HUKUM TATA NEGARA TENTANG KEWARGANEGARAA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1)

Latar Belakang
Sebelum membahas Kewarganegaraan sebenar nya apa itu negara? Pada
dasarnya negara adalah sebuah organisasi seperti layaknya sebuah organisasi,
Negara memiliki anggota, tujuan dan peraturan. Anggota negara adalah
warganya, tujuan Negara biasanya tercantum dalam pembukaan konstitusinya
(Undang-undang dasar), sedang peraturannya dikenal sebagai hokum.
Bedanya dengan organisasi yang lain, Negara berkuasa di atas individuindividu dan di atas organisasi-organisasi pada suatu wilayah tertentu.
Peraturan negara berhak mengatur seluruh individu dan organisasi yang ada
pada suatu wilayah tertentu, sedangkan peraturan organisasi hanya berhak
mengatur fihak-fihak yang menjadi anggotanya saja.
Peraturan Negara bersifat memaksa, nila ada yang tidak mematuhinya,
mempunyai hak untuk memberikan sanksi yang bersifat kekerasan. Sepanjang
sejarah manusia hidup di atas permukaan bumi, manusia telah bernegara.
Mulai dari Negara dalam bentuknya yang paling primitive yaitu kesukuan,
Negara kota, sampai Negara kerajaan, Negara republic dan Negara demokrasi.
Sampai saat ini tidak ada satupun ta’rif negara yang diakui semua fihak. Ahliahli ilmu kenegaraan saling berbeda pendapat tentang apa itu negara. Secara
sederhana bisa kita katakan bahwa yang dimaksud dengan Negara adalah

organisasi yang menaungi semua fihak dalam suatu wilayah tertentu.
Hukum kewarganegaraan adalah hukum di setiap negara dan di setiap
yurisdiksi dalam masing-masing negara yang mendefinisikan hak dan
kewajiban warga negara dalam yurisdiksi dan cara di mana kewarganegaraan

1

diperoleh serta bagaimana kewarganegaraan mungkin akan hilang. Seseorang
yang bukan warga negara umumnya dianggap sebagai orang asing. Seseorang
yang telah ada diakui kebangsaan atau kewarganegaraan dianggap sebagai
tanpa kewarganegaraan. Menurut kebiasaan internasional, setiap negara yang
berdaulat memiliki hak untuk menentukan siapa yang akan diakui sebagai
sebagai seorang warga negara dan bangsa. Klasifikasi tersebut dapat
dilakukan oleh adat, hukum wajib, atau kasus hukum (preseden), atau
beberapa kombinasi. Dalam beberapa kasus, penentuan dapat diatur oleh
hukum internasional umum-misalnya,oleh perjanjian dan Konvensi Eropa
tentang Kewarganegaraan.
1.2)

Rumusan Masalah

1.2.1) Pengertian Kewarganegaraan
1.2.2) Pengertian Warga Negara
1.2.3) Konsep Dasar Tentang Negara

1.3)

Tujuan Penulisan
Makalah disusun berdasarkan hasil observasi yang diharapkan berguna untuk
mengembangkan kreatif, daya pikir dan untuk menambah pengetahuan serta
wawasan tentang Kewarganegaraan.

2

BAB II
ISI
2.1)

Data
2.1.1) Kewarganegaraan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan

politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang
demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki
paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa inggris:
citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut
sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya merupakan
satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena
masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang
berbeda-beda bagi warganya.
Dalam hukum perdata internasional dikenal dengan nama ”Nationaliteit
Principe” (asas kewarganegaraan), dimana menurut asas ini hukum seseorang
warganegara mengenai status, hak dan kewenangan tetap melekat dimanapun
dia berada.
Menurut Kurniatmanto Sutoprawiro, Hukum Kewarganegaraan adalah
seperangkat kaidah yang mengatur tentang muncul dan berakhirnya hubungan
antara negara dan warga negara. Jadi hukum kewarganegaraan mempunyai
pokok kajian tentang cara memperoleh dan hilangnya kewarganegaraan.
Selain pengertian kewarganegarran seperti yang disebutkan diatas, pengertian
kewarganegaraan dapat pula dilihat dari 2 segi :


3

1.

Segi

formal

kewarganegaraan

(formale

itu

dalam

Nasionaliteits)
sistematika


yaitu

hukum,

melihat
dimana

tempat
masalah

kewarganegaraan itu terletak dalam jajaran bidang hukum publik. Mengingat
masalah kewarganegaraan terkait dengansalah satu sendi negara, yaitu rakyat
negara.
2.

Segi material (materieel Nationaliteits Bergip) yaitu melihat akibat

hukum dari pengertian kewarganegaraan, dimana masalah kewarganegaraan
erat kaitanya dengan masalah hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
antara negara dan warganya.

Sedangkan menurut Ko Swan Sik kewarganegaraan juga dibagi menjadi dua
yaitu :
1.

Kewarganegaraan yuridis (yuridisce nationaliteit) adalah ikatan

hukum antara negara dan orang-orang pribadi yang kerena ikatan itu
menimbulkan akibat, bahwa orang-orang tersebut jatuh kedalam lingkungan
kuasa pribadi dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain
warganegara tersebut. Dalam kewarganegaraan yuridis, tanda tanya ikatan
dapat dilihat secara kongkrit pernyataan dalam bentuk surat-surat, baik
keputusan/keterangan
2.

Kewarganegaraan sosiologis (sosiologische nationaliteit), adalah

kewarganegaraan yang tidak didasarkan pada ikatan yuridis, tetapi sosial
politik yang disebut natie.
Jadi keterikatan tersebut hanyalah karena adanya perasaan kesatuan karena
keturunan, sejarah, daerah dan penguasa. Orang dianggap sebagai

warganegara adalah dari sudut penghayatan budaya, tingkah laku maupun
cara hidupnya.
Selain dua sisi diatas, menurut BP. Paulus masih ada satu hal lagi yang
merupakan ruang lingkup hukum kewarganegaraan. Hal tersebut adalah
mengenai status orang-orang yang sudah menjadi warga negara sebelum

4

peraturan baru mulai berlaku, yaitu warganegara berdasrkan penentuan UU.
(Citizen by operation of law).
Dalam kaitan dengan status kewarganegaraan, maka menurut Moh. Kusnardi
Bintan Saragih disebutkan bahwa ikatan seseorang yang menjadi warga
Negara itu menimbulkan suatu hak dan kewajiban baginya. Karena hak dan
kewajiban itu, maka kedudukan seseorang warga Negara dapat disimpulkan
dalam beberapa hal yaitu :
1.

Status positif : status positif seorang warganegara adalah memberi

hak kepadanya untuk menuntut tindakan positif daripada negara mengenai

perlindungan atas jiwa, raga, milik, kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu
maka negara membentuk badan-badan pengadilan, kepolisian, kejaksaan dan
sebagainya yang akan melaksanakan kepentingan warga negaranya dalam
pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan dengan hal-hal tersebut diatas.
2.

Status negatif : status seorang warga negara akan memberi jaminan

kepadanya bahwa negara tidak boleh ikut campur tangan terhadap hak asai
warganya. Campur tangan negara terhadap warga negaranya terbatas, untuk
mencegah tindakan sewenang-wenang dari negara. Meskipun demikian dalam
hal-hal tertentu, negara dapat melanggar hak tersebut jika ditujukan demi
kepentingan umum.
3.

Status aktif : suatu status yang memberi hak kepada setiap warga

negaranya untuk ikit serta dalam pemerintahan.
4.


Status pasif : suatu status yang menunjukan kewajiban bagi setiap

warga negaranya untuk mentaati dan tunduk kepada segala perintah
negaranya.

5

2.1.2) Warga Negara
Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu disebut hamba atau
kawula. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang
merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara, karena
warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara,
yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama,
atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama. Untuk
itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum.
Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.
2.1.3) Konsep Dasar Tentang Negara
Secara litral istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni
state (bahasa Inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa

Prancis). Kata state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa Latin status atau
statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki
sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Secara terminologi, negara diartikan dengan organisasi tertinggi diantara ssatu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di
dalam daerah tertentu yang mempunyai pemerintah yang beraulat. Pengertian
ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan
adanya unsur dalam sebuah negara, yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya
wilayah (daerah) dan adanya pemerintah yang berdaulat.
Dala islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabia, tujuan negara adalah
agar manusia dapat menjalakan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa
dan menjaga intervensi pihak-pihak asing. Paradigma ini didasarkan pada
konsep sosio-historis bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan watak dan
6

kecenderungan berkumpul dan bermasyarakat, yang membawa konsekuensi
antara individu-individu satu sama lain saling membutuhkan bantuan.
Sementara menurut Ibnu Khaldun, tujuan negara adalahh untuk kemaslahatan
agama dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Sementara itu, dalam konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan negara adalah

menelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman
pada hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan dai alat-alat
pemerrintahannya didasarkan atas hukum. Semua oarang tanpa kecuali harus
tunduk dan taat pada hukum, hanya hukumlah yang berkuasa dalam negara itu
(government not by man but by low = the rule of law).
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan
UUD 1945) adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamain abadi dan keadilan sosial. Selain itu dalam
pembukaan UUD 1945 ditetapkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (matchstaat). Dari
pembukaan dan penjelasan Uud 1945 tersebut, dapat dikatakan bahwa
Indonesia merupakan suatu negara hukum yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur.

7

2.2)

Analisis
2.2.1) Kewarganegaraan
Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang
mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang ang
bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan
dengan negara. Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan
(bahasa inggris: nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif
dalam perpolotikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa
menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek
suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi
dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi
anggota bangsa dari suatu negara.
Hubungan antara warganegara dan negara dinyatakkan dengan istiah
”kewarganegaraan”.
hubungan/ikatan

Jadi

hukum

istilah
antara

Kewarganegaraan
seorang

individu

menyatakan
dengan

suatu

negara/keanggotaan daripada suatu negara.
2.2.2) Warga Negara
Warga negara merupakan terjemahan dari kata citizen (bahasa Ingggris) yang
mempunyai arti sebagai berikut;
1. Warga Negara.
2. Petunjuk dari sebuah kota.
3. Sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air.
4. Bawahan atau kawula.
Menurut As Hikam dalam Ghazalli (2004), warga negara sebagai sebagai
terjemahan dari citizen artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang

8

membentuk negara itu sendiri. Pengertian warga negara secara umum
dinyatakan bahwa warga negara merupakan anggota negara yang mempunyai
kedudukan khusus terhadap negaranya.
2.2.3) Konsep Dasar Tentang Negara
Secara sederhana dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan negara adalah
suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah
pejabat yang berhak menuntut dari warganegaranya untuk taat pada peraturan
perundang-undangan melalaui penguasaan (kontrol) monopolistis dari
kekuasaan yang sah.
Dalam konsep dan ajaran plato, konsep dan tujuan dengan adanya negara
adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangann
(individu) dan sebagai makhluk sosial.
Beberapa teori terbentuk nya Negara:
 Thomas Hobbes (1588-1679)
Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan mengadakan
perjanjian bersama individu-individu yang tadinya dalam keadaan alamiah
berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya
kepada seseorang atau sebuah badan. Teknik perjanjian masyarakat yang
dibuat Hobbes sebagai berikut setiap individu mengatakan kepada
individu lainnya bahwa “Saya memberikan kekuasaan dan menyerahkan
hak memerintah kepada orang ini atau kepada orang-orang yang ada di
dalam dewan ini dengan syarat bahwa saya memberikan hak kepadanya
dan memberikan keabsahan seluruh tindakan dalam suatu cara tertentu.

9

 John locke (1632-1704)
Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai peringatan
bahwa kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak tetapi selalu terbatas,
sebab dalam mengadakan perjanjian dengan seseorang atau sekelompok
orang, individu-individu tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah
mereka.
 Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah, hidup
individu bebas dan sederajat, semuanya dihasilkan sendiri oleh individu
dan individu itu puas. Menurut “Negara” atau “badan korporatif” dibentuk
untuk menyatakan “kemauan umumnya” (general will) dan ditujukan pada
kebahagiaan besama. Selain itu Negara juga memperhatikan kepentingankepentingan individual (particular interest). Kedaulatannya berada dalam
tangan rakyat melalui kemauan umumnya.

10

BAB III
PENUTUP
3.1)

Kesimpulan
Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa
kewarganegaraan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
warga negara. Ini dikarenakan bahwa dengan pemahaman kewarganegaraan
yang baik maka kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi tentram
dan jelas.

3.2)

Saran dan Rekomendasi
Kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat,
bangsa dan negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengamalan
prinsip serta nilai-nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada
dasarnya
Akhirnya terselesaikannya makalah ini kami selaku pemakalah menyadari
dalam penyusunan makalah ini yang membahas tentang kewarganegaraan
masih jauh dari kesempurnaan baik dari tata cara penulisan dan bahasa yang
dipergunakan maupun dari segi penyajian materinya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini yang bersifat kousteuktif dan bersifat komulatif
sangat kami harapkan supaya dalam penugasan makalah yang akan datang
lebih baik dan lebih sempurna.

11

DAFTAR PUSTAKA
https://feelinbali.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-dan-ruang-lingkup-hukum.html
http://rahayuanggaraini.blogspot.co.id/2012/07/makalah-kewarganegaraan.html
http://dwicahyadiwibowo.blogspot.com
Azra, Azyumardi. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah,
Wahab, Abdul Aziz. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfabeta.\
Winarso. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

12