Pedoman Program Pemberian dan Pemantauan
DARAH UNTUK IBU HAMIL di
Wilayah Program Kesehatan dan Gizi Berbasis
Masyarakat
kerjasama antara
Kementerian Kesehatan RI
dan
Millenium Challenge Account - Indonesia
JAKARTA 2015
KATA PENGANTAR
Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi dan membutuhkan perhatian yang serius. Penyediaan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk semua ibu hamil setidaknya 90 tabets selama kehamilan telah menjadi strategi utama untuk mengurangi prevalensi anemia pada ibu hamil sejak tahun 1980-an. Penelitian mengungkapkan bahwa penyediaan TTD belum efektif karena kurangnya cakupan dan kepatuhan yang rendah ibu mengkonsumsi TTD.
Kementerian Kesehatan melalui Permenkes 88/2014 telah mengeluarkan Spesifikasi Teknis TTD yang baru, yang akan berlaku pada 2016. Spesifikasi Teknis yang baru ini mengatur komposisi, dosis dan kemasan TTD. Spesifikasi Teknis baru ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pemberian TTD.
Efektivitas pemberian TTD dipengaruhi oleh empat hal, yaitu; perencanaan yang tepat untuk pengadaan dan distribusi, persiapan penyedia layanan kesehatan dan komunikasi kepada para ibu, kontrol kualitas dan sistem ketelurusuan produk yang efektif, serta pemantauan dan pengawasan yang intensif.
Pedoman ini secara khusus digunakan untuk pelaksanaan penyediaan TTD di lokasi PKGBM untuk memperkuat kesiapan terutama pada penyedia layanan kesehatan dan kader, penyuluhan kepada masyarakat, kontrol kualitas dan ketelusuran produk, serta pemantauan dan pengawasan teknis. Pedoman ini merupakan pelengkap dari Pedoman Manajemen Distribusi TTD, yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2015.
Jakarta, 2015 Direktur Bina Gizi,
Selaku Ketua Tim Teknis PKGBM
Ir. Doddy Izwardy. MA NIP 196302161986031005
1. Penerimaan TTD di Gudang Kabupaten/Kota
2. Penyimpanan TTD di Gudang Kabupaten/Kota
3. Distribusi TTD ke Puskesmas
4. Penerimaan TTD di Puskesmas
5. Penyimpanan TTD di Gudang Puskesmas
6. Distribusi TTD ke Polindes/Poskesdes
7. Penerimaan TTD di Polindes/Poskesdes
8. Pemberian TTD kepada Ibu Hamil
C. Pelaporan Keluhan Terkait Produk
D. Penanganan Kemasan Paska Konsumsi
IV. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN TTD
A. Indikator
B. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan
2. Pelaporan
C. Monitoring dan Evaluasi
LAMPIRAN………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Peserta Orientasi Petugas Kesehatan tentang TTD Tabel 2. Target Sasaran Untuk Materi KIE Tabel 3. Contoh Perhitungan TTD yang dibutuhkan oleh Ibu Hamil untuk Periode 12 Bulan Tabel 3. Wilayah Sasaran Distribusi TTD Tabel 4. Rencana Pengambilan Contoh
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema distribusi TTD Gambar 2. Rangkuman Diagram Pemantauan Mutu Gambar 3. Alur pelaporan
DAFTAR ISTILAH
Kohort Antenatal Care : Catatan rekapitulasi pemberian TTD program kepada kelompok sasaran melalui buku KIA dan kartu ibu (KIA-4)
Produsen TTD : Instansi yang memproduksi langsung TTD Distributor : Agen yang menyediakan suplai produk TTD ke toko dan
layanan lain yang menjual langsung ke konsumen Tingkat Kepatuhan
: Jumlah TTD (program dan/atau mandiri) yang dikonsumsi sasaran dibandingkan target jumlah TTD yang diberikan kepada sasaran dikali 100%
TTD : suplemen gizi dengan kandungan zat besi setara dengan
60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat. TTD sering disebut tablet besi-folat atau suplemen besi-folat
Register Antenatal Care : Rekapitulasi laporan bulanan pemberian TTD program kepada kelompok sasaran dari KIA-4 yang dilakukan oleh Bidan (KIA-10)
Sistem Informasi Posyandu : Catatan pemberian TTD program oleh kader gizi atau bidan pada kelompok sasaran di tingkat posyandu
Pemantauan Mutu TTD : Managemen inisiatif dan prosedur yang bertujuan untuk tercapainya pemberian TTD yang berkualitas baik produk maupun pelayanannya.
DAFTAR SINGKATAN
ANC
: Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Hb : Hemoglobin
: Kesehatan Ibu dan Anak
KIE
: Komunikasi Informasi dan Edukasi
Polindes
: Pondok Bersalin Desa
Poskesdes
: Pos Kesehatan Desa
Pustu
: Puskesmas Pembantu
Posyandu
: Pos Pelayanan Terpadu
TTD
: Tablet Tambah Darah
PKGBM : Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau kapasitas sel darah merah membawa oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Ibu hamil dengan anemia memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan anemia defisiensi besi yang bisa bertahan sepanjang usia awal anak dan menghambat pertumbuhan sel-sel otak anak serta sel-sel tubuh lainnya, yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan 1 . Stanting pada anak adalah salah satu hambatan paling signifikan untuk perkembangan seseorang, yang mempengaruhi sekitar 162 juta anak-anak di bawah
usia 5 tahun secara global. Stanting, atau terlalu pendek untuk usia seseorang, didefinisikan sebagai tinggi badan dibawah minus dua standar deviasi (<-2 SD) pertumbuhan anak menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di Indonesia, statistik menunjukkan bahwa 37,2% anak di bawah usia 5 tahun menderita stanting (Riset Kesehatan Dasar 2013). Ini adalah dampak yang ireversibel (tidak dapat diubah) yang banyak terjadi karena gizi yang tidak memadai baik secara kuantitas maupun kualitas dan serangan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan anak. Stanting secara tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat ketahanan pangan rumah tangga, praktik pemberian makan bayi dan anak, pencegahan penyakit dan perilaku pengasuhan, praktik sanitasi dan kebersihan, dan akses ke pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas baik. Secara khusus, termasuk didalamnya status kesehatan dan gizi ibu sebelum, saat dan setelah kehamilan, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan usia dini seorang anak, yang dimulai saat di dalam kandungan 2 . Stanting memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk: berkurangnya
perkembangan kognitif dan fisik, mengurangi kapasitas produktif, kesehatan yang buruk, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes. Anemia saling terkait dengan stanting, berat badan lahir rendah, kelebihan berat badan pada usia anak,
pemberian ASI eksklusif dan wasting (anak kurus) 3 .
