BOOK REVIEW PENGANTAR HUKUM INTERNASIONA (1)

BOOK REVIEW PENGANTAR HUKUM INTERNASIONAL
Ando Tri Kurniawan
[email protected]
DATA BUKU
Judul Buku
Pengarang
Penerbit
Tahun Terbit
Kota Terbit
Bahasa Buku
Jumlah halaman
ISBN Buku

: Pengantar Hukum Internasional
: Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes
: P.T. Alumni
: 2013
: Bandung
: Bahasa Indonesia
: 204
: 978-979-414-065-9


A. Pendahuluan
Buku ini ditulis oleh Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Mochtar
Kusumaatmadja adalah guru besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Beliau merupakan ahli bidang hukum internasional, defnisinya tentang hukum
yang berbunyi “Hukum adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur kehidupan masyarakat, termasuk didalamnya lembaga dan proses
untuk mewujudkan hukum itu kedalam kenyataan”. Selain menjadi akademisi
beliau juga menjadi diplomat Indonesia, beliau pernah menjabat sebagai
Menteri Kehakiman dari tahun 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri dari
tahun 1978 sampai 1988. Beliau adalah Wakil Indonesia pada siding PBB
mengenai Hukum Laut, Jenewa dan New York, ini berperan banyak dalam
konsep Wawasan Nusantara terutama dalam menetapkan batas laut territorial,
batas darat, batas landas kontinen Indonesia. Beliau berperan banyak dalam
perundingan internasional, terutama mengenai batas darat dan batas laut
territorial. Pada tahun 1958-1961, dia telah mewakili Indonesia pada Konferensi
Hukum Laut, Jenewa, Colombo, dan Tokyo.
Sistematika buku ini terbagi dalam 8 (delapan) bab. Pada Bab I dibahas
mengenai pengertian, batasan, dan istilah hukum internasional yang terbagi
menjadi sub bab yaitu 1. Hukum internasional: pengertian dan batasan, 2.

Istilah hukum internasional, 3. Bentuk perwujudan khusus hukum internasional:
hukum internasional regional dan hukum internasional khusus (special), 4.
Hukum internasional dan hukum dunia (world law). Bab II dibahas mengenai
masyarakat dan hukum internasional yang terbagi menjadi 3 sub bab yaitu 1.
Adanya masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis hukum
internasional, 2. Kedaulatan negara: hakikat dan fungsinya dalam masyarakat
internasional, 3. Masyarakat internasional dalam peralihan ( transition ). Pada
Bab III dibahas mengenai sejarah hukum internasional dan perkembangannya.
Pada Bab IV dibahas mengenai hakikat dan dasar berlakunya hukum
internasional. Pada Bab V dibahas mengenai hubungan antara hukum
internasional dan hukum nasional yang terbagi menjadi sub bab yaitu 1.
Tempat hukum internasional dalam tata hukum secara keseluruhan, 2. Primat
hukum internasional menurut praktik internasional, 3. Hubungan antara hukum
internasional dan hukum nasional menurut hukum positif beberapa negara.
Pada Bab VI dibahas mengenai subyek hukum internasional yang terbagi
menjadi 6 sub bab yaitu 1. Negara, 2. Takhta suci, 3. Palang merah
internasional, 4. Organisasi internasional, 5. Orang perorangan, 6.

Pemberontak dan pihak dalam sengketa. Pada Bab VII dibahas mengenai
sumber hukum internasional yang dibagi menjadi sub bab yaitu 1. Perjanjian

internasional, 2. Kebiasaan internasional, 3. Prinsip hukum umum, 4 sumber
hukum tambahan. Pada Bab VIII membahas mengenai wilayah negara dalam
hukum internasional yang terbagi menjadi 5 sub bab yaitu 1. Wilayah dan
yurisdiksi negara di laut, 2. Penyelesaian sengketa, 3 persetujuan
implementasi bab XI Konvensi Hukum Laut 1982, 4. Persetujuan tentang
Konservasi dan pengelolaan jenis-jenis ikanyang terdapat di dua ZEE dan yang
ber migrasi jauh dan 5. Ruang udara dan ruang angkasa.
B. Ringkasan Buku
Pengertian, Batasan dan Istilah Hukum Internasional
Hukum Internasional ialah hukum internasional publik, yang harus kita
bedakan
dari
hukum
perdata
internasional. Hukum
Perdata
Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi negara. Hukum Internasional Publik adalah
keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat

perdata. Persamaannya, ialah bahwa keduanya mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara (internasional).Perbedaannya, terletak
dalam sifat hukum hubungan atau persoalan diaturnya (objeknya). Yang jelas
ialah bahwa hubungan atau persoalan internasional demikian bukan
merupakan persoalan perdata, sehingga bukan pula merupakan hubungan
atau persoalan yang diatur hukum perdata internasional.
Selain menggunakan istilah Hukum Internasional, orang juga mempergunakan
istilah hukum
bangsa-bangsa, hukum
antarbangsa atau hukum
antarnegara untuk lapangan hukum yang sedang dibicarakan. Istilah hukum
internasional ini tidak mengandung keberatan, karena perkataan internasional
walaupun menurut asal katanya searti dengan antarbangsa sudah lazim
dipakai orang untuk segala hal atau peristiwa yang melintasi batas wilayah
suatu Negara. Hukum Bangsa-Bangsa akan dipergunakan untuk menunjukan
pada kebiasaan atau aturan (hukum) yang berlaku dalam hubungan antara
raja-raja zaman dahulu, ketika hubungan demikian baik karena jarangnya
maupun karena sifat hubungannya, belum dapat dikatakan merupakan
hubungan antara anggota suatu masyarakat bangsa-bangsa. Hukum
antarbangsa atauHukum Antarnegara akan digunakan untuk menunjuk pada

kompleks kaidah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa atau negara-negara yang kita kenal sejak
munculnya negara dalam bentuknya yang modern sebagai negara nasional.
Bentuk perwujudan khusus Hukum Internasional (Hukum Internasional Regional
dan hukum Internasional khusus (special)) dapat dikatakan bahwa disamping
hukum internasional yang berlaku umum (general) terdapat pula hukum
internasional regional, yang terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti
apa yang lazim dinamakan hukum internasional amerika atau hukum
internasional amerika latin.
Adanya berbagai lembaga hukum internasional regional demikian disebabkan
oleh keadaan yang khusus terdapat dibagian dunia itu. Walaupun
menyimpang, hukum internasional regional itu tidak usah bertentangan
dengan hukum internasional yang berlaku umum. Bahkan ada kalanya suatu
lembaga atau konsep hukum yang mula-mula timbul dan tumbuh sebagai
suatu konsep atau lembaga hukum internasional regional, kemudian diterima
sebagai bagian dari Hukum Internasional Umum.

Dengan
demikian Hukum
Internasional

Regional dapat
memberikan
sumbangan berharga kepada hukum internasional yang benar-benar universal.
Bentuk perwujudan lain dari hukum internasional khusus, selain hukum
internasional regional, kita jumpai dalam bentuk kompleks kaidah yang khusus
berlaku bagi negara-negara tertentu saja, seperti konvensi Eropa mengenai
hak-hak asasi manusia.
Beberapa bentuk hukum internasional khusus yang telah diterangkan diatas
merupakan pencerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan
tingkat integrasi yang berbeda-beda dari bagian masyarakat internasional
yang berlainan. Karena itu, ketentuan hukum internasional regional dan hukum
internasional khusus ini, walaupun dapat dibedakan dari hukum internasional
umum karena memiliki ciri-ciri yang khas, merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan dari hukum internasional umum.
Masyarakat dan Hukum Internasional. Adanya suatu masyarakat internasional
karena masyarakat internasional berlainan dari suatu negara dunia merupakan
kehidupan bersama dari negara-negara yang merdeka dan sederajat, unsur
pertama yang harus dibuktikan ialah adanya sejumlah negara didunia ini.
Adanya hubungan yang tetap dan terus-menerus demikian, juga merupakan
kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi. Saling membutuhkan antar bangsabangsa diberbagai lapangan kehidupan yang mengakibatkan timbulnya

hubungan
yang
tetap
dan
terus-menerus
antara
bangsa-bangsa,
mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur
hubungan demikian. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan
internasional ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang
diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Hubungan antara orang atau
kelompok orang yang tergabung dalam ikatan kebangsaan atau kenegaraan
yang berlainan itu dapat merupakan hubungan tak langsung atau resmi yang
dilakukan oleh para pejabat Negara yang mengadakan berbagai perundingan
atas nama Negara dan meresmikan persetujuan yang dicapai dalam perjanjian
antarnegara.
Pertama, negara sebagai kesatuan politik teritorial yang terutama didasarkan
atas kebangsaan telah menjadi kenyataan. Dalam tahap pertama pertumbuhan
masyarakat internasional, yaitu sesudah terjadinya perjanjian Westphalia,
kekuasaan riil dalam negara masih berada dalam tangan Raja. Setelah

terjadinya Revolusi Perancis dan berbagai pergolakan yang terjadi di Eropa
yang mengakibatkan berpindahnya kekuasaan dari tangan raja ketangan
rakyat dibanyak negara, negara kebangsaan telah benar-benar jadi negara
nasional dalam arti yang sebenar-benarnya dan bukan lagi kerajaan dengan
wajah baru.
Kedua, ialah diadakannya berbagai konferensi internasional yang dimaksudkan
sebagai sebagai konferensi untuk mengadakan perjanjian internasional yang
bersifat umum dan meletakkan kaidah hukum yang berlaku secara universal.
Ketiga, dibentuknya Mahkamah Internasional Arbitrase Permanen yang
merupakan suatu kejadian penting dalam mewujudkan suatu masyarakat
internasional. Dengan dibentuknya Mahkamah Arbitrase Permanen ini
dihidupkan kembali suatu lembaga penyelesaian pertikaian antara bangsabangsa yang telah merupakan suatu lembaga yang ampuh dalam masyarakat
bangsa-bangsa pada abad pertengahan.
Hakikat dan dasar berlakunya hukum internasional. Mengenai hal ini telah
banyak dikemukakan banyak teori, teori yang tertua ialah Teori Hukum Alam.
Ajaran hukum alam mempunyai pengaruh yang besar atas hukum
internasional sejak permulaan pertumbuhannya. Ajaran ini yang mula-mula

mempunyai ciri keagamaan yang kuat, untuk pertama kalinya dilepaskan sari
hubungannya dengan keagamaan itu oleh Hugo Grotius. Hukum alam diartikan

sebagai hukum ideal yang didasarkan atas hakikat manusia sebagai makhluk
yang berakal atau kesatuan kaidah yang diilhamkan alam pada akal manusia.
Menurut penganut ajaran hukum alam ini, hukum internasional itu mengikat
karena hukum internasional itu tidak lain daripada hukum alam yang
diterapkan pada kehidupan masyarakat bangsa-bangsa.
Aliran lain mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional itu atas
kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Menurut
mereka, pada dasarnya negara yang merupakan sumber segala hukum dan
hukum internasional itu mengikat karena negara itu atas kemauan sendiri mau
tunduk pada hukum internasional. Aliran ini yang menyandarkan teori mereka
pada falsafah Hegel yang dahulu mempunyai pengaruh yang luas di Jerman.
Dengan perkataan lain, persetujuan negara untuk tunduk pada hukum
internasional menghendaki adanya suatu hukum atau norma sebagai sesuatu
yang telah ada terlebih dahulu dan berlaku lepas dari kehendak negara. Bukan
kehendak negara melainkan suatu norma hukumlah yang merupakan dasar
terakhir kekuatan mengikat hukum internasional.
Hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional itu seperti juga
banyak persoalan lain, jawaban yang dapat diberikan terhadap persoalan
hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional banyak bergantung
darimana kita memandang persoalan itu atau dengan perkataan lain

bergantung dari sudut pandang si pembahas.
Erat hubungannya dengan apa yang diterangkan tadi ialah persoalan
hubungan hirarki antara kedua perangkat hukum itu. Menurut paham
dualism ini yang bersumber pada teori bahwa daya ikat hukum internasional
bersumber pada kemauan negara, hukum internasional dan hukum nasional
merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu dari yang
lainnya.
Paham monisme didasarkan atas pemikiran kesatuan dari seluruh hukum yang
mengatur hidup manusia. Akibat pandangan monism ini ialah bahwa antara
dua perangkat ketententuan hukum ini mungkin ada hubungan hirarki. Ada
pihak yang menganggap bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan
hukum internasional yang utama adalah hukum nasional. Paham ini
adalah paham monism dengan primat hukum nasional. Paham yang lain
berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan hukum
internasional yang utama ialah hukum internasional. Pandangan ini disebut
dengan paham monsme dengan primat internasional.
Menurut teori monism kedua-duanya mungkin. Pandangan yang melihat
kesatuan antara hukum nasional dan hukum internasional dengan primat
nasional ini pada hakikatnya menganggap bahwa hukum internasional itu
bersumber pada hukum nasional. Karena tidak ada satu organisasi diatas

negara-negara yang mengatur kehidupan negara-negara didunia ini
Subjek Hukum Internasional, yaitu:
1. Negara,
2. Takhta suci (vatikan),
3. Palang Merah Internasional,
4. Organisasi Internasional
5. Orang perorangan (individu),
6. Pemberontak dan pihak dalam sengketa (belligerent),
C. Isi

Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dalam memberi kuliah hukum
internasional yang terasa dewasa ini. Terutama di fakultas-fakultas hukum
yang dirasakan kebutuhan akan suatu buku pengantar yang sederhana dalam
bidang hukum internasional, tetapi cukup memberikan pengertian dasar yang
diperlukan bagi suatu studi sendiri selanjutnya, juga diinginkan agar buku
pengantar itu selain menunjukkan suatu cara pendekatan yang konsepsional,
juga menampakkan pandangan Indonesia sebagai negara yang baru merdeka
dan sedang berkembang terhadap hukum internasional.
Para rekan, terutama kalangan pengajar hukum internasional di fakultasfakultas hukum yang paling merasakan adanya kebutuhan tersebut di atas,
telah mendesak penulis untuk menulis sebuah buku pengantar yang
dimaksudkan.
Buku ini yang telah berkembang dan merupakan suatu percobaan untuk
memenuhi kebutuhan ilmu pengantar hukum internasional. Dikatakan
perobaan karena kesibukan pekerjaan sehari hari-hari membatasi kemampuan
penulis untuk mempersiapkan suatu naskah yang dapat memenuhi kebutuhan
dan harapan yang diuraikan diatas secara sungguh-sungguh.
Buku ini memakai cara pendekatan terhadap hukum internasional yang penulis
pergunakan juga dibidang hukum lainnya dan terhadap masalah hukum pada
umumnya, yang tidak semata-mata melihat hukum sebagai suatu perangkat
kaidan dan asas-asas melainkan memepertautkannya dengan lembagalembaga (institusions) dan proses-proses yang mewujudkan kaidah-kaidah
tersebut dalam kenyataan. Cara pendekatan demikian demikian dengan
sendirinya selain mengkaji kaidah hukum secara analitis memperhatikan pula
segi-segi sosiologis, politik dan budaya dari persoalan.
Pandangan Indonesia terhadap masalah hukum internasional diperoleh penulis
karena kurang ledih dua puluh tahun sudah bernasib baik mendapat
kesempatan (turut) memperjuangkan kepentingan Indonesia yang menyangkut
bidang hukum ini.
Karena hal-hal diatas, buku Pengantar Hukum Internasional ini agak lain dari
pada buku-buku serupa dalam bahasa asing atau saduran-saduran yang
hingga kini masih dipakai dalam pegajaran hukum internasional di Indonesia.
Buku yang terbit ini membahasa pengertian dasar dan maslah-masalah pokok
yang diperlukan sebagai suatu pengantar (umum) dalam bidang hukum
internasional. Berbeda dengan penerbitan pertama kedalam penerbitan baru
ini ditambahkan satu bab baru mengenai wilayah negara. Oleh karena
kebutuhan yang mendesak tersebut bab tambahah ini masih jauh dari
sempurna. Bagian mengenai hukum Udara dan ruang angkasa misalnya masih
belum disertakan pada saat ini, sedangkan bagian mengenai hukum laut
dicantumkan hanya garis-garis besarnya saja.
Untuk menciptakan Negara yang memiliki kesejahteraan, kedamaian dan
terciptanya tatanan sosial yang baik pastilah membutuhkan hukum dalam
pelaksanaannya. Hukum itu memberikan batasan-batasan agar subyek hukum
itu tidak keluar dari aturan hukum yang berlaku.
Berbicara tentang hukum tak lepas dari pemegang hak dan kewajiban yaitu
subyek hukum. Seperti halnya hukum nasional, hukum internasional pun
mengenal individu dan badan hukum sebagai subyek hukum. Namun semakin
bertambahnya zaman banyak muncul subyek hukum internasional seperti
Negara, Organisasi Internasional, Palang Merah Internasional, Vatikan, Individu,
NGO, Perusahaan transnasional atau multinasional. Munculnya organisasiorganisasi dan pribadi-pribadi hukum internasional yang secara aktif terlibat
dalam hubungan internasional menjadikan hubungan itu mulai ada pergeseran

maka dibutuhkan suatu kaidah dan prinsip hukum internasional untuk
mengatur hubungan antar organisasi internasional itu sendiri. Selanjutnya
ketika ada permasalahan dari subyek hukum yaitu Negara dalam hal
kekuasaan wilayah, maka aturan internasionallah yang menjadi penengah
penyelesaian seperti dalam konverensi hukum laut di Jenewa yang sudah
diratifkasi oleh banyak Negara di dunia. Dalam hal batas wilayah, suatu
Negara harus berpedoman pada aturan yang ada dalam ZEE (Zona Ekonomi
Eksklusif).
D. Penutup
Permasalahan-permasalahan yang muncul mengenai hukum internasional
tidak akan pernah berhenti sampai sini saja. Pembahasan hukum internasional
dalam buku ini masih dapat dijadikan sebagai sebuah bahan bacaan dan
sebuah wawasan bagi pembaca karena masih sesuai sesuai dengan
perkembangan zaman sekarang ini. Selain itu adanya pendahuluan pada setiap
bab sebagai pengantar awal materi memberikan nuansa penasaran bagi
pembaca untuk terus memperdalam dan menggali lebih dalam tentang hukum
internasional itu sendiri. Kemudian penjelasan dalam bab satu ke bab lainnya
berhubungan sehinga pembaca tidak salah dalam penafsirannya. Perlu
diketahui pula bahwa buku karangan Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.
Agoes ini juga mempunyai kekurangan seperti dalam pemilihan kata dan gaya
bahasanya yang tidak sesuai dengan kamus besar Indonesia dan EYD karena
masih banyak yang menggunakan kata-kata yang sudah tidak sesuai untuk
digunakan dalam menyusun kalimat.
Gambar buku: