa jumlah kosakata
semakin intensif memori seseorang diberikan
Bahasa Inggris yang perlu dicapai oleh siswa
stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori
Sekolah Dasar diperkirakan sebanyak lebih kurang
berhubungan
500 kata. Kesulitan siswa sekolah dasar dalam
mengingat (recalling). Kegiatan mengingat ini
pelajaran
dilakukan
menggambar, bermain dan bercerita.
(2008) berpendapat
bahasa
Inggris
khususnya
dalam
dan
secara
semakin
verbal
mudah
dengan
untuk
melakukan
umumnya disebabkan
aktivitas gerak (motor activity). Pengajaran melalui
karena materi disampaikan secara klasikal dan
metode TPR yang lebih menekankan pada bentuk
penguasaan kosakata
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
instruksi (perintah) yang mudah digunakan oleh
tenaga pengajar yang sesuai sehingga dapat
guru dan dipahami oleh siswa karena dilakukan
mencapai
output
dengan aksi (peragaan). Richards dan Rodgers
mencapai
hasil
yang dikutip oleh Setiyadi (2006) memperkuat
diharapkan dapat segera diwujudkan.
yang
itulah
diharapkan.
maka
Untuk
pelatihan
ini
pendapat dengan mengatakan “there are some
assumptions about language learning that should
KAJIAN TEORETIK
be considered when teaching English as a foreign
1. Hakikat Anak Sekolah Dasar
language to children, one of assumptions are
Piaget dalam Sumantri (2006) menyatakan
meaning should be made perceptible through
bahwa perkembangan kognitif anak dibagi menjadi
concrete objects or
empat tahap sejalan dengan usianya, yaitu:
by the presentation
of
experience”. Pendapat ini menjelaskan bahwa saat
Fase sensori motorik (usia 0-2 tahun), selama
mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing
periode ini anak mengatur alamnya dengan
kepada anak, arti harus dijelaskan dengan benda
indera-indera dan tindakan-tindakan.
yang konkret atau dengan memberikan peragaan/
Fase pra operasional (usia 2-7 tahun), selama
presentasi. Dengan memperhatikan visualisasi
fase ini anak belajar menggunakan bahasa dan
yang diperagakan, anak dapat mengerti arti dari
menggambarkan objek imajinasi dan kata-kata.
suatu kata bahkan tanpa si guru menterjemahkan
Fase operasional konkret (usia 7-12 tahun),
kata tersebut secara lisan. Dengan begitu metode
tahap ini merupakan permulaan bagi anak
TPR ini jelas dapat dipakai sebagai suatu metode
berpikir rasional yang dapat diterapkan pada
untuk meningkatkan jumlah kosa kata Bahasa
masalah-masalah konkret.
Inggris (vocabulary upgrading).
Fase operasional formal (usia 12 tahun ke
Jurusan PGSD UNJ, sebagai salah satu
atas), pada tahap ini anak sudah mampu
lembaga pendidikan tinggi di provinsi di DKI
berpikir abstrak, sehingga ia tidak perlu berpikir
Jakarta, sudah seharusnya menaruh perhatian
dengan pertolongan benda atau peristiwa
dalam mengintroduksi dan memberikan pelatihan
konkret.
pengajaran dengan metode-metode yang tepat
dan sesuai dengan karakter siswa kepada guru-
Pada umumnya siswa Sekolah Dasar di
guru SD di Jakarta. Pemberian pelatihan pada
Indonesia berusia 6-12 tahun. Pada usia- usia atau
guru-guru di kecamatan Setiabudi diterapkan
tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat
mengingat SD-SD tersebut adalah SD MITRA
(Sumantri: 2006):
PGSD FIP UNJ yang digunakan sebagai “tempat
senang
penggodokan” calon guru SD
sebelum mereka
betul-betul terjun sebagai guru SD. Hasil dari
pelatihan ini nantinya dapat dijadikan indikator bagi
kegiatan-kegiatan yang serupa di sekolah-sekolah
lain sehingga diharapkan dalam kurun waktu yang
tidak terlalu lama semua sekolah akan mempunyai
116
memiliki rasa ingin tahu yang kuat
bermain
atau
suasana
yang
menggembirakan
mengatur
dirinya
sendiri,
mengeksplorasi
situasi sehingga suka mencoba-coba
memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi,
tidak suka mengalami kegagalan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
akan belajar efektif jika ia merasa senang
dengan situasi yang ada
belajar dengan cara bekerja dan senang
mengajarkan
apa
yang
ia
bisa
kepada
2. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Dasar
Pada
belajar
dasarnya
belajar
berkomunikasi.
bahasa
Oleh
adalah
sebab
itu,
pembelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk
temannya.
meningkatkan
Bredekamp
(1987)
gagasan
tentang
dengan
perkembangan
mengemukakan
pembelajaran
anak
yang
sesuai
yaitu
DAP
kemampuan
siswa
dalam
berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara
lisan maupun tertulis. Untuk mencapai tujuan
tersebut,
pembelajaran
Bahasa
Inggris
bagi
(Developmentally Appropriate Practice). Konsep
pembelajar pemula dalam hal ini siswa sekolah
DAP
dasar, pertama-tama
berpijak
pada
dua
kesesuain
yaitu
perlu pembentukan sikap
kesesuaian dengan usia dan individu. Kesesuaian
positif terhadap pelajaran bahasa Inggris. Untuk itu
dengan usia memperhatikan pertumbuhan dan
perlu pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah
perkembangan anak secara sekuensial yang
dasar perlu disesuaikan dengan karakteristik dan
sifatnya universal. Kesesuaian dengan individu
perkembangan siswa sekolah dasar.
Dunia anak penuh kesenangan, anak hanya
adalah setiap anak mempunyai karakter yang unik
dan
khas
dalam
cara
berinteraksi
dengan
berpikir
dapat
mengisi
sebanyak
mungkin
lingkungan, cara belajar dan lama belajar. Juga
kesenangan dalam hidupnya. Begitu pula dengan
setiap anak mempunyai latar belakang keluarga
pendidikan
dan budaya yang berbeda satu sama lainnya.
melaksanakan pengajaran yang menyenangkan,
mereka,
seorang
guru
harus
Perbedaan individu ini berpengaruh besar
mengajak anak belajar dengan nuansa bermain.
pada cara anak belajar. Perbedaan individu anak
Pengajaran bahasa Inggris hendaknya didorong
dipertimbangkan
untuk
oleh strategi dan kegiatan belajar-mengajar yang
merancang program pembelajaran untuk kelompok
memberikan rasa nyaman dan bukan rasa tertekan
usia tertentu. Melalui pikiran dan pengalamannya
dan terpaksa.
sebagai
landasan
anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya,
Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah
orang dewasa dan benda-benda yang ada di
dasar haruslah bersifat gembira dan interaktif.
lingkungannya. Pengalaman anak sebagai hasil
Oleh sebab itu materi dan metode yang diberikan
interaksi aktif ini hendaknya sesuai dengan tingkat
harus sesuai dengan perkembangan siswa. Para
minat dan perkembangannya, kemampuannya,
guru
dan kebutuhannya. Pembelajaran terhadap siswa
menggunakan lagu, teka teki, permainan dan
sekolah dasar hendaknya menyesuaikan dengan
gambar yang menarik selama proses belajar
perkembangan yang sedang mereka alami.
mengajar tersebut. Dunn (1983) mengatakan
bahwa
mengatakan
pembelajar
bahwa
muda
mereka
sangat
bisa
mudah
meningkatkan kemampuan berbahasa mereka
melalui permainan yang tepat untuk usia mereka.
Akan tetapi tidak semua permainan untuk siswa
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
muda cocok bagi mereka. Greene dan Petty
mempunyai vocabulary tidak mungkin siswa bisa
(1959)
menyatakan tugas dan kewajiban guru
belajar berbicara (speaking) atau struktur kalimat
adalah dapat menyeleksi permainan yang cocok
(structure). Hal ini dikuatkan oleh pendapat
bagi siswa mereka dan sesuai dengan tingkat
Suyanto dalam pidato pengukuhannya sebagai
kognitif, fisik, dan emosional anak. Frost (dalam
guru
Greeny dan Petty: 1959) menyatakan bahwa
pengajaran bahasa Inggris diadakan di sekolah
banyak guru percaya bahwa buku pelajaran siswa
dasar
seharusnya penuh warna agar menjadi menarik
penguasaan kosa kata yang banyak sehingga
perhatian dan motivasi siswa itu sendiri. Mereka
apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya
mengatakan bahwa gambar yang berwarna dan
ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan
interaktif membuat siswa menjadi tertarik dan
mengalami kesulitan. Oleh karena itu fokus utama
penasaran sehingga menambah motivasi mereka
dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar
untuk mempelajari bahan selanjutnya. Hal ini
ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai
berarti bahwa siswa akan lebih mudah untuk
kosa kata yang banyak maka para siswa dapat
menghafal kosa kata ketika mereka melihat
dengan mudah menguasai keterampilan bahasa
sesuatu yang menarik. Mental pembelajar muda
yang lain.
besar
di
ialah
situs
untuk
internet
bahwa
memberikan
alasan
pengetahuan
akan sangat tertarik ketika melihat objek yang
Dalam pembelajaran kosakata diperlukan
sebenarnya. Objek itupun akan sangat membantu
adanya prosedur dan pendekatan. Pembelajaran
untuk
mereka.
