Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyara
Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DALAM TATANAN RUMAH TANGGA DESA PANJER
Disusun Oleh:
dr. Nurwandini Sesaria Putri
Pembimbing :
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
Pusat Kesehatan Masyarakat Kebumen I
Kebumen
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negaranegara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit
yang disebabkan oleh kurangya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang
buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai,
persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene
dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit
lainnya sebanyak 26%.
Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan
telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang
dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau
model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan
yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya
lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,
dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk
perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan
meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35%
terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 atau
PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu- individu dalam rumah tangga
(keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dalam rangka :
1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain
2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
4. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber
masyarakat
Namun, secara nasional penduduk yang telah memenuhi kriteria
PHBS baik pada tahun 2011 hanya 55% dan diharapkan mencapai 70% pada
tahun 2014.
Beberapa pengertian kaitannya dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) adalah :
1. Perilaku Sehat, adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat.
2. Perilaku
Hidup
Bersih
dan
Sehat
(PHBS),
adalah
wujud
pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS. Dalam hal ini ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya Hidup, dan Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan
masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes,
2006).
4. Tatanan, adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja,
bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS
yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan
Tempat Tempat Umum.
5. Kabupaten Sehat/Kota Sehat, adalah kesatuan wilayah administrasi
pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan, kecamatan yang secara terus
menerus berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, dukungan kehidupan
sosial, serta perubahan perilaku menuju masyarakat aman, nyaman dan
sehat secara mandiri.
6. Manajemen PHBS, adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan
melalui 4 tahap kegiatan. yaitu
a. Pengkajian
b. Perencanaan
c. Penggerakkan pelaksanaan
d. Pemantauan dan penilaian.
BAB II
PERMASALAHAN
Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga yang dibawahi oleh cakupan
kerja Puskesmas Kebumen I sebesar 2.128 kepala keluarga. Desa Panjer sendiri
memiliki total 309 kepala keluarga, yaitu menempati urutan ketiga dengan jumlah
kepala keluarga terbanyak. Berdasarkan hasil rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah
Tangga tahun 2013, Desa Panjer mendapatkan strata paripurna karena 74,5%
rumah tangganya memenuhi kriteria rumah tangga paripurna. Hal tersebut
menunjukkan bahwa 25,5% sisanya masih belum memenuhi kriteria PBHS RT
paripurna. Dari data tersebut juga dapat diketahui indikator yang memiliki skor
tertinggi adalah indikator nomor 1 yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan.
Sebaliknya, indikator dengan skor terendah terletak pada indikator nomor 10 yaitu
melakukan aktivitas fisik, yaitu hanya 42 kepala keluarga dari seluruh rumah
tangga di Desa Panjer. Indikator lain yang hanya memiliki skor kurang dari 50%
dari seluruh rumah tanggal di Desa Panjer, antara lain indikator nomor 11 atau
indikator tidak merokok (79 kepala keluarga) dan indikator nomor 4 atau indikator
penimbangan balita (104 kepala keluarga).
Tabel 1. Rekapitulasi PHBS Rumah Tangga di Desa Panjer Tahun 2013
Indikator PHBS Rumah Tangga
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah
309
289
104
299
211
279
204
243
273
42
79
276
292
300
221
275
Prosentase
100
94
34
96
68
90
66
79
88
14
26
89
94
97
72
89
16
12
3
14
5
11
4
7
8
1
2
9
13
15
6
10
Urutan
masalah
3696
Skor Indikator
350
300
250
200
150
100
50
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap
tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap
pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan
dan penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk lebih jelasnya
digambarkan dalam bagan berikut ini:
1. Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan
masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan
pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga).
Dalam tahap pengkajian secara kuantitif, sesuai dengan rekapitulasi PHBS
RT Puskesmas Kebumen I tahun 2013 indikator yang paling rendah yang
dicapai oleh rumah tangga di Desa Panjer, antara lain:
a. Melakukan aktivitas fisik
b. Tidak merokok di dalam rumah
c. Penimbangan balita
2. Tahap Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan dan
strategi komunikasi PHBS RT, khususnya terkait dengan indikator dengan
nilai terendah.
