DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENYAKI
TUGAS
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
“PENYAKIT TANAMAN YANG DISEBABKAN OLEH
JAMUR, VIRUS DAN BAKTERI”
ERNA
D1A113008
AGRIBISNIS A
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
A. Penyakit yang disebabkan oleh jamur
1. Penyakit Busuk Tandan (bunch rot)
Penyebab dari penyakit busuk tandan adalah cendawan yang bernama
Marasmius palmivorus sharples. Penyakit busuk tandan umumnya
menyerang tanaman kelapa seperti tanaman kelapa sawit.
Penyakit busuk tandan menyerang buah yang matang dan dapat
menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit.
Pengendalian tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan
penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
2. Penyakit Hawar Daun Kentang.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans.
Gejala-gejala yang tampak pada daun kentang yang terkena penyakit
yaitu bercak nekrosis di tepi -tepi daun, terutama pada suhu rendah dan
kelembaban serta curah hujan tinggi.
Pengendalian terhadap penyakit tersebut adalah dengan menenam
kentang yang tahan penyakit, menggunakan bibit kentang yang sehat,
dan melakukan penyemprotan dengan fungisida.
3. Penyakit Busuk Daun Bawang Merah
Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur Perenospora destructor.
Gejala-gejala yang tampak pada daun bawang merah yang terkena
penyakit busuk daun, yaitu didekat ujung daun timbul bercak hijau
pucat. Jika kondisi lingkungan lembab, dipermukaan daun berkembang
jamur berwarna putih ungu. Daun kemudian menguning, layu, dan
mongering. Daun yang telah mati berwarna putih dan banyak terdapat
jamur hitam.
Pengendalian terhadap penyakit tersebut dapat dilakukan dengan cara
menggunakan benih yang sehat atau bebas dari penyakit, membakar
daun-daun sisa panen, dan menyemprotkan fungisida.
4. Penyakit Bercak Ungu pada Bawang Putih
Penyakit bercak ungu pada bawang putih disebabkan oleh jamur
Alternaria porri.
Bawang putih yang terkena penyakit bercak ungu menunjukkan gejalagejala, yaitu pada daunnya tampak bercak kecil, melekuk berwarna
putih hingga kelabu. Jika ukurannya membesar, bercak terlihat
bercincin-cincin dan warnanya agak keunguan. Tepi bercak berwarna
kemerahan atau keunguan, dikelilingi oleh warna kuning yang bisa
meluas ke atas atau ke bawah.
Pengendalian terhadap penyakit bercak ungu pada bawang putih dapat
dilakukan dengan cara menanam bawang putih pada lahan yang
mempunyai saluran air baik, melakukan rotasi tanaman, dan
melakukan penyemprotan fungisida.
5. Penyakit akar gada kubis
Penyakit akar gada disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassica.
Tanaman yang masih muda mungkin tidak menunjukkan gejala yang
berarti saat terserang, namun ketika tanaman semakin dewasa akan
mulai menunjukkan gejala klorosis atau menguning, layu selama harihari panas, dan pertumbuhan terhambat. Meskipun begitu, gejalagejala ini terkadang sedikit berbeda di antara jenis tanaman yang
berbeda. Jika terdapat tanaman layu pada hari-hari kering/panas dan
pulih kembali di pagi hari atau setelah matahari turun atau suhu dingin,
itulah pertanda awal serangan akar gada. Jika penyakit terus
berlangsung, daun akan menguning dan akhirnya mati. Tanaman yang
sakit jelas terhambat pertumbuhannya dibandingkan tanaman yang
tidak terinfeksi. Tanaman yang sakit biasanya berada di daerah yang
lembap atau basah. Ketika digali, akar menunjukkan berbagai gejala
tak lazim, infeksi yang baru akan menyebabkan simpul kecil pada akar,
sedangkan infeksi lebih lanjut menyebabkan bengkak panjang pada
akar primer maupun lateral. Beberapa jenis tanaman, seperti lobak,
tidak membentuk bengkak ketika terinfeksi, melainkan luka atau lesi
cekung hitam di sepanjang permukaan akar.
Pengendalian terhadap penyakit akar gada kubis dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Teliti mendapatkan benih. Hindari membeli dan menanam benih
yang
diduga
sudah
terinfeksi
Plasmodiophora
brassicae.
Perhatikan jenis tanah. Penggunaan tanah berpasir akan lebih aman
dari kemungkinan berkembangbiaknya patogen.
b. Menjaga pH tanah agar sedikit basa (sekitar 7,1 – 7,2). Patogen
Plasmodiophora berkembang pada tanah asam oleh karena itu perlu
menaikkan pH tanah sehingga menjadi sedikit basa, misalnya
dengan menambahkan kapur pertanian atau Kalsium (dengan
takaran yang yang tepat) untuk menghambat perkembangan
patogen.
c. Kurangi pemberian pupuk kimia, terutama yang mengandung
Nitrogen (seperti NPK, ZA, Urea, KNO3). Pupuk tersebut
menyebabkan tanah semakin asam, dan bahkan melemahkan daya
tahan
tanaman
karena
tanaman
menjadi
terlalu
banyak
mengandung gas.
d. Lakukan rotasi tanaman mengurangi berkembangnya patogen di
lahan yang sudah terinfeksi.
6. Penyakit akar putih pada tanaman karet
Penyebabnya adalah cendawan yang bernaman Rigidoporus lignosus.
Cendawan ini menyerang tanamann karet.
Gejala yang bisa diamati adalah tanaman yang terserang warna
daunnya menjadi pucat, ranting-ranting ujungnya mati, dan kadangkadang tanaman muda yang teserang berbunga lebih awal. Akar
tanaman yang terserang terdapat hifa cendawan yang berwarna putih.
Penularan penyakit akar putih terjadi melalui persinggungan antara
akar karet dengan sisa-sisa akar tanaman lama.
Berdasarkan Disbun Kuansing (2010) beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam pengendalian jamur akar putih diantaranya yaitu:
a. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan, minimal
satu tahun lebih awal dari penanaman karet.
b. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur
Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak
200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg
kompos/pupuk kandang).
Sementara itu untuk pengendalian pada areal yang sudah terserang
jamur akar putih dapat dilakukan dengan cara:
a. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkkan dengan cara
membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm
disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
b. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang
tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar.
Bekas kerokan dan potongan diberi ter kemudian seluruh
permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
c. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan
tanah.
d. Tempat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T.
Harzianum dan pupuk.
e. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah
pengolesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat
benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.
f. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap
6 bulan sampai tanaman sehat.
g. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus
segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur
diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang
terikut tidak tercecer di dalam kebun.
h. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram
campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per
lubang atau tanaman.
B. Penyakit yang disebabkan oleh virus
1. Penyakit tungro pada tanaman padi
Penyakit tungro disebabkan oleh virus Penyakit tungro disebabkan
oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice
Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro
Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki
kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersamasama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai
vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak
terbawa pada keturunananya.
Penyakit tungro menyerang tanaman padi tepatnya pada bagian daun
padi. Intensitas serangan bergantung pada tingkat ketahanan varietas
padi dan umur tanaman pada saat terinfeksi. Gejala-gejala yang
tampak secara morfologis tanaman padi yang tertular virus tungro
menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai
bercak-bercak berwarna coklat. Perubahan warna daun di mulai dari
ujung, meluas ke bagian pangkal. Jumlah anakan sedikit dan sebagian
besar gabah hampa. Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah
malai per rumpun, malai pendek sehingga jumlah gabah per malai
rendah. Serangan yang terjadi pada tanaman yang telah mengeluarkan
malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal.Gejala penyakit
tersebar mengelompok, hamparan tanaman padi terlihat seperti
bergelombang karena adanya perbedaan tinggi tanaman antara
tanaman sehat dan yang terinfeksi.
Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut :
a. Waktu tanam tepat Singgang merupakan sumber inokulum virus
tungro. Agar terhindar dari infeksi virus yang berasal dari
singgang, maka persemaian dilakukan paling tidak 5 (lima) hari
setelah pengolahan tanah selesai dan tidak ada lagi singgang.
Tanam diupayakan seawal mungkin sehingga pada saat populasi
wereng hijau mencapai puncak, tanaman padi sudah berumur > 60
hst dan lebih tahan tungro. Waktu tanam yang tepat dapat
ditentukan dengan memperhatikan fluktuasi populasi wereng daun
hijau dan keberadaan tungro tahunan. Waktu tanam yang tepat
adalah saat tanam yang dapat menghindarkan tanaman pada saat
fase rentan (≤ 30 hst) tidak bertepatan dengan tekanan tungro
tinggi (populasi wereng hijau dan keberadaan gejala tungro tinggi).
b. Bibit sehat, jangan memindahkan/menggunakan bibit dari daerah
endemis tungro.
c. Tanam serentak, untuk membatasi keberadaan umur tanaman yang
rentan terhadap perkembangan dan penularan virus tungro
dilakukan
upaya
tanam
serentak
pada
hamparan
seluas-
luasnya/unit hamparan pengairan.
d. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi/bukan
inang virus tungro.
e. Penggunaan varietas tahan sesuai dengan keadaan setempat.
Varietas tahan virus tungro: Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad
Balian, Kalimas, dan Bondoyudo, serta varietas agak tahan virus
tungro seperti Inpari 8 dan Inpari 9.
f. Pergiliran varietas tahan, penanaman varietas tahan yang sama
secara terus menerus di areal yang luas akan memberikan tekanan
seleksi yang tinggi bagi vektor dan virus. Hal ini akan
memunculkan strain/koloni baru yang dapat mematahkan varietas
tahan. Wereng hijau dikenal cepat beradaptasi terhadap varietas
tahan, dengan demikian pergiliran varietas dapat mencegah atau
menunda munculnya strain/koloni baru.
g. Sanitasi dan eradikasi. Eradikasi dilakukan
dengan
cara
pengolahan tanah dan pembenaman sumber tungro, untuk
menghilangkan atau menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus
menekan terjadinya penularan virus tungro lebih lanjut. Sanitasi
dilakukan dengan cara mencabut dan membenamkan tanaman
terserang, turiang/singgang dan rumput yang menjadi inang.
h. Pengendalian vektor di daerah endemis tungro dengan aplikasi
insektisida butiran 6 kg/500 m2 sehari sebelum sebar benih.
Apabila diperlukan di pertanaman dilakukan aplikasi insektisida
sehari sebelum tanam dengan dosis sesuai anjuran. Aplikasi
insektisida di persemaian dapat juga dilakukan apabila nilai indeks
tekanan tungro > 75, dan pada pertanaman apabila saat berumur
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
“PENYAKIT TANAMAN YANG DISEBABKAN OLEH
JAMUR, VIRUS DAN BAKTERI”
ERNA
D1A113008
AGRIBISNIS A
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
A. Penyakit yang disebabkan oleh jamur
1. Penyakit Busuk Tandan (bunch rot)
Penyebab dari penyakit busuk tandan adalah cendawan yang bernama
Marasmius palmivorus sharples. Penyakit busuk tandan umumnya
menyerang tanaman kelapa seperti tanaman kelapa sawit.
Penyakit busuk tandan menyerang buah yang matang dan dapat
menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit.
Pengendalian tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan
penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
2. Penyakit Hawar Daun Kentang.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans.
Gejala-gejala yang tampak pada daun kentang yang terkena penyakit
yaitu bercak nekrosis di tepi -tepi daun, terutama pada suhu rendah dan
kelembaban serta curah hujan tinggi.
Pengendalian terhadap penyakit tersebut adalah dengan menenam
kentang yang tahan penyakit, menggunakan bibit kentang yang sehat,
dan melakukan penyemprotan dengan fungisida.
3. Penyakit Busuk Daun Bawang Merah
Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur Perenospora destructor.
Gejala-gejala yang tampak pada daun bawang merah yang terkena
penyakit busuk daun, yaitu didekat ujung daun timbul bercak hijau
pucat. Jika kondisi lingkungan lembab, dipermukaan daun berkembang
jamur berwarna putih ungu. Daun kemudian menguning, layu, dan
mongering. Daun yang telah mati berwarna putih dan banyak terdapat
jamur hitam.
Pengendalian terhadap penyakit tersebut dapat dilakukan dengan cara
menggunakan benih yang sehat atau bebas dari penyakit, membakar
daun-daun sisa panen, dan menyemprotkan fungisida.
4. Penyakit Bercak Ungu pada Bawang Putih
Penyakit bercak ungu pada bawang putih disebabkan oleh jamur
Alternaria porri.
Bawang putih yang terkena penyakit bercak ungu menunjukkan gejalagejala, yaitu pada daunnya tampak bercak kecil, melekuk berwarna
putih hingga kelabu. Jika ukurannya membesar, bercak terlihat
bercincin-cincin dan warnanya agak keunguan. Tepi bercak berwarna
kemerahan atau keunguan, dikelilingi oleh warna kuning yang bisa
meluas ke atas atau ke bawah.
Pengendalian terhadap penyakit bercak ungu pada bawang putih dapat
dilakukan dengan cara menanam bawang putih pada lahan yang
mempunyai saluran air baik, melakukan rotasi tanaman, dan
melakukan penyemprotan fungisida.
5. Penyakit akar gada kubis
Penyakit akar gada disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassica.
Tanaman yang masih muda mungkin tidak menunjukkan gejala yang
berarti saat terserang, namun ketika tanaman semakin dewasa akan
mulai menunjukkan gejala klorosis atau menguning, layu selama harihari panas, dan pertumbuhan terhambat. Meskipun begitu, gejalagejala ini terkadang sedikit berbeda di antara jenis tanaman yang
berbeda. Jika terdapat tanaman layu pada hari-hari kering/panas dan
pulih kembali di pagi hari atau setelah matahari turun atau suhu dingin,
itulah pertanda awal serangan akar gada. Jika penyakit terus
berlangsung, daun akan menguning dan akhirnya mati. Tanaman yang
sakit jelas terhambat pertumbuhannya dibandingkan tanaman yang
tidak terinfeksi. Tanaman yang sakit biasanya berada di daerah yang
lembap atau basah. Ketika digali, akar menunjukkan berbagai gejala
tak lazim, infeksi yang baru akan menyebabkan simpul kecil pada akar,
sedangkan infeksi lebih lanjut menyebabkan bengkak panjang pada
akar primer maupun lateral. Beberapa jenis tanaman, seperti lobak,
tidak membentuk bengkak ketika terinfeksi, melainkan luka atau lesi
cekung hitam di sepanjang permukaan akar.
Pengendalian terhadap penyakit akar gada kubis dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Teliti mendapatkan benih. Hindari membeli dan menanam benih
yang
diduga
sudah
terinfeksi
Plasmodiophora
brassicae.
Perhatikan jenis tanah. Penggunaan tanah berpasir akan lebih aman
dari kemungkinan berkembangbiaknya patogen.
b. Menjaga pH tanah agar sedikit basa (sekitar 7,1 – 7,2). Patogen
Plasmodiophora berkembang pada tanah asam oleh karena itu perlu
menaikkan pH tanah sehingga menjadi sedikit basa, misalnya
dengan menambahkan kapur pertanian atau Kalsium (dengan
takaran yang yang tepat) untuk menghambat perkembangan
patogen.
c. Kurangi pemberian pupuk kimia, terutama yang mengandung
Nitrogen (seperti NPK, ZA, Urea, KNO3). Pupuk tersebut
menyebabkan tanah semakin asam, dan bahkan melemahkan daya
tahan
tanaman
karena
tanaman
menjadi
terlalu
banyak
mengandung gas.
d. Lakukan rotasi tanaman mengurangi berkembangnya patogen di
lahan yang sudah terinfeksi.
6. Penyakit akar putih pada tanaman karet
Penyebabnya adalah cendawan yang bernaman Rigidoporus lignosus.
Cendawan ini menyerang tanamann karet.
Gejala yang bisa diamati adalah tanaman yang terserang warna
daunnya menjadi pucat, ranting-ranting ujungnya mati, dan kadangkadang tanaman muda yang teserang berbunga lebih awal. Akar
tanaman yang terserang terdapat hifa cendawan yang berwarna putih.
Penularan penyakit akar putih terjadi melalui persinggungan antara
akar karet dengan sisa-sisa akar tanaman lama.
Berdasarkan Disbun Kuansing (2010) beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam pengendalian jamur akar putih diantaranya yaitu:
a. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan, minimal
satu tahun lebih awal dari penanaman karet.
b. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur
Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak
200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg
kompos/pupuk kandang).
Sementara itu untuk pengendalian pada areal yang sudah terserang
jamur akar putih dapat dilakukan dengan cara:
a. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkkan dengan cara
membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm
disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
b. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang
tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar.
Bekas kerokan dan potongan diberi ter kemudian seluruh
permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
c. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan
tanah.
d. Tempat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T.
Harzianum dan pupuk.
e. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah
pengolesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat
benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.
f. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap
6 bulan sampai tanaman sehat.
g. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus
segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur
diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang
terikut tidak tercecer di dalam kebun.
h. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram
campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per
lubang atau tanaman.
B. Penyakit yang disebabkan oleh virus
1. Penyakit tungro pada tanaman padi
Penyakit tungro disebabkan oleh virus Penyakit tungro disebabkan
oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice
Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro
Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki
kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersamasama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai
vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak
terbawa pada keturunananya.
Penyakit tungro menyerang tanaman padi tepatnya pada bagian daun
padi. Intensitas serangan bergantung pada tingkat ketahanan varietas
padi dan umur tanaman pada saat terinfeksi. Gejala-gejala yang
tampak secara morfologis tanaman padi yang tertular virus tungro
menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai
bercak-bercak berwarna coklat. Perubahan warna daun di mulai dari
ujung, meluas ke bagian pangkal. Jumlah anakan sedikit dan sebagian
besar gabah hampa. Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah
malai per rumpun, malai pendek sehingga jumlah gabah per malai
rendah. Serangan yang terjadi pada tanaman yang telah mengeluarkan
malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal.Gejala penyakit
tersebar mengelompok, hamparan tanaman padi terlihat seperti
bergelombang karena adanya perbedaan tinggi tanaman antara
tanaman sehat dan yang terinfeksi.
Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut :
a. Waktu tanam tepat Singgang merupakan sumber inokulum virus
tungro. Agar terhindar dari infeksi virus yang berasal dari
singgang, maka persemaian dilakukan paling tidak 5 (lima) hari
setelah pengolahan tanah selesai dan tidak ada lagi singgang.
Tanam diupayakan seawal mungkin sehingga pada saat populasi
wereng hijau mencapai puncak, tanaman padi sudah berumur > 60
hst dan lebih tahan tungro. Waktu tanam yang tepat dapat
ditentukan dengan memperhatikan fluktuasi populasi wereng daun
hijau dan keberadaan tungro tahunan. Waktu tanam yang tepat
adalah saat tanam yang dapat menghindarkan tanaman pada saat
fase rentan (≤ 30 hst) tidak bertepatan dengan tekanan tungro
tinggi (populasi wereng hijau dan keberadaan gejala tungro tinggi).
b. Bibit sehat, jangan memindahkan/menggunakan bibit dari daerah
endemis tungro.
c. Tanam serentak, untuk membatasi keberadaan umur tanaman yang
rentan terhadap perkembangan dan penularan virus tungro
dilakukan
upaya
tanam
serentak
pada
hamparan
seluas-
luasnya/unit hamparan pengairan.
d. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi/bukan
inang virus tungro.
e. Penggunaan varietas tahan sesuai dengan keadaan setempat.
Varietas tahan virus tungro: Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad
Balian, Kalimas, dan Bondoyudo, serta varietas agak tahan virus
tungro seperti Inpari 8 dan Inpari 9.
f. Pergiliran varietas tahan, penanaman varietas tahan yang sama
secara terus menerus di areal yang luas akan memberikan tekanan
seleksi yang tinggi bagi vektor dan virus. Hal ini akan
memunculkan strain/koloni baru yang dapat mematahkan varietas
tahan. Wereng hijau dikenal cepat beradaptasi terhadap varietas
tahan, dengan demikian pergiliran varietas dapat mencegah atau
menunda munculnya strain/koloni baru.
g. Sanitasi dan eradikasi. Eradikasi dilakukan
dengan
cara
pengolahan tanah dan pembenaman sumber tungro, untuk
menghilangkan atau menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus
menekan terjadinya penularan virus tungro lebih lanjut. Sanitasi
dilakukan dengan cara mencabut dan membenamkan tanaman
terserang, turiang/singgang dan rumput yang menjadi inang.
h. Pengendalian vektor di daerah endemis tungro dengan aplikasi
insektisida butiran 6 kg/500 m2 sehari sebelum sebar benih.
Apabila diperlukan di pertanaman dilakukan aplikasi insektisida
sehari sebelum tanam dengan dosis sesuai anjuran. Aplikasi
insektisida di persemaian dapat juga dilakukan apabila nilai indeks
tekanan tungro > 75, dan pada pertanaman apabila saat berumur