kosakata dalam hal ini menyangkut mengajar dan
Colorado (2009) menguatkan pendapat di atas
belajar kosakata. Nation (2001) menyebutkan tiga
dengan memberikan contoh pengajaran kosakata
prosedur
di sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara:
words, the second-hand cloze, dan the vocabulary
mengembangkan
imajinasi
mengajar
(Role playing or pantomiming)
mengajar kosakata bergerak dari receptive use ke
Menggunakan gerak badan (Using gestures)
productive use yang berfokus pada belajar yang
Menunjukkan benda nyata (Showing real
disengaja. Dalam the second-hand cloze, prosedur
objects)
mengajar kosakata meliputi tiga langkah yaitu
Menunjuk gambar (Pointing to pictures)
siswa membaca teks yang mengandung kosakata
Meng gambar cepat di papan tulis (Doing
sasaran, siswa dengan sengaja belajar kosakata,
quick drawings on the board)
dan
Menggunakan Bahasa Indonesia yang setara
merupakan
dan kemudian meminta siswa untuk
sesungguhnya
mengucapkan padanan katanya dalam
vocabulary interview, siswa diberi kesempatan
bahasa Inggris.
untuk melakukan tanya jawab kepada guru atau
diberikan
words,
recycled
interview.
siswa
recycled
yaitu:
Bermain peran atau melakukan pantomim
Dalam
kosakata,
cloze
ringkasan
dari
mereka
baca.
prosedur
passages
yang
apa
yang
Dalam
suatu
kepada siswa lain tentang kosakata tertentu. Salah
Pembelajaran bahasa Inggris di SD lebih
satu tujuan prosedur ini adalah untuk membuat
ditekankan pada penguasaan vocabulary, tanpa
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
siswa memperhatikan aspek-aspek mengetahui
suatu kata.
Menurut Lado (1979) ada beberapa langkah
yang
Sitorus
dapat
diterapkan
dalam
pembelajaran
(1993) menyatakan bahwa kata-
kosakata khususnya pada siswa sekolah dasar
kata yang terdapat dalam kelompok, golongan-
yaitu: (1) mendengarkan kata, (2) mengucapkan
golongan, dan dalam suatu perangkat-perangkat
kata,(3) memahami makna, (4) membuat ilustrasi
selalu lebih mudah untuk dipelajari. Lebih lanjut
dalam bentuk kalimat, (5) melakukan latihan dalam
Sitorus mengungkapkan ada dua cara mempelajari
pengekspresian makna, (6) mengucapkan kata
kosakata dalam pengelompokan yaitu kelompok
tersebut dengan suara keras, dan (7) menulis
kata yang mempunyai satu dasar umum dan
kata-kata tersebut. Suyanto (2008) meringkaskan
kelompok kata yang mempunyai hubungan dalam
pendapat-pendapat di atas bahwa pembelajaran
pengertian.
kosakata dapat dilakukan dengan empat tahap.
Piaget dalam Hoskisson & Tompkins (1987)
Tahap
pertama
adalah
tahap
pengenalan
menyatakan bahwa siswa sekolah dasar adalah
(introducing
concrete thinkers (pemikir konkrit). Mereka belajar
memperkenalkan kata baru dengan ucapan yang
dengan baik melalui keterlibatan secara aktif.
jelas dan benar, serta memperkenalkan kata baru
Keterlibatan dalam penggunaan bahasa secara
tersebut
aktif dapat dibuat lebih bermakna apabila dikaitkan
benda nyata tahap. Tahap kedua adalah tahap
dengan pengalaman dan hal-hal nyata dalam
pemberian model (modeling stage). Pada tahap
kehidupan anak. Budiningsih (2005) menyatakan
modelling, guru memberi contoh dengan bertindak
bahwa untuk menghindari keterbatasan berfikir,
sebagai model. Tahap selanjutnya adalah tahap
anak perlu diberi gambaran konkrit sehingga ia
latihan (practicing stage).
mampu menelaah persoalan. Anak usia 7 sampai
melatih siswa-siswa untuk menirukan dan berlatih.
12 tahun masih memiliki masalah mengenai
Tahap final adalah tahap penerapan (applying
berfikir abstrak.
stage).
Pada tahap yang keempat atau tahap
applying
siswa
Pembelajaran
kosakata
bahasa
Inggris
stage).
dengan
Pada
tahap
menggunakan
ini
gambar
guru
atau
Di tahap ini, guru
menerapkan
kosakata
yang
kepada anak-anak, sebaiknya didasarkan pada
dipelajari dalam situasi yang tepat dengan bantuan
bagaimana
ini
atau bimbingan guru. Dengan begitu diharapkan
dinyatakan oleh Hoskisson & Tompkins (1987)
kemampuan kosa kata siswa sekolah dasar akan
bahwa pembelajaran bahasa harus didasari pada
meningkat dengan cepat dan meningkatkan hasil
bagaimana anak-anak belajar dan bagaimana
belajar Bahasa inggris mereka.
mereka
belajar
bahasa.
Hal
mereka belajar bahasa. Guru perlu memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan cara
belajarnya. Pertama, siswa perlu diajarkan bentuk
3. The Total Physical Response (TPR)
Total
Physical
Response
merupakan
bahasa lisan dan tulisan. Kedua, siswa perlu
sebuah
mendapat kesempatan untuk meniru bentuk-
dikembangkan
bentuk bahasa tersebut.
Profesor Psikologi dari Universitas San Jose State
metode
pembelajaran
oleh
James
bahasa
Asher,
yang
seorang
University, California USA. Metode pembelajaran
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
bahasa
yang
dikembangkan
oleh
Asher
pengajaran bahasa menggunakan aktivitas fisik
didasarkan pada koordinasi antara pembicaraan
motorik
(ucapan) dengan tindakan (aksi).
pembelajaran
Dalam teori pembelajaran bahasa pada
anak, Asher (2000) memiliki tiga hipotesa yang
dan
juga
merupakan
bahasa
suatu
yang
metode
menggunakan
pendekatan pemahaman.
Dalam menerapkan pembelajaran bahasa
Inggris dengan menggunakan metode TPR perlu
dipandang berpengaruh yaitu:
(1)Terdapat bio program bawaan yang
diperhatikan beberapa prinsip dasar. Prinsip yang
spesifik untuk pembelajaran bahasa yang
ada dijadikan pedoman ataupun acuan dalam
menggambarkan sebuah alur yang optimal
menerapkan pembelajaran yang menggunakan
untuk pengembangan bahasa pertama dan
metode
kedua, 2) lateralisasi otak menggambarkan
mencakup penerapan TPR (Asher: 2000), yaitu:
TPR.
Ada
tiga
belas
prinsip
yang
fungsi pembelajaran yang berbeda pada
(1)Meaning in the target language can often
otak
stres
be conveyed through actions. Memory is
mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan
activated through learner response. The
apa yang akan dipelajari oleh peserta didik,
target language should be presented in
stres yang lebih rendah kapasitasnya maka
chunks, not just word by word, (2) the
pembelajaran menjadi lebih baik.
students
understanding
Ketiga hipotesis yang diungkapkan oleh Asher
language
should
menjadi
speaking, (3) students can initially learn one
kiri
dan
dasar
kanan,
dan
diterapkannya
3)
TPR
dalam
pengajaran bahasa kedua bagi anak.
Richards
the
target
developed
before
part of the language rapidly by moving their
(2001)
bodies, (4) the imperative is a powerful
mengungkapkan Total Physical Response (TPR) is
linguistic device through which the teacher
a
around
can direct student behavior, (5) students can
coordination of speech and action, it attempts to
learn through observing actions as well as
teach language through physical (motor) activity.
by performing the actions themselves, (6) it
Total
is
language
dan
be
of
teaching
Physical
Rogers
method
Response
built
(TPR)
merupakan
very
important
that
students
feel
metode pengajaran bahasa yang didasarkan pada
successful, (7) students should not be made
koordinasi antara pembicaraan dan tindakan,
to memorize fixed routines, (8) correction
merupakan
should be carried out in an unobtrusive
suatu
pengajaran
bahasa
menggunakan aktivitas fisik motorik.
manner, (9) students must develop flexibility
Berdasarkan beberapa pendapat maupun
in understanding novel combinations of
pandangan mengenai Total Physical Response
target language chunks, (10) language
(TPR) dapat disimpulkan bahwa TPR merupakan
learning is more effective when it is fun, (11)
metode pembelajaran bahasa yang dikembangkan
spoken language should be emphasized
oleh
pada
over written language, (12) students will
koordinasi antara pembicaraan (ucapan) dengan
begin to speak when they are ready, (13)
tindakan (aksi) yang juga merupakan suatu
students are expected to make errors when
116
James
Asher
yang
didasarkan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Berdasarkan
they first begin speaking. Teachers should
prinsip-prinsip
dalam
be tolerant of them. Work on the fine details
menerapkan TPR sebagai sebuah metode belajar
of the language should be postponed until
di
students have become somewhat proficient.
menerapkan
atas
maka
dalam
metode
TPR
pembelajaran
siswa
yang
melakukan
peragaan-peragaan yang diperintahkan oleh guru.
Penjelasan di atas berarti bahwa (1) Arti
Selain itu, dalam pembelajaran TPR siswa juga
dalam bahasa target sering dapat disampaikan
diharapkan
melalui
peragaan.
definisi suatu kata tanpa penterjemahan dari guru,
respon
pembelajar.