3. Tahap Penggerakan dan Pelaksanaan
a. Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para
kepala keluarga/bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para
pengambil
keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat
meneladani
dalam
berperilaku
sehat.
memberikan
dukungan,
kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan
lingkungan disekitarnya.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau
pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat
kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina
program kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para
pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan, program
atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis,
dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
b. Mengembangkan dukungan suasana
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek. dan lain-lain. Tujuannya
adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan
suasana yang mendukung dilaksahakannva PHBS di lingkungan
keluarga.
Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran
sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas
program,Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan, dan
media
masa.Tujuannya
adalah
agar
kelompok
ini
dapat
mengembangkan
atau
menciptakan
suasana
yang
mendukung
dilaksanakannya PHBS.
c. Gerakan masyarakat
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluarga
seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk
lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM
peduli kesehatan dan lain-lain. Tujuannya agar kelompok sasaran
meningkat pengetahuan, kesadaran maupun kemampuannya, sehingga
dapat berperilaku sehat Caranya dengan penyuluhan perorangan,
kelompok, membuat gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran primer. meliputi
pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat.
Tujuannya meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat
dalam menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranva antara lain
melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding,
pelatihan, dan lain-lain.
4. Tahap Pemantauan dan Penilaian
a. Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil
atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan
pemantauan. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan
kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku
kegiatan/laporan kegiatan intervensi.
b. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian
dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor.
Cara melakukan penilaian melalui :
1) Pengkajian ulang tentang PHBS.
2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
3) Melakukan
analisis
laporan
rutin
di
Dinas
Kesehatan
kabupaten/kota (SP2TP).
4) Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada
petugas, kader dan keluarga.
BAB IV
PELAKSANAAN
Sesuai dengan manajemen program PHBS yang telah diuraikan di atas,
salah satu jenis intervensi yang saya lakukan adalah memicu suatu gerakan
masyarakat yaitu dengan penyuluhan kader-kader desa tentang PHBS.
Adapun materi yang disampaikan dalam penyuluhan tersebut adalah
indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga serta peran kader yang diharapkan.
Indikator-indikator tersebut antara lain:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan: Yang dimaksud tenaga
kesehatan disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini
dikarenakan masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan
tenaga non medis untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain
tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi
inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayi.
2. Memberi bayi ASI eksklusif: Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya
ASI Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
3. Menimbang balita setiap bulan: Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan.
Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai
usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di
buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan
dari Balita tersebut.
4. Menggunakan air bersih: Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari
seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak
bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit.
5. Mencuci tangan pakai sabun: Mencuci tangan di air mengalir dan memakai
sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan
setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan
tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum
memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
6. Gunakan jamban sehat: Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi
dengan
unit
penampungan
kotoran
dan
air
untuk
membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak
mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh
serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan
aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan
ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat
pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu: Lakukan Pemeriksaan
Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan
tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak
mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air,
dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras,
Mengubur, Menutup).
8. Makan buah dan sayur setiap hari: Konsumsi sayur dan buah sangat
dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan
mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari: aktifitas fisik, baik berupa olahraga
maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup
agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun,
mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
10. Tidak merokok di dalam rumah: Di dalam satu puntung rokok yang diisap,
akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah
nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO).
Intervensi lain yang saya lakukan adalah melakukan pemantauan dan
penilaian pelaksanaan program PHBS dengan melakukan kunjungan dan
wawancara salah satu kader di Desa Panjer yaitu di RT 03/RW 03. Dari
kunjungan tersebut indikator yang digunakan sedikit berbeda dengan indikator
nasional seperti yang diuraikan di atas. Khusus di Jawa Tengah indikator nasional
ditambah indikator lokal spesifik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masing-masing Unit Pelaksana teknis Daerah (UPTD) maka telah dikembangkan
menjadi 16 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku sehat yaitu
sebagai berikut :
No Kelompok Indikator
Pertanyaan Indikator
KIA dan Gizi
1
Persalinan
oleh
kesehatan
tenaga Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
(bidan,
dokter)
dan
bagi
rumah
tangga
yang
tidak/belum pernah hamil mengerti kalau hamil
harus di periksa oleh tenaga kesehatan.