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah anemia, meskipun sudah ada penurunan, namun prevalensi anemia masih cukup tinggi. Ada tiga strategi utama termasuk promosi makanan kaya zat besi, integrasi ke pengendalian penyakit menular seperti pencegahan kecacingan, dan penyediaan Tablet Tambah Darah (TTD).
Pevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di tiga provinsi lokasi proyek (Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, dan Kalimantan Tengah) menunjukan bahwa 55% ibu hamil menderita anemia 4 ,
1 Husaini, 1989 dan WHO, 2001. 2 Özaltin E, Hill K, Subramanian SV. Association of maternal stature with offspring mortality, underweight, and
stunting in low- to middle-income countries. JAMA. 2010;303(15):1507–16. doi:10.1001/jama.2010.450 3 Global Nutrition Target 2025, Stunting Policy Brief, WHO, 2014.
4 Studi awal Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat, 2015.
dan angka ini lebih tinggi dari rata-rata nasional (37.1%, Riskesdas 2013), dan dikategorikan sebagai masalah kesehatan masayarakat yang berat menurut WHO.
Menurut Riskesdas 2013, hanya ada 33.3% ibu hamil yang mengkonsumsi minimal 90 TTD selama kehamilan. Sebuah studi formatif yang dilakukan di wilayah Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) pada tahun 2014 menunjukkan
bahwa hanya 54.5% ibu hamil mengkonsumsi 90 TTD yang diberikan kepada mereka 5 . Rata-rata TTD yang diterima dan dikonsumsi oleh ibu hamil pada trimester I adalah 32
dan 25, pada trimester II adalah 39 dan 30, dan pada trimester III adalah 37 dan 26. Alasan yang paling umum dikemukakan oleh ibu hamil untuk tidak mengonsumsi penuh dosis TTD yang dianjurkan adalah efek samping. Untuk meningkatkan konsumsi penuh TTD diperlukan penyuluhan kesehatan dengan didukung materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang tepat untuk tenaga kesehatan. Hal tersebut mempunyai peran penting dalam memberikan informasi yang tepat tentang konsumsi TTD dan risiko terkait anemia pada ibu hamil. Hal ini selanjutnya dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan dan meningkatkan perilaku konsumsi TTD. TTD yang akan digunakan dalam PKGBM di 11 provinsi dan 64 kabupaten dengan mengikuti persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI terbaru No. 88/2014 tentang standar Tablet Tambah Darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil. Untuk memastikan keseluruhan proses manajemen TTD mulai dari penerimaan barang ke penyimpanan, distribusi ke sasaran, pemantauan mutu, dan penanganan paska - konsumsi, diperlukan manajemen TTD yang berkualitas. Buku Pedoman ini dibuat untuk wilayah kerja Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) dengan mengacu pada Buku Pedoman Penatalaksanaan Pemberian Tablet Tambah Darah yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2015.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan dari Pedoman Program Pemberian dan Pemantauan Mutu TTD untuk Ibu Hamil adalah untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam mengelola pemberian TTD untuk mengurangi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja PKGBM.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pedoman ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam hal:
1. Perencanaan distribusi TTD, termasuk identifikasi target sasaran, estimasi kebutuhan TTD di masing-masing wilayah kerja.
2. Pemberian TTD ke target sasaran sesuai dengan dosis yang benar.
3. Menyediakan infomasi yang tepat kepada masyarakat mengenai manfaat TTD dan efek samping yang mungkin terjadi.
5 Studi Formatif Kampanye Komunikasi Gizi Nasional, Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat, 2014
4. Mekanisme pemantauan mutu dan ketertelusuran produk, termasuk rara penyimpanan dan distribusi.
5. Penanganan keluhan dan penanganan kemasan paska konsumsi
6. Pemantauan dan evaluasi pemberian TTD secara periodik termasuk cakupan dan kepatuhan.
BAB II PERSIAPAN DAN PENATALAKSANAAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH (TTD)
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), yaitu A) persiapan dan B) penatalaksanaan pemberian TTD.
A. Persiapan
Pada tahap persiapan akan dilakukan kegiatan Orientasi Petugas Kesehatan tentang Manajemen Pemberian TTD dan pengembangan materi KIE tentang TTD untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam pengelolaan pemberian TTD kepada ibu hamil. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Orientasi Petugas Kesehatan tentang Manajemen Pemberian Tablet Tambah Darah
Beberapa tahapan yang akan dilakukan untuk kegiatan Orientasi petugas kesehatan adalah sebagai berikut:
• Orientasi Tenaga Kesehatan tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
Jumlah peserta yang akan berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah sebanyak 150 orang. Peserta kegiatan ini adalah 2 (dua) orang dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan 2 (dua) orang dari Dinas Kesehatan Provinsi dengan persyaratan sebagai berikut:
1. pengelola program gizi dan pengelola program farmasi,
2. bersedia dan mampu melakukan fungsi sebagai narasumber untuk orientasi tingkat puskesmas,
3. bersedia dan mampu melakukan monitoring rutin untuk manajemen distribusi TTD di tingkat provinsi/kabupaten.
Untuk pelaksanaan kegiatan ini, koordinasi akan dilakukan dengan Direktorat Gizi Masyarakat dan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Topik-topik orientasi yang akan dibahas selama 3 hari kegiatan adalah:
1. Anemia Defisiensi Besi dan Konsekuensinya.
2. Program pemberian TTD, Standar Nasional dan Perencanaan Kebutuhan.
3. Persiapan dan Manajemen Distribusi TTD.
4. Pemantauan Mutu Produk TTD dan Penanganan Keluhan.
5. Pemantauan dan Pengawasan yang meliputi Pencatatan dan Pelaporan.
6. Perencanaan untuk Implementasi Orientasi Tenaga Kesehatan untuk staf Puskesmas.
Peserta akan mendapatkan materi KIE TTD and informasi untuk penggunaan materi tersebut. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kementerian
Kesehatan, dan MCA Indonesia. Peserta orientasi berjumlah sekitar 20-24 peserta untuk masing-masing kelas, dengan total 8 kelas (sesuai dengan tabel 1) yang akan dilakukan secara regional.
• Orientasi Tenaga Kesehatan tingkat Puskesmas
Kegiatan orientasi untuk tenaga kesehatan provinsi dan kabupaten/kota akan dilanjutkan dengan orientasi petugas kesehatan puskesmas. Peserta orientasi berjumlah 3 orang per puskesmas yang terdiri dari pengelola gizi, bidan, dan farmasi. Topik-topik orientasi yang akan dibahas selama 2 hari adalah:
1. Anemia Defisiensi Besi dan Konsekuensinya.
2. Program pemberian TTD, Standar Nasional dan Perencanaan Kebutuhan.
3. Persiapan dan Manajemen Distribusi TTD.
4. Pemantauan Mutu Produk TTD dan Penanganan Keluhan.
5. Pemantauan dan Pengawasan yang meliputi Pencatatan dan Pelaporan.
Peserta akan mendapatkan materi KIE TTD and informasi untuk penggunaan materi tersebut. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Narasumber orientasi berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan akan dilakukan di tingkat kabupaten. Peserta orientasi diperkirakan berjumlah 2,112 orang (tabel 1).
Tabel 1
Peserta Orientasi Petugas Kesehatan tentang TTD
Jumlah Peserta (orang)
Provinsi Untuk Staff
Jumlah
Jumlah
Kabupaten Puskesmas
Untuk Staff Dinkes Prov Puskesmas dan Kab
Sumatera Selatan 5 47 12 141 Kalimantan Barat
9 70 20 210 Kalimantan Tengah
8 75 18 225 Jawa Barat
16 324 Jawa Timur
5 65 12 195 Nusa Tenggara Barat
8 92 18 276 Nusa Tenggara Timur
20 309 Sulawesi Barat
3 33 8 99 Sulawersi Utara
2. Pengembangan dan Diseminasi KIE TTD
Program ini juga akan memberikan beberapa materi KIE tentang TTD dan anemia kepada petugas kesehatan dan sasaran di wilayah kerja PKGBM. Saluran komunikasi, jenis media, termasuk pesan kunci akan dikembangkan berdasarkan hasil penelitian Program ini juga akan memberikan beberapa materi KIE tentang TTD dan anemia kepada petugas kesehatan dan sasaran di wilayah kerja PKGBM. Saluran komunikasi, jenis media, termasuk pesan kunci akan dikembangkan berdasarkan hasil penelitian
1. Pedoman Program Pemberian dan Pemantauan Mutu Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil di Wilayah Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat.
Pedoman ini akan didiseminasi kepada seluruh peserta Orientasi dan bidan desa atau tenaga kesehatan di tingkat desa (satu buku untuk setiap peserta dan satu buku untuk setiap desa).
2. Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2015. Pedoman ini akan didiseminasi kepada seluruh
peserta Orientasi dan bidan desa atau tenaga kesehatan di tingkat desa (satu buku untuk setiap peserta dan satu buku untuk setiap desa).
3. Brosur tentang Anemia dan TTD yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Brosur ini akan diperbanyak dan didiseminasikan kepada seluruh peserta
Orientasi, bidan desa atau tenaga kesehatan di tingkat desa, kader posyandu, dan ibu hamil (satu brosur untuk setiap peserta, satu brosur untuk setiap desa, satu brosur untuk setiap posyandu, dan satu brosur untuk setiap ibu hamil).
4. Kartu Kepatuhan Konsumsi TTD oleh Ibu Hamil (lampiran 16). Kartu ini akan diperbanyak dan diberikan kepada semua ibu hamil di wilayah sasaran (tiga kartu
untuk setiap ibu hamil).
Tabel 2 Target Sasaran Materi KIE TTD
Total Total Total
untuk untuk untuk
No. Propinsi Ibu Ibu Propinsi Kabupaten Puskesmas
Desa
Posyandu
Hamil Hamil (set)*
(brosur) (kartu)
4 Jawa Barat
93,438 280,314 Jawa
Timur
50,848 152,544 Nusa
6 Tenggara
65,708 197,124 Barat
Nusa
7 Tenggara
37,397 112,191 Timur
8 Gorontalo
8,786 26,358 Sulawesi
Barat
10 Maluku
Keterangane: *set terdiri dari dua buku pedoman dan satu brosur (Pedoman Program Pemberian dan Pemantauan Mutu Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil di Wilayah Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat, Pedoman Manajemen Distribusi TTD, yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2015, dan Brosur tentang Anemia dan TTD yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan).
B. Penatalaksanaan Pemberian TTD
1. Sasaran dan Dosis Pemberian
Sasaran kegiatan suplementasi TTD adalah seluruh ibu hamil yang ada di seluruh desa wilayah PKGBM dengan sekitar 400,000 ibu hamil (lihat Table 3). Masing-masing ibu diharapkan mengkonsumsi 90 TTD selama masa kehamilan. TTD harus dikonsumsi setiap hari.
2. Perencanaan Kebutuhan
Kebutuhan TTD perlu dihitung secara seksama karena akan mempengaruhi proses penyediaan.
a. Perhitungan Sasaran
Perencanaan sangat diperlukan dalam perencanaan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan TTD yang disediakan. Jumlah TTD yang dibutuhkan dalam suatu wilayah ditentukan oleh jumlah ibu hamil yang ada dalam wilayah tersebut. Dalam proses perencanaan, estimasi jumlah ibu hamil yang akurat sangat berperan penting. Untuk mengetahui jumlah sasaran dapat dilakukan melalui perhitungan menurut konsep wilayah kerja. Target sasaran untuk masing-masing kabupaten dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:
• Data sasaran riil dari Puskesmas, yakni data rekapitulasi jumlah ibu hamil dari tingkat kelurahan/desa.
• Data proyeksi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten/kota atau sumber data resmi yang disepakati oleh program. Data ini digunakan
untuk perencanaan pengadaan TTD.
b. Perhitungan Kebutuhan
Jumlah TTD yang dibutuhkan di masing-masing kabupaten dihitung sesuai jumlah ibu hamil yang ada di kabupaten/kota dan prevalensi anemia ibu hamil. Jika data di daerah mengenai prevalensi anemia ibu hamil tidak tersedia, data nasional (menurut Riskesdas 2013) dapat digunakan.
Cara perhitungan kebutuhan sebagaimana berikut:
• Perhitungan untuk Program Pencegahan Untuk menghitung jumlah TTD yang dibutuhkan ibu hamil di tingkat puskesmas, sebaiknya berdasarkan sasaran riil. Sedangkan di tingkat provinsi, • Perhitungan untuk Program Pencegahan Untuk menghitung jumlah TTD yang dibutuhkan ibu hamil di tingkat puskesmas, sebaiknya berdasarkan sasaran riil. Sedangkan di tingkat provinsi,
Jumlah TTD = (jumlah ibu hamil x minimal 90 tablet) + (10 %)*
*10% adalah stok cadangan.
• Perhitungan untuk Program Pengobatan Dalam menghitung TTD yang dibutuhkan pada tahap awal penatalaksanaan
anemia di tingkat puskesmas, angka prevalensi anemia pada ibu hamil perlu digunakan. Jika data prevalensi anemia ibu hamil di tingkat puskesmas tidak tersedia, maka angka prevalensi anemia di tingkat provinsi dan tingkat nasional (37.1 %) dapat digunakan. Ibu hamil dengan anemia akan menerima 2 tablet per hari untuk maksimum 30 hari, dan dilanjutkan dengan dosis regular selama 90 hari untuk program suplementasi/pencegahan. Jadi, seorang ibu hamil dengan anemia akan mendapatkan total TTD untuk 120 hari (maksimum
30 hari dosis pengobatan dan 90 hari dosis pencegahan). Rumus di bawah ini digunakan untuk menghitung jumlah TTD yang diperlukan untuk penatalaksanaan anemia tahap awal:
Jumlah TTD = (jumlah ibu hamil x 37% x 2 tablet x 30 hari) +
*10% adalah stok cadangan.
Tabel 3
Contoh Perhitungan Jumlah Kebutuhan TTD untuk Ibu Hamil untuk Periode 12
Bulan
Jumlah TTD
Jumlah Ibu Jumlah Ibu Hamil
Nama
Hamil Total
dengan Anemia
Puskesmas
[(a) x 1 tab x 90 hari] + [(b) x 2
(a)
(b)=37%* x (a)
tab x 30 hari] + [10%]
(50x90)+(19x2x30)+(10%)= Puskesmas A
50 (37% x 50) = 19
6.204 tablet (100x90)+(37x2x30)+(10%)=
Puskesmas B
(37% x 100) = 37
12,342 tablet Total
Catatan: * = 37,1% adalah angka prevalensi nasional untuk anemia ibu hamil (berdasarkan pengukuran kadar Hb).
3. Distribusi
Distribusi adalah proses pengiriman TTD dari tingkat pusat sampai ke tempat-tempat sarana pelayanan di mana TTD diberikan kepada sasaran. TTD dari produsen dikirim langsung ke instalasi farmasi di tingkat kabupaten/kota. Kabupaten dan kota mendistribusikan ke puskesmas. Petugas kesehatan di puskemas mendistribusikan ke puskesmas pembantu, poskesdes, polindes dan posyandu serta sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk kemudian didistribusikan ke sasaran. Bila ada sisa stok di tiap tingkatan distribusi, disarankan untuk meneruskan pemberian TTD kepada sasaran ibu hamil diluar dosis regular 90 tablet. Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas perlu memastikan target sasaran penerima TTD tidak terjadi duplikasi.
Distribusi TTD kepada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme sebagaimana berikut:
- TTD diberikan oleh bidan pada saat kunjungan ANC. Pemberian TTD kepada setiap
ibu hamil kepda ibu hamil pada saat kunjungan ANC adalah salah satu dari pelayanan minimum.
- TTD diberikan oleh bidan dan petugas gizi saat melakukankunjungan rumah. Ibu
hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan perlu dikunjungi oleh petugas kesehatan untuk konfirmasi dan pemberian motivasi.
- TTD dapat diberikan pada saat kelas ibu hamil. - TTD dapat diperoleh di Posyandu saat pelayanan Posyandu dilakukan.
Gambar 1. Skema Distribusi TTD
Tk. Pusat Produsen/Distributor
Tk. Kab/kota Instalasi Farmasi Kab/Kota
Tk. Kecamatan Puskesmas
Tk. Desa
Posyandu
Bidan di
Poskesdes Pustu
desa/Polindes
Masyarakat
Ibu Hamil
TTD akan didistribusikan ke seluruh wilayah PKGBM sesuai dengan tabel 3 di bawah ini.
Tabel 4 Wilayah Sasaran Distribusi TTD
Jumlah Jumlah No
Puskesmas Desa
1 Sumatera Selatan 5 30 47 503 2 Kalimantan Barat
9 54 70 691 3 Kalimantan Tengah
8 46 75 571 4 Jawa Barat
803 5 Jawa Timur
5 50 65 625 6 Nusa Tenggara Barat
8 64 92 643 7 Nusa Tenggara Timur
800 8 Sulawesi Barat
4 22 33 262 11 Sulawersi Utara
4. Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi TTD
Tenaga kesehatan memberikan konseling kepada ibu hamil untuk memastikan TTD yang didistribusikan diminum setiap hari oleh Ibu Hamil sejak awal kehamilan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan konsumsi TTD adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukkan tanda yang normal karena mengonsumsi TTD. Warna hitam pada tinja disebabkan adanya sisa Fe yang tidak digunakan oleh tubuh.
2. Sisa kemasan TTD perlu dibawa saat kunjungan berikutnya dan ibu hamil dapat melakukan pencatatan TTD yang dikonsumsi pada Kartu Kepatuhan (Lampiran
16), sehingga petugas kesehatan dapat melakukan monitor kepatuhan konsumsi TTD.
3. Meminta bantuan anggota keluarga, misalnya suami, untuk memonitor dan mengingatkan sasaran dalam mengonsumsi TTD.
4. Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan atau kader diperlukan untuk memastikan apakah TTD betul-betul dikonsumsi oleh sasaran.
5. Untuk mengetahui apakah sasaran mengonsumsi TTD, petugas dapat melihat perkembangan kesehatan sasaran melalui tanda klinis.
6. Untuk mengetahui dampak pemberian TTD, petugas perlu melakukan pemeriksaan Hb secara berkala.
7. Melakukan pemantauan bersamaan dengan kegiatan lain (contoh: petugas kesehatan sedang menghadiri hajatan dan bertemu dengan ibu hamil dapat
menanyakan konsumsi TTD, jadi bisa memantau. Atau ketika petugas kesehatan datang untuk kegiatan lain).
BAB III PEMANTAUAN MUTU PRODUK DAN PENANGANAN KELUHAN DARI PROGRAM PEMBERIAN TTD
Beberapa hal penting dalam pemantauan mutu produk TTD adalah sebagai berikut: A) Spesifikasi Produk; B) Penerimaan, Penyimpanan, dan Distribusi pada Setiap Titik Distribusi; C) Pelaporan Keluhan terkait Produk, dan D) Penanganan Kemasan Paska Konsumsi.
A. Spesifikasi Produk TTD
1. Kandungan TTD Setiap TTD mengandung:
- Zat besi: Ferrous fumarate yang setara dengan 60 mg besi elemental. - Asam folat: 0.400 mg.
2. Spesifikasi Umum - Salut gula atau film dengan bahan penambah rasa vanilla perlu ditambahkan untuk menutupi bau atau rasa kurang enak dari TTD. - TTD perlu menunjukkan tanggal produksi dan tanggal kadaluarsanya.
3. Sertifikasi - Kandungan TTD merupakan produk farmasi dan harus diproduksi sesuai dengan standar GMP (Good Manufacturing Practices) untuk produk farmasi oleh BPOM atau pihak berwewenang tingkat internasional yang dikenal.