Memori
diaktifkan
Bahasa
sasaran
melalui
harus
berani
dapat
bersemangat,
berbicara
dalam
mendapatkan
bahasa
Inggris,
disajikan dalam bentuk potongan-potongan, bukan
memaksimalkan panca indera siswa, dan siswa
hanya kata demi kata, (2) pemahaman siswa
tidak tegang dalam pembelajaran.
tentang
bahasa
target
harus
dikembangkan
sebelum kemampuan berbicara, (3) para siswa
Sementara itu Asher (2000)
mengenai
kaitan prinsip penerapan TPR mengungkapkan:
dapat belajar satu bagian dari bahasa dengan
“The underlying principle of TPR is that the
cepat dengan cara menggerakkan tubuh mereka, (
channels of learning engage all senses:
4)
sight, hearing, speaking, taste, touch, smell,
alat
imperatif (kata-kata perintah) adalah sebuah
ilmu
bahasa
dengan
and all motor activities. Each individual finds
mengarahkan
learning easiest through one of these
perilaku siswa, (5) siswa dapat belajar melalui
channels, or some combination of them.
pengamatan peragaan dan dengan melakukan
Traditional
tindakan sendiri, (6) adalah sangat penting bahwa
disadvantage those learners who are not
siswa merasa berhasil, (7 ) siswa tidak boleh
oriented to the particular kinds of stimulation
dibuat untuk menghafal rutinitas, (8) koreksi harus
typically found in classrooms. Workplace
dilakukan dalam cara yang tidak mencolok, (9)
vocational courses, military forces etc. have
siswa harus mengembangkan sikap luwes dalam
always made use of TPR principles.”
memahami bahasa target yang disajikan dalam
Hal yang mendasari prinsip dari TPR yaitu
bentuk potongan, (10) belajar bahasa lebih efektif
pembelajaran TPR menggunakan semua panca
bila dilakukan dengan cara yang menyenangkan,
indera:
(11) bahasa lisan perlu ditekankan di atas bahasa
merasakan, menyentuh, penciuman, dan semua
tertulis, (12) siswa akan mulai berbicara ketika
aktivitas motor. Setiap individu menemukan cara
mereka sudah siap, (13) siswa diperbolehkan
belajar termudah menggunakan satu dari panca
untuk membuat kesalahan ketika mereka pertama
indera
kali mulai berbicara. Para guru harus toleran
indera. Pada kelas tradisional, aktivitas yang
terhadap mereka. Belajar bagian-bagian rinci
dilakukan
bahasa harus ditunda sampai siswa telah menjadi
pembelajaran tidak berorientasi pada bermacam-
agak mahir.
macam
penggunaannya
yang
guru
kuat
dapat
yang
penglihatan,
atau
classroom
activities
pendengaran,
kombinasi/campuran
sangat
keterangan
merugikan
yang
berbicara,
dari
siswa
merangsang
panca
karena
untuk
menemukan sesuatu dalam kelas. Tempat kerja
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
kursus kejuruan, lembaga militer dan lainnya telah
pengabdian kepada masyarakat bersama sekolah
menggunakan prinsip dalam TPR.
dasar - sekolah dasar mitra PGSD FIP UNJ
Berdasarkan pendapat dan pandangan dari
diharapkan
guru-guru
sekolah
beberapa ahli bahasa di atas dapat disimpulkan
mempunyai
wawasan
pembelajaran
bahwa dalam penerapan TPR sebagai suatu
Inggris yang lebih luas untuk diimplementasikan
metode
memperhatikan
guna peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa
prinsip-prinsip berikut: guru dan peserta didik
Inggris di kelas biasa dan ditularkan kepada calon-
sering
calon guru sekolah dasar.
tujuan
pembelajaran
melakukan
perlu
peragaan,
pembelajaran
menyampaikan
pada
awal
dasar
bisa
Bahasa
proses
Adapun sekolah dasar-sekolah dasar mitra
pembelajaran, lakukan dengan gerakan tubuh
PGSD FIP UNJ yang dipilih untuk pengabdian
peserta didik, kondisikan peserta didik merasa
masyarakat kali ini adalah SDN Guntur 03 pagi,
berhasil atas hal yang dilakukan olehnya, peserta
SDS Laboratorium PGSD FIP UNJ, dan SDN
didik tidak perlu membuat hafalan yang rutin,
Menteng Atas 02.
memperbaiki kesalahan peserta didik dilakukan
dengan tidak menurunkan kepercayaan dirinya,
lakukan pembelajaran dengan kondisi peserta
didik
senang,
ditekankan
kemampuan
dari
menggunakan
berbicara
kemampuan
seluruh
panca
harus
menulis,
indera
dan
dalam
pembelajaran.
5. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan pada awal, tengah
dan akhir pelatihan. Evaluasi awal dilaksanakan
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
tentang identifikasi permasalahan pembelajaran
Bahasa
Inggis
di
kelas
dan
rancangan
pembelajaran Bahasa Inggris yang selama ini
dilakukan oleh para peserta pelatihan. Selanjutnya
4. Khalayak Sasaran Antara yang Strategis
kepada
dilakukan evaluasi proses yang dilakukan pada
masyarakat adalah guru-guru sekolah dasar di
saat peserta melakukan pelatihan pembelajaran
Kecamatan
yang
Bahasa Inggris dengan metode Total Physical
merupakan guru-guru kelas dan guru-guru mata
Response yang berupa rancangan pembelajaran
pelajaran Bahasa Inggris. Sasaran ini dipilih
(RPP) berbasis metode Total Physical Response
karena sekolah-sekolah dasar tersebut merupakan
dan pembuatan media ajar yang sesuai untuk
sekolah dasar-sekolah
PGSD FIP
digunakan metode Total Physical Response.
UNJ, di mana sekolah dasar sekolah dasar mitra
Evaluasi hasil dilaksanakan pada akhir pelatihan
itu sendiri berfungsi sebagai tempat latihan para
untuk mengetahui kemampuan peserta dalam
calon guru sekolah dasar dengan cara melakukan
memahami metode Total Physical Response dan
kegiatan PPL yang sebelumnya didahului dengan
bagaimana
serangkaian observasi lapangan untuk mengenal
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar
dunia ke SD-an dan menerapkan teori-teori yang
dengan melakukan contoh pengajaran berbasis
diterima di bangku perkuliahan selama mahasiswa
metode Total Physical Response.
Sasaran
kegiatan
Setiabudi
pengabdian
Jakarta
Selatan
dasar mitra
mengimplementasikannya
dalam
menjalankan perkuliahan. Dengan dijalankannya
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
6. Kriteria/Indikator Keberhasilan
Evaluasi Hasil
Dalam evaluasi hasil, para peserta bisa
Evaluasi Awal
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
mampu
melakukan
pembelajaran
identifikasi
Bahasa
Inggris
permasalahan
di
kelas
dan
rancangan pembelajaran Bahasa Inggris yang
menunjukkan keberhasilan dalam melaksanakan
model
pembelajaran
Bahasa
Inggris
dengan
metode Total Physical Response sesuai dengan
kelas yang mereka ampu.
selama ini dilakukan.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Evaluasi Proses
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
1. Tempat dan Waktu Kegiatan
mampu membuat rancangan pembelajaran (RPP)
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
berbasis metode Total Physical Response dan
bertempat di ruang 109 Lantai 1 Jurusan PGSD
media ajar yang sesuai untuk digunakan metode
FIP UNJ Jalan Setiabudi I No. 1 Jakarta Selatan.
Total Physical Response.
Kegiatan ini dilaksanakan, pada hari Selasa
Evaluasi Hasil
tanggal 5 Oktober 2010.
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
mampu
menunjukkan
Peserta Kegiatan
dalam
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
pembelajaran
kali ini adalah hasil kerjasama antara Fakultas Ilmu
Total Physical
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (dengan
Response sesuai dengan kelas yang mereka
dosen-dosen Jurusan PGSD FIP UNJ sebagai
ampu.
pelaksana), Dinas Pendidikan Dasar, dan Kasi
Tolak Ukur
Dikdas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
mempraktekkan/
kemampuan
2.
memodelkan
Bahasa Inggris dengan
metode
Tolak ukur keberhasilan dalam pelaksanaan
Peserta terdiri dari dua puluh enam guru-guru
latihan pembelajaran Bahasa Inggris dengan
sekolah dasar-sekolah dasar mitra PGSD FIP
metode
UNJ, yang terdiri atas guru-guru Bahasa Inggris
Total
Physical
Response
dinyatakan
berhasil jika:
dan guru-guru kelas SDN Guntur 03 pagi, SDS
Evaluasi Awal
Laboratorium PGSD FIP UNJ, SDN Menteng Atas
Dalam evaluasi awal, para peserta mampu
mengidentifikasi
permasalahan
pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas dan mampu menyerahkan
02 dan Kasie Dikdas Kecamatan Setiabudi Jakarta
Selatan.
3.
Metode Kegiatan
Untuk
rancangan pembelajaran Bahasa Inggris yang
mencapai
selama ini dilakukan.
ditetapkan,
Evaluasi Proses
digunakan adalah:
metode
yang
telah
pelatihan
yang
Ceramah,
diskusi
mampu menyerahkan rancangan pembelajaran
Penyajian
teori
(RPP) berbasis metode Total Physical Response
ceramah, kemudian dilanjutkan dengan tanya
dan media ajar yang sesuai untuk digunakan
jawab dan diskusi. Penggunaan metode
metode Total Physical Response.
tersebut
Dalam
116
evaluasi
proses,
para
peserta
1.
maka
tujuan
serta
tanya
jawab.
diberikan
dalam
bentuk
diharapkan
agar
peserta dapat
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
tentang
hari Selasa, tanggal 5 Oktober 2010, kemudian
pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode
tugas menyusun RPP dan bahan ajar/ media
Total Physical Response dan bagaimana
pendukung dikerjakan bersama-sama guru-guru di
mengimplementasikannya
pada
sekolah masing-masing. Berdasarkan evaluasi,
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah
para guru masih terlihat belum terbiasa membuat
dasar.
rancangan pembelajaran berbasis metode Total
mendalami
2.
Metode
pengetahuan
pemberian
rancangan
3.
tugas
membuat
Physical Response dan membuat rancangan
pembelajaran Bahasa Inggris
media/ bahan ajar pendukung yang sesuai serta
dengan metode Total Physical Response
masih
diharapkan agar peserta dapat mengetahui
mengimplementasikan
langkah-langkah
Inggris berbasis metode Total Physical Response
membuat
rancangan
mengalami
kesulitan
dalam
pembelajaran
bahasa
pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode
pada
Total Physical Response dan dapat membuat
sehingga diperlukan diskusi kelompok.
media/ bahan ajar yang sesuai dengan
demikian, rencana awal peserta dapat menyusun
metode TPR.
rancangan pembelajaran dengan
Metode pemberian tugas dilanjutkan dengan
Physical
para
bimbingan
peserta
memodelkan
pembelajaran
kelas-kelas
Response
Tim
menggembirakan,
Response
dapat
pembelajaran
dengan
yang
telah
rancangan
berhasil
disusunnya.
masing-masing,
metode Total
Hal
dengan
ini
peserta
pengetahuan
rancangan
Namun
berhasil
sehingga
memperoleh
menyusun
sangat
pelatihan
baru
pembelajaran
dalam
Bahasa
Inggris dengan metode Total Physical Response
yang
HASIL KEGIATAN
telah
Pengabdi.
Bahasa Inggris dengan metode Total Physical
sesuai
mereka
sesuai
dengan
karakteristik
dan
perkembangan siswa sekolah dasar.
Hasil yang terlihat bahwa selama kegiatan
Pada
akhir
kegiatan,
semua
peserta
berjalan dengan baik. Tempat kegiatan di ruang
pelatihan secara individu diberi tugas untuk
109 di lantai 1 kampus E PGSD FIP UNJ yang
mengimplementasikan
berdekatan dengan tempat tugas Bapak/Ibu guru-
Inggris dengan metode Total Physical Response
guru sekolah dasar di lingkungan Kecamatan
di sekolah masing-masing.
pembelajaran
Bahasa
Setiabudi Jakarta Selatan.
Pelaksanaan kegiatan diikuti oleh dua puluh
enam
guru-guru sekolah dasar di lingkungan
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang terdiri
Berdasarkan
pelaksanaan
kegiatan
dari delapan orang guru-guru SDN Guntur 03 Pagi,
pengabdian kepada masyarakat ini, maka dapat
sebelas orang guru-guru SDS Laboratorium FIP
disimpulkan sebagai berikut:
UNJ, enam orang guru-guru SDN menteng atas 02
a.
Sambutan
kerjasama
dari
Kasi
Dikdas
dan bapak Kasie Dikdas Kecamatan Setiabudi
Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan sangat
Jakarta Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada
baik dan terbuka dengan melibatkan para
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
guru sekolah dasar yang ada di Kecamatan
Setiabudi Jakarta Selatan.
b.
Motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan
cukup baik.
c.
Terjadi peningkatan pengetahuan tentang
pembelajaran
Bahasa
Inggris
dengan
metode Total Physical Response bagi para
peserta.
Pada awalnya para guru belum
mengenal metode Total Physical Response
sebagai metode pembelajaran Bahasa Inggris
yang
sesuai
dengan
karakteristik
dan
perkembangan siswa sekolah dasar, namun
setelah pelatihan, peserta mengetahui baik
teori
maupun
rancangan
bagaimana
pembelajaran
membuat
Bahasa
Inggris
dengan metode Total Physical Response
serta bagaimana mengimplementasikannya di
kelas masing-masing.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka Tim
Pengabdi perlu memberikan saran-saran sebagai
berikut:
a.
Pelatihan semacam dapat dilakukan secara
periodik terhadap para guru sekolah dasar di
seluruh Provinsi DKI Jakarta, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah dasar.
b.
Perlu
adanya
pelatihan
ini
keberlanjutan
dengan
harapan
kegiatan
dapat
memberikan manfaat dan lebih berdaya dan
berhasil guna.
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
DAFTAR PUSTAKA
Asher, James J. (2000). Learning Another Language through Action. 20 Maret 2009, dari
http://docs.ksu.edu.sa/PDF/Articles48/ Article480783.pdf.
Budiningsih, Asri. Belajar dan Membelajarkan. (2005). Jakarta: PT Rineka Cipta
Bredekamp, Sue. (1987). Developmetally Appropriate Practice in Early Childhood Program Serving
Children from Birth through Age 8. Washington DC: NCTM.
Colorado, Ann. (2009). 12 April 2009, dari http://esl-programs-lessons.suite101.com/article.cfm/tips
for_teaching_l2_vocabulary.
Dunn, Opal. (1983). Developing English with Young Learners. London: The Macmillan Press Limited.
Greeny, Harry A and Walter T Petty. (1959). Developing Language Skill in the Elementary School. 25
April 2010, dari http://www.bingfkipunlam.wordpress.
Hoskisson, K. & Tompkins, G. E. (1987). Language Arts: Content and Teaching Strategies. Melbourne:
Merill Publishing Company.
Lado, R. (1979). Language Teaching. A Scientific Approach. Bombay-New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publshing Co LTD.
Larsen, Diane and Freeman. (2000). Technique and Principles in Language Teaching. New York: Oxford
University Press.
Nation, I. S. P. (2001). Learning Vocabulary in Another Language. Cambridge: Cambridge University
Press.
Richards, J and Rogers (2001). Approaches and Methods in Language Teaching. London: Cambridge
University Press.
Setiyadi, Bambang. (2006). Teaching English as a Foreign English. Yogyakarta: Griya Ilmu.
Sitorus, R. H. (1993). Cara Mudah Belajar Bahasa Inggris: English Vocabulary. Bandung: CV. Pionir
Jaya.
Sumantri, Mulyana. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyanto, Kasihani K. E. (2008). English For Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara.
Daftar Riwayat Hidup Peneliti:
Nidya Chandra Muji Utami, M.Si. adalah Dosen di PGSD FIP UNJ.
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
Nidya Chandra Muji Utami
ABSTRAK, Proses pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar saat ini mulai mengarah kepada
kegiatan pembelajaran yang efektif, mudah dimengerti dan menyenangkan di mana siswa secara aktif
terlibat dalam melaksanakan pembelajaran. Metode Total Physical Response sebagai salah satu metode
pembelajaran Bahasa Inggris dapat dijadikan sebagai salah alternatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar karena metode cocok dengan karakter dan
perkembangan siswa sekolah dasar dan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan fisik yang menarik. Oleh
karenanya penerapan metode ini akan membuat pembelajaran Bahasa Inggris mudah dimengerti dengan
cara yang menggembirakan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Inggris di sekolah dasar. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini adalah:
meningkatkan pengetahuan guru-guru sekolah dasar dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan
menggunakan metode Total Physical Response untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah dasar di kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
Kata Kunci: Metode Total Physical Response, Pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar
diharapkan, yang pada akhirnya akan dapat
LATAR BELAKANG
dampak
menunjang kemampuan sumber daya manusianya
persaingan dunia yang semakin ketat. Salah satu
untuk memenangi persaingan dunia yang semakin
syarat agar dapat memenangkan persaingan dunia
ketat. Hal itu diterapkan tidak saja pada sumber
ini adalah mempunyai sumber daya manusia yang
daya manusia yang sudah dewasa (adulthood
memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang
learning), tetapi bahkan juga pada anak-anak
memadai (High English Competency).
(childhood learning) baik melalui jalur formal
Era
globalisasi
membawa
Berdasarkan alasan itulah sekarang ini
seperti penambahan muatan Bahasa Inggris di
hampir semua bangsa yang ada di dunia yang
sekolah-sekolah dasar maupun jalur non formal
bahasa resminya bukan bahasa Inggris (non
seperti kursus-kursus ataupun kegiatan-kegiatan
English
ekstra kurikuler.
speaking
countries)
berusaha
mempersiapkan dan memfasilitasi sumber daya
Salah
satu
bentuk
implementasi
dari
manusianya dengan aneka metode dan teknik
kebijakan tesebut di Indonesia, di beberapa
pembelajaran Bahasa Inggris yang kesemuanya
daerah contohnya di DKI Jakarta adalah dengan
bertujuan
kemampuan
diterapkannya metode pengajaran secara bilingual
berbahasa Inggris agar mencapai hasil yang
pada mata pelajaran – mata pelajaran tertentu.
116
untuk
meningkatkan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Tentu kebijakan ini dimaksudkan untuk lebih
metode pembelajaran yang konvensional dan
meningkatkan
berpusat
kemampuan
dan
kefasihan
pada
guru.
