Pelatihan Pembelajaran Bahasa Inggris de

Pelatihan Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Metode Total Physical Response untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
Nidya Chandra Muji Utami
ABSTRAK, Proses pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar saat ini mulai mengarah kepada
kegiatan pembelajaran yang efektif, mudah dimengerti dan menyenangkan di mana siswa secara aktif
terlibat dalam melaksanakan pembelajaran. Metode Total Physical Response sebagai salah satu metode
pembelajaran Bahasa Inggris dapat dijadikan sebagai salah alternatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar karena metode cocok dengan karakter dan
perkembangan siswa sekolah dasar dan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan fisik yang menarik. Oleh
karenanya penerapan metode ini akan membuat pembelajaran Bahasa Inggris mudah dimengerti dengan
cara yang menggembirakan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Inggris di sekolah dasar. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini adalah:
meningkatkan pengetahuan guru-guru sekolah dasar dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan
menggunakan metode Total Physical Response untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah dasar di kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
Kata Kunci: Metode Total Physical Response, Pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar
diharapkan, yang pada akhirnya akan dapat

LATAR BELAKANG
dampak


menunjang kemampuan sumber daya manusianya

persaingan dunia yang semakin ketat. Salah satu

untuk memenangi persaingan dunia yang semakin

syarat agar dapat memenangkan persaingan dunia

ketat. Hal itu diterapkan tidak saja pada sumber

ini adalah mempunyai sumber daya manusia yang

daya manusia yang sudah dewasa (adulthood

memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang

learning), tetapi bahkan juga pada anak-anak

memadai (High English Competency).


(childhood learning) baik melalui jalur formal

Era

globalisasi

membawa

Berdasarkan alasan itulah sekarang ini

seperti penambahan muatan Bahasa Inggris di

hampir semua bangsa yang ada di dunia yang

sekolah-sekolah dasar maupun jalur non formal

bahasa resminya bukan bahasa Inggris (non

seperti kursus-kursus ataupun kegiatan-kegiatan


English

ekstra kurikuler.

speaking

countries)

berusaha

mempersiapkan dan memfasilitasi sumber daya

Salah

satu

bentuk

implementasi


dari

manusianya dengan aneka metode dan teknik

kebijakan tesebut di Indonesia, di beberapa

pembelajaran Bahasa Inggris yang kesemuanya

daerah contohnya di DKI Jakarta adalah dengan

bertujuan

kemampuan

diterapkannya metode pengajaran secara bilingual

berbahasa Inggris agar mencapai hasil yang

pada mata pelajaran – mata pelajaran tertentu.


116

untuk

meningkatkan

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

Tentu kebijakan ini dimaksudkan untuk lebih

metode pembelajaran yang konvensional dan

meningkatkan

berpusat

kemampuan

dan


kefasihan

pada

guru.

Pembelajaran

yang

berbahasa Inggris para peserta didik dalam semua

dilaksanakan oleh guru membuat siswa tidak

aspek

dilibatkan

bahasa


(language

skills)

penguasaan akan topik utama

disamping

secara

aktif

dalam

pembelajaran.

(mata pelajaran

Suasana kelas membosankan dan banyak anak


yang diajarkan) itu sendiri. Tujuan di atas tentu

yang cenderung bosan dan stress sehingga

dapat tercapai jika dilakukan dengan metode/ pola

pembelajaran kurang efektif.
Salah satu metode pembelajaran yang

pengajaran yang tepat, yaitu pola pengajaran
cocok

interaksi yang bermakna.

diterapkan

oleh

guru dalam


upaya

rancangan

meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris siswa

pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar

dalam di sekolah dasar dan dapat dipakai untuk

sebagai muatan lokal yang ada bila kita cermati

meningkatkan kosa kata siswa adalah metode

banyak kelemahannya. Tujuan pembelajaran yang

TPR (Total Physical Response). Metode TPR

merupakan salah satu komponen yang sangat


merupakan salah satu metode pembelajaran

penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris tidak

dalam

sesuai dengan perkembangan anak berusia 6-12

bahasa asing yang dikembangkan oleh James

tahun. Suyanto dalam pidatonya pengukuhannya

Asher, seorang profesor psikologi Universitas

sebagai guru besar di situs internet mengatakan

Negeri

bahwa kenyataan di lapangan anak-anak sering


dipandang sebagai metode yang sesuai untuk

ditugasi untuk menerjemahkan kalimat-kalimat

mengajarkan bahasa Inggris pada anak karena

yang sulit, mencatat tata bahasa dengan istilah

dalam

yang tidak diketahui siswa sekolah dasar, dan

mengutamakan pada kegiatan langsung yang

mengerjakan pekerjaan rumah yang sering tidak

berhubungan dengan kegiatan fisik (physical) dan

jelas perintahnya sehingga ada jawaban yang

gerakan (movement). Seperti yang kita pahami

rancu. Sudah seyogyanya pembelajaran Bahasa

bahwa salah satu karakter yang paling menonjol

Inggris

dengan

dari siswa sekolah dasar adalah kegemaran

anak,

mereka untuk bermain yang melibatkan banyak

Dari

di

kegiatan

hasil

sekolah
yang

analisis

dasar

sesuai

dilakukan

dengan

dunia

misalnya belajar kosakata dan kalimat sederhana
tentang apa yang ada di sekitarnya, belajar sambil

pembelajaran

San

Jose

bahasa

California.

