komunikasi non verbal bupati (3)

TUGAS INDIVIDU IV
MATA KULIAH
TEMA
DOSEN

READING REPORT
: KOMUNIKASI INTERPERSONAL
: KOMUNIKASI NON VERBAL
: DR. Hj. NINIS AGUSTINI D., M.Lib
AGUS RUSMANA, Drs., MA
DI SUSUN OLEH :
TIARA DESYANTI RAHARJA
210210120056
DIIP-B

PROGRAM STUDI ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012

KOMUNIKASI NON VERBAL

1.
Pengertian Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.
Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar
kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal
dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin
menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.1
Larry A.Samovar dan Richard E. Porter (dalam bukunya Prof.Deddy Mulyana), komunikasi
non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting
komunikasi., ynag dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima;jadi definisi ini mencakup
perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
keseluruhan; kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan
tersebut bermakna bagi orang lain.2
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam
presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui
gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body
language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui

kontak mata,


penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol.
Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa: “Komunikasi non verbal
yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”.
Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa: “Komunikasi non verbal
yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the
object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan
komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).
Menurut Ronald Adler dan George Rodman, komunikasi nonverbal memiliki empat
karakteristik yaitu keberadaannya, kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal,
sifat ambiguitasnya dan keterikatannya dalam suatu kultur tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa non verbal sering digunakan oleh
seseorang, seperti:
a. Menganggukan kepala yang berarti setuju,
b. Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju,
1 lutfhttp://dc404.4shared.com/download/nHFudbmh/komunikasi_nonverbal.docx?tsid=20121017221535-c1aebabc
2 Mulyana,Deddi.2010,Pengantar Ilmu Komunikasi,Bandung Rosdakarya

c. Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut sedang
memanggilnya untuk datang kemari,

d. Menunjukkan jari kepada orang lain diikuti dengan warna muka merah, berarti ia
sedang marah,
e. Gambar pria dan wanita di sebuah toilet, berarti seseorang boleh masuk sesuai dengan
jenisnya.
Ciri khas perilaku non-verbal yang berbeda dengan perilaku verbal:
a.
Perilaku non veral selalu ada
b.
Kita tidak bisa tidak berkomunikasi
c.
Komunikasi nonverbal terikat oleh budaya/ culture
d.
Komunikasi nonverbal mengungkapkan perasaaan dan sikap
e.
Komunikasi nonverbal memodifikasi pesan verbal untuk membentuk makna suatu
komunikasi3
2. Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat (2012) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari
tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

a. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh
kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,
pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitianpenelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan
ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang
objek penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak
berminat pada orang lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas
keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian
individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya
atau kurang pengertian.
b. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan
untuk mengkomunikasi berbagai makna.
c. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat
disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri
komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan
3 http://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/komunikasi-non-verbal/

postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional

pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda
mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
d. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan
mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
e. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.
Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan
orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya
dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
f. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara
mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang
berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya
sebagai parabahasa.
g. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi
yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan
orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan
keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.4


4 Rakhmat,jalaludin,2012,psikologi komunikasi,bandung remaja rosdakarya

3. Bentuk Komunikasi Non Verbal
Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:
a. Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbolsimbol.
Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta
bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya
mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam
pemrosesan informasi kepada para pendengar.
b. Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik.
Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain
sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu
maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.
c. Komunikasi gerakan tubuh
Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan
kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh.Gerakan tubuh digunakan untuk
menggantikan suatu kata yang diucapkan.Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui

informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata.Seperti menganggukan
kepala berarti setuju.
d. Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya.
Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya
sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang
tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan
tersebut.
e. Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu
pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma
parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum
bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.
f. Komunikasi penampilan

Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik,
sehingga mencerminkan kepribadiannya.Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang
menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan
berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan
lain-lain).

g. Komunikasi citrasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu
pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan
mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain,
apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna.5
4. Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 2012), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang
dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah
katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan
kepala.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan
verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya
berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya,
air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan katakata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya,

anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.6
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems,
menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a. Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika
kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan
pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya
’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
5 http://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/komunikasi-non-verbal/
6 Rakhmat,jalaludin,2012,psikologi komunikasi,bandung remaja rosdakarya

b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan
verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan
informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan
pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan
pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu

terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk
mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang
menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini
dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).7
5. Deskripsi Historis Komunikasi Nonverbal
Kajian pertama mengenai komunikasi nonverbal ditemukan pada zaman Aristoteles
sekitar 400 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Namun studi ilmiahnya yang berkaitan
dengan retorika, barn dilakukan pada zaman Yunani dan Romawi Kuno.
Karya Cicero, Pronuntiatio atau cara berpidato, mungkin yang pertama kali memperlakukan
komunikasi nonverbal secara sistematis. Bagaimanapun juga, karyanya telah dibatasi untuk
menggunakan suara dan gerakan-gerakan ragawi dalam konteks public speaking. Dari hasil
karya Cicero ini, kemudian orang lain mengkaji pengaruh bahasa nonverbal terhadap
komunikasi dalam hampir keseluruhan situasi public speaking.
Dalam tahun 1775, Joshua Steele memusatkan kajiannya mengenai komunikasi nonverbal
pada suara sebagai satu instrumen atau pada suatu konsep yang disebut Prosody. Konsep dari
Steele ini menjelaskan bahwa bahasa dalam drama atau puisi dapat "dibaca" hampir seperti
notasi musik. Kemudian pada tahun 1806, Gilbert Austin mengkonsentrasikan kajiannya pada
gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan bahasa. Pendekatan ini menghasilkan
sebuah sistem yang disebut dengan elocutionary system di mana isyarat-isyarat yang" pantas"

dipelajari dan digunakan dalam pertunjukan drama. Elocutionary system adalah seni
deklamasi atau keahlian membaca/mengucapkan kalimat dengan logat dan lagu yang baik di
muka umum.

7 lutfhttp://dc404.4shared.com/download/nHFudbmh/komunikasi_nonverbal.docx?tsid=20121017221535-c1aebabc

Kajian yang lebih kompleks tentang komunikasi nonverbal dikembangkan oleh Francois
Delsarte. Delsarte menggabungkan suara dan gerakan-gerakan badan sekaligus. Dalam
kajiannya tersebut, Delsarte berusaha meyakinkan bahwa pesan-pesan atau komunikasi
secara nonverbal merupakan "agents of the heart".
6. Kategori Komunikasi Nonverbal
Kategori komunikasi nonverbal yang dimaksudkan dalam bahasan ini adalah beragam cara
yang digunakan orang-orang untuk berkomunikasi secara nonverbal, yaitu vocalics atau
paralanguage, kinesics yang mencakup gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta ekspresi wajah
(facial expression), perilaku mata (eye behavior), lingkungan yang mencakup objek benda
dan artifak, proxemics: yang merupakan ruang dan teritori pribadi, haptics (sentuhan),
penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian), chronemics (waktu), dan olfaction (bau).
Dalam tindak komunikasi sehari-hari, kita lebih banyak mempunyai output dan input vokal
dibanding dengan kata-kata yang kita ungkapkan secara lisan. Output dan input vokal inilah
yang kita sebut sebagai vocalics atau paralanguage. Contoh nyata dari kategori komunikasi
nonverbal ini adalah desah (sighing), menjerit (screaming), merintih (groaning), menelan
(swallowing) menguap (yawning), di samping bentuk-bentuk seperti jeda, intonasi, dan
penekanan dalam pembicaraan lisan.
Kategori lain dari komunikasi nonverbal adalah kinesics. Ketika kita berkomunikasi dengan
orang lain, ekspresi wajah kita akan selalu berubah tanpa melihat apakah kita sedang
berbicara atau mendengarkan. Paul Ekman dan Wallace Friesen telah mengidentifikasikan
enam emosi dasar bahwa ekspresi wajah mencerminkan keheranan, ketakutan, kemarahan,
kebahagiaan, kesedihan, dan kebencian atau kejijikan. Bentuk lain dari kinesics adalah
gerakan tangan, kaki dan kepala. Orang-orang yang terlibat dalam tindak komunikasi sering
menggerakkan kepala dan tangannya selama interaksi berlangsung. Beberapa dari gerakan
kepala dan tangan tersebut dilakukan secara sadar dan beberapa lainnya dilaksanakan secara
tidak sengaja, namun semuanya memiliki makna. Gerakan tangan cenderung digunakan
paling banyak oleh orang yang sedang berbicara, sedangkan pendengar cenderung, memakai
gerakan kepala. Gerakan kepala yang paling umum digunakan oleh orang-orang yang sedang
mendengar adalah anggukan dan gelengan kepala. Gerakan kepala yang lain adalah dengan
mengernyitkan atau mengerutkan dahi. Gerakan ini bermakna bahwa orang yang sedang
mendengarkan memberikan umpan balik (feedback) kepada pembicara. Gerakan tangan
menyajikan banyak fungsi pesan bagi pembicara selama interaksi berlangsung, yaitu
menegaskan atau menjelaskan apa yang dikatakan, memberi penekanan pada pembicaraan
dan mengilustrasikan apa yang sedang dikatakan. Selain itu, ada jugs gerakan tangan yang
tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap apa yang sedang dikatakan. Tujuan dari

gerakan tangan ini adalah untuk menunjukkan intensitas pesan, misalnya berjabat tangan
dengan cepat untuk mengekspresikan kegembiraan.
Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata adalah siapa dan apa yang sedang kita lihat
dan untuk berapa lama. Mata kita merupakan saluran komunikasi nonverbal yang penting,
tidak hanya selama interaksi tetapi jugs sebelum dan sesudah interaksi berakhir. Dengan
memelihara kontak mata dan tersenyum, orang-orang yang terlibat mengindikasikan bahwa
mereka tertarik dengan persoalan yang sedang diperbincangkan.
Kategori selanjutnya dari komunikasi nonverbal adalah proxemics, yaitu suatu cara
bagaimana orang-orang yang terlibat dalam suatu tindak komunikasi berusaha untuk
merasakan dan menggunakan ruang (space). Antropolog Edward T. Hall mendefinisikan
empat jarak yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, Ia menjelaskan bahwa kita
memilih satu jarak khusus bergantung pada bagaimana kita merasakan terhadap orang lain
pada suatu situasi tertentu, konteks percakapan dan tujuan-tujuan pribadi kita. Keempat jarak
tersebut adalah intimate distance, personal distance, social distance dan public distance.
Namun empat jarak yang dikemukakan oleh Hal ini hanya menggambarkan perilaku orangorang dari Amerika Utara dan sangat mungkin berbeda dengan orang-orang yang berasal dari
budaya lain.
Adapun klasifikasi Hall tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Intimate Distance
Percakapan dalam jarak yang akrab ini berlangsung dengan bisikan atau suara yang sangat
pelan. Dalam jarak ini, orang-orang yang berkomunikasi secara emosional sangat dekat dan
dalam situasi yang sangat pribadi. Orang-orang yang terlibat dalam interaksi dengan jarak
yang akrab ini merupakan suatu tanda bahwa di antara mereka tumbuh rasa saling percaya.
Namun demikian, interaksi dalam jarak yang akrab ini juga terjadi dalam lingkungan yang
kurang akrab, seperti ketika kita berobat ke dokter.
b. Personal distance
Dalam jarak personal ini, kontak komunikasi yang berlangsung masih tertutup, namun
percakapan-percakapannya tidak lagi bersifat pribadi dibanding dengan interaksi dalam jarak
akrab.
c.
Social distance
Interaksi yang berlangsung dalam jarak sosial ini biasanya terjadi dalam situasi bisnis,
misalnya interaksi antara salesman/girl dengan para calon pembeli/pelanggan. Dalam kontak
komunikasi ini, suara yang lebih keras sangat dibutuhkan,
d. Public distance
Contoh nyata dari komunikasi yang menggunakanjarak publik ini adalah perkuliahan dalam
kelas dan pidato yang disampaikan pada suatu ruang tertentu. Dalam jarak publik ini,
komunikasi yang bersifat dua arah (twoway traffic) sulit untuk dilaksanakan, sebab ada jarak
yang cukup jauh antara pembicara dengan para pendengarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyana,deddy.2010.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung: Remaja Rosdakarya
Rakhmat,jalaluddin.2012.Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya
Anonym.http://elib.unikom.ac.id/fles/disk1/454/jbptunikompp-gdl-leniwastik22692-3-unikom_l-1.pdf
Adiprakosajakartahttp://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/pesan-verbalnonverbal.html
http://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/komunikasi-non-verbal/
lutfhttp://dc404.4shared.com/download/nHFudbmh/komunikasi_nonverbal.docx?tsid=20121017221535-c1aebabc

Dokumen yang terkait

Hubungan antara kemampuan siswa dalam memecahkan soal cerita dengan kemampuan memecahkan soal non cerita pokok bahasan pecahan pada murid kelas VI Cawu I SDN I Gebang Jember tahun Pelajaran 1999 / 2000.

0 44 70

Strategi komunikasi politik dalam perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada pemilu legislatif 2009 di Kabupaten Tegald

1 48 115

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Pola komunikasi kaum sosialita di lingkungan masyarakat Kota Bandung : (studi deskriptif pola komunikasi kaum sosialita di Komunitas ABSOLVE Bandung)

0 14 1

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

Rancang bangun alat pencatat nilai untuk pertandingan Pencak Silat menggunakan komunikasi nirkabel berbasi radio frekuensi

0 16 1

Tinjauan mengenai perkembangan penyaluran kredit pensiunan dan non pensiunan pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Pusat Bandung Periode 1998-2002 : laporan kerja praktek

0 34 1

KARTU UJIAN TENGAH SEMESTER (3)

0 31 1