Pembelajaran
yang
berbahasa Inggris para peserta didik dalam semua
dilaksanakan oleh guru membuat siswa tidak
aspek
dilibatkan
bahasa
(language
skills)
penguasaan akan topik utama
disamping
secara
aktif
dalam
pembelajaran.
(mata pelajaran
Suasana kelas membosankan dan banyak anak
yang diajarkan) itu sendiri. Tujuan di atas tentu
yang cenderung bosan dan stress sehingga
dapat tercapai jika dilakukan dengan metode/ pola
pembelajaran kurang efektif.
Salah satu metode pembelajaran yang
pengajaran yang tepat, yaitu pola pengajaran
cocok
interaksi yang bermakna.
diterapkan
oleh
guru dalam
upaya
rancangan
meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris siswa
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar
dalam di sekolah dasar dan dapat dipakai untuk
sebagai muatan lokal yang ada bila kita cermati
meningkatkan kosa kata siswa adalah metode
banyak kelemahannya. Tujuan pembelajaran yang
TPR (Total Physical Response). Metode TPR
merupakan salah satu komponen yang sangat
merupakan salah satu metode pembelajaran
penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris tidak
dalam
sesuai dengan perkembangan anak berusia 6-12
bahasa asing yang dikembangkan oleh James
tahun. Suyanto dalam pidatonya pengukuhannya
Asher, seorang profesor psikologi Universitas
sebagai guru besar di situs internet mengatakan
Negeri
bahwa kenyataan di lapangan anak-anak sering
dipandang sebagai metode yang sesuai untuk
ditugasi untuk menerjemahkan kalimat-kalimat
mengajarkan bahasa Inggris pada anak karena
yang sulit, mencatat tata bahasa dengan istilah
dalam
yang tidak diketahui siswa sekolah dasar, dan
mengutamakan pada kegiatan langsung yang
mengerjakan pekerjaan rumah yang sering tidak
berhubungan dengan kegiatan fisik (physical) dan
jelas perintahnya sehingga ada jawaban yang
gerakan (movement). Seperti yang kita pahami
rancu. Sudah seyogyanya pembelajaran Bahasa
bahwa salah satu karakter yang paling menonjol
Inggris
dengan
dari siswa sekolah dasar adalah kegemaran
anak,
mereka untuk bermain yang melibatkan banyak
Dari
di
kegiatan
hasil
sekolah
yang
analisis
dasar
sesuai
dilakukan
dengan
dunia
misalnya belajar kosakata dan kalimat sederhana
tentang apa yang ada di sekitarnya, belajar sambil
pembelajaran
San
Jose
bahasa
California.
melaksanakan
Inggris
sebagai
Metode
pembelajarannya
TPR
lebih
aktifitas fisik.
Dalam metode TPR ini, Asher (2000)
Suyanto
mengungkapkan bahwa semakin sering atau
bahwa jumlah kosakata
semakin intensif memori seseorang diberikan
Bahasa Inggris yang perlu dicapai oleh siswa
stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori
Sekolah Dasar diperkirakan sebanyak lebih kurang
berhubungan
500 kata. Kesulitan siswa sekolah dasar dalam
mengingat (recalling). Kegiatan mengingat ini
pelajaran
dilakukan
menggambar, bermain dan bercerita.
(2008) berpendapat
bahasa
Inggris
khususnya
dalam
dan
secara
semakin
verbal
mudah
dengan
untuk
melakukan
umumnya disebabkan
aktivitas gerak (motor activity). Pengajaran melalui
karena materi disampaikan secara klasikal dan
metode TPR yang lebih menekankan pada bentuk
penguasaan kosakata
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
instruksi (perintah) yang mudah digunakan oleh
tenaga pengajar yang sesuai sehingga dapat
guru dan dipahami oleh siswa karena dilakukan
mencapai
output
dengan aksi (peragaan). Richards dan Rodgers
mencapai
hasil
yang dikutip oleh Setiyadi (2006) memperkuat
diharapkan dapat segera diwujudkan.
yang
itulah
diharapkan.
maka
Untuk
pelatihan
ini
pendapat dengan mengatakan “there are some
assumptions about language learning that should
KAJIAN TEORETIK
be considered when teaching English as a foreign
1. Hakikat Anak Sekolah Dasar
language to children, one of assumptions are
Piaget dalam Sumantri (2006) menyatakan
meaning should be made perceptible through
bahwa perkembangan kognitif anak dibagi menjadi
concrete objects or
empat tahap sejalan dengan usianya, yaitu:
by the presentation
of
experience”. Pendapat ini menjelaskan bahwa saat
Fase sensori motorik (usia 0-2 tahun), selama
mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing
periode ini anak mengatur alamnya dengan
kepada anak, arti harus dijelaskan dengan benda
indera-indera dan tindakan-tindakan.
yang konkret atau dengan memberikan peragaan/
Fase pra operasional (usia 2-7 tahun), selama
presentasi. Dengan memperhatikan visualisasi
fase ini anak belajar menggunakan bahasa dan
yang diperagakan, anak dapat mengerti arti dari
menggambarkan objek imajinasi dan kata-kata.
suatu kata bahkan tanpa si guru menterjemahkan
Fase operasional konkret (usia 7-12 tahun),
kata tersebut secara lisan. Dengan begitu metode
tahap ini merupakan permulaan bagi anak
TPR ini jelas dapat dipakai sebagai suatu metode
berpikir rasional yang dapat diterapkan pada
untuk meningkatkan jumlah kosa kata Bahasa
masalah-masalah konkret.
Inggris (vocabulary upgrading).
Fase operasional formal (usia 12 tahun ke
Jurusan PGSD UNJ, sebagai salah satu
atas), pada tahap ini anak sudah mampu
lembaga pendidikan tinggi di provinsi di DKI
berpikir abstrak, sehingga ia tidak perlu berpikir
Jakarta, sudah seharusnya menaruh perhatian
dengan pertolongan benda atau peristiwa
dalam mengintroduksi dan memberikan pelatihan
konkret.
pengajaran dengan metode-metode yang tepat
dan sesuai dengan karakter siswa kepada guru-
Pada umumnya siswa Sekolah Dasar di
guru SD di Jakarta. Pemberian pelatihan pada
Indonesia berusia 6-12 tahun. Pada usia- usia atau
guru-guru di kecamatan Setiabudi diterapkan
tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat
mengingat SD-SD tersebut adalah SD MITRA
(Sumantri: 2006):
PGSD FIP UNJ yang digunakan sebagai “tempat
senang
penggodokan” calon guru SD
sebelum mereka
betul-betul terjun sebagai guru SD. Hasil dari
pelatihan ini nantinya dapat dijadikan indikator bagi
kegiatan-kegiatan yang serupa di sekolah-sekolah
lain sehingga diharapkan dalam kurun waktu yang
tidak terlalu lama semua sekolah akan mempunyai
116
memiliki rasa ingin tahu yang kuat
bermain
atau
suasana
yang
menggembirakan
mengatur
dirinya
sendiri,
mengeksplorasi
situasi sehingga suka mencoba-coba
memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi,
tidak suka mengalami kegagalan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
akan belajar efektif jika ia merasa senang
dengan situasi yang ada
belajar dengan cara bekerja dan senang
mengajarkan
apa
yang
ia
bisa
kepada
2. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Dasar
Pada
belajar
dasarnya
belajar
berkomunikasi.
bahasa
Oleh
adalah
sebab
itu,
pembelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk
temannya.
meningkatkan
Bredekamp
(1987)
gagasan
tentang
dengan
perkembangan
mengemukakan
pembelajaran
anak
yang
sesuai
yaitu
DAP
kemampuan
siswa
dalam
berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara
lisan maupun tertulis. Untuk mencapai tujuan
tersebut,
pembelajaran
Bahasa
Inggris
bagi
(Developmentally Appropriate Practice). Konsep
pembelajar pemula dalam hal ini siswa sekolah
DAP
dasar, pertama-tama
berpijak
pada
dua
kesesuain
yaitu
perlu pembentukan sikap
kesesuaian dengan usia dan individu. Kesesuaian
positif terhadap pelajaran bahasa Inggris. Untuk itu
dengan usia memperhatikan pertumbuhan dan
perlu pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah
perkembangan anak secara sekuensial yang
dasar perlu disesuaikan dengan karakteristik dan
sifatnya universal. Kesesuaian dengan individu
perkembangan siswa sekolah dasar.
Dunia anak penuh kesenangan, anak hanya
adalah setiap anak mempunyai karakter yang unik
dan
khas
dalam
cara
berinteraksi
dengan
berpikir
dapat
mengisi
sebanyak
mungkin
lingkungan, cara belajar dan lama belajar. Juga
kesenangan dalam hidupnya. Begitu pula dengan
setiap anak mempunyai latar belakang keluarga
pendidikan
dan budaya yang berbeda satu sama lainnya.
melaksanakan pengajaran yang menyenangkan,
mereka,
seorang
guru
harus
Perbedaan individu ini berpengaruh besar
mengajak anak belajar dengan nuansa bermain.
pada cara anak belajar. Perbedaan individu anak
Pengajaran bahasa Inggris hendaknya didorong
dipertimbangkan
untuk
oleh strategi dan kegiatan belajar-mengajar yang
merancang program pembelajaran untuk kelompok
memberikan rasa nyaman dan bukan rasa tertekan
usia tertentu. Melalui pikiran dan pengalamannya
dan terpaksa.
sebagai
landasan
anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya,
Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah
orang dewasa dan benda-benda yang ada di
dasar haruslah bersifat gembira dan interaktif.
lingkungannya. Pengalaman anak sebagai hasil
Oleh sebab itu materi dan metode yang diberikan
interaksi aktif ini hendaknya sesuai dengan tingkat
harus sesuai dengan perkembangan siswa. Para
minat dan perkembangannya, kemampuannya,
guru
dan kebutuhannya. Pembelajaran terhadap siswa
menggunakan lagu, teka teki, permainan dan
sekolah dasar hendaknya menyesuaikan dengan
gambar yang menarik selama proses belajar
perkembangan yang sedang mereka alami.
mengajar tersebut. Dunn (1983) mengatakan
bahwa
mengatakan
pembelajar
bahwa
muda
mereka
sangat
bisa
mudah
meningkatkan kemampuan berbahasa mereka
melalui permainan yang tepat untuk usia mereka.
Akan tetapi tidak semua permainan untuk siswa
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
muda cocok bagi mereka. Greene dan Petty
mempunyai vocabulary tidak mungkin siswa bisa
(1959)
menyatakan tugas dan kewajiban guru
belajar berbicara (speaking) atau struktur kalimat
adalah dapat menyeleksi permainan yang cocok
(structure). Hal ini dikuatkan oleh pendapat
bagi siswa mereka dan sesuai dengan tingkat
Suyanto dalam pidato pengukuhannya sebagai
kognitif, fisik, dan emosional anak. Frost (dalam
guru
Greeny dan Petty: 1959) menyatakan bahwa
pengajaran bahasa Inggris diadakan di sekolah
banyak guru percaya bahwa buku pelajaran siswa
dasar
seharusnya penuh warna agar menjadi menarik
penguasaan kosa kata yang banyak sehingga
perhatian dan motivasi siswa itu sendiri. Mereka
apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya
mengatakan bahwa gambar yang berwarna dan
ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan
interaktif membuat siswa menjadi tertarik dan
mengalami kesulitan. Oleh karena itu fokus utama
penasaran sehingga menambah motivasi mereka
dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar
untuk mempelajari bahan selanjutnya. Hal ini
ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai
berarti bahwa siswa akan lebih mudah untuk
kosa kata yang banyak maka para siswa dapat
menghafal kosa kata ketika mereka melihat
dengan mudah menguasai keterampilan bahasa
sesuatu yang menarik. Mental pembelajar muda
yang lain.
besar
di
ialah
situs
untuk
internet
bahwa
memberikan
alasan
pengetahuan
akan sangat tertarik ketika melihat objek yang
Dalam pembelajaran kosakata diperlukan
sebenarnya. Objek itupun akan sangat membantu
adanya prosedur dan pendekatan. Pembelajaran
untuk
mereka.
kosakata dalam hal ini menyangkut mengajar dan
Colorado (2009) menguatkan pendapat di atas
belajar kosakata. Nation (2001) menyebutkan tiga
dengan memberikan contoh pengajaran kosakata
prosedur
di sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara:
words, the second-hand cloze, dan the vocabulary
mengembangkan
imajinasi
mengajar
(Role playing or pantomiming)
mengajar kosakata bergerak dari receptive use ke
Menggunakan gerak badan (Using gestures)
productive use yang berfokus pada belajar yang
Menunjukkan benda nyata (Showing real
disengaja. Dalam the second-hand cloze, prosedur
objects)
mengajar kosakata meliputi tiga langkah yaitu
Menunjuk gambar (Pointing to pictures)
siswa membaca teks yang mengandung kosakata
Meng gambar cepat di papan tulis (Doing
sasaran, siswa dengan sengaja belajar kosakata,
quick drawings on the board)
dan
Menggunakan Bahasa Indonesia yang setara
merupakan
dan kemudian meminta siswa untuk
sesungguhnya
mengucapkan padanan katanya dalam
vocabulary interview, siswa diberi kesempatan
bahasa Inggris.
untuk melakukan tanya jawab kepada guru atau
diberikan
words,
recycled
interview.
siswa
recycled
yaitu:
Bermain peran atau melakukan pantomim
Dalam
kosakata,
cloze
ringkasan
dari
mereka
baca.
prosedur
passages
yang
apa
yang
Dalam
suatu
kepada siswa lain tentang kosakata tertentu. Salah
Pembelajaran bahasa Inggris di SD lebih
satu tujuan prosedur ini adalah untuk membuat
ditekankan pada penguasaan vocabulary, tanpa
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
siswa memperhatikan aspek-aspek mengetahui
suatu kata.
Menurut Lado (1979) ada beberapa langkah
yang
Sitorus
dapat
diterapkan
dalam
pembelajaran
(1993) menyatakan bahwa kata-
kosakata khususnya pada siswa sekolah dasar
kata yang terdapat dalam kelompok, golongan-
yaitu: (1) mendengarkan kata, (2) mengucapkan
golongan, dan dalam suatu perangkat-perangkat
kata,(3) memahami makna, (4) membuat ilustrasi
selalu lebih mudah untuk dipelajari. Lebih lanjut
dalam bentuk kalimat, (5) melakukan latihan dalam
Sitorus mengungkapkan ada dua cara mempelajari
pengekspresian makna, (6) mengucapkan kata
kosakata dalam pengelompokan yaitu kelompok
tersebut dengan suara keras, dan (7) menulis
kata yang mempunyai satu dasar umum dan
kata-kata tersebut. Suyanto (2008) meringkaskan
kelompok kata yang mempunyai hubungan dalam
pendapat-pendapat di atas bahwa pembelajaran
pengertian.
kosakata dapat dilakukan dengan empat tahap.
Piaget dalam Hoskisson & Tompkins (1987)
Tahap
pertama
adalah
tahap
pengenalan
menyatakan bahwa siswa sekolah dasar adalah
(introducing
concrete thinkers (pemikir konkrit). Mereka belajar
memperkenalkan kata baru dengan ucapan yang
dengan baik melalui keterlibatan secara aktif.
jelas dan benar, serta memperkenalkan kata baru
Keterlibatan dalam penggunaan bahasa secara
tersebut
aktif dapat dibuat lebih bermakna apabila dikaitkan
benda nyata tahap. Tahap kedua adalah tahap
dengan pengalaman dan hal-hal nyata dalam
pemberian model (modeling stage). Pada tahap
kehidupan anak. Budiningsih (2005) menyatakan
modelling, guru memberi contoh dengan bertindak
bahwa untuk menghindari keterbatasan berfikir,
sebagai model. Tahap selanjutnya adalah tahap
anak perlu diberi gambaran konkrit sehingga ia
latihan (practicing stage).
mampu menelaah persoalan. Anak usia 7 sampai
melatih siswa-siswa untuk menirukan dan berlatih.
12 tahun masih memiliki masalah mengenai
Tahap final adalah tahap penerapan (applying
berfikir abstrak.
stage).
Pada tahap yang keempat atau tahap
applying
siswa
Pembelajaran
kosakata
bahasa
Inggris
stage).
dengan
Pada
tahap
menggunakan
ini
gambar
guru
atau
Di tahap ini, guru
menerapkan
kosakata
yang
kepada anak-anak, sebaiknya didasarkan pada
dipelajari dalam situasi yang tepat dengan bantuan
bagaimana
ini
atau bimbingan guru. Dengan begitu diharapkan
dinyatakan oleh Hoskisson & Tompkins (1987)
kemampuan kosa kata siswa sekolah dasar akan
bahwa pembelajaran bahasa harus didasari pada
meningkat dengan cepat dan meningkatkan hasil
bagaimana anak-anak belajar dan bagaimana
belajar Bahasa inggris mereka.
mereka
belajar
bahasa.
Hal
mereka belajar bahasa. Guru perlu memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan cara
belajarnya. Pertama, siswa perlu diajarkan bentuk
3. The Total Physical Response (TPR)
Total
Physical
Response
merupakan
bahasa lisan dan tulisan. Kedua, siswa perlu
sebuah
mendapat kesempatan untuk meniru bentuk-
dikembangkan
bentuk bahasa tersebut.
Profesor Psikologi dari Universitas San Jose State
metode
pembelajaran
oleh
James
bahasa
Asher,
yang
seorang
University, California USA. Metode pembelajaran
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
bahasa
yang
dikembangkan
oleh
Asher
pengajaran bahasa menggunakan aktivitas fisik
didasarkan pada koordinasi antara pembicaraan
motorik
(ucapan) dengan tindakan (aksi).
pembelajaran
Dalam teori pembelajaran bahasa pada
anak, Asher (2000) memiliki tiga hipotesa yang
dan
juga
merupakan
bahasa
suatu
yang
metode
menggunakan
pendekatan pemahaman.
Dalam menerapkan pembelajaran bahasa
Inggris dengan menggunakan metode TPR perlu
dipandang berpengaruh yaitu:
(1)Terdapat bio program bawaan yang
diperhatikan beberapa prinsip dasar. Prinsip yang
spesifik untuk pembelajaran bahasa yang
ada dijadikan pedoman ataupun acuan dalam
menggambarkan sebuah alur yang optimal
menerapkan pembelajaran yang menggunakan
untuk pengembangan bahasa pertama dan
metode
kedua, 2) lateralisasi otak menggambarkan
mencakup penerapan TPR (Asher: 2000), yaitu:
TPR.
Ada
tiga
belas
prinsip
yang
fungsi pembelajaran yang berbeda pada
(1)Meaning in the target language can often
otak
stres
be conveyed through actions. Memory is
mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan
activated through learner response. The
apa yang akan dipelajari oleh peserta didik,
target language should be presented in
stres yang lebih rendah kapasitasnya maka
chunks, not just word by word, (2) the
pembelajaran menjadi lebih baik.
students
understanding
Ketiga hipotesis yang diungkapkan oleh Asher
language
should
menjadi
speaking, (3) students can initially learn one
kiri
dan
dasar
kanan,
dan
diterapkannya
3)
TPR
dalam
pengajaran bahasa kedua bagi anak.
Richards
the
target
developed
before
part of the language rapidly by moving their
(2001)
bodies, (4) the imperative is a powerful
mengungkapkan Total Physical Response (TPR) is
linguistic device through which the teacher
a
around
can direct student behavior, (5) students can
coordination of speech and action, it attempts to
learn through observing actions as well as
teach language through physical (motor) activity.
by performing the actions themselves, (6) it
Total
is
language
dan
be
of
teaching
Physical
Rogers
method
Response
built
(TPR)
merupakan
very
important
that
students
feel
metode pengajaran bahasa yang didasarkan pada
successful, (7) students should not be made
koordinasi antara pembicaraan dan tindakan,
to memorize fixed routines, (8) correction
merupakan
should be carried out in an unobtrusive
suatu
pengajaran
bahasa
menggunakan aktivitas fisik motorik.
manner, (9) students must develop flexibility
Berdasarkan beberapa pendapat maupun
in understanding novel combinations of
pandangan mengenai Total Physical Response
target language chunks, (10) language
(TPR) dapat disimpulkan bahwa TPR merupakan
learning is more effective when it is fun, (11)
metode pembelajaran bahasa yang dikembangkan
spoken language should be emphasized
oleh
pada
over written language, (12) students will
koordinasi antara pembicaraan (ucapan) dengan
begin to speak when they are ready, (13)
tindakan (aksi) yang juga merupakan suatu
students are expected to make errors when
116
James
Asher
yang
didasarkan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Berdasarkan
they first begin speaking. Teachers should
prinsip-prinsip
dalam
be tolerant of them. Work on the fine details
menerapkan TPR sebagai sebuah metode belajar
of the language should be postponed until
di
students have become somewhat proficient.
menerapkan
atas
maka
dalam
metode
TPR
pembelajaran
siswa
yang
melakukan
peragaan-peragaan yang diperintahkan oleh guru.
Penjelasan di atas berarti bahwa (1) Arti
Selain itu, dalam pembelajaran TPR siswa juga
dalam bahasa target sering dapat disampaikan
diharapkan
melalui
peragaan.
definisi suatu kata tanpa penterjemahan dari guru,
respon
pembelajar.
Memori
diaktifkan
Bahasa
sasaran
melalui
harus
berani
dapat
bersemangat,
berbicara
dalam
mendapatkan
bahasa
Inggris,
disajikan dalam bentuk potongan-potongan, bukan
memaksimalkan panca indera siswa, dan siswa
hanya kata demi kata, (2) pemahaman siswa
tidak tegang dalam pembelajaran.
tentang
bahasa
target
harus
dikembangkan
sebelum kemampuan berbicara, (3) para siswa
Sementara itu Asher (2000)
mengenai
kaitan prinsip penerapan TPR mengungkapkan:
dapat belajar satu bagian dari bahasa dengan
“The underlying principle of TPR is that the
cepat dengan cara menggerakkan tubuh mereka, (
channels of learning engage all senses:
4)
sight, hearing, speaking, taste, touch, smell,
alat
imperatif (kata-kata perintah) adalah sebuah
ilmu
bahasa
dengan
and all motor activities. Each individual finds
mengarahkan
learning easiest through one of these
perilaku siswa, (5) siswa dapat belajar melalui
channels, or some combination of them.
pengamatan peragaan dan dengan melakukan
Traditional
tindakan sendiri, (6) adalah sangat penting bahwa
disadvantage those learners who are not
siswa merasa berhasil, (7 ) siswa tidak boleh
oriented to the particular kinds of stimulation
dibuat untuk menghafal rutinitas, (8) koreksi harus
typically found in classrooms. Workplace
dilakukan dalam cara yang tidak mencolok, (9)
vocational courses, military forces etc. have
siswa harus mengembangkan sikap luwes dalam
always made use of TPR principles.”
memahami bahasa target yang disajikan dalam
Hal yang mendasari prinsip dari TPR yaitu
bentuk potongan, (10) belajar bahasa lebih efektif
pembelajaran TPR menggunakan semua panca
bila dilakukan dengan cara yang menyenangkan,
indera:
(11) bahasa lisan perlu ditekankan di atas bahasa
merasakan, menyentuh, penciuman, dan semua
tertulis, (12) siswa akan mulai berbicara ketika
aktivitas motor. Setiap individu menemukan cara
mereka sudah siap, (13) siswa diperbolehkan
belajar termudah menggunakan satu dari panca
untuk membuat kesalahan ketika mereka pertama
indera
kali mulai berbicara. Para guru harus toleran
indera. Pada kelas tradisional, aktivitas yang
terhadap mereka. Belajar bagian-bagian rinci
dilakukan
bahasa harus ditunda sampai siswa telah menjadi
pembelajaran tidak berorientasi pada bermacam-
agak mahir.
macam
penggunaannya
yang
guru
kuat
dapat
yang
penglihatan,
atau
classroom
activities
pendengaran,
kombinasi/campuran
sangat
keterangan
merugikan
yang
berbicara,
dari
siswa
merangsang
panca
karena
untuk
menemukan sesuatu dalam kelas. Tempat kerja
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
kursus kejuruan, lembaga militer dan lainnya telah
pengabdian kepada masyarakat bersama sekolah
menggunakan prinsip dalam TPR.
dasar - sekolah dasar mitra PGSD FIP UNJ
Berdasarkan pendapat dan pandangan dari
diharapkan
guru-guru
sekolah
beberapa ahli bahasa di atas dapat disimpulkan
mempunyai
wawasan
pembelajaran
bahwa dalam penerapan TPR sebagai suatu
Inggris yang lebih luas untuk diimplementasikan
metode
memperhatikan
guna peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa
prinsip-prinsip berikut: guru dan peserta didik
Inggris di kelas biasa dan ditularkan kepada calon-
sering
calon guru sekolah dasar.
tujuan
pembelajaran
melakukan
perlu
peragaan,
pembelajaran
menyampaikan
pada
awal
dasar
bisa
Bahasa
proses
Adapun sekolah dasar-sekolah dasar mitra
pembelajaran, lakukan dengan gerakan tubuh
PGSD FIP UNJ yang dipilih untuk pengabdian
peserta didik, kondisikan peserta didik merasa
masyarakat kali ini adalah SDN Guntur 03 pagi,
berhasil atas hal yang dilakukan olehnya, peserta
SDS Laboratorium PGSD FIP UNJ, dan SDN
didik tidak perlu membuat hafalan yang rutin,
Menteng Atas 02.
memperbaiki kesalahan peserta didik dilakukan
dengan tidak menurunkan kepercayaan dirinya,
lakukan pembelajaran dengan kondisi peserta
didik
senang,
ditekankan
kemampuan
dari
menggunakan
berbicara
kemampuan
seluruh
panca
harus
menulis,
indera
dan
dalam
pembelajaran.
5. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan pada awal, tengah
dan akhir pelatihan. Evaluasi awal dilaksanakan
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
tentang identifikasi permasalahan pembelajaran
Bahasa
Inggis
di
kelas
dan
rancangan
pembelajaran Bahasa Inggris yang selama ini
dilakukan oleh para peserta pelatihan. Selanjutnya
4. Khalayak Sasaran Antara yang Strategis
kepada
dilakukan evaluasi proses yang dilakukan pada
masyarakat adalah guru-guru sekolah dasar di
saat peserta melakukan pelatihan pembelajaran
Kecamatan
yang
Bahasa Inggris dengan metode Total Physical
merupakan guru-guru kelas dan guru-guru mata
Response yang berupa rancangan pembelajaran
pelajaran Bahasa Inggris. Sasaran ini dipilih
(RPP) berbasis metode Total Physical Response
karena sekolah-sekolah dasar tersebut merupakan
dan pembuatan media ajar yang sesuai untuk
sekolah dasar-sekolah
PGSD FIP
digunakan metode Total Physical Response.
UNJ, di mana sekolah dasar sekolah dasar mitra
Evaluasi hasil dilaksanakan pada akhir pelatihan
itu sendiri berfungsi sebagai tempat latihan para
untuk mengetahui kemampuan peserta dalam
calon guru sekolah dasar dengan cara melakukan
memahami metode Total Physical Response dan
kegiatan PPL yang sebelumnya didahului dengan
bagaimana
serangkaian observasi lapangan untuk mengenal
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar
dunia ke SD-an dan menerapkan teori-teori yang
dengan melakukan contoh pengajaran berbasis
diterima di bangku perkuliahan selama mahasiswa
metode Total Physical Response.
Sasaran
kegiatan
Setiabudi
pengabdian
Jakarta
Selatan
dasar mitra
mengimplementasikannya
dalam
menjalankan perkuliahan. Dengan dijalankannya
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
6. Kriteria/Indikator Keberhasilan
Evaluasi Hasil
Dalam evaluasi hasil, para peserta bisa
Evaluasi Awal
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
mampu
melakukan
pembelajaran
identifikasi
Bahasa
Inggris
permasalahan
di
kelas
dan
rancangan pembelajaran Bahasa Inggris yang
menunjukkan keberhasilan dalam melaksanakan
model
pembelajaran
Bahasa
Inggris
dengan
metode Total Physical Response sesuai dengan
kelas yang mereka ampu.
selama ini dilakukan.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Evaluasi Proses
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
1. Tempat dan Waktu Kegiatan
mampu membuat rancangan pembelajaran (RPP)
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
berbasis metode Total Physical Response dan
bertempat di ruang 109 Lantai 1 Jurusan PGSD
media ajar yang sesuai untuk digunakan metode
FIP UNJ Jalan Setiabudi I No. 1 Jakarta Selatan.
Total Physical Response.
Kegiatan ini dilaksanakan, pada hari Selasa
Evaluasi Hasil
tanggal 5 Oktober 2010.
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
mampu
menunjukkan
Peserta Kegiatan
dalam
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
pembelajaran
kali ini adalah hasil kerjasama antara Fakultas Ilmu
Total Physical
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (dengan
Response sesuai dengan kelas yang mereka
dosen-dosen Jurusan PGSD FIP UNJ sebagai
ampu.
pelaksana), Dinas Pendidikan Dasar, dan Kasi
Tolak Ukur
Dikdas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
mempraktekkan/
kemampuan
2.
memodelkan
Bahasa Inggris dengan
metode
Tolak ukur keberhasilan dalam pelaksanaan
Peserta terdiri dari dua puluh enam guru-guru
latihan pembelajaran Bahasa Inggris dengan
sekolah dasar-sekolah dasar mitra PGSD FIP
metode
UNJ, yang terdiri atas guru-guru Bahasa Inggris
Total
Physical
Response
dinyatakan
berhasil jika:
dan guru-guru kelas SDN Guntur 03 pagi, SDS
Evaluasi Awal
Laboratorium PGSD FIP UNJ, SDN Menteng Atas
Dalam evaluasi awal, para peserta mampu
mengidentifikasi
permasalahan
pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas dan mampu menyerahkan
02 dan Kasie Dikdas Kecamatan Setiabudi Jakarta
Selatan.
3.
Metode Kegiatan
Untuk
rancangan pembelajaran Bahasa Inggris yang
mencapai
selama ini dilakukan.
ditetapkan,
Evaluasi Proses
digunakan adalah:
metode
yang
telah
pelatihan
yang
Ceramah,
diskusi
mampu menyerahkan rancangan pembelajaran
Penyajian
teori
(RPP) berbasis metode Total Physical Response
ceramah, kemudian dilanjutkan dengan tanya
dan media ajar yang sesuai untuk digunakan
jawab dan diskusi. Penggunaan metode
metode Total Physical Response.
tersebut
Dalam
116
evaluasi
proses,
para
peserta
1.
maka
tujuan
serta
tanya
jawab.
diberikan
dalam
bentuk
diharapkan
agar
peserta dapat
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
tentang
hari Selasa, tanggal 5 Oktober 2010, kemudian
pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode
tugas menyusun RPP dan bahan ajar/ media
Total Physical Response dan bagaimana
pendukung dikerjakan bersama-sama guru-guru di
mengimplementasikannya
pada
sekolah masing-masing. Berdasarkan evaluasi,
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah
para guru masih terlihat belum terbiasa membuat
dasar.
rancangan pembelajaran berbasis metode Total
mendalami
2.
Metode
pengetahuan
pemberian
rancangan
3.
tugas
membuat
Physical Response dan membuat rancangan
pembelajaran Bahasa Inggris
media/ bahan ajar pendukung yang sesuai serta
dengan metode Total Physical Response
masih
diharapkan agar peserta dapat mengetahui
mengimplementasikan
langkah-langkah
Inggris berbasis metode Total Physical Response
membuat
rancangan
mengalami
kesulitan
dalam
pembelajaran
bahasa
pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode
pada
Total Physical Response dan dapat membuat
sehingga diperlukan diskusi kelompok.
media/ bahan ajar yang sesuai dengan
demikian, rencana awal peserta dapat menyusun
metode TPR.
rancangan pembelajaran dengan
Metode pemberian tugas dilanjutkan dengan
Physical
para
bimbingan
peserta
memodelkan
pembelajaran
kelas-kelas
Response
Tim
menggembirakan,
Response
dapat
pembelajaran
dengan
yang
telah
rancangan
berhasil
disusunnya.
masing-masing,
metode Total
Hal
dengan
ini
peserta
pengetahuan
rancangan
Namun
berhasil
sehingga
memperoleh
menyusun
sangat
pelatihan
baru
pembelajaran
dalam
Bahasa
Inggris dengan metode Total Physical Response
yang
HASIL KEGIATAN
telah
Pengabdi.
Bahasa Inggris dengan metode Total Physical
sesuai
mereka
sesuai
dengan
karakteristik
dan
perkembangan siswa sekolah dasar.
Hasil yang terlihat bahwa selama kegiatan
Pada
akhir
kegiatan,
semua
peserta
berjalan dengan baik. Tempat kegiatan di ruang
pelatihan secara individu diberi tugas untuk
109 di lantai 1 kampus E PGSD FIP UNJ yang
mengimplementasikan
berdekatan dengan tempat tugas Bapak/Ibu guru-
Inggris dengan metode Total Physical Response
guru sekolah dasar di lingkungan Kecamatan
di sekolah masing-masing.
pembelajaran
Bahasa
Setiabudi Jakarta Selatan.
Pelaksanaan kegiatan diikuti oleh dua puluh
enam
guru-guru sekolah dasar di lingkungan
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang terdiri
Berdasarkan
pelaksanaan
kegiatan
dari delapan orang guru-guru SDN Guntur 03 Pagi,
pengabdian kepada masyarakat ini, maka dapat
sebelas orang guru-guru SDS Laboratorium FIP
disimpulkan sebagai berikut:
UNJ, enam orang guru-guru SDN menteng atas 02
a.
Sambutan
kerjasama
dari
Kasi
Dikdas
dan bapak Kasie Dikdas Kecamatan Setiabudi
Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan sangat
Jakarta Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada
baik dan terbuka dengan melibatkan para
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
guru sekolah dasar yang ada di Kecamatan
Setiabudi Jakarta Selatan.
b.
Motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan
cukup baik.
c.
Terjadi peningkatan pengetahuan tentang
pembelajaran
Bahasa
Inggris
dengan
metode Total Physical Response bagi para
peserta.
Pada awalnya para guru belum
mengenal metode Total Physical Response
sebagai metode pembelajaran Bahasa Inggris
yang
sesuai
dengan
karakteristik
dan
perkembangan siswa sekolah dasar, namun
setelah pelatihan, peserta mengetahui baik
teori
maupun
rancangan
bagaimana
pembelajaran
membuat
Bahasa
Inggris
dengan metode Total Physical Response
serta bagaimana mengimplementasikannya di
kelas masing-masing.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka Tim
Pengabdi perlu memberikan saran-saran sebagai
berikut:
a.
Pelatihan semacam dapat dilakukan secara
periodik terhadap para guru sekolah dasar di
seluruh Provinsi DKI Jakarta, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah dasar.
b.
Perlu
adanya
pelatihan
ini
keberlanjutan
dengan
harapan
kegiatan
dapat
memberikan manfaat dan lebih berdaya dan
berhasil guna.
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
DAFTAR PUSTAKA
Asher, James J. (2000). Learning Another Language through Action. 20 Maret 2009, dari
http://docs.ksu.edu.sa/PDF/Articles48/ Article480783.pdf.
Budiningsih, Asri. Belajar dan Membelajarkan. (2005). Jakarta: PT Rineka Cipta
Bredekamp, Sue. (1987). Developmetally Appropriate Practice in Early Childhood Program Serving
Children from Birth through Age 8. Washington DC: NCTM.
Colorado, Ann. (2009). 12 April 2009, dari http://esl-programs-lessons.suite101.com/article.cfm/tips
for_teaching_l2_vocabulary.
Dunn, Opal. (1983). Developing English with Young Learners. London: The Macmillan Press Limited.
Greeny, Harry A and Walter T Petty. (1959). Developing Language Skill in the Elementary School. 25
April 2010, dari http://www.bingfkipunlam.wordpress.
Hoskisson, K. & Tompkins, G. E. (1987). Language Arts: Content and Teaching Strategies. Melbourne:
Merill Publishing Company.
Lado, R. (1979). Language Teaching. A Scientific Approach. Bombay-New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publshing Co LTD.
Larsen, Diane and Freeman. (2000). Technique and Principles in Language Teaching. New York: Oxford
University Press.
Nation, I. S. P. (2001). Learning Vocabulary in Another Language. Cambridge: Cambridge University
Press.
Richards, J and Rogers (2001). Approaches and Methods in Language Teaching. London: Cambridge
University Press.
Setiyadi, Bambang. (2006). Teaching English as a Foreign English. Yogyakarta: Griya Ilmu.
Sitorus, R. H. (1993). Cara Mudah Belajar Bahasa Inggris: English Vocabulary. Bandung: CV. Pionir
Jaya.
Sumantri, Mulyana. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyanto, Kasihani K. E. (2008). English For Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara.
Daftar Riwayat Hidup Peneliti:
Nidya Chandra Muji Utami, M.Si. adalah Dosen di PGSD FIP UNJ.
116
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011