melaksanakan

Inggris

sebagai

Metode

pembelajarannya

TPR

lebih

aktifitas fisik.
Dalam metode TPR ini, Asher (2000)

Suyanto

mengungkapkan bahwa semakin sering atau

bahwa jumlah kosakata

semakin intensif memori seseorang diberikan

Bahasa Inggris yang perlu dicapai oleh siswa

stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori

Sekolah Dasar diperkirakan sebanyak lebih kurang

berhubungan

500 kata. Kesulitan siswa sekolah dasar dalam

mengingat (recalling). Kegiatan mengingat ini

pelajaran

dilakukan

menggambar, bermain dan bercerita.
(2008) berpendapat

bahasa

Inggris

khususnya

dalam

dan

secara

semakin
verbal

mudah

dengan

untuk

melakukan

umumnya disebabkan

aktivitas gerak (motor activity). Pengajaran melalui

karena materi disampaikan secara klasikal dan

metode TPR yang lebih menekankan pada bentuk

penguasaan kosakata

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

instruksi (perintah) yang mudah digunakan oleh

tenaga pengajar yang sesuai sehingga dapat

guru dan dipahami oleh siswa karena dilakukan

mencapai

output

dengan aksi (peragaan). Richards dan Rodgers

mencapai

hasil

yang dikutip oleh Setiyadi (2006) memperkuat

diharapkan dapat segera diwujudkan.

yang
itulah

diharapkan.
maka

Untuk

pelatihan

ini

pendapat dengan mengatakan “there are some
assumptions about language learning that should

KAJIAN TEORETIK

be considered when teaching English as a foreign

1. Hakikat Anak Sekolah Dasar

language to children, one of assumptions are

Piaget dalam Sumantri (2006) menyatakan

meaning should be made perceptible through

bahwa perkembangan kognitif anak dibagi menjadi

concrete objects or

empat tahap sejalan dengan usianya, yaitu:

by the presentation

of

experience”. Pendapat ini menjelaskan bahwa saat

 Fase sensori motorik (usia 0-2 tahun), selama

mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing

periode ini anak mengatur alamnya dengan

kepada anak, arti harus dijelaskan dengan benda

indera-indera dan tindakan-tindakan.

yang konkret atau dengan memberikan peragaan/

 Fase pra operasional (usia 2-7 tahun), selama

presentasi. Dengan memperhatikan visualisasi

fase ini anak belajar menggunakan bahasa dan

yang diperagakan, anak dapat mengerti arti dari

menggambarkan objek imajinasi dan kata-kata.

suatu kata bahkan tanpa si guru menterjemahkan

 Fase operasional konkret (usia 7-12 tahun),

kata tersebut secara lisan. Dengan begitu metode

tahap ini merupakan permulaan bagi anak

TPR ini jelas dapat dipakai sebagai suatu metode

berpikir rasional yang dapat diterapkan pada

untuk meningkatkan jumlah kosa kata Bahasa

masalah-masalah konkret.

Inggris (vocabulary upgrading).

 Fase operasional formal (usia 12 tahun ke

Jurusan PGSD UNJ, sebagai salah satu

atas), pada tahap ini anak sudah mampu

lembaga pendidikan tinggi di provinsi di DKI

berpikir abstrak, sehingga ia tidak perlu berpikir

Jakarta, sudah seharusnya menaruh perhatian

dengan pertolongan benda atau peristiwa

dalam mengintroduksi dan memberikan pelatihan

konkret.

pengajaran dengan metode-metode yang tepat
dan sesuai dengan karakter siswa kepada guru-

Pada umumnya siswa Sekolah Dasar di

guru SD di Jakarta. Pemberian pelatihan pada

Indonesia berusia 6-12 tahun. Pada usia- usia atau

guru-guru di kecamatan Setiabudi diterapkan

tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat

mengingat SD-SD tersebut adalah SD MITRA

(Sumantri: 2006):

PGSD FIP UNJ yang digunakan sebagai “tempat

 senang

penggodokan” calon guru SD

sebelum mereka

betul-betul terjun sebagai guru SD. Hasil dari
pelatihan ini nantinya dapat dijadikan indikator bagi
kegiatan-kegiatan yang serupa di sekolah-sekolah
lain sehingga diharapkan dalam kurun waktu yang
tidak terlalu lama semua sekolah akan mempunyai

116

 memiliki rasa ingin tahu yang kuat
bermain

atau

suasana

yang

menggembirakan

 mengatur

dirinya

sendiri,

mengeksplorasi

situasi sehingga suka mencoba-coba

 memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi,
tidak suka mengalami kegagalan

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

 akan belajar efektif jika ia merasa senang
dengan situasi yang ada

 belajar dengan cara bekerja dan senang
mengajarkan

apa

yang

ia

bisa

kepada

2. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Dasar
Pada
belajar

dasarnya

belajar

berkomunikasi.

bahasa

Oleh

adalah

sebab

itu,

pembelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk

temannya.

meningkatkan
Bredekamp

(1987)

gagasan

tentang

dengan

perkembangan

mengemukakan

pembelajaran
anak

yang

sesuai

yaitu

DAP

kemampuan

siswa

dalam

berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara
lisan maupun tertulis. Untuk mencapai tujuan
tersebut,

pembelajaran

Bahasa

Inggris

bagi

(Developmentally Appropriate Practice). Konsep

pembelajar pemula dalam hal ini siswa sekolah

DAP

dasar, pertama-tama

berpijak

pada

dua

kesesuain

yaitu

perlu pembentukan sikap

kesesuaian dengan usia dan individu. Kesesuaian

positif terhadap pelajaran bahasa Inggris. Untuk itu

dengan usia memperhatikan pertumbuhan dan

perlu pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah

perkembangan anak secara sekuensial yang

dasar perlu disesuaikan dengan karakteristik dan

sifatnya universal. Kesesuaian dengan individu

perkembangan siswa sekolah dasar.
Dunia anak penuh kesenangan, anak hanya

adalah setiap anak mempunyai karakter yang unik
dan

khas

dalam

cara

berinteraksi

dengan

berpikir

dapat

mengisi

sebanyak

mungkin

lingkungan, cara belajar dan lama belajar. Juga

kesenangan dalam hidupnya. Begitu pula dengan

setiap anak mempunyai latar belakang keluarga

pendidikan

dan budaya yang berbeda satu sama lainnya.

melaksanakan pengajaran yang menyenangkan,

mereka,

seorang

guru

harus

Perbedaan individu ini berpengaruh besar

mengajak anak belajar dengan nuansa bermain.

pada cara anak belajar. Perbedaan individu anak

Pengajaran bahasa Inggris hendaknya didorong

dipertimbangkan

untuk

oleh strategi dan kegiatan belajar-mengajar yang

merancang program pembelajaran untuk kelompok

memberikan rasa nyaman dan bukan rasa tertekan

usia tertentu. Melalui pikiran dan pengalamannya

dan terpaksa.

sebagai

landasan

anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya,

Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah

orang dewasa dan benda-benda yang ada di

dasar haruslah bersifat gembira dan interaktif.

lingkungannya. Pengalaman anak sebagai hasil

Oleh sebab itu materi dan metode yang diberikan

interaksi aktif ini hendaknya sesuai dengan tingkat

harus sesuai dengan perkembangan siswa. Para

minat dan perkembangannya, kemampuannya,

guru

dan kebutuhannya. Pembelajaran terhadap siswa

menggunakan lagu, teka teki, permainan dan

sekolah dasar hendaknya menyesuaikan dengan

gambar yang menarik selama proses belajar

perkembangan yang sedang mereka alami.

mengajar tersebut. Dunn (1983) mengatakan
bahwa

mengatakan

pembelajar

bahwa

muda

mereka

sangat

bisa

mudah

meningkatkan kemampuan berbahasa mereka
melalui permainan yang tepat untuk usia mereka.
Akan tetapi tidak semua permainan untuk siswa

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

muda cocok bagi mereka. Greene dan Petty

mempunyai vocabulary tidak mungkin siswa bisa

(1959)

menyatakan tugas dan kewajiban guru

belajar berbicara (speaking) atau struktur kalimat

adalah dapat menyeleksi permainan yang cocok

(structure). Hal ini dikuatkan oleh pendapat

bagi siswa mereka dan sesuai dengan tingkat

Suyanto dalam pidato pengukuhannya sebagai

kognitif, fisik, dan emosional anak. Frost (dalam

guru

Greeny dan Petty: 1959) menyatakan bahwa

pengajaran bahasa Inggris diadakan di sekolah

banyak guru percaya bahwa buku pelajaran siswa

dasar

seharusnya penuh warna agar menjadi menarik

penguasaan kosa kata yang banyak sehingga

perhatian dan motivasi siswa itu sendiri. Mereka

apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya

mengatakan bahwa gambar yang berwarna dan

ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan

interaktif membuat siswa menjadi tertarik dan

mengalami kesulitan. Oleh karena itu fokus utama

penasaran sehingga menambah motivasi mereka

dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar

untuk mempelajari bahan selanjutnya. Hal ini

ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai

berarti bahwa siswa akan lebih mudah untuk

kosa kata yang banyak maka para siswa dapat

menghafal kosa kata ketika mereka melihat

dengan mudah menguasai keterampilan bahasa

sesuatu yang menarik. Mental pembelajar muda

yang lain.

besar

di

ialah

situs

untuk

internet

bahwa

memberikan

alasan

pengetahuan

akan sangat tertarik ketika melihat objek yang

Dalam pembelajaran kosakata diperlukan

sebenarnya. Objek itupun akan sangat membantu

adanya prosedur dan pendekatan. Pembelajaran

untuk

mereka.