2
K4
Memeriksakan kehamilan minimal 4 kali
selama kehamilandan bagi rumah tangga yang
tidak ada ibuhamilnya mengerti maksud K4
(periksa hamil minimal 4 kali)
3
ASI Eksklusif
Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia 0-6
bulan tanpa makanan tambahan lain dan bagi
rumah tangga yang tidak punya bayi mengerti
tentang ASI eksklusif.
4
Penimbangan balita
Balita ditimbangkan secara teratur bagi rumah
tangga yang tidak punya balita mengerti tentang
penimbangan balita (posyandu)
5
Gizi
Mengkonsumsi
beraneka
ragam
makanan
dalam jumlah cukup dengan gizi seimbang (tiap
hari menu makanannya diganti)
Kesehatan Lingkungan
6
Air bersih
Menggunakan air bersih untuk keperlukan
sehari-hari
7
Jamban sehat
Menggunakan jamban sehat (leher angsa
dengan septic tank dan terjaga kebersihannya)
8
Sampah
Membuang sampah pada tempatnya
9
Lantai rumah
Menggunakan lantai rumah kedap air
Gaya Hidup
10
Aktivitas fisik
Melakukan olahraga/aktifitas fisik (bersepeda,
berjalan kaki, mencangkul, menyapu, dan
kegiatan rumah tangga lainnya)
11
Tidak merokok
Anggota rumah tangga tidak ada yang merokok
atau tidak merokok di dalam rumah, rumah
bebas dari asap rokok
12
Cuci tangan
Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
dan sesudah BAB
13
Kesehatan gigi dan mulut
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari (masingmasing anggota keluarga 1 sikat gigi)
14
Tidak miras/narkoba
Anggota rumah tangga tidak minum minuman
keras/miras dan atau tidak menyalahgunakan
narkoba
Upaya Kesehatan
Masyarakat
15
Dana sehat
Anggota rumah tangga menjadi peserta jaminan
pemeliharaan kesehatan (JPK) misalnya: dana
sehat,
Askes,
Jamkesmas,
Jamkesda,
Jamsostek, asuransijiwa
16
PSN
Melakukan
PSN
(Pemberantasan
Sarang
Nyamuk) dengan gerakan 3M (Menguras,
Menutup, dan Mengubur) minimal seminggu
sekali
Keterangan:
Apabila jawaban “YA” nilainya =1 (satu)
Apabila jawaban “TIDAK” nilainya= 0
Pendataan dilakukan tiap RUMAH bukan tiap Kepala Keluarga (KK)
Dari hasil penilaian indikator tersebut, dapat ditentukan kriteria PHBS
tatanan Rumah Tangga, yaitu :
1. Sehat pratama
= 0-5
2. Sehat madya
= 6-10
3. Sehat utama
= 11-15
4. Sehat paripurna
= 16
Berdasarkan data rekapitulasi PHBS tatanan rumah tangga di Desa
Panjer khususnya di RT 03/RW 3, dari total 45 rumah, indikator yang memiliki
poin paling sedikit adalah indikator nomor 11 (tidak merokok) dan nomor 2 (K4)
yaitu hanya 23 dan 26 rumah yang memberikan jawaban “YA”. Sedangkan
indikator yang memiliki nilai sempurna sebesar 45 yaitu indikator nomor 12 (cuci
tangan).
Tabel 2. Rekapitulasi PHBS Rumah Tangga di Desa Panjer RT 03/RW 03 Tahun
2013
Indikator PHBS Rumah Tangga
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah
29
26
28
44
44
44
44
42
42
43
23
45
44
36
28
45
Prosentase
64
57
62
97
97
97
97
93
93
95
51
100
97
80
62
100
5
2
3
10
11
12
13
7
8
9
1
15
14
6
4
16
3696
Urutan
masalah
Skor Indikator
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Namun setelah mengkonfirmasikan data rekapitulasi tersebut pada
kader setempat, permasalahan yang dihadapi antara lain: (1) Adanya perbedaan
persepsi dalam membaca indikator. Indikator tidak merokok seharusnya ditujukan
pada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah sedangkan, menurut kader,
form PHBS yang diberikan pada tiap rumah menganggap setiap ada anggota
keluarga yang merokok diberikan poin 0; (2) pertanyaan indikator yang tidak jelas
sehingga membingungkan koresponden. Misalnya, pada indikator K4, tidak
dijelaskan bahwa untuk keluarga yang tidak memiliki ibu hamil, indikator yang
dinilai adalah mengenai pengetahuan tentang K4 itu sendiri.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan yaitu dengan
melaksanakan manajemen PHBS yang meliputi pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian.
B. Simpulan
Pelaksanaan program PHBS di Puskesmas Kebumen I umumnya dan
Desa Panjer khususnya, sudah berjalan baik. Masalah yang ditemukan di
lapangan antara lain, kurangnya komunikasi yang baik antara petugas
kesehatan dengan kader sehingga terjadi kesalahan dalam pengisian form
PHBS. Data menjadi tidak relevan untuk dianalisis.
Penyusun
dr. Nurwandini Sesaria Putri
Kebumen,
Desember 2013
Pendamping
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi
Kesehatan, Jakarta, 2007.
Depkes.
2007.
Laporan
Riset
Kesehatan
Dasar
Tahun
2007.
www.depkes.riskesdas.
Dinkes Sulawesi Selatan, 2006.
Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota
Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/ Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf
Sistem
Kesehatan
Nasional
(SKN).
Keputusan
Menteri
No.131/Menkes/SK/II/ 2004. Depkes RI. Jakarta. 2004.
Kesehatan
LAPORAN KEGIATAN
Nama Peserta
: dr. Nurwandini Sesaria Putri
Tanda tangan:
Nama Pendamping
: Puji Rahayu
Tanda tangan:
Nama Wahana
: Puskesmas Kebumen I
Tema Kegiatan
: Penyuluhan Kader Puskesmas Kebumen I dan
Kunjungan Desa Panjer
Tujuan Kegiatan
: Mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan program
PHBS
Hari, Tanggal
:
Waktu
: pukul 09.00 WIB – selesai
Tempat
: Puskesmas Kebumen I dan Posyandu Melati Panjer
Jumlah Peserta
:
F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DALAM TATANAN RUMAH TANGGA DESA PANJER
Disusun Oleh:
dr. Nurwandini Sesaria Putri
Pembimbing :
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
Pusat Kesehatan Masyarakat Kebumen I
Kebumen
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negaranegara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit
yang disebabkan oleh kurangya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang
buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai,
persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene
dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit
lainnya sebanyak 26%.
Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan
telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang
dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau
model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan
yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya
lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,
dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk
perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan
meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35%
terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 atau
PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu- individu dalam rumah tangga
(keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dalam rangka :
1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain
2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
4. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber
masyarakat
Namun, secara nasional penduduk yang telah memenuhi kriteria
PHBS baik pada tahun 2011 hanya 55% dan diharapkan mencapai 70% pada
tahun 2014.
Beberapa pengertian kaitannya dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) adalah :
1. Perilaku Sehat, adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat.
2. Perilaku
Hidup
Bersih
dan
Sehat
(PHBS),
adalah
wujud
pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS. Dalam hal ini ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya Hidup, dan Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan
masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes,
2006).
4. Tatanan, adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja,
bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS
yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan
Tempat Tempat Umum.
5. Kabupaten Sehat/Kota Sehat, adalah kesatuan wilayah administrasi
pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan, kecamatan yang secara terus
menerus berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, dukungan kehidupan
sosial, serta perubahan perilaku menuju masyarakat aman, nyaman dan
sehat secara mandiri.
6. Manajemen PHBS, adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan
melalui 4 tahap kegiatan. yaitu
a. Pengkajian
b. Perencanaan
c. Penggerakkan pelaksanaan
d. Pemantauan dan penilaian.
