MAKALAH PENELITIAN HUKUM AGRARIA SENGKET

MAKALAH PENELITIAN HUKUM AGRARIA
SENGKETA LAHAN PUSAT NIAGA KOTA PALOPO
( MATA KULIAH )

DI SUSUN OLEH :
RESKI APRIANSYAH
( NIM )

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA KOTA PALOPO
TAHUN AJARAN 2016 - 2017

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah … .
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun
akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan cukup baik.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa


yang masih dalam proses

pembelajaran, pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
pembuatan

makalah

yang

lebih

baik

lagi

di

masa


yang

akan

datang.

Palopo, 30 November 2016
Penulis,

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1

LATAR BELAKANG .............................................................................. 1


1.2

Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3

Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4

Metode Penelitian ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1

Pengertian Sengketa Lahan dan Penyebab Sengketa PNP Kota Palopo .. 4

2.2


Proses Penyelesaian Sengketa dan Permasalahan yang Timbul............... 7

2.3

Kekuatan Pembuktian dalam Penyelesaian Sengketa Lahan ................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
3.1

Kesimpulan ............................................................................................. 12

3.2

Saran ....................................................................................................... 13

iii

BAB I
PENDAHULUAN


1.1

LATAR BELAKANG
Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.
Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat
manusia selalu berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua
kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu
memerlukan tanah. Pun pada saat manusia meninggal dunia masih
memerlukan tanah untuk penguburannya Begitu pentingnya tanah bagi
kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan
menguasainya. Dengan adanya hal tersebut maka dapat menimbulkan suatu
sengketa tanah di dalam masvarakat. Sengketa tersebut timbul akibat adanya
perjanjian antara 2 pihak atau lebih yang salah 1 pihak melakukan
wanprestasi.
Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan,
maka didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat .Ketentuan
mengenai tanah juga dapat kita lihat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria atau yang biasa kita sebut dengan UUPA. Timbulnya sengketa hukum
yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang/badan) yang berisi
keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah,
prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh
penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mencuatnya kasus-kasus sengketa tanah di Indonesia beberapa waktu
terakhir seakan kembali menegaskan kenyataan bahwa selama 62 tahun

1

Indonesia merdeka, negara masih belum bisa memberikan jaminan hak atas
tanah kepada rakyatnya. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Undang-Undang Pokok Agraria (UU PA) baru sebatas menandai dimulainya
era baru kepemilikan tanah yang awalnya bersifat komunal berkembang
menjadi kepemilikan individual.
Terkait dengan mencuatnya kasus sengketa tanah PNP Kota Palopo
oleh putusan Pengadilan Negeri (PN) Palopo No. 41/PDT/2012/PN.PLP,
Putusan Pengadilan Tinggi Makassar No. 78/PDT/2013/PT.MKS, dan Putusan
Mahkamah Agung (MA) RI No. 2536 K/PDT/2013, yang menyatakan, bahwa
perbuatan tergugat (Pemerintah Kota Palopo) yang menguasai tanah ini (Pusat

Niaga Palopo) adalah tanpa hak dan melawan hukum yang di gugat oleh Buya
Andi Iksan Mattorang.
1.2

Rumusan Masalah
Untuk memberikan arah, penulis bermaksud membuat suatu perumusan
masalah sesuai dengan arah yang menjadi tujuan dan sasaran penulisan dalam
paper ini. Perumusan masalah menurut istilahnya terdiri atas dua kata yaitu
rumusan yang berarti ringkasan atau kependekan, dan masalah yang berarti
pernyataan yang menunjukkan jarak antara rencana dengan pelaksanaan,
antara harapan dengan kenyataan. Perumusan masalah dalam paper ini
berisikan antara lain :
1. Apa penyebab terjadinya sengketa lahan Pusat Niaga Palopo ?
2. Bagaimana penyelesaian kasus penyelesaian sengketa lahan antara
Buya A. Iksan B Mattorang dengan Pemerintah Kota Palopo ?
3. Sejauh mana kekuatan sertifikat sebagai alat bukti dalam penyelesaian
sengketa lahan tersebut ?

2


1.3

Tujuan Penelitian
Adapun beberapa tujuan penelitian dari paper ini yaitu :
1. Untuk mengetahui sejauh mana kekuatan sertifikat sebagai alat bukti
dalam penyelesaian sengketa lahan
2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian terbaik terhadap tanah
yang dijadikan obyek sengketa tersebut
3. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa
mengenai cara menangani suatu proses sengketa atas lahan
4. Dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana proses
penguasaan tanah, jaminan hukumnya, serta penyelesaian mengenai
sengketa tanah bagi para mahasiswa

1.4

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan paper ini yaitu :

1. Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca, mengkaji dan
mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen laporan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan dengan penelitian
2. Bahan-bahan dari Internet

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Sengketa Lahan dan Penyebab Sengketa PNP Kota Palopo

Sengketa menurut kamus Bahasa Indonesia, berarti pertentangan
atau konflik, konflik dapat terjadi karena adanya pertentangan antara orangorang,

kelompok-kelompok

ataupun


organisasi-organisasi.

Winardi

berpendapat pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu-individu
atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan
yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum
antara satu

dengan

yang lain. Adapun tujuan seseorang dalam

memperkarakan sengketa adalah untuk menyelesaikan masalah yang
konkret dan memuaskan.
Tanah dapat definisikan menurut ilmu pastinya adalah kumpulan
tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi,yang
mampu menumbuhkan berbagai tanaman dan sebagai tempat makhluk
hidup lainnya untuk melangsungkan kehidupan. Dapat disimpulkan

sengketa tanah merupakan perebutan hak atas kepemilikan tanah yang jelas
maupun karena kepemilikan tanah yang tidak jelas, dan sengketa tanah
terjadi karena ada sebuah kepentingan dan hak.
Sengketa tanah banyak terjadi karena adanya sebuah benturan
kepentingan antara siapa dengan siapa. Sadar akan pentingnya tanah untuk
tempat tinggal atau kepentingan lainnya menyebabkan tanah yang tidak
jelas kepemilikannya diperebutkan bahkan ada yang sudah jelas
kepemilikannyapun masih ada yang diperubutkan, hal ini terjadi karena
masyarakat sadar akan kepentingan dan haknya,selain itu harga tanah yang
semakin meningkat.Menurut Rusmadi Murad timbulnya sengketa hukum

4

yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang atau badan) yang berisi
keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah,
prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh
penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan.
Peraturan yang berlaku kasus pertanahan itu timbul karena adanya
klaim / pengaduan / keberatan dari masyarakat (perorangan/badan hukum)
yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan Tata Usaha
Negara di bidang pertanahan yang telah ditetapkan oleh Pejabat Tata Usaha
Negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional, serta keputusan Pejabat
tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah
tersebut. Dengan adanya klaim tersebut, mereka ingin mendapat
penyelesaian secara administrasi dengan apa yang disebut koreksi serta
merta dari Pejabat yang berwenang untuk itu. Kewenangan untuk
melakukan koreksi terhadap suatu keputusan Tata Usaha Negara di bidang
pertanahan (sertifikat / Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah), ada
pada Kepala Badan Pertanahan Nasional.Kasus pertanahan dapat berupa
permasalahan

status

tanah,masalah

kepemilikan,masalah

bukti-bukti

perolehan yang menjadi dasar pemberian hak dan sebagainya.
Akhir-akhir ini kasus pertanahan muncul ke permukaan dan
merupakan bahan pemberitaan di media massa. Secara makro penyebab
munculnya kasus-kasus pertanahan tersebut adalah sangat bervariasi yang
antara lain :
-

Harga tanah yang meningkat dengan cepat

-

Kondisi masyarakat yang semakin sadar dan peduli akan kepentingan /
haknya

-

Iklim keterbukaan yang digariskan pemerintah
Pada hakikatnya, kasus pertanahan merupakan benturan kepentingan

(conflict of interest) di bidang pertanahan antara siapa dengan siapa, sebagai
contoh konkret antara perorangan dengan perorangan; perorangan dengan

5

badan hukum; badan hukum dengan badan hukum dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, guna kepastian hukum yang
diamanatkan UUPA, maka terhadap kasus pertanahan dimaksud antara lain
dapat diberikan respons / reaksi / penyelesaian kepada yang berkepentingan
(masyarakat dan pemerintah).
Menurut Rusmadi Murad, pengertian sengketa tanah atau dapat juga
dikatakan sebagai sengketa hak atas tanah, yaitu : Timbulnya sengketa
hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang atau badan) yang
berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status
tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh
penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.
Sekaitan dengan kasus sengketa lahan Pusat Niaga Kota Palopo yang
di poskan oleh Abd. Rauf, Rabu 17 Juni 2015 dalam Tabloid Media Duta
Ekspres dengan judul “Jurus Judas Hadapi Buya”. Belakangan ini, Pusat
Niaga Palopo (PNP) menjadi trending topic di Kota Palopo. Itu setelah
pemenang gugatan perdata lahan PNP, Buya Andi Ikhsan B Mattotorang,
meminta pedagang yang ada di sebagian lahan PNP untuk tidak berjualan
selama satu hari.
Sebelum pedagang yang ada di area basah pasar sentral Palopo
tersebut diliburkan, pihak Buya terlebih dahulu memasang patok dan papan
bertuliskan, Tanah Ini Milik Buya Andi Ikhsan B Mattotorang, seluas
19.004 meter, berdasarkan putusan Pengadilan Negeri (PN) Palopo No.
41/PDT/2012/PN.PLP,

Putusan

Pengadilan

Tinggi

Makassar

No.

78/PDT/2013/PT.MKS, dan Putusan Mahkamah Agung (MA) RI No. 2536
K/PDT/2013, yang menyatakan, bahwa perbuatan tergugat yang menguasai
tanah ini adalah tanpa hak dan melawan hukum.
Pengosongan area pasar yang diputuskan MA sontak membuat
masyarakat geger. Ini kemudian mendapat tanggapan pemerintah dan
6

pedagang. Puluhan pedagang mendatangi DPRD untuk dicarikan solusi atas
masalah ini.
Kemudian pihak pemkot dan Buya, dimediasi untuk bertemu oleh
Kapolres Kota Palopo. Namun beredar kabar, saat dimediasi, Wali Kota
Palopo HM Judas Amir, sempat bersitegang dengan Buya. Penyebabnya,
tidak ada solusi yang disepakati. Judas merasa tidak harus membayar ganti
rugi lahan, sebagai amar putusan MA, yang menyatakan, harus melakukan
eksekusi ganti rugi sebesar Rp38 miliar. Sebab menurutnya, gugatan Buya
salah alamat. Karena menurutnya, aset PNP belum diserahkan Pemkab
Luwu kepada pemkot. Sedangkan bangunan yang di atasnya, Hak Guna
Bangunan (HGB) masih dikuasai pihak ketiga, PT Nelya Inti Perkasa.

2.2

Proses Penyelesaian Sengketa dan Permasalahan yang Timbul
Sebagai langkah terbaik menurut Pemerintah Kota Palopo adalah
melakukan hak Peninjauan Kembali (PK) atas putusan MA. “Jurus” inilah
yang dipakai Judas selaku Wali Kota Palopo untuk melawan Buya Andi
Iksan B Mattorang pada kasus sengketa lahan PNP yang telah bergulir di
pengadilan sejak 2012 silam.
"Solusi terbaiknya adalah, kita akan melakukan PK, kita punya bukti
baru. Aset lahan PNP ini sebenarnya belum diserahkan Kab. Luwu kepada
Kota Palopo. Kemudian bangunannya masih dikuasai pihak ketiga, PT
Nelya Inti Perkasa. Jadi gugatannya kepada Pemerintah Kota sebenarnya
salah sasaran," tandas Judas.
Sekaitan dengan sengketa lahan tersebut juga timbul masalah lain
yaitu pemungutan retribusi daerah, yang oleh anggota penggungat
melakukan aksi sosialisasi dan merealisasikan kepada pedagang di PNP
untuk tidak membayar retribusi daerah sebelum Pemerintah membayar ganti
rugi. Pemungutan retribusi di PNP, menurut Wali Kota Palopo, karena
7

wilayah tersebut ada dalam Kota Palopo. Sehingga siapapun yang bedagang
di wilayah tersebut, maka Pemerintah berhak memungut retribusi kepada
mereka, meski mereka berniaga di dalam bangunan dan lahan miliknya
sendiri.
Sementara itu, pemenang gugatan lahan PNP, Buya Andi Ikhsan B
Mattotorang, menangkis pernyataan Wali Kota Palopo. Menurutnya,
gugatan sebenarnya ditujukan kepada Pemerintah Republik Indonesia, cq
Gubernur Sul-sel, cq Wali Kota Palopo. Menurutnya, Pemerintah Kota
Palopo ada dalam gugatan karena kebetulan lahan tersebut berada dalam
wilayah Kota Palopo. Sekaitan dengan rencana PK oleh pemkot, Buya
terkesan mengancam, jika PK dilakukan, maka pihaknya segera meminta
kepada pengadilan untuk dieksekusi lahan. Buya menuturkan, jika
Pemerintah Kota menang dalam PK, maka keadilan sudah hilang di
Indonesia, dan perjuangannya selama 38 tahun menjadi sia-sia.
Pihak penggugat juga mengancam Pemerintah Kota Palopo, jika
tidak segera mengganti rugi, atau melakukan Peninjauan Kembali (PK),
maka pihaknya akan meminta kepada Pengadilan Negeri (PN) untuk
melakukan eksekusi lahan PNP yang telah dimenangkannya. Buya
menjelaskan, permintaan kepada pedagang agar libur berjualan di PNP
selama sehari, karena dirinya sebagai pemilik lahan ingin merasakan sehari
saja untuk menguasai lahan miliknya.
Buya, di hadapan DPR-D dan ratusan pedagang PNP, juga mengaku,
dirinya berpihak kepada pedagang. “Semua pedagang yang berniaga di
lahan saya akan digratiskan retribusinya. Saya berpihak kepada pedagang.
Tidak perlu lagi ada kepala pasar di sana, karena sudah jadi pasar swasta,
sampai pemerintah ganti rugi. Kalau pemkot tidak ada uang, tidak usah
dibayar, kembalikan saja aset saya untuk bisa saya nikmati,” tandas Buya,
yang diikuti tepuk tangan meriah dari ratusan pedagang di ruang aspirasi
DPR-D Palopo.

8

Asisten I Pemkot Palopo, Moh Hatta Toparakkasi MH, yang
mewakili Wali Kota Palopo HM Judas Amir, mengatakan, dalam amar
putusan MA, tidak ada perintah untuk eksekusi lahan, hanya eksekusi
pembayaran ganti rugi. Sehingga menurutnya, jika dilakukan eksekusi riil
lahan PNP, maka itu sudah menyalahi amar putusan dari MA. “Kita ini
datang untuk mencari solusi. Kita dengar apa yang menjadi rintihan Buya.
Keputusan MA sudah final. Amar putusannya adalah eksekusi. Tapi ini
eksekusi pembayaran ganti rugi. Bukan eksekusi riil lahan sengketa. Kalau
amarnya eksekusi pembayaran ganti rugi, secara aturan tidak boleh eksekusi
lahan,” ujarnya. Apalagi, kata dia, lahan itu sudah terlanjur terdaftar sebagai
aset negara. Jadi tidak bisa serta merta disita. “Persoalan hukum kita
laksanakan. Tugas kami Pemerintah adalah melakukan komunikasi untuk
mencari solusi dari masalah ini. Masalah PK, itu adalah hak. Namun kami
akan terus melakukan komunikasi untuk mencari solusi dari masalah ini,”
tandasnya. Terpisah, Ketua PN Palopo, Sarwono, enggan menafsirkan
putusan MA tersebut, terkait masalah eksekusi. Sebab dirinya mengaku
takut salah tafsir dan membuat informasi yang berdampak tidak baik bagi
masyarakat.
Salah seorang pedagang di PNP, Haslin Hasan, mendesak
Pemerintah Kota Palopo agar segera membayarkan ganti rugi kepada Buya.
Sebab menurutnya, putusan MA sudah sangat kuat untuk dijadikan dasar.
Untuk itu, pihaknya mendesak pemkot agar segera membayar ganti rugi
kepada pemenang sengketa, yakni Buya Andi Mattotorang. Sehingga status
sebagai

pedagang

di

PNP

bisa

tenang

dan

statusnya

jelas.

Ia juga mengaku, dengan adanya sengketa ini, sampai ada solusinya, dirinya
sudah tidak mau lagi membayar retribusi dari pemkot. “Saya tidak mau lagi
bayar retribusi sampai ada solusi kejelasan dari pemerintah,” tandasnya.
Wakil Ketua DPRD Kota Palopo, Bustam Aziz, menuturkan, pihaknya akan
terus mencari jalan terbaik terhadap masalah ini. "Kita membela kebenaran.
Dimana yang benar, kami akan ada disitu," tandasnya.

9

Menanggapi desakan untuk segera membayar ganti rugi, Aziz
menuturkan, kalau amar putusan MA ini dibayar segera, maka masyarakat
se Kota Palopo akan mengalami kemiskinan. "Kalau ini dibayar, maka kita
akan miskin se Kota Palopo. Sebab PAD kita sangat kecil. Hanya sekitar
Rp32 miliar PAD kita," ujarnya. (up)
2.3

Kekuatan Pembuktian dalam Penyelesaian Sengketa Lahan
Pembuktian, menurut Prof. R. Subekti, yang dimaksud dengan
membuktikan adalah Meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalildalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. Kekuatan Pembuktian,
Secara umum kekuatan pembuktian alat bukti tertulis, terutama akta otentik
mempunyai tiga macam kekuatan pembuktian, yaitu:
1. Kekuatan pembuktian formil. Membuktikan antara para pihak
bahwa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta
tersebut.
2. Kekuatan pembuktian materiil. Membuktikan antara para pihak,
bahwa benar-benar peristiwa yang tersebut dalam akta itu telah
terjadi.
3. Kekuatan mengikat. Membuktikan antara para pihak dan pihak
ketiga, bahwa pada tanggal tersebut dalam akta yang bersangkutan
telah menghadap kepada pegawai umum tadi dan menerangkan apa
yang ditulis dalam akta tersebut.
Oleh karena menyangkut pihak ketiga, maka disebutkan bahwa
kata otentik mempunyai kekuatan pembuktian keluar.
SERTIFIKAT
Sertifikat adalah buku tanah dan surat ukurnya setelah dijilid
menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya

10

ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Kekuatan Pembuktian Sertifikat,
terdiri dari :
1. Sistem Positif
Menurut sistem positif ini, suatu sertifikat tanah yang diberikan itu
adalah berlaku sebagai tanda bukti hak atas tanah yang mutlak serta
merupakan satu – satunya tanda bukti hak atas tanah.
2. Sistem Negatif
Menurut sistem negatif ini adalah bahwa segala apa yang tercantum
didalam sertifikat tanah dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu
keadaan yang sebaliknya (tidak benar) dimuka sidang pengadilan.

11

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Di Zaman sekarang ini kebutuhan akan tempat tinggal meningkat,
sedangkan luas tanah terbatas, sehingga menyebabkan nilai guna tanah
penting sekali, apapun akan diusahan oleh pribadi manusia untuk
mendapatkan tanah yang strategis. Selain sebagai tempat untuk tinggal,
tanah juga digunakan sebagai tempat mengadakan aktivitas ekonomi, jalan
untuk kegiatan lalu lintas, perjanjian dan yang padaakhirnya sebagai tempat
tinggal masa depan (kuburan). Ada 2.810 kasus sengketa tanah yang
berskala nasional yang tercatat oleh Badan Pertanahan Nasional, terjadi di
Indonesia ini, faktor utama penyebab adalah :


Persoalan administrasi sertifikasi tanah yang tidak jelas



Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata.



Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada
bukti formal (sertifikat), tanpa memperhatikan produktivitas
tanah.
Sertifikat (tanah) merupakan tanda bukti hak yang berlaku, apabila

data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam
surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Kedudukan sertifikat
ini diatur dalam Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Penyelesaian sengketa tanah dapat dituntaskan dengan beberapa cara
seperti :


Melalaui Badan Pertanahan Nasional



Melalui badan peradilan, bernegosiasi, dan lain-lain tergantung
para pelakunya mengarahkan ke arahmana jalan penyelesaian yang
baik menurutnya.

12

3.2

Saran
Banyak sekali penyebab sengketa tanah di Indonesia ini, baik karena
fungsi tanah itu sendiri yang sangat dibutuhkan, maupun masalah
administrasinya, tetapi sebagaimana dari hasil catatan Badan Pertanahan
Negara tentang kasus sengketa tanah yang terjadi di Indonesia ini, faktor
utama penyebabnya adalah masalah administrasi sertifikat yang tidak jelas,
distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata, dan legalitas kepemilikan
tanah yang semata-mata pada sertifikat saja, tanpa memperhatikan
produktifitas tanahnya. Berdasarkan faktor utama penyebab sengketa di atas
dapat disimpulkan pemerintah sangat diharapkan berperan aktif supaya
tidak mengalami sengketa tanah di masa akan datang, baik upaya
peningkatan administrasi yangmana harus jeli melihat dan akan membuat
sertifikat-sertifikat tanah, agar tidak ada yang berduplikat, maupun dalam
pembagian tanah untuk pemukiman yang merata bagi setiap rakyat
Indonesia.
Di sisi lain disarankan juga bagi masyarakat yang akan membeli,
memperoleh tanah maupun akan membuat surat bukti kepemilikan tanah
agar berhati-hati melihat kelegalan surat-surat atau dokumen-dokumen
kepemilikan tanah yang ada supaya tidak terjadi permasalahan nantinya.

13

DAFTAR PUSTAKA
-

http://homework-uin.blogspot.co.id/2015/05/jurus-judas-hadapi-buya.html

-

https://putusan.mahkamahagung.go.id :
-

Putusan Pengadilan Negeri (PN) Palopo No. 41/PDT/2012/PN.PLP

-

Putusan Pengadilan Tinggi Makassar No. 78/PDT/2013/PT.MKS

-

Putusan Mahkamah Agung (MA) RI No. 2536 K/PDT/2013

-

http://derryjie.blogspot.co.id/2013/11/makalah-sengketa-lahan_26.html

-

http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2008/08/hukum-agraria-penyelesaiansengketa.html

-

http://palopopos.fajar.co.id/2016/05/13/bahas-lahan-eksekusi-pengadilanlibatkan-bpn/

14