kosakata dalam hal ini menyangkut mengajar dan

Colorado (2009) menguatkan pendapat di atas

belajar kosakata. Nation (2001) menyebutkan tiga

dengan memberikan contoh pengajaran kosakata

prosedur

di sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara:

words, the second-hand cloze, dan the vocabulary



mengembangkan

imajinasi

mengajar

(Role playing or pantomiming)

mengajar kosakata bergerak dari receptive use ke



Menggunakan gerak badan (Using gestures)

productive use yang berfokus pada belajar yang

Menunjukkan benda nyata (Showing real

disengaja. Dalam the second-hand cloze, prosedur



objects)

mengajar kosakata meliputi tiga langkah yaitu



Menunjuk gambar (Pointing to pictures)

siswa membaca teks yang mengandung kosakata

Meng gambar cepat di papan tulis (Doing

sasaran, siswa dengan sengaja belajar kosakata,



quick drawings on the board)

dan

Menggunakan Bahasa Indonesia yang setara

merupakan

dan kemudian meminta siswa untuk

sesungguhnya

mengucapkan padanan katanya dalam

vocabulary interview, siswa diberi kesempatan

bahasa Inggris.

untuk melakukan tanya jawab kepada guru atau

diberikan

words,

recycled

interview.

siswa

recycled

yaitu:

Bermain peran atau melakukan pantomim



Dalam

kosakata,

cloze

ringkasan

dari

mereka

baca.

prosedur

passages

yang

apa

yang

Dalam

suatu

kepada siswa lain tentang kosakata tertentu. Salah
Pembelajaran bahasa Inggris di SD lebih

satu tujuan prosedur ini adalah untuk membuat

ditekankan pada penguasaan vocabulary, tanpa

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

siswa memperhatikan aspek-aspek mengetahui
suatu kata.

Menurut Lado (1979) ada beberapa langkah
yang

Sitorus

dapat

diterapkan

dalam

pembelajaran

(1993) menyatakan bahwa kata-

kosakata khususnya pada siswa sekolah dasar

kata yang terdapat dalam kelompok, golongan-

yaitu: (1) mendengarkan kata, (2) mengucapkan

golongan, dan dalam suatu perangkat-perangkat

kata,(3) memahami makna, (4) membuat ilustrasi

selalu lebih mudah untuk dipelajari. Lebih lanjut

dalam bentuk kalimat, (5) melakukan latihan dalam

Sitorus mengungkapkan ada dua cara mempelajari

pengekspresian makna, (6) mengucapkan kata

kosakata dalam pengelompokan yaitu kelompok

tersebut dengan suara keras, dan (7) menulis

kata yang mempunyai satu dasar umum dan

kata-kata tersebut. Suyanto (2008) meringkaskan

kelompok kata yang mempunyai hubungan dalam

pendapat-pendapat di atas bahwa pembelajaran

pengertian.

kosakata dapat dilakukan dengan empat tahap.

Piaget dalam Hoskisson & Tompkins (1987)

Tahap

pertama

adalah

tahap

pengenalan

menyatakan bahwa siswa sekolah dasar adalah

(introducing

concrete thinkers (pemikir konkrit). Mereka belajar

memperkenalkan kata baru dengan ucapan yang

dengan baik melalui keterlibatan secara aktif.

jelas dan benar, serta memperkenalkan kata baru

Keterlibatan dalam penggunaan bahasa secara

tersebut

aktif dapat dibuat lebih bermakna apabila dikaitkan

benda nyata tahap. Tahap kedua adalah tahap

dengan pengalaman dan hal-hal nyata dalam

pemberian model (modeling stage). Pada tahap

kehidupan anak. Budiningsih (2005) menyatakan

modelling, guru memberi contoh dengan bertindak

bahwa untuk menghindari keterbatasan berfikir,

sebagai model. Tahap selanjutnya adalah tahap

anak perlu diberi gambaran konkrit sehingga ia

latihan (practicing stage).

mampu menelaah persoalan. Anak usia 7 sampai

melatih siswa-siswa untuk menirukan dan berlatih.

12 tahun masih memiliki masalah mengenai

Tahap final adalah tahap penerapan (applying

berfikir abstrak.

stage).

Pada tahap yang keempat atau tahap

applying

siswa

Pembelajaran

kosakata

bahasa

Inggris

stage).

dengan

Pada

tahap

menggunakan

ini

gambar

guru

atau

Di tahap ini, guru

menerapkan

kosakata

yang

kepada anak-anak, sebaiknya didasarkan pada

dipelajari dalam situasi yang tepat dengan bantuan

bagaimana

ini

atau bimbingan guru. Dengan begitu diharapkan

dinyatakan oleh Hoskisson & Tompkins (1987)

kemampuan kosa kata siswa sekolah dasar akan

bahwa pembelajaran bahasa harus didasari pada

meningkat dengan cepat dan meningkatkan hasil

bagaimana anak-anak belajar dan bagaimana

belajar Bahasa inggris mereka.

mereka

belajar

bahasa.

Hal

mereka belajar bahasa. Guru perlu memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan cara
belajarnya. Pertama, siswa perlu diajarkan bentuk

3. The Total Physical Response (TPR)
Total

Physical

Response

merupakan

bahasa lisan dan tulisan. Kedua, siswa perlu

sebuah

mendapat kesempatan untuk meniru bentuk-

dikembangkan

bentuk bahasa tersebut.

Profesor Psikologi dari Universitas San Jose State

metode

pembelajaran

oleh

James

bahasa
Asher,

yang

seorang

University, California USA. Metode pembelajaran

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

bahasa

yang

dikembangkan

oleh

Asher

pengajaran bahasa menggunakan aktivitas fisik

didasarkan pada koordinasi antara pembicaraan

motorik

(ucapan) dengan tindakan (aksi).

pembelajaran

Dalam teori pembelajaran bahasa pada
anak, Asher (2000) memiliki tiga hipotesa yang

dan

juga

merupakan

bahasa

suatu

yang

metode

menggunakan

pendekatan pemahaman.
Dalam menerapkan pembelajaran bahasa
Inggris dengan menggunakan metode TPR perlu

dipandang berpengaruh yaitu:
(1)Terdapat bio program bawaan yang

diperhatikan beberapa prinsip dasar. Prinsip yang

spesifik untuk pembelajaran bahasa yang

ada dijadikan pedoman ataupun acuan dalam

menggambarkan sebuah alur yang optimal

menerapkan pembelajaran yang menggunakan

untuk pengembangan bahasa pertama dan

metode

kedua, 2) lateralisasi otak menggambarkan

mencakup penerapan TPR (Asher: 2000), yaitu:

TPR.

Ada

tiga

belas

prinsip

yang

fungsi pembelajaran yang berbeda pada

(1)Meaning in the target language can often

otak

stres

be conveyed through actions. Memory is

mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan

activated through learner response. The

apa yang akan dipelajari oleh peserta didik,

target language should be presented in

stres yang lebih rendah kapasitasnya maka

chunks, not just word by word, (2) the

pembelajaran menjadi lebih baik.

students

understanding

Ketiga hipotesis yang diungkapkan oleh Asher

language

should

menjadi

speaking, (3) students can initially learn one

kiri

dan

dasar

kanan,

dan

diterapkannya

3)

TPR

dalam

pengajaran bahasa kedua bagi anak.
Richards

the

target

developed

before

part of the language rapidly by moving their
(2001)

bodies, (4) the imperative is a powerful

mengungkapkan Total Physical Response (TPR) is

linguistic device through which the teacher

a

around

can direct student behavior, (5) students can

coordination of speech and action, it attempts to

learn through observing actions as well as

teach language through physical (motor) activity.

by performing the actions themselves, (6) it

Total

is

language

dan

be

of

teaching

Physical

Rogers
method

Response

built

(TPR)

merupakan

very

important

that

students

feel

metode pengajaran bahasa yang didasarkan pada

successful, (7) students should not be made

koordinasi antara pembicaraan dan tindakan,

to memorize fixed routines, (8) correction

merupakan

should be carried out in an unobtrusive

suatu

pengajaran

bahasa

menggunakan aktivitas fisik motorik.

manner, (9) students must develop flexibility

Berdasarkan beberapa pendapat maupun

in understanding novel combinations of

pandangan mengenai Total Physical Response

target language chunks, (10) language

(TPR) dapat disimpulkan bahwa TPR merupakan

learning is more effective when it is fun, (11)

metode pembelajaran bahasa yang dikembangkan

spoken language should be emphasized

oleh

pada

over written language, (12) students will

koordinasi antara pembicaraan (ucapan) dengan

begin to speak when they are ready, (13)

tindakan (aksi) yang juga merupakan suatu

students are expected to make errors when

116

James

Asher

yang

didasarkan

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

Berdasarkan

they first begin speaking. Teachers should

prinsip-prinsip

dalam

be tolerant of them. Work on the fine details

menerapkan TPR sebagai sebuah metode belajar

of the language should be postponed until

di

students have become somewhat proficient.

menerapkan

atas

maka

dalam

metode

TPR

pembelajaran
siswa

yang

melakukan

peragaan-peragaan yang diperintahkan oleh guru.
Penjelasan di atas berarti bahwa (1) Arti

Selain itu, dalam pembelajaran TPR siswa juga

dalam bahasa target sering dapat disampaikan

diharapkan

melalui

peragaan.

definisi suatu kata tanpa penterjemahan dari guru,

respon

pembelajar.

Memori

diaktifkan

Bahasa

sasaran

melalui
harus

berani

dapat

bersemangat,

berbicara

dalam

mendapatkan

bahasa

Inggris,

disajikan dalam bentuk potongan-potongan, bukan

memaksimalkan panca indera siswa, dan siswa

hanya kata demi kata, (2) pemahaman siswa

tidak tegang dalam pembelajaran.

tentang

bahasa

target

harus

dikembangkan

sebelum kemampuan berbicara, (3) para siswa

Sementara itu Asher (2000)

mengenai

kaitan prinsip penerapan TPR mengungkapkan:

dapat belajar satu bagian dari bahasa dengan

“The underlying principle of TPR is that the

cepat dengan cara menggerakkan tubuh mereka, (

channels of learning engage all senses:

4)

sight, hearing, speaking, taste, touch, smell,

alat

imperatif (kata-kata perintah) adalah sebuah
ilmu

bahasa

dengan

and all motor activities. Each individual finds

mengarahkan

learning easiest through one of these

perilaku siswa, (5) siswa dapat belajar melalui

channels, or some combination of them.

pengamatan peragaan dan dengan melakukan

Traditional

tindakan sendiri, (6) adalah sangat penting bahwa

disadvantage those learners who are not

siswa merasa berhasil, (7 ) siswa tidak boleh

oriented to the particular kinds of stimulation

dibuat untuk menghafal rutinitas, (8) koreksi harus

typically found in classrooms. Workplace

dilakukan dalam cara yang tidak mencolok, (9)

vocational courses, military forces etc. have

siswa harus mengembangkan sikap luwes dalam

always made use of TPR principles.”

memahami bahasa target yang disajikan dalam

Hal yang mendasari prinsip dari TPR yaitu

bentuk potongan, (10) belajar bahasa lebih efektif

pembelajaran TPR menggunakan semua panca

bila dilakukan dengan cara yang menyenangkan,

indera:

(11) bahasa lisan perlu ditekankan di atas bahasa

merasakan, menyentuh, penciuman, dan semua

tertulis, (12) siswa akan mulai berbicara ketika

aktivitas motor. Setiap individu menemukan cara

mereka sudah siap, (13) siswa diperbolehkan

belajar termudah menggunakan satu dari panca

untuk membuat kesalahan ketika mereka pertama

indera

kali mulai berbicara. Para guru harus toleran

indera. Pada kelas tradisional, aktivitas yang

terhadap mereka. Belajar bagian-bagian rinci

dilakukan

bahasa harus ditunda sampai siswa telah menjadi

pembelajaran tidak berorientasi pada bermacam-

agak mahir.

macam

penggunaannya

yang
guru

kuat
dapat

yang

penglihatan,

atau

classroom

activities

pendengaran,

kombinasi/campuran

sangat
keterangan

merugikan
yang

berbicara,

dari

siswa

merangsang

panca
karena
untuk

menemukan sesuatu dalam kelas. Tempat kerja

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

kursus kejuruan, lembaga militer dan lainnya telah

pengabdian kepada masyarakat bersama sekolah

menggunakan prinsip dalam TPR.

dasar - sekolah dasar mitra PGSD FIP UNJ

Berdasarkan pendapat dan pandangan dari

diharapkan

guru-guru

sekolah

beberapa ahli bahasa di atas dapat disimpulkan

mempunyai

wawasan

pembelajaran

bahwa dalam penerapan TPR sebagai suatu

Inggris yang lebih luas untuk diimplementasikan

metode

memperhatikan

guna peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa

prinsip-prinsip berikut: guru dan peserta didik

Inggris di kelas biasa dan ditularkan kepada calon-

sering

calon guru sekolah dasar.

tujuan

pembelajaran
melakukan

perlu

peragaan,

pembelajaran

menyampaikan

pada

awal

dasar

bisa

Bahasa

proses

Adapun sekolah dasar-sekolah dasar mitra

pembelajaran, lakukan dengan gerakan tubuh

PGSD FIP UNJ yang dipilih untuk pengabdian

peserta didik, kondisikan peserta didik merasa

masyarakat kali ini adalah SDN Guntur 03 pagi,

berhasil atas hal yang dilakukan olehnya, peserta

SDS Laboratorium PGSD FIP UNJ, dan SDN

didik tidak perlu membuat hafalan yang rutin,

Menteng Atas 02.

memperbaiki kesalahan peserta didik dilakukan
dengan tidak menurunkan kepercayaan dirinya,
lakukan pembelajaran dengan kondisi peserta
didik

senang,

ditekankan

kemampuan

dari

menggunakan

berbicara

kemampuan

seluruh

panca

harus

menulis,
indera

dan
dalam

pembelajaran.

5. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan pada awal, tengah
dan akhir pelatihan. Evaluasi awal dilaksanakan
dengan

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

tentang identifikasi permasalahan pembelajaran
Bahasa

Inggis

di

kelas

dan

rancangan

pembelajaran Bahasa Inggris yang selama ini
dilakukan oleh para peserta pelatihan. Selanjutnya

4. Khalayak Sasaran Antara yang Strategis
kepada

dilakukan evaluasi proses yang dilakukan pada

masyarakat adalah guru-guru sekolah dasar di

saat peserta melakukan pelatihan pembelajaran

Kecamatan

yang

Bahasa Inggris dengan metode Total Physical

merupakan guru-guru kelas dan guru-guru mata

Response yang berupa rancangan pembelajaran

pelajaran Bahasa Inggris. Sasaran ini dipilih

(RPP) berbasis metode Total Physical Response

karena sekolah-sekolah dasar tersebut merupakan

dan pembuatan media ajar yang sesuai untuk

sekolah dasar-sekolah

PGSD FIP

digunakan metode Total Physical Response.

UNJ, di mana sekolah dasar sekolah dasar mitra

Evaluasi hasil dilaksanakan pada akhir pelatihan

itu sendiri berfungsi sebagai tempat latihan para

untuk mengetahui kemampuan peserta dalam

calon guru sekolah dasar dengan cara melakukan

memahami metode Total Physical Response dan

kegiatan PPL yang sebelumnya didahului dengan

bagaimana

serangkaian observasi lapangan untuk mengenal

pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar

dunia ke SD-an dan menerapkan teori-teori yang

dengan melakukan contoh pengajaran berbasis

diterima di bangku perkuliahan selama mahasiswa

metode Total Physical Response.

Sasaran

kegiatan

Setiabudi

pengabdian

Jakarta

Selatan

dasar mitra

mengimplementasikannya

dalam

menjalankan perkuliahan. Dengan dijalankannya

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

6. Kriteria/Indikator Keberhasilan

Evaluasi Hasil
Dalam evaluasi hasil, para peserta bisa

Evaluasi Awal
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
mampu

melakukan

pembelajaran

identifikasi

Bahasa

Inggris

permasalahan
di

kelas

dan

rancangan pembelajaran Bahasa Inggris yang

menunjukkan keberhasilan dalam melaksanakan
model

pembelajaran

Bahasa

Inggris

dengan

metode Total Physical Response sesuai dengan
kelas yang mereka ampu.

selama ini dilakukan.
PELAKSANAAN KEGIATAN

Evaluasi Proses
Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta

1. Tempat dan Waktu Kegiatan

mampu membuat rancangan pembelajaran (RPP)

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini

berbasis metode Total Physical Response dan

bertempat di ruang 109 Lantai 1 Jurusan PGSD

media ajar yang sesuai untuk digunakan metode

FIP UNJ Jalan Setiabudi I No. 1 Jakarta Selatan.

Total Physical Response.

Kegiatan ini dilaksanakan, pada hari Selasa

Evaluasi Hasil

tanggal 5 Oktober 2010.

Evaluasi dinyatakan berhasil jika peserta
mampu

menunjukkan

Peserta Kegiatan

dalam

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat

pembelajaran

kali ini adalah hasil kerjasama antara Fakultas Ilmu

Total Physical

Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (dengan

Response sesuai dengan kelas yang mereka

dosen-dosen Jurusan PGSD FIP UNJ sebagai

ampu.

pelaksana), Dinas Pendidikan Dasar, dan Kasi

Tolak Ukur

Dikdas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.

mempraktekkan/

kemampuan

2.

memodelkan

Bahasa Inggris dengan

metode

Tolak ukur keberhasilan dalam pelaksanaan

Peserta terdiri dari dua puluh enam guru-guru

latihan pembelajaran Bahasa Inggris dengan

sekolah dasar-sekolah dasar mitra PGSD FIP

metode

UNJ, yang terdiri atas guru-guru Bahasa Inggris

Total

Physical

Response

dinyatakan

berhasil jika:

dan guru-guru kelas SDN Guntur 03 pagi, SDS

Evaluasi Awal

Laboratorium PGSD FIP UNJ, SDN Menteng Atas

Dalam evaluasi awal, para peserta mampu
mengidentifikasi

permasalahan

pembelajaran

Bahasa Inggris di kelas dan mampu menyerahkan

02 dan Kasie Dikdas Kecamatan Setiabudi Jakarta
Selatan.
3.

Metode Kegiatan
Untuk

rancangan pembelajaran Bahasa Inggris yang

mencapai

selama ini dilakukan.

ditetapkan,

Evaluasi Proses

digunakan adalah:

metode

yang

telah

pelatihan

yang

Ceramah,

diskusi

mampu menyerahkan rancangan pembelajaran

Penyajian

teori

(RPP) berbasis metode Total Physical Response

ceramah, kemudian dilanjutkan dengan tanya

dan media ajar yang sesuai untuk digunakan

jawab dan diskusi. Penggunaan metode

metode Total Physical Response.

tersebut

Dalam

116

evaluasi

proses,

para

peserta

1.

maka

tujuan

serta

tanya

jawab.

diberikan

dalam

bentuk

diharapkan

agar

peserta dapat

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

tentang

hari Selasa, tanggal 5 Oktober 2010, kemudian

pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode

tugas menyusun RPP dan bahan ajar/ media

Total Physical Response dan bagaimana

pendukung dikerjakan bersama-sama guru-guru di

mengimplementasikannya

pada

sekolah masing-masing. Berdasarkan evaluasi,

pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah

para guru masih terlihat belum terbiasa membuat

dasar.

rancangan pembelajaran berbasis metode Total

mendalami

2.

Metode

pengetahuan

pemberian

rancangan

3.

tugas

membuat

Physical Response dan membuat rancangan

pembelajaran Bahasa Inggris

media/ bahan ajar pendukung yang sesuai serta

dengan metode Total Physical Response

masih

diharapkan agar peserta dapat mengetahui

mengimplementasikan

langkah-langkah

Inggris berbasis metode Total Physical Response

membuat

rancangan

mengalami

kesulitan

dalam

pembelajaran

bahasa

pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode

pada

Total Physical Response dan dapat membuat

sehingga diperlukan diskusi kelompok.

media/ bahan ajar yang sesuai dengan

demikian, rencana awal peserta dapat menyusun

metode TPR.

rancangan pembelajaran dengan

Metode pemberian tugas dilanjutkan dengan

Physical

para

bimbingan

peserta

memodelkan

pembelajaran

kelas-kelas

Response
Tim

menggembirakan,

Response

dapat

pembelajaran

dengan
yang

telah

rancangan
berhasil

disusunnya.

masing-masing,

metode Total

Hal

dengan

ini

peserta

pengetahuan

rancangan

Namun

berhasil

sehingga

memperoleh

menyusun

sangat
pelatihan

baru

pembelajaran

dalam
Bahasa

Inggris dengan metode Total Physical Response
yang

HASIL KEGIATAN

telah

Pengabdi.

Bahasa Inggris dengan metode Total Physical
sesuai

mereka

sesuai

dengan

karakteristik

dan

perkembangan siswa sekolah dasar.

Hasil yang terlihat bahwa selama kegiatan

Pada

akhir

kegiatan,

semua

peserta

berjalan dengan baik. Tempat kegiatan di ruang

pelatihan secara individu diberi tugas untuk

109 di lantai 1 kampus E PGSD FIP UNJ yang

mengimplementasikan

berdekatan dengan tempat tugas Bapak/Ibu guru-

Inggris dengan metode Total Physical Response

guru sekolah dasar di lingkungan Kecamatan

di sekolah masing-masing.

pembelajaran

Bahasa

Setiabudi Jakarta Selatan.
Pelaksanaan kegiatan diikuti oleh dua puluh
enam

guru-guru sekolah dasar di lingkungan

PENUTUP
1. Kesimpulan

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang terdiri

Berdasarkan

pelaksanaan

kegiatan

dari delapan orang guru-guru SDN Guntur 03 Pagi,

pengabdian kepada masyarakat ini, maka dapat

sebelas orang guru-guru SDS Laboratorium FIP

disimpulkan sebagai berikut:

UNJ, enam orang guru-guru SDN menteng atas 02

a.

Sambutan

kerjasama

dari

Kasi

Dikdas

dan bapak Kasie Dikdas Kecamatan Setiabudi

Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan sangat

Jakarta Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada

baik dan terbuka dengan melibatkan para

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

guru sekolah dasar yang ada di Kecamatan
Setiabudi Jakarta Selatan.
b.

Motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan
cukup baik.

c.

Terjadi peningkatan pengetahuan tentang
pembelajaran

Bahasa

Inggris

dengan

metode Total Physical Response bagi para
peserta.

Pada awalnya para guru belum

mengenal metode Total Physical Response
sebagai metode pembelajaran Bahasa Inggris
yang

sesuai

dengan

karakteristik

dan

perkembangan siswa sekolah dasar, namun
setelah pelatihan, peserta mengetahui baik
teori

maupun

rancangan

bagaimana

pembelajaran

membuat

Bahasa

Inggris

dengan metode Total Physical Response
serta bagaimana mengimplementasikannya di
kelas masing-masing.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka Tim
Pengabdi perlu memberikan saran-saran sebagai
berikut:
a.

Pelatihan semacam dapat dilakukan secara
periodik terhadap para guru sekolah dasar di
seluruh Provinsi DKI Jakarta, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah dasar.

b.

Perlu

adanya

pelatihan

ini

keberlanjutan
dengan

harapan

kegiatan
dapat

memberikan manfaat dan lebih berdaya dan
berhasil guna.

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011

DAFTAR PUSTAKA
Asher, James J. (2000). Learning Another Language through Action. 20 Maret 2009, dari
http://docs.ksu.edu.sa/PDF/Articles48/ Article480783.pdf.
Budiningsih, Asri. Belajar dan Membelajarkan. (2005). Jakarta: PT Rineka Cipta
Bredekamp, Sue. (1987). Developmetally Appropriate Practice in Early Childhood Program Serving
Children from Birth through Age 8. Washington DC: NCTM.
Colorado, Ann. (2009). 12 April 2009, dari http://esl-programs-lessons.suite101.com/article.cfm/tips
for_teaching_l2_vocabulary.
Dunn, Opal. (1983). Developing English with Young Learners. London: The Macmillan Press Limited.
Greeny, Harry A and Walter T Petty. (1959). Developing Language Skill in the Elementary School. 25
April 2010, dari http://www.bingfkipunlam.wordpress.
Hoskisson, K. & Tompkins, G. E. (1987). Language Arts: Content and Teaching Strategies. Melbourne:
Merill Publishing Company.
Lado, R. (1979). Language Teaching. A Scientific Approach. Bombay-New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publshing Co LTD.
Larsen, Diane and Freeman. (2000). Technique and Principles in Language Teaching. New York: Oxford
University Press.
Nation, I. S. P. (2001). Learning Vocabulary in Another Language. Cambridge: Cambridge University
Press.
Richards, J and Rogers (2001). Approaches and Methods in Language Teaching. London: Cambridge
University Press.
Setiyadi, Bambang. (2006). Teaching English as a Foreign English. Yogyakarta: Griya Ilmu.
Sitorus, R. H. (1993). Cara Mudah Belajar Bahasa Inggris: English Vocabulary. Bandung: CV. Pionir
Jaya.
Sumantri, Mulyana. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyanto, Kasihani K. E. (2008). English For Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara.

Daftar Riwayat Hidup Peneliti:
Nidya Chandra Muji Utami, M.Si. adalah Dosen di PGSD FIP UNJ.

116

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011