BAB II
PERMASALAHAN
Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga yang dibawahi oleh cakupan
kerja Puskesmas Kebumen I sebesar 2.128 kepala keluarga. Desa Panjer sendiri
memiliki total 309 kepala keluarga, yaitu menempati urutan ketiga dengan jumlah
kepala keluarga terbanyak. Berdasarkan hasil rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah
Tangga tahun 2013, Desa Panjer mendapatkan strata paripurna karena 74,5%
rumah tangganya memenuhi kriteria rumah tangga paripurna. Hal tersebut
menunjukkan bahwa 25,5% sisanya masih belum memenuhi kriteria PBHS RT
paripurna. Dari data tersebut juga dapat diketahui indikator yang memiliki skor
tertinggi adalah indikator nomor 1 yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan.
Sebaliknya, indikator dengan skor terendah terletak pada indikator nomor 10 yaitu
melakukan aktivitas fisik, yaitu hanya 42 kepala keluarga dari seluruh rumah
tangga di Desa Panjer. Indikator lain yang hanya memiliki skor kurang dari 50%
dari seluruh rumah tanggal di Desa Panjer, antara lain indikator nomor 11 atau
indikator tidak merokok (79 kepala keluarga) dan indikator nomor 4 atau indikator
penimbangan balita (104 kepala keluarga).
Tabel 1. Rekapitulasi PHBS Rumah Tangga di Desa Panjer Tahun 2013
Indikator PHBS Rumah Tangga
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah
309
289
104
299
211
279
204
243
273
42
79
276
292
300
221
275
Prosentase
100
94
34
96
68
90
66
79
88
14
26
89
94
97
72
89
16
12
3
14
5
11
4
7
8
1
2
9
13
15
6
10
Urutan
masalah
3696
Skor Indikator
350
300
250
200
150
100
50
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap
tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap
pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan
dan penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk lebih jelasnya
digambarkan dalam bagan berikut ini:
1. Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan
masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan
pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga).
Dalam tahap pengkajian secara kuantitif, sesuai dengan rekapitulasi PHBS
RT Puskesmas Kebumen I tahun 2013 indikator yang paling rendah yang
dicapai oleh rumah tangga di Desa Panjer, antara lain:
a. Melakukan aktivitas fisik
b. Tidak merokok di dalam rumah
c. Penimbangan balita
2. Tahap Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan dan
strategi komunikasi PHBS RT, khususnya terkait dengan indikator dengan
nilai terendah.
3. Tahap Penggerakan dan Pelaksanaan
a. Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para
kepala keluarga/bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para
pengambil
keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat
meneladani
dalam
berperilaku
sehat.
memberikan
dukungan,
kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan
lingkungan disekitarnya.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau
pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat
kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina
program kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para
pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan, program
atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis,
dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
b. Mengembangkan dukungan suasana
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek. dan lain-lain. Tujuannya
adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan
suasana yang mendukung dilaksahakannva PHBS di lingkungan
keluarga.
Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran
sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas
program,Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan, dan
media
masa.Tujuannya
adalah
agar
kelompok
ini
dapat
mengembangkan
atau
menciptakan
suasana
yang
mendukung
dilaksanakannya PHBS.
c. Gerakan masyarakat
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluarga
seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk
lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM
peduli kesehatan dan lain-lain. Tujuannya agar kelompok sasaran
meningkat pengetahuan, kesadaran maupun kemampuannya, sehingga
dapat berperilaku sehat Caranya dengan penyuluhan perorangan,
kelompok, membuat gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran primer. meliputi
pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat.
Tujuannya meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat
dalam menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranva antara lain
melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding,
pelatihan, dan lain-lain.
4. Tahap Pemantauan dan Penilaian
a. Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil
atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan
pemantauan. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan
kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku
kegiatan/laporan kegiatan intervensi.
b. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian
dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor.
Cara melakukan penilaian melalui :
1) Pengkajian ulang tentang PHBS.
2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
3) Melakukan
analisis
laporan
rutin
di
Dinas
Kesehatan
kabupaten/kota (SP2TP).
4) Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada
petugas, kader dan keluarga.
BAB IV
PELAKSANAAN
Sesuai dengan manajemen program PHBS yang telah diuraikan di atas,
salah satu jenis intervensi yang saya lakukan adalah memicu suatu gerakan
masyarakat yaitu dengan penyuluhan kader-kader desa tentang PHBS.
Adapun materi yang disampaikan dalam penyuluhan tersebut adalah
indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga serta peran kader yang diharapkan.
Indikator-indikator tersebut antara lain:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan: Yang dimaksud tenaga
kesehatan disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini
dikarenakan masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan
tenaga non medis untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain
tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi
inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayi.
2. Memberi bayi ASI eksklusif: Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya
ASI Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
3. Menimbang balita setiap bulan: Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan.
Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai
usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di
buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan
dari Balita tersebut.
4. Menggunakan air bersih: Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari
seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak
bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit.
5. Mencuci tangan pakai sabun: Mencuci tangan di air mengalir dan memakai
sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan
setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan
tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum
memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
6. Gunakan jamban sehat: Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi
dengan
unit
penampungan
kotoran
dan
air
untuk
membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak
mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh
serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan
aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan
ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat
pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu: Lakukan Pemeriksaan
Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan
tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak
mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air,
dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras,
Mengubur, Menutup).
8. Makan buah dan sayur setiap hari: Konsumsi sayur dan buah sangat
dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan
mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari: aktifitas fisik, baik berupa olahraga
maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup
agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun,
mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
10. Tidak merokok di dalam rumah: Di dalam satu puntung rokok yang diisap,
akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah
nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO).
Intervensi lain yang saya lakukan adalah melakukan pemantauan dan
penilaian pelaksanaan program PHBS dengan melakukan kunjungan dan
wawancara salah satu kader di Desa Panjer yaitu di RT 03/RW 03. Dari
kunjungan tersebut indikator yang digunakan sedikit berbeda dengan indikator
nasional seperti yang diuraikan di atas. Khusus di Jawa Tengah indikator nasional
ditambah indikator lokal spesifik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masing-masing Unit Pelaksana teknis Daerah (UPTD) maka telah dikembangkan
menjadi 16 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku sehat yaitu
sebagai berikut :
No Kelompok Indikator
Pertanyaan Indikator
KIA dan Gizi
1
Persalinan
oleh
kesehatan
tenaga Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
(bidan,
dokter)
dan
bagi
rumah
tangga
yang
tidak/belum pernah hamil mengerti kalau hamil
harus di periksa oleh tenaga kesehatan.
2
K4
Memeriksakan kehamilan minimal 4 kali
selama kehamilandan bagi rumah tangga yang
tidak ada ibuhamilnya mengerti maksud K4
(periksa hamil minimal 4 kali)
3
ASI Eksklusif
Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia 0-6
bulan tanpa makanan tambahan lain dan bagi
rumah tangga yang tidak punya bayi mengerti
tentang ASI eksklusif.
4
Penimbangan balita
Balita ditimbangkan secara teratur bagi rumah
tangga yang tidak punya balita mengerti tentang
penimbangan balita (posyandu)
5
Gizi
Mengkonsumsi
beraneka
ragam
makanan
dalam jumlah cukup dengan gizi seimbang (tiap
hari menu makanannya diganti)
Kesehatan Lingkungan
6
Air bersih
Menggunakan air bersih untuk keperlukan
sehari-hari
7
Jamban sehat
Menggunakan jamban sehat (leher angsa
dengan septic tank dan terjaga kebersihannya)
8
Sampah
Membuang sampah pada tempatnya
9
Lantai rumah
Menggunakan lantai rumah kedap air
Gaya Hidup
10
Aktivitas fisik
Melakukan olahraga/aktifitas fisik (bersepeda,
berjalan kaki, mencangkul, menyapu, dan
kegiatan rumah tangga lainnya)
11
Tidak merokok
Anggota rumah tangga tidak ada yang merokok
atau tidak merokok di dalam rumah, rumah
bebas dari asap rokok
12
Cuci tangan
Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
dan sesudah BAB
13
Kesehatan gigi dan mulut
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari (masingmasing anggota keluarga 1 sikat gigi)
14
Tidak miras/narkoba
Anggota rumah tangga tidak minum minuman
keras/miras dan atau tidak menyalahgunakan
narkoba
Upaya Kesehatan
Masyarakat
15
Dana sehat
Anggota rumah tangga menjadi peserta jaminan
pemeliharaan kesehatan (JPK) misalnya: dana
sehat,
Askes,
Jamkesmas,
Jamkesda,
Jamsostek, asuransijiwa
16
PSN
Melakukan
PSN
(Pemberantasan
Sarang
Nyamuk) dengan gerakan 3M (Menguras,
Menutup, dan Mengubur) minimal seminggu
sekali
Keterangan:
Apabila jawaban “YA” nilainya =1 (satu)
Apabila jawaban “TIDAK” nilainya= 0
Pendataan dilakukan tiap RUMAH bukan tiap Kepala Keluarga (KK)
Dari hasil penilaian indikator tersebut, dapat ditentukan kriteria PHBS
tatanan Rumah Tangga, yaitu :
1. Sehat pratama
= 0-5
2. Sehat madya
= 6-10
3. Sehat utama
= 11-15
4. Sehat paripurna
= 16
Berdasarkan data rekapitulasi PHBS tatanan rumah tangga di Desa
Panjer khususnya di RT 03/RW 3, dari total 45 rumah, indikator yang memiliki
poin paling sedikit adalah indikator nomor 11 (tidak merokok) dan nomor 2 (K4)
yaitu hanya 23 dan 26 rumah yang memberikan jawaban “YA”. Sedangkan
indikator yang memiliki nilai sempurna sebesar 45 yaitu indikator nomor 12 (cuci
tangan).
Tabel 2. Rekapitulasi PHBS Rumah Tangga di Desa Panjer RT 03/RW 03 Tahun
2013
Indikator PHBS Rumah Tangga
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah
29
26
28
44
44
44
44
42
42
43
23
45
44
36
28
45
Prosentase
64
57
62
97
97
97
97
93
93
95
51
100
97
80
62
100
5
2
3
10
11
12
13
7
8
9
1
15
14
6
4
16
3696
Urutan
masalah
Skor Indikator
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Namun setelah mengkonfirmasikan data rekapitulasi tersebut pada
kader setempat, permasalahan yang dihadapi antara lain: (1) Adanya perbedaan
persepsi dalam membaca indikator. Indikator tidak merokok seharusnya ditujukan
pada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah sedangkan, menurut kader,
form PHBS yang diberikan pada tiap rumah menganggap setiap ada anggota
keluarga yang merokok diberikan poin 0; (2) pertanyaan indikator yang tidak jelas
sehingga membingungkan koresponden. Misalnya, pada indikator K4, tidak
dijelaskan bahwa untuk keluarga yang tidak memiliki ibu hamil, indikator yang
dinilai adalah mengenai pengetahuan tentang K4 itu sendiri.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan yaitu dengan
melaksanakan manajemen PHBS yang meliputi pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian.
B. Simpulan
Pelaksanaan program PHBS di Puskesmas Kebumen I umumnya dan
Desa Panjer khususnya, sudah berjalan baik. Masalah yang ditemukan di
lapangan antara lain, kurangnya komunikasi yang baik antara petugas
kesehatan dengan kader sehingga terjadi kesalahan dalam pengisian form
PHBS. Data menjadi tidak relevan untuk dianalisis.
Penyusun
dr. Nurwandini Sesaria Putri
Kebumen,
Desember 2013
Pendamping
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi
Kesehatan, Jakarta, 2007.
Depkes.
2007.
Laporan
Riset
Kesehatan
Dasar
Tahun
2007.
www.depkes.riskesdas.
Dinkes Sulawesi Selatan, 2006.
Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota
Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/ Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf
Sistem
Kesehatan
Nasional
(SKN).
Keputusan
Menteri
No.131/Menkes/SK/II/ 2004. Depkes RI. Jakarta. 2004.
Kesehatan
LAPORAN KEGIATAN
Nama Peserta
: dr. Nurwandini Sesaria Putri
Tanda tangan:
Nama Pendamping
: Puji Rahayu
Tanda tangan:
Nama Wahana
: Puskesmas Kebumen I
Tema Kegiatan
: Penyuluhan Kader Puskesmas Kebumen I dan
Kunjungan Desa Panjer
Tujuan Kegiatan
: Mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan program
PHBS
Hari, Tanggal
:
Waktu
: pukul 09.00 WIB – selesai
Tempat
: Puskesmas Kebumen I dan Posyandu Melati Panjer
Jumlah Peserta
: