PRAKTIKUM 1 KONVERSI ENERGI SDA Pra Stud

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
KONVERSI ENERGI SUMBER DAYA AIR
(2. Prinsip Pembangkitan Tenaga Air Skala Kecil dan Penentuan Komponen)
Oleh :
Kelompok/Shift

: 1 (Satu) / Shift 1 TTA

Hari, Tanggal Praktikum

: Jumat, 16 Maret 2018

Nama (NPM)

: 1. Rusydah Ulfa D

(240110150016)

2. Rizal Hadyan F


(240110150021)

3. Siti Hana Nur S

(240110150039)

Asisten Praktikum

: 1. Akbar Anugrah, S.TP.
2. Novan Hermawan

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Salah satu pemanfaatan air yang cukup cerdas adalah dibentuknya pembangkit

listrik tenaga air. Manfaat air yang cukup besar dan berpengaruh terhadap kehidupan
manusia secara keseluruhan ini harusnya diimbangi dengan kesadaran menjaga
sumber air yang ada di bumi. Pemanfaatan air untuk digunakan sebagai Pembangkit
Listrik Tenaga Air akan jauh lebih berguna bagi kehidupan. Air dan listrik menjadi
dua kebutuhan yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Mikrohidro atau yang
dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah suatu
pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga
penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air.
Proses perencanaan sistem PLTMH terdiri dari beberapa tahap. Pra- feasibility
study dilakukan untuk menentukan lokasi yang cocok dan paling memenuhi syarat
(teknis dan non teknis) dari beberapa lokasi yang diusulkan, yang nantinya akan
dibutuhkan pengembangan dan investigasi lebih lanjut. Oleh karena itu penilaian
pada tahap awal akan di tinjau ulang dan dikerjakan dengan lebih detail. Beberapa
pilihan diberikan, kemudian mengadakan peninjauan dan rekomendasi pilihan yang

mana yang harus ditindaklanjuti lebih jauh ketingkat Feasibility Study (Studi
Kelayakan).
1.2

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari pembangkit listrik tenaga air.
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep pembangkit listrik tenaga air.
3. Mahasiswa dapat mengetahui komponen pembangkit listrik tenaga air.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi studi kelayakan (teknis dan non teknis).
5. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tahapan pra-studi kelayakan (Prafeasibility study.

1.3

Metodologi Pengamatan dan Pengukuran

1.3.1

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah sebagai berikut:
1. Bagan Studi kelayakan
2. Kriteria Pra-Studi Kelayakan
3. Modul Praktikum

1.3.2

Metode Pelaksanaan
Adapun prosedur dalam melaksanakan praktikum kali ini diantaranya :

1.

Praktikan memahami konsep PLTMH.

2.

Melakukan analisis terhadap komponen teknis dan non-teknis dalam studi

kelayakan PLTMH.

3.

Praktikan melakukan diskusi mengenai pra-studi kelayakan

4.

Praktikan memaparkan hasil diskusi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit

listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya,
seperti: saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi
terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan sebuah istilah yang

terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air. Secara teknis,
mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai sumber energi), turbin
dan generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki
perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan energi
potensial jatuhan air (head). (Kusdiana, 2008)
Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar energi potensial air yang dapat
diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis (tata letak sungai), tinggi
jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan
air menjadi tinggi. Air dialirkan melalui sebuah pipa pesat ke dalam rumah
pembangkit yang pada umumnya di bagian tepi sungai untuk menggerakkan turbin
atau kincir air mikrohidro. Energi mekanik yang berasal dari putaran poros turbin
akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator. Mikrohidro bisa
memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian
air 2.5 meter dapat dihasilkan listrik 400 W. Beberapa keuntungan yang terdapat
pada pembangkit listrik tenaga mikro hidro adalah sebagai berikut:
1.

Dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis yang lain, PLTMH ini cukup
murah karena menggunakan energi alam;


2.

Memiliki konstruksi yang sederhana dan dapat dioperasikan di daerah terpencil
dengan tenaga terampil penduduk daerah setempat dengan sedikit latihan;

3.

Tidak menimbulkan pencemaran;

4.

Dapat dipadukan dengan program lainnya seperti irigasi dan perikanan.

5.

Dapat mendorong masyarakat agar dapat menjaga kelestarian hutan sehingga
ketersediaan air terjamin. (Kusdiana, 2008)

2.1.1


Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air
Klasifikasi dari pembangkit listrik tenaga air perlu ditentukan terlebih dahulu

untuk mengetahui karakteristik tipe/ jenis pembangkit listrik. Mengklasifikasikan
sistem pembangkit listrik perlu dilakukan terkait dengan sistem distribusi energi
listrik. Klasifikasi pembangkit listrik dapat ditentukan dari beberapa faktor yakni:
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.


8.

Berdasarkan tinggi jatuh (head)
a.

Rendah (< 50 m)

b.

Menegah (antara 50 m dan 250 m)

c.

Tinggi (> 250 m)

Berdasarkan tipe eksploitasi
a.

Dengan regulasi aliran air (tipe waduk)


b.

Tanpa regulasi aliran air (tipe run off river)

Berdasarkan sistem pembawa air
a.

Sistem bertekanan (pipa tekan)

b.

Sirkuit campuran (pipa tekan dan saluran)

Berdasarkan penempatan rumah pembangkit
a.

Rumah pembangkit pada bendungan

b.


Rumah pembangkit pada skema pengalihan

Berdasarkan metode konversi energi
a.

Pemakaian turbin

b.

Pemompaan dan pemakaian turbin terbalik

Berdasarkan tipe turbin
a.

Impulse

b.

Reaksi

c.

Reversible

Berdasarkan kapasitas terpasang
a.

Mikro (< 100 kW)

b.

Mini (antara 100 kW dan 500 Kw)

c.

Kecil (antara 500 kW dan 10 MW)

Berdasarkan debit desain tiap turbin
a.

Mikro (Q < 0,4 m3/dt)

b.

Mini ( 0,4 m3/dt < Q < 12,8 m3/dt)

c.

Kecil (Q > 12,8 m3/dt)
(Arismunandar dan Kuwahara, 2014)

2.1.2 Bagian dan Komponen PLTMH
Pembangkit listrik tenaga mikro hidro dapat dipetakan sebagai suatu sistem
yang terdiri dari beberapa komponen bangunan sipil serta komponen elektrikal dan
mekanikal, sebagai berikut:
1.

Bendungan (Weir). Bendungan (weir) atau waduk dapat adalah bangunan yang
berada melintang sungai yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran air.
Konstruksi bendungan (weir) bertujuan untuk menaikkan dan mengontrol
tinggi air dalam sungai secara signifikan sehingga elevasi muka air cukup
untuk dialihkan ke dalam intake pembangkit listrik tenaga mikrohidro.

2.

Saluran Penyadap (Intake). Saluran penyadap adalah bagian dari konstruksi
sipil yang digunakan untuk masuknya air dari sungai menuju saluran pembawa
dengan dilengkapi penghalang sampah.

3.

Saluran Pembawa (Headrace). Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan
air dari intake sampai ke kolam penenang. Selain itu, saluran ini juga berfungsi
untuk mempertahankan kestabilan debit air. Saluran air untuk sebuah
pembangkit skala kecil cenderung untuk memiliki bangunan yang terbuka.

4.

Saluran Pelimpah (Spillway). Saluran pelimpah berfungsi untuk mengurangi
kelebihan air pada saluran pembawa.

5.

Kolam Penenang (Forebay). Kolam penenang berfungsi untuk mengendapkan
dan menyaring kembali air agar kotoran tidak masuk dan merusak turbin.

6.

Pipa Pesat (Penstock). Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi
untuk mengalirkan air dari kolam penenang (forebay) menuju turbin air.

7.

Rumah Pembangkit (Power House). Pada rumah pembangkit ini terdapat
turbin, generator dan peralatan lainnya. Bangunan ini menyerupai rumah dan
diberi atap untuk melindungi peralatan dari hujan dan gangguan-gangguan
lainnya.

8.

Saluran Pembuang (Tailrace). Saluran pembuang berfungsi untuk mengalirkan
air keluar setelah memutar turbin.

9.

Turbin. Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi
mekanik. Air akan memukul sudu-sudu dari turbin sehingga turbin berputar.
Perputaran turbin ini dihubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai
jenis seperti turbin Francis, Kaplan, Pelton, dan lain-lain.

10.

Generator. Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan
gearbox, memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet di
dalam generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan
arus AC.

11.

Sistem Kontrol. Sistem kontrol berfungsi untuk menyeimbangkan energi input
dan energi output dengan cara mengatur input (flow) atau mengatur output
(listrik) sehingga sistem akan seimbang.

12.

Panel Hubung dan Lemari Hubung. Jenis dan pengaturan suatu panel hubung
(switch board) ditentukan dengan memperhatikan jumlah unit peralatan,
jumlah rangkaian saluran transmisi, sistem kontrol, jumlah petugas kerja
(operating personel) serta skala dan pentingnya pusat listrik yang
bersangkutan.

13.

Jaringan Distribusi. Jaringan distribusi terdiri dari kawat penghantar, tiang,
isolator, dan transformator. Jaringan tersebut dapat menggunakan kawat
penghantar berbahan aluminium atau bahan campuran lain. (Riadi, 2016)

Gambar 1. Skema PLTMH
(Sumber: Dimyati, 2010)
2.2

Studi Kelayakan
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah kajian yang dilihat dari berbagai

segi aspek baik aspek legalitas, aspek teknis, pemasaran, sosial ekonomi maupun
manajemen dan keuangan, yang hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan

suatu proyek dijalankan, ditunda, atau tidak dijalankan. Studi kelayakan dibutuhkan
oleh banyak kalangan, terutama bagi para investor, bank selaku pemberi kredit, dan
pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundangundangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya.
Studi Kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi baik pada
suatu proyek maupun bisnis yang sedang berjalan. Studi kelayakan yang dilakukan
untuk menilai kelayakan sebuah proyek yang akan dijalankan disebut studi
kelayakan proyek, sedangkan studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai
kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha disebut studi kelayakan bisnis.
Maksud layak atau tidak layak disini adalah perkiraan bahwa proyek yang akan dapat
atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan.
(Chen, 2011)
2.2.1 Studi Kelayakan Teknis dan Non Teknis
Studi kelayakan teknis merupakan studi identifikasi potensi berdasarkan
barometer (parameter) kuantitatif teknis yang dapat menentukan apakah lokasi
potensi tersebut memenuhi kriteria-kriteria persyaratan (standar) layak secara aspek
teknis. Berdasarkan persyaratan (standar) layak tersebut, suatu rencana pembangunan
PLTMH yang diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat dievaluasi
sehingga dapat dinyatakan kelayakannya secara aspek teknis. Bagian yang termasuk
kedalam studi kelayakan teknis adalah studi kelayakan aspek hidrologi, sipil dan
mekanikal elektrikal. Sedangkan studi kelayakan non-teknis merupakan parameter
(kualitatif) yang menentukan apakah lokasi potensi dapat memenuhi kriteria-kriteria
persyaratan (standar) secara aspek non teknis. Bagian yang termasuk kedalam studi
kelayakan non teknis adalah studi kelayakan aspek ekonomi, sosial budaya,
lingkungan dan keberlanjutan. (Damanik dkk, 2008)
2.3

Pra Studi Kelayakan
Studi potensial atau pra FS merupakan suatu kajian untuk mengetahui potensi

daya dan energi serta mempelajari gambaran kelayakan awal dari calon tapak
pembangkit listrik yang akan di kembangkan. Sebelum dilakukan Penyusunan Studi
Kelayakan PLTMH, perlu didahului suatu kajian umum atau penjajakan awal yang

dapat memberikan informasi dan data tentang mungkin tidaknya suatu sungai yang
ada tersebut untuk dipakai sebagai sumber energi pembangkit suatu PLTMH.
Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan Pra-FS. Dengan diadakannya survey awal
ini, studi potensi PLTMH dapat diputuskan untuk dilanjutkan atau tidak. Waktu
pelaksanaan kegiatan Studi Potensi/Pra FS adalah 4 minggu yang meliputi :
a. Desk Study/Study Peta;
b. Analisa hidrologi awal;
c. Site Head Survey;
d. Consep Design;
e. Estimasi Biaya Proyek Awal;
f. Analisa Kelayakan Proyek Awal. (Brawisi, 2016)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Hasil Praktikum

3.1.1

Pra Feasibility Study

1.

Total panjang jaringan jaringan transmisi / distribusi dan jarak pembangkit
terhadap penerima daya / titik beban terjauh untuk sistem off- grid atau jarak
pembangkit terhadap titik interkoneksi untuk sistem on–grid masih
memungkinkan.

2.

Jumlah calon konsumen (orang, KK, penduduk, rumah tangga) tersedia.

3.

Potensi daya listrik terbangkit mencukupi.

4.

Kontinuitas ketersediaan air.

5.

Tidak menurunkan fungsi sitem yang ada.

6.

Lokasi pembangkit tidak berada dikawasan cagar alam / budaya yang
melarang pembangunan fisik permanen dilokasi tersebut.

7.

Adanya potensi SDM atau instruksi lokal yang dapat dikembangkan sebagai
pengelola PLTMH.

8.

Kejelasan status penguasaan / kepemilikan dan peruntukan lahan.

9.

Dana dan biaya yang diperlukan untuk pembangunan PLTMH.

3.1.2

Bagan Studi Kelayakan (FS)

studi kelayakan
(FS)

FS Ekonomi
/ finace

FS sosial
budaya

point 2
point 6
point 7

point 9

perhitungan biaya

- mencari data
- wawancara

FS
mekanik
electric

FS sipil

FS hidrologi

- point 4
- point 5

- point 1
- point 6

- survei lokasi '
- perhitungan
lapangan

FS
lingkungan

FS
keberlanjutan

- point 4
- point 5
- point 6

- point 1
- point 3

- survei lokasi
- perhitungan lapangan
- berdasarkan literatur

- survei lokasi
- perhitungan
lapangan

- survei lokasi
- wawancara

Gambar 2. Bagan Studi Kelayakan Berdasarkan Kriteria Pra-FS

point 7

pengecekan
status

Nama : Rusydah Ulfa Davega
NPM : 240110150016
3.2

Pembahasan
Pra-FS atau pra-feasibility study (studi kelayakan) merupakan langkah atau

penjajakan awal yang dapat memberikan informasi dan data tentang layak tidaknya
suatu sungai yang ada pada lokasi tertentu untuk dipakai sebagai sumber energi
pembangkit suatu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), dimana
PLTMH adalah suatu sistem pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas kecil
yang umumnya sesuai untuk pengguna atau penduduk yang tinggal terpisah dari
jarak listrik komersial. Pra-FS menjadi tolak ukur mendasar yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan dilanjutkan atau tidaknya pembangunan PLTMH.
Berdasarkan pada bagan studi kelayakan (Gambar 1) yakni lingkup studi kelayakan
pembangunan PLTMH secara teknis meliputi FS hidrologi, FS sipil, FS mekanikal
elektrikal. Sedangkan studi kelayakan non teknis pada pembangunan PLTMH
meliputi aspek ekonomi atau finansial, sosial budaya, lingkungan, dan keberlanjutan.
Kriteria pertama dari Pra-FS yakni total panjang jaringan transmisi atau
distribusi dan jarak pembangkit terhadap penerima daya atau titik beban terjauh
untuk sistem off-grid atau jarak pembangkit terhadap titik interkoneksi untuk sistem
on-grid masih memungkinkan, kriteria pertama tersebut termasuk dalam studi
kelayakan teknis: FS sipil, FS mekanika elektrikal, FS ekonomi dan FS lingkungan.
FS sipil dimaksudkan bahwa secara teknis sipil program pembangunan mikrohidro
yang akan dilaksanakan tersebut layak atau sesuai untuk menopang terbangunnya
PLTMH dengan sistem off grid dan on-grid untuk setiap titik bebannya masingmasing. Berikutnya FS mekanika elektrikal yang mana mengumpulkan dan
menganalisa data total panjang jaringan transmisi, distribusi dan jarak pembangkit
sesuai dengan titik beban yang berbeda. Kemudian FS ekonomi Studi ini
dimaksudkan untuk mengetahui biaya pembangunan PLTMH misalnya panjang
kabel yang dibutuhkan untuk jaringan transmisi. Terakhir, FS lingkungan yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada instansi terkait serta masyarakat
setempat, bahwa tidak ada dampak yang serius terhadap kerusakan lingkungan
sehubungan dengan akan dibangunnya PLTMH di lokasi tersebut.
Kriteria kedua adalah Jumlah calon konsumen (orang, rumah, kepala
keluarga) tersedia dimana kriteria ini masuk kedalam studi kelayakan teknis FS
sosial budaya dimana menunjukkan dengan melakukan pendekatan kepada

masyarakat dan konsumen dilakukan mulai dari tahap penyusunan program atau
data. Metode yang digunakan mengacu pada wawancara dan melakukan survei
lapangan. Kriteria pra-FS yang ketiga adalah potensi daya listrik terbangkit
mencukupi, termasuk kedalam FS mekanika elektrikal dimana menentukan potensi
daya listrik terbangkit tersebut dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data
spesifikasi komponen mekanikal elektrikal yang sesuai kebutuhan. Kriteria keempat
yakni kontinuitas ketersediaan air dimana sudah jelas dengan kata kuncinya yaitu air,
termasuk kedalam FS hidrologi. Studi tersebut dapat dilakukan dengan cara survei
lokasi dengan melakukan perhitungan debit minimumnya. Adapula kriteria
selanjutnya yakni tidak menurunkan fungsi sistem keairan yang ada, kriteria tersebut
termasuk kedalam FS hidrologi dan FS lingkungan yang dimaksudkan fungsi dari
sungai atau air yang terdapat pada aliran sungai tersebut tidak berkurang jumlah
maupun kualitasnya sebagaimana saat awal sebelum akan dibangun PLTMH. Untuk
kriteria pra-FS ke enam masuk kedalam FS lingkungan, FS sosial budaya dan FS
sipil. Studi kelayakan teknis dan non teknis tersebut berhubungan dimana lokasi
pembangkit listrik tidak berada dikawasan cagar alam dengan melakukan wawancara
dan survei lokasi dalam waktu yang berskala.
Kriteria yang ketujuh yakni adanya potensi SDM atau institusi lokal yang
dapat dikembangkan sebagai pengelola PLTMH, untuk kriteria tersebut studi
kelayakan yang termasuk didalamnya adalah FS sosial dan FS keberlanjutan yang
merupakan data atau informasi yang diperlukan untuk mengetahui kelayakan
keberlanjutan pembangunan PLTMH. Begitupun dengan kriterita terakhir yakni
termasuk kedalam FS keberlanjutan yang dapat dilakukan dengan cara survei
lapangan pada lokasi yang akan dibangun PLTMH. Metode yang dapat dilakukan
dari seluruh aspek teknis dan non teknis studi kelayakan pada kriteria Pra-FS yakni
survei

lapangan,

perhitungan

lapangan,

studi

literatur,

wawancara,

dan

mencari/mengumpulkan data. Sebagai tambahan untuk kriteria Pra-FS dapat
difokuskan dari sumber dana untuk pembangunan PLTMH, kemudian dampak yang
ditimbulkan pada saat berjalannya pembangunan PLTMH.

Nama : Rizal Hadyan F
NPM : 240110150021
3.2

Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai studi kelayakan (feasibility study)

yang dikaitkan dengan proses perencanaan pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH). Studi kelayakan perlu dilakukan agar suatu perencanaan
pembangunan PLTMH ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan
dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti ekonomi, teknis, sosial budaya,
lingkungan dan aspek keberlanjutan.
Sebelum melakukan studi kelayakan (FS) alangkah lebih baiknya melakukan
pra studi kelayakan (pra FS). Pra FS ini merupakan auatu kajian umum atau
penjajakan awal yang dapat memberikan informasi dan data tentang mungkin
tidaknya suatu sungai yang ada tersebut untuk dipakai sebagai sumber energi
pembangkit suatu PLTMH. Pra FS ini perlu dilakukan agar proyek pembuatan
PLTMH yang diajukan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Jika suatu proyek
perencanaan dilaksanakan langsung dengan studi kelayakan (FS) dan tanpa
melakukan pra FS terlebih dahulu, maka dikhawatirkan akan terjadi pemborosan
dana jika ternyata proyek tersebut kurang layak untuk dilaksanakan.
Studi Kelayakan (FS) memiliki dua komponen yakni teknis dan non teknis.
Perbedaan studi kelayakan teknis dan non teknis terletak pada parameternya, studi
kelayakan teknis memiliki parameter secara kuantitatif, yakni parameter yang dapat
diukur dengan angka. Seperti pada aspek hidrologi yang dapat dihitung nilai debit
air, aspek sipil yang berhubungan dengan pembangunan, dan kondisi fisik alam, serta
aspek mekanikal elektrikal yang berhubungan dengan komponen penghasil listrik
seperti turbin dan dinamo. Komponen studi kelayakan non teknis memiliki parameter
secara kualitatif, yang biasanya menjelaskan karakteristik atau sifat. Contohnya
seperti aspek ekonomi/ finansial yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
pendapatan masyarakat sekitar, aspek sosial budaya yang berkaitan dengan kebiasaan
masyarakat sekitar, aspek lingkungan yang berkaitan dengan dampak yang akan
ditimbulkan dari pembuatan proyek, serta aspek keberlanjutan yang berkaitan dengan
keberlanjutan proyek PLTMH tersebut yang mencakup kesiapan dari seluruh aspek
studi kelayakan.

Berdasarkan pada bab hasil mengenai kriteria pra FS agar dapat melanjutkan
kepada kegiatan studi kelayakan, poin pra fs nomor satu termasuk kedalam kategori
FS sipil dan FS ekonomi. Termasuk FS sipil karena pembuatan jaringan transmisi
pembangkit merupakan ranah dari sipil yang berhubungan dengan konstruksi dan
keadaan topografi dari suatu wilayah. Termasuk kedalam FS ekonomi karena
panjang pendeknya pembuatan jaringan transmisi akan berpengaruh pula terhadap
ekonomi/ biaya yang digunakan. Poin kedua pada kriteria kelayakan potensi yang
menyebutkan “Jumlah calon konsumen (orang, rumah, kepala keluarga) tersedia”
termasuk kedalam FS sosial budaya karena berkaitan dengan kondisi masyarakat
yang ada di sekitar lokasi pembuatan PLTMH tersebut. Poin ketiga mengenai potensi
listrik, termasuk kedalam FS mekanikal elektrikal dan FS hidrologi. Termasuk pada
FS mekanikal elektrik karena daya listrik berhubungan dengan turbin yang
berhubungan dengan hal elektrik, termasuk pada FS hidrologi karena potensi listrik
untuk pembuatan PLTMH berasal dari air, yang artinya berhubungan dengan
hidrologi. Poin keempat yaitu “Kontinuitas ketersediaan air.” Termasuk pada FS
hidrologi dan FS lingkungan. Karena kontinuitas ketersediaan air juga berpengaruh
pada keadaan lingkungan sekitar. Fungsi sistem keairan yang ada termasuk pada FS
hidrologi dan lingkungan.
Lokasi pembangkit tidak boleh berada di kawasan yang bukan merupakan
cagar alam atau lingkungan yang menurut budaya sekitar dilarang untuk melakukan
pembangunan fisik di lokasi tersebut, termasuk pada FS sosial budaya karena
berkaitan dengan adat istiadat masyarakat sekitar yang harus dipatuhi oleh
masyarakat tersebut. Kejelasan status penguasaan dan peruntukan lahan termasuk
kedalam

FS keberlanjutan karena kepemilikan adalah hal yang bersifat

keberlanjutan, dan harus disertai dengan sertifikat agar bukti kepemilikan sah. Cara
untuk mendapatkan data-data mengenai kriteria kelayakan potensi secara umum
dilakukan dengan survey langsung ke lapangan, hal ini bertujuan agar
pengembang/pembuat proyek dapat mengetahui keadaan di lokasi secara langsung,
dan didukung dengan wawancara dengan penduduk sekitar. Sementara untuk
mendukung wawasan yang berhubungan dengan kriteria kelayakan potensi dapat
juga dilakukan studi literature sebelum atau setelah survey lapangan.

Nama : Siti Hana Nur Sabrina
NPM : 240110150039
3.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dan hasil diskusi tentang

studi kelayakan dari suatu pembangkit tenaga air skala kecil didapatkan dari point
pertama mengenai total panjang jaringan transmisi / distribusi dan jarak pembangkit
terhadap penerima daya/titik beban terjauh untuk sistem off – grid atau jarak
pembangkit terhadap titik interkoneksi untuk sistem on- grid masih memungkinkan
termasuk kedalam studi kelayakan sipil karena studi kelayakan ini dimaksudkan
untuk meyakinkan beberapa pihak yang terkait dalam pembangunan suatu PLTMH
layak atau tidak untuk pembangunan konstruksi PLTMH dan rencana teknis yang
dilakukan sesuai dengan pedoman dan kriteria yang berlaku. dengan metode survei
lokasi serta memperhitungkan perencanaan pembangunan PLTMH tersebut.
Selanjutnya untuk point nomer dua menegnai jumlah calon konsumen termasuk
kedalam studi kelayakan (FS) sosial budaya karena FS ini dimaksudkan agar
pembanguan PLTMH ini sesuai dengan sosial dan budaya didaerah tempat
pembangunan PLTMH agar pembanguan PLTMH ini tidak menggangu sosial dan
budaya setempat begitu pun sebaliknya dengan mempertimbangkan jumlah calon
konsumen yang akan terlibat.
Point selanjutnya yaitu potensi daya listrik pembangkit mencukupi termasuk
pada FS mekanical electric yang tujuanya untuk memilih suatu turbin serta
komponen listrik yang sesuai dengan kriteria sehingga PLTMH dapat dioprasikan
dengan baik. Studi yang dilakukan dengan metode survei lapangan serta
mengumpulkan dan menganalisa data spesifikasi komponen mekanikalelektrikal
yang sesuai kebutuhan dan rencana pembangunan PLTMH. Point ke empat yaitu
kontinuitas ketersediaaan air dengan studi kelayakan hidrologi dengan mengetahui
debit minimum air mengalir , debit pada saat banjir serta kemarau. Point ke lima
yaitu tidak menurunkan fungsi sistem keairan yang ada , point ini termasuk kedalam
FS lingkungan dan hidrologi, apabila pembangunan PLTMH ini tidak menggangu
sistem perairan di lingkungan tersebut seperti tidak menggangunya pemberian irigasi
pada suatu pertanian didaerah tersebut. Studi yang dilakukan yaitu dengan metode
survei lapangan

Point ke enam yaitu lokasi pembangkit tidak berada dikawasan cagar
alam/budaya yang melarang pembangunan fisik permanen dilokasi tersebut, studi
kelayakan pada point ini yaitu FS lingkungan dan budaya. Studi ini dilakukan agar
pembangunan PLTMH ini tidak memberikan dampak lingkungan sekitar dan tidak
menggangu cagar alam dan budaya tempat pembangunan PLTMH tersebut. Metode
yang dilakukan yaitu dengan survei lokasi dan wawancara kepada pihak pihak yang
terkait. Point ke tujuh yaitu adanya potensi SDM atau institusi lokal yang dapat
dikembangkan sebagai pengelola PLTMH termasuk kedalam FS keberlanjutan
karena jika tidak adanya SDM ditempat pembangunan PLTMH maka keberkanjutan
dari PLTMH tersebut akan terhambat dan pemeliharaan PLTMH akan sulit
dilakukan. Point ke delapan yaitu kejelasan status penguasaan/kepemilikan dan
peruntukan lahan termasuk kedalam FS keberlanjutan, apabila lahan yang akan
dibangun kepemilikan yang tidak jelas maka akan menjadi masalah pada masa yang
akan datang sehingga metode yang digunakan yaitu pengecekan status kepemilikan
lahan yang akan dibangun.

Nama : Rusydah Ulfa Davega
NPM : 240110150016
BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum Konversi Energi Sumber Daya Air

adalah sebegai berikut :
1.

Pra-FS atau pra-feasibility study (studi kelayakan) merupakan langkah atau
penjajakan awal yang dapat memberikan informasi dan data tentang layak
tidaknya suatu sungai yang ada pada lokasi untuk dibangun PLTMH.

2.

PLTMH adalah suatu sistem pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas
kecil yang umumnya sesuai untuk pengguna atau penduduk yang tinggal
terpisah dari jarak listrik komersial.

3.

Studi kelayakan secara teknis meliputi FS hidrologi, FS sipil, FS mekanikal
elektrikal dan non teknis meliputi aspek ekonomi atau finansial, sosial
budaya, lingkungan, dan keberlanjutan.

4.

Metode yang dilakukan dari seluruh aspek teknis dan non teknis studi
kelayakan pada kriteria Pra-FS yaitu: survei lapangan, perhitungan lapangan,
studi literatur, wawancara, dan mencari/mengumpulkan data.

5.

Tambahan untuk kriteria Pra-FS dapat difokuskan dari sumber dana untuk
pembangunan PLTMH, kemudian dampak yang ditimbulkan pada saat
berjalannya pembangunan PLTMH.

4.2

Saran
Adapun saran dari praktikum Konversi Energi Sumber Daya Air adalah

sebagai berikut :
1.

Praktikan membaca materi yang akan dibahas sebelum praktikum dimulai.

2.

Praktikan kondusif saat asisten sedang menjelaskan materi praktikum.

Nama : Rizal Hadyan F
NPM : 240110150021
4.1

Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktikum kali ini adalah:

1. Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah kajian yang dilihat dari berbagai
segi aspek baik aspek legalitas, aspek teknis, pemasaran, sosial ekonomi
maupun manajemen dan keuangan, yang hasilnya digunakan untuk mengambil
keputusan suatu proyek dijalankan, ditunda, atau tidak dijalankan;

2. Pra studi kelayakan diadakan untuk mengetahui bahwa suatu studi potensi
PLTMH dapat diputuskan untuk dilanjutkan atau tidak;
3.

Proses dari studi kelayakan terdiri dari tiga tahap yakni pra-studi kelayakan
(pra FS), studi kelayakan (FS), dan penyusunan laporan studi kelayakan;

4.

Studi kelayakan terdiri dari dua jenis yakni teknis dan non-teknis;

5.

Studi kelayakan non teknis terdiri dari FS ekonomi, FS sosial budaya, FS
lingkungan, dan FS keberlanjutan;

6.

Studi kelayakan teknis terdiri dari FS hidrologi, FS sipil, dan FS ME
(Mekanikal Elektrikal);

7.

Berdasarkan daya yang dihasilkan, PLTA terdiri dari lima jenis yakni PLTA
pico hydro, micro hydro, mini hydro, small hydro, dan full-scale (large) hydro.

4.2

Saran
Saran praktikum ini yakni:

1.

Sebaiknya praktikan diberi contoh jenis jenis penyusunan laporan studi
kelayakan suatu PLTMH;

Nama : Siti Hana Nur Sabrina
NPM : 240110150039
4.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini sebagai berikut :

1.

Sebelum melakukan pembangunan PLTMH diharuskan melakukan studi
kelayakan pada perencanaan tersebut agar sesuai dengan pedoman
perencanaan.

2.

Studi kelayakan pada PLTMH diantaranya FS sipil, FS ekonomi, FS
mekanikal electric, FS sosial budaya, dan FS keberlanjututan.

3.

Metode yang dilakukan pada setiap perencanaan yaitu metode survei lokasi
dan perhitungan perencanaan.

4.

Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk meyakinkan beberapa pihak yang
terkait dalam pembangunan suatu PLTMH layak atau tidak untuk
pembangunan konstruksi PLTMH dan rencana teknis yang dilakukan sesuai
dengan pedoman dan kriteria yang berlaku.

4.2

Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini sebagai berikut :

1.

Sebaiknya praktikan memahami materi sebelum melaksanakan praktikum

2.

Praktikan tidak bercanda saat berlangsungnya praktikum

3.

Praktikan lebih memperhatikan materi pada saat melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar A. dan Kuwahara S. 2004. Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik.
Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Damanik, dkk. 2008. Pedoman Studi Kelayakan PLTMH. Direktorat Jenderal Listrik
dan Pemanfaatan Energi. Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Dimyati, Ari. 2010. Studi Kelayakan Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
di Desa Setren Kecamatan Slogoimo Kabupaten Wonogiri. Jurnal Emitor Vol.
15 No. 02.
Kusdiana, D. 2008. Pedoman Teknis Standardisasi Peralatan dan Komponen
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Jakarta: Direktorat Jenderal
Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Brawisi.
2016.
Studi
Potensi/
Pra
FS.
Terdapat
pada:
http://brawisi-energy.com/services/study-potensipra-fs. (Diakses pada Kamis,
22 Maret 2018 pukul 23.30 WIB)
Chen, Albert. 2011. Studi Kelayakan. Terdapat pada : http://penilai.co.id/studikelayakan/. (Diakses pada hari Kamis, 22 Maret 2018 pukul 23.00 WIB)
Riadi. 2016. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro. Terdapat pada :
https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pembangkit-listrik-tenaga-mikrohidro.html. (Diakses pada Kamis, 22 Maret 2018 pukul 22.00 WIB)