4. Registrasi Produk - Produk harus teregistrasi di BPOM.
5. Spesifikasi untuk Kemasan dan Label - Tablet harus berwarna merah dan dikemas dalam kemasan aluminium untuk produk farmasi dalam bentuk strip, dengan 10 tablet dalam setiap strip.
B. Penerimaan, Penyimpanan, dan Distribusi pada Setiap Titik Distribusi
1. Penerimaan TTD di Gudang Kabupaten/Kota
Staff instalasi farmasi di Kabupaten/Kota memeriksa dan mencatat kondisi TTD pada saat penerimaan produk di gudang Kabupaten/Kota dengan menggunakan Form Penerimaan TTD (Lampiran 1) untuk memastikan kualitas produk dengan rician sebagai berikut :
a. Periksa kondisi kendaraan untuk pengiriman produk ke gudang Kabupaten/Kota. Kendaraan yang digunakan bersih, dan aman dalam menjaga kualitas produk. Staff
Kabupaten/Kota memeriksa kuantitas produk yang diterima di gudang Kabupaten/Kota memeriksa kuantitas produk yang diterima di gudang
b. Mengambil contoh produk dengan cara sebagai berikut : Dengan menggunakan Tabel Rencana Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan
Fisik (Tabel 4 dengan referensi ISO 2380-1-1999) tentukan jumlah contoh yang diambil dan putuskan apakah produk ditolak atau diterima. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Menentukan jumlah TTD yang akan diterima (berdasarkan Surat Pengiriman), contohnya 1200 kardus.
2) Dengan mempergunakan tabel yang ada di bawah, tentukan jumlah contoh yang dibutuhkan. (Sebagai contoh: jika jumlah TTD yang diterima adalah
1200 kardus, maka jumlah contoh yang dibutuhkan adalah 80 kardus ).
3) Mengambil contoh sesuai dengan jumlah yang ditentukan yang mewakili masing-masing nomor batch jika pada pengiriman terdapat beberapa nomor
batch.
4) Kemudian dari setiap kardus, ambilah satu strip TTD dari 1 kotak dari masing- masing 80 kardus yang dipilih.
Tabel 4
Rencana Pengambilan Contoh untuk Pemerikasaan Fisik
(referensi ISO 2380-1-1999)
Ukuran Kemasan
Contoh
Jumlah maksimum cacat yang (Kardus/Kotak/Strip) dapat diterima
c. Dalam setiap kotak yang dipilih untuk diambil contoh, diperiksa keutuhan kemasan primer, kesesuaian label, tanggal kadaluarsa, dan pemeriksaan secara
fisik (warna, kekerasan). Pemeriksaan warna dilakukan untuk produk dalam fisik (warna, kekerasan). Pemeriksaan warna dilakukan untuk produk dalam
d. Meninjau dan mengevaluasi kualitas produk yang diterima dan membuat keputusan apakah produk diterima atau ditolak. Berikut adalah spesifikasi produk
TTD berdasarkan PERMENKES no. 88 tahun 2014 tentang TTD untuk wanita hamil:
1) Kekerasan: cukup keras, tidak mudah rapuh.
2) Warna : merah tua
3) Kemasan: utuh, tidak ada kebocoran dan tidak rusak. Keputusan apakah TTD yang dikirim diterima atau ditolak berdasarkan pada
jumlah contoh yang tidak memenuhi syarat (kondisi dimana mutu TTD dan kemasannya tidak memenuhi spesifikasi produk) yang ditemukan pada TTD yang diterima. Panduan ini dapat dilihat pada tabel di atas (Lihat tabel 4, kolom jumlah maksimum cacat yang dapat diterima) sesuai dengan jumlah contoh yang diperiksa. Sebagai contoh jika jumlah sampel diperiksa adalah 80 kardus, jumlah maksimum cacat adalah 9 kardus. Jika jumlah kardus yang tidak memenuhi syarat lebih dari 9 dari 80 kardus yang diperiksa, maka jumlah kardus yang dikembalikan ke pemasok/distributor adalah seluruh kardus dari nomor batch yang sama yang ditemukan tidak memenuhi persyaratan.
e. Membuat tiga salinan semua dokumen yang terkait (Form Penerimaan TTD/Lampiran 1 dan Surat Pengiriman). Salinan akan disimpan oleh Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pemasok.
2. Penyimpanan TTD di Gudang Kabupaten/Kota
Kondisi gudang seperti suhu (< 30 0 C), kelembaban (< 75%), kebersihan, dan kemampuan untuk mencegah kontaminasi merupakan salah satu faktor penting untuk
menjaga kualitas produk. Tata letak dan kapasitas gudang cukup mampu dalam memberikan akses untuk proses pembersihan dan sirkulasi udara. Cara penyimpanan berdasarkan FIFO (First In First Out) dan atau FEFO (First Expired First Out). Staf instalasi farmasi di kabupaten/kota menjaga dan mencatat kondisi gudang kabupaten/kota setiap bulan pada Formulir Inspeksi Gudang dan Lingkungan di Tingkat Kabupaten/Kota (Lampiran 2). Laporan digandakan dan disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan salinan lainnya diserahkan kepada Provinsi setiap bulan.
3. Distribusi TTD ke Puskesmas
Staf instalasi farmasi di Kabupaten/Kota memeriksa jumlah produk, kualitas dan kondisi kendaraan sebelum pengiriman ke puskesmas dan mencatatnya pada Formulir Distribusi TTD di Tingkat Kabupaten/Kota (Lampiran 3). Formulir ini digandakan dan disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan salinan diserahkan kepada Provinsi setiap bulan.
Jumlah TTD yang didistribusikan ke Puskesmas berdasarkan pada permintaan bulanan dari puskesmas dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (Form LPLPO). Distribusi dari kabupaten ke puskesmas dilakukan setiap bulan dan maksimum harus dilakukan setiap triwulan. Untuk distribusi triwulan TTD harus diterima di Puskesmas pada bulan pertama setiap triwulan.
4. Penerimaan TTD di Puskesmas
Petugas pengelola obat di Puskesmas mengambil sampel yang mewakili seperti yang dijelaskan dalam tabel 4 dan mengecek kualitas TTD pada penampilan fisik, jumlah produk yang diterima, dan tanggal kadaluarsa ketika menerima di puskesmas dan mencatatnya pada Formulir Penerimaan TTD di Tingkat Puskesmas (Lampiran 4). Formulir digandakan dan disimpan pada tingkat puskesmas, dan salinan lainnya diserahkan kepada kabupaten setiap bulan. Contoh untuk mengambil sampel: jika puskesmas menerima 150 kotak TTD, maka staf puskesmas perlu mengambil sampel yang mewakili masing-masing nomor batch sebanyak total 20 kotak. Kemudian dari setiap kotak, diambil satu strip dari 20 kotak yang dipilih. Jika ada lebih dari 3 contoh yang tidak memenuhi spesifikasi produk dari 20 kotak yang dipilih, maka jumlah kotak yang dikembalikan ke Kabupaten/Kota adalah seluruh kotak dari nomor batch yang ditemukan tidak memenuhi persyaratan. Jika produk ditolak di Puskesmas maka puskesmas mengembalikan produk ke Kabupaten pada pengiriman/penerimaan TTD berikutnya.
