Belajar Membuat Rekonsiliasi Bank dalam Akuntansi

  Belajar Membuat Rekonsiliasi Bank – Rekonsiliasi Bank, hal ini pasti sudah makanan rutin bagi para kasir atau penanggung jawab kas. Apa itu rekonsiliasi? Secara sederhana, Rekonsiliasi Bank adalah proses membandingkan atau crosscheck antara catatan Kas Bank menurut buku Perusahaan dan saldo menurut Bank, dalam hal ini Rekening Koran.

  Buku Kas Bank Perusahaan adalah catatan atas mutasi saldo Kas Bank yang dilakukan oleh perusahaan, entah itu dibuat secara manual atau dengan sistem. Sedangkan Rekening Koran adalah record mutasi yang tercatat oleh Bank. Pada saat tutup buku, katakanlah akhir bulan, tentu saja sangat mungkin terdapat perbedaan saldo antar pembukuan Perusahaan dan pembukuan Bank. Atas hal inilah dilakukan Rekonsiliasi Bank. Langsung saja kita memahami dengan ilustrasi kasus dengan angka yang sederhana supaya lebih mudah diikuti.

  Kasus: Pada tanggal 31 Februari 2014, PT ABC melakukan tutup buku, pada saat PT ABC menerima Rekening Koran dari Bank BRI, saldo akhir yang tercatat oleh Bank BRI adalah sebesar 31.000.000. Sementara pembukuan Perusahaan menunjukkan nilai 40.750.000.

  Dalam hal ini, pertama-tama yang harus dilakukan adalah memeriksa biaya-biaya yang biasanya dilakukan otomatis oleh Bank, misalnya Bea meterai, Pajak, Pendapatan Jasa Giro, dsb. Dalam contoh kasu diatas ditemukan biaya-biaya dan pendapatan yang auto-debet/kredit oleh Bank (tanpa konfirmasi kepada Perusahaan): Bea Meterai: 150.000 Pajak Bunga: 50.000 Pendapatan Jasa Giro: 250.000 Biaya Admin: 100.000 Untuk hal ini Perusahaan biasanya belum melakukan penjurnalan, sehingga perlu melakukan jurnal.

  Beban Bea Meterai [D] 150.000 Beban Admin Bank [D] 100.000 Kas Bank – BRI [K] 250.000

  Kas Bank – BRI [D] 200.000 Beban Pajak [D] 50.000 Pendapatan Jas Giro [K] 250.000

  Dengan jurnal-jurnal diatas maka Saldo Kas Bank menurut Perusahaan menjadi 40.700.000 (40.750.000 - 250.000 + 200.000 = 40.700.000). Masih ada selisih sebesar 9.700.000 dengan saldo Rekening Koran (40.700.000 - 31.000.000 = 9.700.000).

  Ditahap ini dibuatlah Rekonsiliasi Bank. Penyebab utama atas selisih ini biasanya adalah: Rekening masih dalam perjalanan / belum disetor: Cek/Giro yang atas pembayaran oleh customer yang sudah diterima perusahaan belum disetor atau belum di kliring pada saat tutup buku. Cek/Giro masih beredar: Pembayaran Cek/Giro kepada vendor/supplier yang belum dicairkan atau belum dikliring.

  Dari contoh kasus diatas ditemukan bahwa ada beberapa Rekening Dalam Perjalanan dan Cek Beredar sebagai berikut : Rekening Dalam Perjalanan 2-678-AD 27/02/2014 700.000 2-699-VV 28/02/2014 6.500.000 2-988-GA 28/02/2014 12.000.000 2-990-GA 28/02/2014 5.500.000 TOTAL : 24.700.00

  Cek Beredar 10400 28/02/2014 7.000.000 10414 28/02/2014 5.000.000 11000 28/02/2014 3.000.000 TOTAL : 15.000.000 Atas Rekening Dalam Perjalanan dan Cek Beredar tersebut diatas apakah perlu dilakukan penjurnalan? Jawabnya adalah TIDAK. Karena hal tersebut hanyalah perbedaan temporer, hanya perlu dibuatkan Lembar Kerja Rekonsiliasi Bank.

  » »

  Cara Membuat Rekonsiliasi Bank

  

  Posted by : Taufiq AkbarMinggu, 18 Mei 2014 Melanjutkan artikel saya sebelumnya. Dalam artikel kali ini saya akan melunasi janji saya kepada pembaca dengan memberikan contoh pembuatan rekonsiliasi bank. Namun penulis berharap artikel ini dapat memberikan kontribusi bagi pelajar maupun praktisi. Ok, kita mulai saja ya. Menyambung soal Jono staff PT CAB yang menangani akun kas dan bank.

  Pada akhir bulan Juni PT CAB membuat laporan keuangan tengah semester dan mendapati saldo bank antara catatan perusahaan dan rekening koran-nya berbeda. Pada catatan PT CAB, saldo akun bank sebesar Rp. 26.900.000 namun pada rekening koran saldo akun tersebut sebesar Rp. 36.380.000. Dari Perbedaan ini kita akan mencoba membuat rekonsiliasi bank-nya.

  Ini saat pertama kalinya Jono membuat rekonsiliasi bank dan Jono bingung harus memulai dari mana. Jono pun teringan pelajaran semasa kuliahnya dulu, kemudian dia memutuskan untuk membuat rekonsiliasi dua kolom. Namun Jono bingun harus memulai dari mana. Tidak seperti halnya pada textbook, setiap soal pasti sudah diketahui masalahnya dan tinggal menjawab saja. Dalam prakteknya Jono harus mencari tahu sendiri permasalahan perbedaan saldo tersebut.

  Sebenarnya ada banyak cara/pola untuk mengerjakan rekonsiliasi bank, tidak ada urutan yang baku dalam mengerjakan rekonsiliasi bank. Setiap staff akuntan mungkin punya caranya sendiri- sendiri. Dalam artikel ini Jono membuat rekonsiliasi dua kolom dimana sebelah kiri adalah kolom rekonsiliasi atas pembetulan saldo bank dan di sebelah kanan adalah rekonsiliasi atas pembetulan saldo perusahaan. Dalam mengerjakan rekonsiliasi bank, penulis menyarankan pembuatan rekonsiliasi dimulai dari kejadian yang paling mudah diidentifikasi terlebih dahulu, seperti yang dilakukan Jono berikut ini:

  1. Cocokan saldo akun transaksi auto bank Langkah pertama yang dilakukan Jono adalah dengan memastikan apakah transaksi auto bank telah tercatat dalam akun bank perusahaan. Jono pun mulai mengambil rekening koran dan merekap seluruh transaksi auto bank dalam rekening koran kemudian mencocokkan transaksi tersebut dengan catatan perusahaan.

  Ternyata benar, transaksi tersebut belum tercatat dalam catatan perusahaan. Transaksi tersebut yaitu: a. Biaya administrasi bank : 500.000

  b. Biaya buku cek : 300.000

  c. Bea Materai : 50.000 d. Pendapatan Bunga Jasa Giro : 35.065.000

  e. Pajak Bunga Jasa Giro : 715.000 Kemudian Jono Sadar rekening tersebut merupakan rekening escrow dimana selain transaksi pendapatan ban beban bunga bank yang dilakukan secara otomatis, hutang dan beban bunga bank juga dilakukan secara otomatis dengan nilai:

  a. Hutang KMK (escrow) : 15.000.000

  b. Beban bunga pinjaman : 800.000 Dari kejadian ini, Jono langsung membuat tabel rekonsiliasi bank-nya sebagai berikut: Loh kok masih selisih *kata Jono. Sabar Jon, masih inget ga kalau rekonsiliasi itu tidak hanya transaksi auto bank saja. Dari sini Jono mulai berfikir untuk melanjutkan dengan kemungkinan adanya “deposit in transit” dan “outstanding check”

  2. Telusuri kemungkinan Deposit Intransit dan Outstanding Check Dari sini Jono mencoba menelusuri kemungkinan deposit in transit dengan mengumpulkan semua setoran untuk bulan itu (di dalam buku perusahaan pasti di sisi debit, terutama pada tanggal-tanggal menjelang tutup buku), cari setoran itu di dalam rekening koran satu-per-satu (biasanya di sisi kredit rekening koran). Setoran manapun yang tidak muncul di rekening koran, masukan ke dalam ‘Lembaran Kerja Rekonsiliasi’ di bagian “Setoran Dalam Perjalanan”. Lalu Jumlahkan. Misalnya ditemukan 3 setoran dalam perjalanan, sbb: Setoran tanggal 28/Juni/2014 = Rp 25,000,000 Setoran tanggal 29/Juni/2014 = Rp 10,000,000 Setoran tanggal 30/Juni/2014 = Rp 15,000,000

  Kemudian Jono menelusuri kemungkinan adanya outstanding check dengan mengumpulkan semua transaksi pengeluaran yang menggunakan cek pada bulan ini (di dalam buku perusahaan pasti di sisi kredit terutama pada tanggal-tanggal menjelang tutup buku), cari cek keluar tersebut di dalam rekening koran satu-per-satu (biasanya di sisi debit rekening koran). Setoran manapun yang tidak muncul di rekening koran, masukan ke dalam ‘Lembaran Kerja Rekonsiliasi’ di bagian “Cek Beredar”. Lalu Jumlahkan. Misalnya ditemukan 5 cek beredar, sbb: Cek No. 368801 = Rp 3,500,000 Cek No. 368805 = Rp 5,200,000 Cek No. 368810 = Rp 2,000,000 Cek No. 368812 = Rp 8,000,000 Cek No. 368817 = Rp 4,300,000 Cek Beredar = Rp 23,000,000 Dari rekonsiliasi deposit in transit dan outstanding check menghasilkan kertas kerja sebagai berikut: Loh kok masih selisih, padahal transaksi auto bank sudah dicatat, kejadian Deposit Intransit dan Outstanding Check pun sudah ditemukan,, apa salah ku tuhan *teriak si Jono. Jangan panik dulu, ingat-ingat kembali artikel sebelumnya. Masih ada kemungkinan Huaman error yaitu salah input data. Tapi kan transaksinya banyak, gimana ngeceknya *teriak si Jono lagi. Yaa mungkin kali ini Jono perlu usaha lebih keras lagi, atau istirahat mgopi-ngopi sebentar sebelum lanjut lagi.

  Ada banyak cara dalam menyelesaikan kasus yang terakhir ini, kita sebagai akuntan haruslah bertindak kreatif dalam menyelesaikan permasalahan ini. Paling tidak dengan berusaha menemukan kesalahan tersebut terlebih dahulu sebelum menyerahkannya ke menejemen puncak. Jiah bakal tombok nih *kata Jono.

  Salah satu cara yang dapat ditemput yaitu dengan penelusuran nomor cek dan slip setoran yang ada di rekening koran, lalu cocokan dengan buku besar perusahaan. Kalau saldo sebelumnya sudah sama atau sudah direkon bank-nya kan penelusuran bisa dilakukan untuk satu bulan rekening koran saja. Selanjutnya, kalau perusahan menggunakan software akuntansi yang memiliki fitur pencarian nomor cek maka Jono bisa langsung menelusuri. Jika softwere perusahaan tidak memiliki fitur tersebut, coba berkreasi dengan merubah data perusahaan ke dalam Excel (dengan menggunakan aplikasi yang bisa di-download di internet atau cara kreatif lainnya), lalu cari dengan menggunakan menu Find (Ctrl + F) yang ada di Excel.

  Dari sini, anggap saja Jono akhirnya berhasil menemukan perbedaan saldo pembayaran hutang. Pada rekening koran saldo tersebut senilai 66.790.000 dan pada buku besar sebesar 66.970.000. Setelah itu pastikan kembali dengan melihat dokumen terkait, misalnya invoice dari PT BOB atau cek yang diberikan ke PT BOB (supplier) atas pembelian barang dagang. Bila sama dengan saldo bank, langsung masukkan selisihnya kedalam rekonsiliasi bank.

  Kemudian setelah membuat kertas kerja rekonsiliasi ini Jono mulai membuat jurnal penyesuainya, untungnya Jono ingat dengan artikel suaraakuntan.blogspot.com sebelumnya. Di artikel sebelumnya dikatakan bahwa tidak semua rekonsiliasi dibuat jurnal penyesuayannya. Khusus untuk pembetulan atas saldo bank (deposit in transitdan outstanding check) tidak dibuat penyesuayan. So, mari kita buat jurnal penyesuayan untuk akun yang lain sebagai mana yang Jono buat dibawah ini:

  1. Transaksi auto debit:

  Pendapatan dan Beban Bank:

  D: Beban administrasi bank 500.000

  D: Beban buku cek 300.000

  D: Beban materai 50.000

  D: Beban pajak bunga 715.000

  D: Bank (Giro) 33.500.000 K: Pendapatan jasa giro 35.065.000

  Transaksi Escrow :

  D: Hutang Bank 10.000.000

  D: Beban Bunga Hutang 500.000 K: Bank (Giro)

  10.500.000

  2. Human Error

  D: Bank (Giro) 450.000

  K: Hutang 450.000 Dari jurnal tersebut kita dapat melihat pergerakan saldo bank PT CAB sebagai berikut: Dari tabel rekonsiliasi yang telah Jono buat, kita dapat menyimpulkan saldo bank yang seharusnya dicatat dalam laporan keuangan PT CAB adalah senilai Rp. 53.900.000. Kemudian, kita dapat menyimpulkan pula perbedaan saldo akun bank dan saldo rekening koran perusahaan per 30 Juni 2014 disebabkan adanya pelunasan piutang dari customer yang belum dicairkan atau proses kliringnya belum berhasil senilai Rp 50.000.000 dan adanya pembayaran cek yang belum dicairkan oleh supplier senilai Rp 23.000.000. Sebagai catatan atas kejadian outstanding check, menejemen sebaiknya melakukan klarifikasi kepada supplier (pemegang cek) mengenai kejadian ini untuk memastikan kebenaran dari cek yang belum dicairkan. Tak bosan penulis mengingatkan bahwa artikel ini dibuat berdasarkan tingkap pemahaman penulis. Komen dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh admin suaraakuntan.blogspot.com demi peningkatan pengetahuan kita bersama (para pembelajar akuntansi). Nantikan artikel suhuakbar.blogspot.com selanjutnya mengenai logika penjurnalan akuntansi. Dari sana akan berkembang lagi mulai dari penjurnalan akuntansi dasar, menengah, hingga perpajakan. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini.