MAKALAH KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA .pdf

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana
mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah
dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban
kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuanpertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang
ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut
mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan
agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman
budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks
peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.


1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kebudayaan Indonesia?
2. Seperti apa keberagaman budaya di Indonesia?
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi keberagaman Kebudayaan Indonesia ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud kebudayaan Indonesia?
2. Untuk mengetahui Seperti apa keberagaman budaya di Indonesia?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberagaman Kebudayaan
Indonesia ?

1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Sebelum kita memahami keberagaman kebudayaan Indonesia, terlebih dahulu patut
kiranya kita memahami arti kebudayaan itu sendiri, kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang
bersankutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa inggris diterjemhkan
dengan istilah culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil dari
bahasa latin colore yg berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
tanah. Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan manusiauntuk
mengolah dan mengubah alam. ada pula yang berpendapat bahwa kata budaya dari budi daya
yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa.

Definisi kebudayaan menurut para ahli, sebagai berikut:
1. Melville J. Herkovits
Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic karena kebudayaan yang
turun-temurun dari generasi ke generasi yang tetap hidup terus walaupun orang-orang
yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan
kelahiran.
2. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi
Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
3. E. B Taylor
Mengidentifikasikan bahwa kebudayaan sebagai komplikasi (jalinan) dalam
keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan,

hukum, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai
anggota masyarakat.
4. Andes Eppink
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur sosial, dan religius.
5. Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka memenuhi kehidupan manusia dengan cara belajar.
2

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan
Fischer menyatakan bahwa pembentukan kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, sbb:
1. Lingkungan Geografis
2. Induk Bangsa
3. Kontak Antar Bangsa dengan Berbagai Kebudayaan

Sifat-sifat dari kebudayaan
Sifat-sifat dari kebudayaan, adalah sebagai berikut :
1. Adaftif

Kebudayaan bersifat adaptif, artinya kebudayaan selalu mampu menyesuaikan diri, sifat
adaptif ini akan melengkapi manusia pendukungnya dengan menyesuaikan diri pada halhal seperti kebutuhan fisiolologis badan mereka sendiri, lingkungan fisik-geografis dan
lingkungan sosial.
2. Integratif
Kebudayaan bersifat Integratif artinya kebudayaan memadukan semua unsur dan sifatsifatnya menjadi satu, bukan sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan
saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki dalam suatu kebudayaan tidak dapat dengan
mudah dimasukan kedalam kebudayaan lain.
3. Dinamis
Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah dan terus bergerak
mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat. Dinamika kehidupan sosial
budaya terjadi sebagai akibat dari interaksi manusia dengan lingkungan sekitar,
penafsiran-penafsiran atau interpretasi yang berubah tentang norma-norma, dan nilai-nilai
sosial budaya yang berlaku

2.3. Keberagaman Budaya Indonesia
Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia . keragaman
budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri keberadaanya. Dalam konteks
pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat
Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan
pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan
3

yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik
masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang
dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya
kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri
Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar
pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun
interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada
dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan
budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal terbesar di pulau –
pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang
bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga
perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan

masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan=pertemuan dengan budayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga
berkembang dan meluasnya

agama-agama

besar di

Indonesia

turut

mendukung

perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga mencerminkan kebudayaan agama tertentu.
Bias di katakana bahwa Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman
budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudaya
kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,
tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai keungulan

di bandingkan dengan Negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang
lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara social budaya dan politik
masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang
di rangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan di jalin tidak hanya meliputi antar
kelompok sukubangsa yang berbeda,namun juga meiliputi antar peradaban yang ada di dunia.
Labuhnya kapal-kapal portugis di banten pada abad pertengahan missal nya telah membuka
diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar
pedagang Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun
interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singungan-singungan peradaban ini pada
4

dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan
budaya local di tengah-tengah singgunagn antar peradaban itu.

2.4. Bukti sejarah
Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara
berdampingan ,saling mengisi, dan ataupun berjalan secara parallel. Misalnya kebudayaan
kraton atau kerjaan yang berdiri sejalan secara parallel dengan kebudayaan berburu meramu
kelompok masyarakat terentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana

kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan parallel dengan kebudayaan rural atau
pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang jauh hidup terpencil. Hubunganhubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka Tunggal
Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamanya bukan hanya mengacu
kepada keanekaragaman kemlompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.
Didasari pula bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa kurang lebih 700’an suku
bangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta
keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang sesunguh nya
rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang di milikinya maka potensi
konflik yang di punyai juga akan semakin tajam. Perbedaan=perbedaan yang ada dalam
masyarakat akan terjadi pendorong untuk mempekuat isu konflik yang muncul di tengahtengah masyarakat dan keragaman kebudayaan

2.5. Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia
Ada 3 (tiga) faktor utama yang mendorong terbentuknya keberagaman budaya
Indonesia sebagai berikut:
1.

Latar Belakang Historis
Dalam perjalanan sejarah menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal

dari Yunani (wilayah Cina Bagian Selatan). Sebelum tiba di Nusantara mereka berhenti di

berbagai tempat dan menetap dalam jangka waktu yang lama, bahkan mungkin hingga
beberapa generasi. Selama bermukim di tempat-tempat tersebut, mereka melakukan adaptasi
dengan

lingkungannya.

Mereka

mengembangkan

pengetahuan,

pengalaman,

dan

keterampilan-keterampilan khusus sebelum melakukan perjalanan. Dengan perbedaan
pengalaman dan pengetahuan telah menyebabkan timbulnya perbedaan suku bangsa dengan
budaya yang beranekaragam di Indonesia.
5


2.

Perbedaan Kondisi Geografis
Perbedaan-perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa dan

keberagaman budaya Indonesia. Hal itu berkaitan dengan : Pola kegiatan ekonomi,
Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya: nelayan, pertanian, kehutanan, dan
perdagangan. Sehingga mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan
cocok dengan lingkungan geografis mereka tanpa mengganggu kebudayaan yang lainnya.

3.

Keterbukaan terhadap Kebudayaan Luar
Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari

besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia.
Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang India, Cina, dan Arab di susul oleh
bangsa Eropa. Bangsa tersebut datang membawa kebudayaan yang beranekaragam.

Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling cepat megalami
perubahan. karena:


Dengan semakin banyaknya sarana dan prasaranatransportasi,



Hubungan antar kelompok semakin intensif dan



Semakin sering mereka melakukan pembauran

Sementara daerah-daerah yang terletak jauh dari pantai umumnya tidak banyak
terpengaruh budaya luar, sehingga kebudayaannya berkembang dengan corak khas.
Contoh: jakarta salah satu contoh kota pelabuhan, memiliki corak kebudayaan yang cukup
beragam yaitu dengan adanya Budaya Betawi memiliki sedikit budaya Cina, Arab, dan India.
Hal ini diakibatkan oleh beragamnya orang yang datang/singgah di kota ini sehingga
terjadinya pembauran kebudayaan.

2.6. Manfaat Keberagaman Budaya
Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh negara
Indonesia. Dengan demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita.
Beberapa manfaat keberagaman budaya, sebagai berikut :
1. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat
memperkaya perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.
2. Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan
pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.
6

Masalah Yang Timbul Akibat Keberagaman Budaya
Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki
keanekaragaman budaya.
Menurut Naskun, adanya keanekaragaman budaya tersebut membuat masyarakat
multikultural memiliki karakteristik umum sbb :
1. Adanya sub-sub kebudayaan yang bersifat saling terpisah.
2. Kurang berkembangnya sistem nilai bersama atau konsensus.
3. Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut secara
relatif rigid dan murni.
4. Sering timbul konflik-konflik sosial atau kurangnya integrasi.

Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki karakteristik
umum sebagai berikut:
1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering memiliki subkebudayaan yang satu sama lain berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai
yang bersifat dasar.
4. Secara relatif, seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalam
bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.

Keberagaman merupakan suatu keadaan yang dapat mendatangkan fenomena baru yang
positif dan negatif (tidak diinginkan). Namun jika keduanya kita telusuri dan kita kaji lebih
jauh, merupakan gejala-gejala yang wajar terjadi dalam masyarakat. Selain membawa
manfaat, keberagaman budaya pun memiliki dampak negatif dengan dasar berbeda-beda itu
tidak dapat bergaul satu sama lainnya. Potensi terpendam untuk terjadinya konflik karena
ketegangan antar suku bangsa dan golongan tidak bisa diabaikan begitu saja.

7

Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik pada
masyarakat Indonesia sbb:
1. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contoh: konflik
Aceh dan Papua.
2. Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara
kelompok yang berlainan suku bangsa. Contoh: konflik yang terjadi di sambas.
3. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap
warga suku bangsa lain. Contoh: konflik yang terjadi di sampit.
4. Apabila terjadi potensi konflik terpendam, yang bertikai secara adat. Contoh: konflik
antar suku di papua.
5. Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa bentuk konflik, sbb:
a. Konflik Rasial
Konflik yang diakibatkan dari perbedaan-perbedaan dalam diri mereka terhadap
individu dan ras lainnya. Pertentangan rasional bukan saja disebabkan oleh
perbedaan ciri-ciri fisik saja, tetapi kadang-kadang juga diperuncing oleh
perbedaan dan benturan dalam hal sosial, ekonomi, politik, atau karena jumlah ras
tertentu lebih banyak dari ras lainnya.
b. Konflik Antar Suku Bangsa
Bahasa yang digunakan menjadi perbedaan antar suku bangsa, ada juga perbedaan
adat istiadat dalam pergaulan sehari-hari, kesenian yang dikembangkan, sistem
kekerabatan yang dianut, dan penguasaan tekhnologi.
Konflik ini terjadi terlebih jika keduanya mengalami kemunduran dalam beberapa
hal, misalnya dalam hal ekonomi yang diikuti oleh kecurigaan-kecurigaan
terhadap suku tertentu atas penguasaan sumber-sumber ekonomi politik.
c. Konflik Antar Agama
Keanekaragaman agama yang dianut seringkali mendatangkan perbedaanperbedaan, baik dalam cara berpakaian, bergaul, peribadatan, adat pernikahan,
hukum waris, kesenian, dan atribut-atribut keagamaan lainnya.
Jika para pemeluknya tidak menghayati secara mendalam dan benar inti dari
ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama-agama mereka, akan sangat potensial
untk terjadinya konflik, bahkan sampai pada tingkat konflik politik. Konflik
seperti ini juga sangat dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah penganut agama
tertentu dalam suatu masyarakat.
8

Masyarakat Indonesia terdri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari
13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya
yang berbeda-beda. Seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem
kepercayaan, dan sebagainya. Dengan identitas yang berbeda-beda ini, kita dapat
mengatakan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan lokal yang sangat beragam.

2.7. Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia
Berikut ini pembahasan mengenai beberapa contoh budaya lokal di Indonesia:
1. Kebudayaan Lokal Masyarakat Sunda
Secara administratif, suku bangsa Sunda sebagian besar mendiami propinsi
Jawa Barat. Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda mengenal sistem Parental, yaitu
mengikuti garis keturunan kedua orang tua, ayah, dan ibu. Bahasa percakapan yang
dipakai adalah bahasa Sunda. Bahasa ini mengenal tingkatan dari bahasa yang
paling halus sampai kasar. Bahasa Sunda berkembang di daerah Priangan, seperti di
Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. Bahasa
sunda yang tidak halus berkembang di daerah Banten, Karawang, Bogor, dan
Cirebon. Bahasa Sunda yang dipakai oleh masyarakat Badui do Banten Selatan
disebut bahasa Sunda Buhun (Kuno).
Masyarakat Sunda memiliki beragam kesenian tradisional. Alat musik
tradisional masyarakat Sunda adalah angklung. Alat musik Sunda juga memiliki
pertunjukan seperti reog, calung, wayang golek,gendang pencak, dan sejumlah
tarian-tarian seperti tari jaipong dan tari topeng. Kesenian tradisional tersebut
umumnya dipertunjukkan pada upacara selamatan pernikahan, sunatan, meruwat
rumah, dan syukuran.

2. Kebudayaan Lokal Masyarakat Tengger
Suku tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mendiami
wilayah sekitar Pegunungan Bromo, Jawa Timur. Masyarakat mempunyai ciri khas
yang dapat dilihat dari dialek bahasa, upacara adat yang berdasarkan sistem
kepercayaannya, serta perilaku yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.
Dalam kehidupan orang Tengger mempunyai kebiasaan mengangkat orang luar
menjadi warga baru atau sesepuh masyarakat Tengger. Proses pengangkatan ini
dilakukan melalui upacara wisuda yang dipimpin oleh ketua adat atau kepala
dukun.
9

Sebagian masyarakat Tengger beragama Hindu Mahayana. Setiap tahun,
mereka mengadakan upacara Kasodo, yaitu upacara dalam rangka pengiriman
kurban kepada leluhur yang ada di Kawah Gunung Bromo. Puncak upacara Kasodo
berlangsung tepat pada tengah malam, yaitu berupa pemilihan dukun-dukun baru.
Setelah itu, dilakukan pelemparan Ongkek (persembahan penduduk) ke kawah
Bromo. Acara ini mengakhiri keseluruhan upacara Kasodo yang berlangsung
hingga subuh menjelang matahari terbit.

3. Kebudayaan Lokal Masyarakat Batak
Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa yang melindungi Pulau
Sumatera. Suku bangsa ini dikenal masyarakat sebagai perantau karena banyak
yang mengadu nasib ke berbagai daerah terutama di kota-kota besar. Meskipun
tersebar di berbagai daerah, suku bangsa Batak dikenal sangat menjunjung tinggi
kebudayaan sekalipun tidak tinggal di kampung halamannya.
Suku bangsa Batak memiliki beragam kesenian tradisional. Dalam seni ukir
dapat dilihat pada motif-motif pakaian adat serta tiang-tiang rumah adat yang
memiliki srti simbolis tertentu. Selain itu, terdapat berbagai lagu-lagu daerah dan
tari-tarian. Tarian tradisional yang cukup terkenal adalah tarian Mandula dan tari
Sekar Sirih. Tari Mandula adalah tarian rakyat Simalungun saat menyambut panen,
sedangkan tari Sekar Sirih adalah tarian menyambut tamu.

4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Bugis
Suku bangsa Bugis adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi
Selatan. Sejak dahulu suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa Pelaut, sehingga
mereka juga tinggal di daerah-daerah luar Sulawesi Selatan. Di beberapa daerah,
seperti di Flores dan Kalimantan, suku bangsa Bugis membentuk perkampungan
sendiri. Pada naskah-naskah kuno bangsa Bugis, huruf yang dipakai adalah aksara
Lontara. Setelah masuknya pengaruh Islam pada abad ke-17, naskah-naskah
kebanyakan ditulis dalam aksara bahasa Arab, yang disebut aksara Serang.
Kesenian msyarakat Bugis dapat dilihat dari bentuk arsitektur rumah dan ukirukiran pada tiang atau gerbang rumah. Selain itu, dapat dilihat pada bentuk-bentuk
kerajinan rumah tangga seperti tenunan sarung yang sudah cukup dikenal luas di
Indonesia serta seni tarik suara dan tarian.

10

5. Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak
Suku bangsa Dayak dianggap sebagai suku bangsa asli Pulau Kalimantan.
Masyarakat Dayak mengenal sistem ambilineal, yaitu mengikuti garis keturunan
laki-laki dan perempuan. Sebagian besar anak laki-laki atau perempuan yang sudah
menikah akan tetap tinggal bersama orang tuanya. Inilah yang membentuk keluarga
luas (ultralokal). Masyarakat Dayak tidak melarang anak perempuannya menikah
dengan laki-laki suku bangsa lain asalkan mereka mau tinggal bersama keluarga
istrinya.
Masyaraka Dayak memiliki beragam kesenian, baik seni musik, tarian, seni
ukir, ataupun tenun. Alat musik tradisional yang biasa dipakai umumnya terbuat
dari bambu atau kayu yang dimainkan dengan cara dipikul berirama mengikuti
tarian dan lagunya. Tarian-tarian masyarakat Dayak antara lain tari Tambun, Balean
Dades, dan Bungai. Tarian tersebut pada umumnya dibawakan ketika upacaraupacara adat. Seni ukir dapat dilihat pada tiang-tiang rumah yang diukir dengan
tangan dan memiliki simbol-simbol tertentu. Selain itu, seni ukir masyarakt Dayak
berupa patung-patung yang terbuat dari kayu. Sedangkan kain tenun yang terkenal
terbuat dari bahan kapas dan kulit kayu.

6. Kebudayaan Lokal Masyarakat Lio
Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk yang menempati Pulau Flores,
NTT. Kelompok yang sangat penting adalah kelompok yang disebut “SUKU”.
Kelompok ini dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang dipuncaknya duduk
kepala suku yang secara turun-temurun dijabat oleh anak laki-laki sulung. Selain
berstatus sebagai “orang tua”, ia juga sebagai “ahli waris”.
Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian tradisional. Dalam seni
pahat dan arsitektur dapat dilihat pada bentuk rumah adat yang disebut Sao Ria.
Selain itu, mereka juga membuat patung yang disebut Anadeo yang dikeramatkan
sebagai penunggu ruah adat. Mereka juga menghasilkan hasil kain tenun tradisional
dengan motif yang khas pada kain sarung, selimut, dan selendang.

7. Kebudayaan Lokal Masyarakat Asmat
Daerah kebudayaan masyarakat Asmat meliputi daerah pegunungan Papua
Selatan. Suku bangsa Asmat umumnya dikelompokkan atas Asmat Hilir dan Asmat
Hulu. Suku bangsa Asmat Hilir hidup di dataran rendah di sepanjang pantai yang
11

masih diselimuti hutan dan rawa. Suku bangsa AsmatHulu hidup di daerah dataran
tinggi yang berbukit-bukit dengan padang rumput yang cukup jelas.
Keluarga-keluarga suku bangsa Asmat umumnya tinggal di rumah-rumah
panggung yang disebut tsyem. Sebuah kelompok kekerabatan Asmat terdiri atas 1015 tysem yang mengelilingi sebuah rumah adat yang di sebut yew. Yew berfungsi
sebagai rumah keramat dan tempat upacara keagamaan.
Masyarakat Asmat juga mengenal pemimpin adat yang disebut aipem.
Pemimpin adat biasanya orang-orang yang pandai, bijaksana, dan kuat. Orang yang
pandai dalam berburu. Orang yang pandai dalam membuat patung (wow-iptis) akan
menjadi pemimpin para pembuat patung.
Kesenian masyarakat Asmat identik dengan kepercayaan dan upacara-upacara
keagamaan terutama seni ukir patung, topeng, dan perisai.

8. Kebudayaan Masyarakat Minangkabau
Daerah asal kebudayaan minangkabau seluas propinsi Sumatera Barat.
Tersebar juga di beberapa tempat di Sumatera dan juga di Malaya. Garis keturunan
masyarakat Minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal (Suatu adat
masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu) kesatuan
keluarga yang terkecil adalah Paruik.
Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang
menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat patrilineal di
Indonesia sebagai contohnya adalah suku Batak, suku Rejang, dan suku Gayo.

9. Kebudayaan Masyarakat Aceh
Yang termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung ke dalam
bagian utara pulau Sumatera, juga meliputi wilayah Simeuleu, We, Breuh, dan
pulau-pulau lain yang ada di sekitarnya. Desa bagi orang Aceh disebut Gampong.
Setiap gampong terdiri atas 100-500 rumah.

10. Kebudayaan Masyarakat Jawa
Stratifikasi sosial dalam masyakat Jawa mendapat pengaruh dari Kraton.
Dimana kaum bangsawan dan keturunannya serta pegawai pemerintahan dan kaum
terpelajar (priyayi) menempati posisi lapisan sosial atas, sementara petani di desa

12

dan masyarakat kebanyakan yang digolongkan dalam Wong Cilik. Pada lapisan
tingkat kepala desa (petinggi) dibantu oleh beberapa bawahannya, yaitu


Carik



Kamitua : bertindak sebagai kepala dukuh/kampung



Kebayan : berperan sebagai humas internal desa yang menyampaikan segala

: bertindak sebagai sekretaris desa

hal terkait kebijakan kepala desa untuk menyampaikan kepada masyarakatnya.


Kaum/Modin : mengurusi soal perkawinan, masalah keagamaan, dan kematian

11. Kebudayaan Masyarakat Bali
Ada dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga dan Bali
Majapahit. Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang kurang mendapat pengaruh dari
kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan umumnya mendiami daerah-daerah
pegunungan. Sedangkan Masyarakat Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di
daerah-daerah dataran dan menjadi mayoritas Bali.

12. Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar
Kebudayaan ini mendiami bagian terbesar wilayah selatan Pulau Sulawesi.
Dalam berkomunikasi, orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makasar
menggunakan bahasa Mangasara.

13

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan bersama yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yang merupakan puncak tertinggi dari kebudayaan-kebudayaan daerah.
Kebudayaan nasional sendiri memiliki banyak bentuk karena pada daasarnya berasal dari
jenis dan corak yang beraneka ragam, namun hal itu bukanlah menjadi masalah karena
dengan hal itulah bangsa kita memiliki karakteristik tersendiri.
Untuk memelihara dan menjaga eksisitensi kebudayaan bangsa kita, kita bisa melakukan
banyak hal seperti mengadakan lomba-lomba dan seminar-seminar yang bernafaskan
kebudayaan nasional sehigga akan terjagalah kebudayaan kita dari keterpurukan karena
persaingan dengan budaya luar. Dan dalam menyikapi keberagaman yang ada kita harus bisa
bercermin pada inti kebudayaan kita yang beragam itu karena pada dasarnya segalanya
bertolak pada ideology pancasila.
Untuk menghadapi dampak negatif keberagaman budaya tentu perlu dikembangkan berbagai
sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman dan membangun benteng saling
pengertian.

Gagasan

yang

menarik

untuk

diangkat

dalam

konteks

ini

adalah

multikulturalisme dan sikap toleransi dan empati.

3.2. Saran


Peran pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang
dapat mengakomodasikan aprisiasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang
berbeda beda.



Peran masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan
kesamaan yang dimiliki oleh setiap budaya daerah.

14

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press
Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

15