5. Penyimpanan TTD di Gudang Puskesmas
Kondisi gudang memenuhi standar minimum seperti suhu (< 30 0 C), humidty (< 75%), kebersihan, dan kemampuan untuk mencegah kontaminasi demi menjaga kualitas
produk. Tata letak dan kapasitas gudang cukup mampu dalam memberikan akses untuk proses pembersihan dan sirkulasi udara. Cara penyimpanan berdasarkan FIFO (First In First Out) dan atau FEFO (First Expired First Out). Petugas pengelola obat di puskesmas menjaga kondisi gudang dan mencatat kondisi gudang setiap bulan pada Formulir Inspeksi Gudang dan Lingkungan di Tingkat Puskesmas (Lampiran 5). Formulir digandakan dan disimpan di Puskesmas, dan salinan lainnya diserahkan kepada Kabupaten/Kota setiap bulan.
6. Distribusi TTD ke Polindes/Poskesdes
Petugas pengelola obat di puskesmas memeriksa kualitas dan kuantitas TTD pada penampilan fisik, jumlah produk yang dikirimkan, tanggal kadaluwarsa dan kondisi kendaraan yang diserahkan untuk polindes/poskesdes dan mencatatnya pada Formulir Distribusi TTD di Tingkat Puskesmas (Lampiran 6). Formulir digandakan dan disimpan di puskesmas, dan salinan lainnya diserahkan kepada Kabupaten/Kota setiap bulan. Distribusi dari Puskesmas ke Polindes/Poskesdes dilakukan setiap bulan.
7. Penerimaan TTD di Polindes/Poskesdes
Bidan desa mengambil contoh yang mewakili seperti yang dijelaskan dalam tabel 4 dan mengecek kualitas TTD pada penampilan fisik, jumlah produk, dan tanggal kadarluarsa pada saat menerima dan mencatatnya pada Formulir Penerimaan di Tingkat Polindes/Poskesdes (Lampiran 7). Formulir digandakan dan disimpan pada tingkat Polindes/Poskesdes, dan salinan lainnya diserahkan kepada Puskesmas setiap bulan. Cara pengambilan contoh, jika Polindes/Poskesdes menerima 150 strip TTD, ambilah contoh sebanyak 20 strip. Jika ada lebih dari 3 strip tidak memenuhi spesifikasi produk dari 20 strip yang dipilih, maka jumlah strip yang dikembalikan ke puskesmas adalah seluruh strip dari nomor batch yang ditemukan tidak memenuhi persyaratan.
8. Pemberian TTD Kepada Ibu Hamil
Bidan desa memberikan TTD kepada ibu hamil disertai dengan konseling tentang manfaat, efek samping, cara penyimpanan dan cara konsumsi TTD.
C. Pelaporan Keluhan Terkait Produk
Bidan penanggung jawab wilayah melaporkan keluhan yang diterima dari penerima manfaat ke Puskesmas dengan menggunakan formulir Laporan Keluhan Terkait Produk (Lampiran 8). Laporan dikirim secara berjenjang ke Kabupaten/Kota dan Provinsi setiap ada permasalahan. Jika diperlukan Kabupaten/Kota dan Provinsi akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk penanganan keluhan.
D. Penanganan Kemasan Paska Konsumsi
Ada dua jenis kemasan TTD dan manajemen pengelolaannya, yaitu: • Alumunium foil.
Petugas di fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat (Polindes, Poskesdes) akan mengumpulkan kemasan bekas yang diberikan oleh ibu hamil ketika melakukan kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan, kemudian petugas akan memberikan kepada ibu hamil, TTD yang baru sesuai dengan dosisnya. Kemasan bekas kemudian dibawa ke Puskesmas, karena alumunium foil tidak dapat digunakan kembali dan tidak mudah didaur ulang, oleh karena itu alumunium foil dibakar di Puskesmas pada tempat yang sesuai.
• Kardus. Kardus dapat digunakan kembali .
Untuk produk kadaluarsa dan tidak memenuhi persyaratan mutu, masing-masing rantai distribusi mengumpulkan dan mengirimkan produk ke gudang Kabupaten/Kota untuk Untuk produk kadaluarsa dan tidak memenuhi persyaratan mutu, masing-masing rantai distribusi mengumpulkan dan mengirimkan produk ke gudang Kabupaten/Kota untuk
Gambar 2.
RANGKUMAN DIAGRAM PEMANTAUAN MUTU PRODUK
1. Cek No Batch, tanggal kadarluarsa
Penerimaan di Kabupaten Sampling dan cek parameter fisik, kondisi 2.
kendaraan
1. Menerapkan Good Warehouse practice (higienis, tempat yang aman, mencegah
Penyimpanan di
kontaminasi)
Kabupaten/Kota
2. Menjaga suhu, kelembaban
3. Menerapkan FIFO dan atau FEFO, akurasi
stok
Distribusi ke Puskesmas
1. Cek No Batch, tanggal kadarluarsa
2. Cek parameter fisik, kondisi kendaraan
Penerimaan di Puskesmas
1. Cek No Batch, tanggal kadarluarsa
2. Sampling dan cek parameter fisik, kondisi kendaraan
1. Menerapkan Good Warehouse practice (higienis, tempat yang aman, mencegah
Penyimpanan di Puskesmas
kontaminasi)
2. Menjaga suhu, kelembaban 3. Menerapkan FIFO dan atau FEFO,
akurasi stok
1. Cek No Batch, tanggal kadarluarsa
Distribusi ke
Polindes/Poskesdes
2. Cek parameter fisik
1. Cek No Batch, tanggal kadarluarsa
Penerimaan di Polindes/
Poskesdes
2. Sampling dan cek parameter fisik
1. Pemberian TTD ke Ibu Cek No Batch, tanggal kadarluarsa
2. Cek parameter fisik
Hamil
3. Materi KIE.
BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN TTD
Kegiatan pemantauan dan evaluasi perlu dilakukan secara berkala dan merupakan bagian penting dalam siklus pengelolaan kegiatan pemberian TTD. Pemantauan merupakan rangkaian kegiatan pengamatan sejauh mana pelaksanaan program penanggulangan anemia gizi besi dibandingkan dengan perencanaan dan prosedur, sehingga bila ada masalah dapat ditemukan dan ditangani sejak dini. Berbeda dengan proses monitoring yang berkesinambungan, evaluasi merupakan asesmen dari keseluruhan program secara menyeluruh dan mendalam dan ditujukan khusus untuk mengukur keadaan sebelum inisiasi kegiatan (studi awal/baseline) dan beberapa waktu setelah intervensi atau program dilaksanakan (studi akhir/end line). Beberapa hal yang perlu dipantau meliputi:
• Logistik dan Pendistribusian: proses distribusi, tempat dan cara penyimpanan, ketersediaan TTD, formulir pencatatan pelaporan, ketersediaan KIE, dll.
• Jumlah ibu hamil yang memperoleh TTD program/mandiri. • Tingkat kepatuhan ibu hamil mengonsumsi TTD.
Secara bersama-sama, Monitoring dan Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan identifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki. Pemantauan dan evaluasi dapat dilaksanakan oleh pengelola/pelaksana kegiatan dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dan kota baik dari sektor kesehatan maupun sektor lain yang terkait setiap 2 (dua) kali setahun atau disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
A. Indikator
Untuk memantau dan mengevaluasi program diperlukan indikator yang meliputi:
1. Ibu Hamil:
a. Jumlah TTD diterima.
b. Jumlah TTD dikonsumsi.
c. Pengetahuan Ibu tentang anemia dan konsumsi TTD (hanya untuk evaluasi periodic, dan tidak untuk monitoring reguler).
d. Status anemia (hanya untuk evaluasi periodic, dan tidak untuk monitoring reguler).
2. Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas:
a. Jumlah TTD diterima.
b. Jumlah TTD ditolak.
c. Pengetahuan petugas kesehatan tentang pemberian TTD dan pemantauan mutu.
d. Kapasitas manajemen penyediaan TTD (penyimpanan, distribusi).
3. Perubahan Kebijakan:
a. Adopsi TTD sebagai kebijakan pemerintah (e-catalog, diperbaharui).
B. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan
Pencatatan distribusi TTD dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:
a. Posyandu Pemberian TTD untuk ibu hamil yang dilakukan di posyandu dicatat dalam Sistem Informasi Posyandu (SIP). Pencatatan dan rekapitulasi di posyandu dilakukan oleh bidan/tenaga kesehatan Pustu pada saat kegiatan Posyandu maupun saat Kunjungan Rumah (Bumil).
b. Desa • Pencatatan pemberian TTD kepada kelompok sasaran dilakukan oleh bidan di
polindes, poskesdes, petugas pustu, dan dicatat pada buku KIA yang dipegang ibu dan juga pada Kartu Kepatuhan ibu (Lampiran 16), selanjutnya dicatat pada
Kohort Antenatal Care (Lembar KIA-4).
• Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu melaporkan rekapitulasi hasil pemberian TTD ke puskesmas melalui Register Antenatal Care (Lembar KIA-
10) selambat-lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya. • Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu juga mencatat pemberian dan
konsumsi TTD ibu hamil dengan menggunakan Form Monitoring Konsumsi TTD tingkat desa (per ibu hamil) di lampiran 9 dan mengirimkan ke Puskesmas setiap tanggal 5 Januari pada tahun berikutnya.
• Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu juga mencatat dan melaporkan distribusi TTD kepada ibu hamil di tingkat desa dan mengirimkannya ke
Puskesmas selambat-lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya dengan menggunakan Form Fe Desa, yang terdapat pada Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes 2015; dan melaporkan rekapitulasi ibu hamil yang menerima dan mengkonsumsi TTD dengan menggunakan Form Fe-K Desa (lampiran 10) dan mengirimkan ke Puskesmas selambat-lambatnya tanggal 5 Januari pada tahun berikutnya.
• Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu melaporkan stok pemakaian TTD di tingkat desa dengan menggunakan Form Pemantauan Logistik TTD di
Poskesdes/Polindes/Bidan Desa (Form Fe Log. Desa.) di lampiran 15 dan mengirimkan ke Puskesmas tanggal 5 pada bulan berikutnya.
c. Puskesmas Bidan/ Petugas Gizi Puskesmas bertugas:
• Memberikan TTD kepada semua ibu hamil yang melakukan ANC ke poli KIA dan dicatat pada buku KIA yang dipegang ibu dan juga pada kartu ibu
selanjutnya dicatat dalam Kohort Antenatal Care (Lembar KIA-4). • Merekapitulasi laporan bulanan pemberian TTD Puskesmas, Poskesdes, bidan
praktik mandiri, dokter praktik, dan klinik lainnya pada Register Antenatal Care
(Lembar KIA-10)
• Mengirim laporan bulanan hasil rekapitulasi pemberian TTD ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya
tanggal 10 pada bulan berikutnya dengan menggunakan Form Fe Puskesmas (F1 Puskesmas) sebagaimana terdapat di buku Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD (Kemenkes 2015).
• Mengirim laporan tahunan hasil rekapitulasi konsumsi TTD ibu hamil di dalam Form Fe-K tingkat Puskesmas (lampiran 11) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya pada tanggal 10 Januari pada tahun
berikutnya. • Mengirim laporan stok pemakaian TTD di tingkat puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Form Pemantauan Logistik TTD di Puskesmas (Form Fe Log. Puskesmas), yang terdapat pada Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes 2015.
d. Kabupaten/Kota • Pengelola instalasi farmasi Dinkes Kabupaten/Kota melakukan pencatatan
ketersediaan dan jumlah TTD yang didistribusikan. • Pengelola program gizi Dinkes Kabupaten/Kota merekapitulasi laporan bulanan
TTD dari semua Puskesmas dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi menggunakan Formulir-1 (F1 Kabupaten dan Kota), yakni form sebagaimana yang terdapat di buku Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes 2015, selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya, dan memberi umpan balik ke puskesmas.
• Mengirim laporan tahunan hasil rekapitulasi konsumsi TTD ibu hamil di dalam Form Fe-K tingkat Kabupaten (lampiran 12) ke Dinas Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya pada tanggal 15 Januari pada tahun berikutnya.
• Mengirim laporan stok pemakaian TTD di tingkat Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Kemenkes selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Form Pemantauan Logistik TTD di
Kabupaten/Kota (Form Fe Log. Kabupaten/Kota), yang terdapat pada Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes 2015.
e. Provinsi Pengelola Program Dinas Kesehatan Provinsi:
• Merekapitulasi dan menganalisis laporan bulanan pemberian TTD dari semua Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
• Mengirim laporan ke Kementerian Kesehatan menggunakan Formulir-1 (F1 Provinsi) selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan berikutnya dan memberi
• Mengirim laporan tahunan hasil rekapitulasi konsumsi TTD ibu hamil di dalam Form Fe-K tingkat Provinsi (lampiran 13) ke Kementerian Kesehatan selambat-
lambatnya pada tanggal 20 Januari pada tahun berikutnya.
f. Kementerian Kesehatan R.I. Penanggungjawab program gizi (Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan) merekapitulasi dan menganalisis laporan pemberian TTD dari setiap provinsi, dan melakukan umpan balik, dengan menggunakan form sebagaimana terdapat di buku Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD (Kemenkes 2015) dan kepatuhan konsumsi TTD ibu hamil dengan menggunakan Form Monitoring Konsumsi TTD tingkat Pusat (Form Fe-K Pusat) di lampiran 14.
2. Pelaporan
Pelaporan pemberian TTD dilakukan secara berjenjang mulai dari Posyandu, Polindes/Poskesdes, Puskesmas sampai pusat. Laporan ditindaklanjuti dalam bentuk pemantauan pelaporan dan umpan-balik secara berjenjang. Laporan monitoring dan umpan balik yang diberikan dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
• Kelengkapan data yang dilaporkan dan klarifikasi jika diperlukan. • Penjelasan dari data yang tidak lengkap yang dilaporkan dan saran untuk tindak lanjut. • Alasan yang mendasari target yang tidak tercapai dan saran untuk memperbaikinya.
Alur pelaporan dapat dilihat dalam skema berikut:
Gambar 3. ALUR PELAPORAN
Dokumen Pelaporan
Fe-K Pusat
Fe Pusat
RUMAH SAKIT
DINKES PROV
Form
Form
Prov
Fe Prov.
Fe-K Prov.
(Pemerintah/swasta)
RUMAH SAKIT
DINKES
Form
Form Form Fe
Kab / Kota
KABUPATEN/
Fe Kab.
Fe-K Kab. Log. Kab.
(Pemerintah/swasta)
Form Form Fe
Log. Pusk.
Fe Pusk.
Fe-K Pusk.
Pustu/Polindes Poliklinik Swasta//Dokter
Form
/Poskesdes/ praktik swasta/Bidan Praktik
* Form Fe-K Form Fe
Fe Desa
Desa
Mandiri
Log. Desa
Posyandu
* Form
Konsumsi TTD
tingkat Desa Ket : Pelaporan
Umpan Balik
Dilaporkan
Dilaporkan Dilaporkan
bulanan
tahunan tahunan
C. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penyediaan TTD terutama untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, dan untuk menilai apakah tujuan akhir dari memberikan TTD pada wanita hamil tercapai. Pemantauan merupakan bagian dari manajemen program yang merupakan upaya untuk memantau pelaksanaan program secara terus-menerus, dan memberikan umpan balik terhadap masalah-masalah yang ditemukan, dan masalah-masalah yang perlu diselesaikan. Oleh karena itu, pemantauan dilakukan secara bertahap dari kementerian kesehatan tingkat nasional, dinas kesehatan tingkat provinsi, kabupaten, puskesmas dan pelayanan kesehatan tingkat desa.
Pemantauan dilakukan dengan dua cara, pertama; melalui analisis data laporan rutin. Analisis data rutin diharapkan dapat mengidentifikasi masalah pelaksanaan kegiatan dalam hal apa dan dimana kegiatan dilakukan. Saran dan masukan yang fokus pada masalah dan tindak lanjut yang perlu dilakukan akan diberikan kepada staf terkait. Kedua, melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengumpulkan informasi secara langsung dan mendiskusikan kegiatan apa yang memerlukan tindak lanjut atau saat peningkatan kapasitas yang lebih lanjut diperlukan
Evaluasi adalah upaya untuk menentukan apakah penyediaan TTD telah mencapai tujuan. Evaluasi dampak dari program ini akan membandingkan prevalensi anemina ibu hamil antara daerah intervensi dan daerah kontrol, untuk menentukan apakah intervensi yang dilakukan memberikan hasil.
LAMPIRAN
Lampiran 1 FORM PENERIMAAN TTD DI TINGKAT KABUPATEN
Tanggal Penerimaan :
Kabupaten/Kota :
Dokumen*
Provinsi :
Total Tablet yang diterima :
Jumlah contoh yang dibutuhkan :
Tanggal Pengembalian :
Total Produk yang rusak :
Produk yang di tolak
Keputusan
Kondisi Kendaraan
Penampakan Fisik
No No Ukuran Kemasan
(Terima/ Batch
(Bersih/Baik/
*Catatan : Surat pengiriman Keterangan: 1.Ukuran kemasan : ukuran satuan menyesuaikan dengan satauan kemasan yang diterima (contoh kardus, kotak atau strip) 2.No batch : no penandaan dari pabrik yang tertera pada kemasan
3. Jumlah : banyaknya barang yang diterima 4. Kondisi kendaraan : diisi apakah kondisi kendaraa bersih atau tidak bersih 5. Keutuhan kemasan primer : diisi apakah kemasan baik (tidak sobek, bocor,) atau dalam keadaan tidak baik (sobek. bocor) 6. Warna : diisi apakah warna sesuai dengan standar (merah tua) atau tidak sesuai standar 7. Kekerasan : diisi apakah kekerasan sesuai standar (tidak mudah hancur) atau tidak sesuai standar
Dicek oleh, Diketahui oleh,
Lampiran 2 FORM INSPEKSI SARANA INSTALASI/ GUDANG DAN LINGKUNGAN DI TINGKAT KABUPATEN
Kabupaten/Kota
Bulan dan Tahun: …………… Provinsi
No Daftar
Kondisi
Catatan
(Kebersihan/Fungsi/Tidak
Tidak Berfungsi
5 Dinding dan jendela
6 Tempat sampah
7 Langit-langit
8 Produk non Pharmasi yang disimpan
9 Pintu
10 Kartu stok
11 FIFO dan atau FEFO
12 Termometer
13 Hygrometer
14 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
15 Pengendali Hama
Keterangan :
1. Kebersihan : diisi bersih jika kondisi bersih dan diisi tidak bersih jika tidak bersih
2. Kondisi : diisi berfungsi atau rusak
3.Catatan : diisi keterangan tambahan seperti jika rusak kapan rencana diperbaiki 4. Jumlah tumpukan : maksimal sesuai dengan yang tertera pada kemasan besar
Dicek oleh, Diketahui oleh,
Lampiran 3 FORM DISTRIBUSI TTD DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Tanggal Pengiriman :
Total Tablets yang dikirim :
Kabupaten/Kota : Provinsi