MAKALAH FISIKA SISTEM PEN DENGARAN

MAKALAH FISIKA

SISTEM PENDENGARAN

Nama
NIM
Kelas

Disusun oleh:
: Tiskha Sukma Ambarwati
: 201610070311096
: Biologi I-B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGRUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti kita semua tahu, telinga manusia adalah organ vital dari sistem sensorik tubuh.

Harus tepat, telinga merupakan organ sistem pendengaran, yang bertanggung jawab untuk
indera pendengaran. Ini melakukan fungsi utama menerima gelombang suara dan
mengirimkan sinyal ke otak. Dengan cara ini, kita dapat mendeteksi dan menginterpretasikan
jenis suara yang berbeda. Selain pendengaran, telinga kita adalah penting untuk penentuan posisi
kepala dan menjaga keseimbangan Badan. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada
tubuh orang sakit kita harus terlebih dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat dari susunan
tubuh manusia yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya struktur indra
pendengaran. Indra pendengaran merupakan salah satu alat pancaindra untuk mendengar. Maka
dari itu kelompok kami mencoba menjelaskan tentang bagian-bagian telinga,fisiologi
pendengaran,proses pendengaran dan gangguan pendengaran. Mengingat indra pendengaran
sangat penting bagi manusia, maka besar harapan kelompok kami dengan adanya makalah ini
mampu menambah pengetahuan mengenai materi indra pendengaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu indra pendengaran pada manusia ?
2. Jelaskan bagian-bagian dari telinga manusia ?
3. Bagaimana fisiologi gelombang bunyi pendengaran ?
4. Apa sajakah fisiologi system pendengaran pada manusia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang indra pendengaran pada manusia
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari telinga manusia
3. Untuk mengetahui fisiologi gelombang bunyi pendengaran
4. Untuk mengetahui fisiologi system pendengaran pada manusia

PEMBAHASAN

A. Indera Pendengar
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan.
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan
getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima
rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. Pendengaran adalah
persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat
dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)molekulmolekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).

B. Bagian Dari Telinga Manusia
Tiga bagian utama dari telinga manusia adalah telinga luar, telinga tengah, dan telinga
bagian dalam. Kerja dari telinga manusia adalah sedemikian rupa sehingga gelombang suara

melakukan perjalanan dari telinga luar ke telinga tengah, yang kemudian diteruskan ke telinga
bagian dalam bentuk gelombang kompresi. Di telinga bagian dalam, gelombang kompresional
diubah menjadi impuls listrik yang dirasakan oleh otak. Dengan cara ini, kita dapat mendengar
dan membedakan berbagai jenis suara. Mari kita bahas secara singkat tentang
bagian-bagian yang berbeda dari telinga manusia dan peran mereka dalam mendengar.

a. Telinga luar
ini telinga luar atau telinga bagian luar adalah bagian terlihat dari telinga, yang berfungsi sebagai
organ pelindung untuk gendang telinga. Ini mengumpulkan dan memandu gelombang suara
masuk ke telinga tengah. Telinga luar terdiri dari dua bagian berikut.
 Telinga Flap (Pinna) - Gelombang suara masuk ke telinga melalui flap telinga atau
pinna.
 Saluran Telinga (Meatus) - Saluran telinga adalah sekitar 2 cm. Ini menguatkan
gelombang suara dan channelizes mereka ke telinga tengah. Kelenjar keringat yang
hadir dalam saluran ini, yang mensekresi kotoran telinga.
b. Telinga Tengah
Telinga tengah, terletak di antara telinga luar dan telinga bagian dalam, merasakan gelombang
suara dari telinga luar dalam bentuk gelombang tekanan. Telinga tengah adalah rongga berisi
udara dan terdiri dari bagian-bagian berikut.
 Gendang telinga (membran timpani) - Gendang telinga adalah selaput tipis yang

bertindak sebagai partisi antara telinga luar dan telinga tengah. Bergetar secepat itu
menerima gelombang suara, dan mengubah energi suara menjadi energi mekanik.
 Hammer (Malleus) - Ini adalah tulang kecil, yang terletak di sebelah gendang telinga.
Karena terletak berdekatan dengan gendang telinga, getaran dari gendang telinga
menyebabkan hammer bergetar.
 Anvil (Incus) - Anvil adalah tulang lain kecil di samping hammer, itu
bergetar dalam menanggapi getaran hammer.
 Stirrup (Stapes) - Serupa dengan hammer dan anvil, sanggurdi adalah tulang kecil di
telinga tengah. Akhirnya, juga bergetar dan melewati gelombang kompresional ke
telinga bagian dalam.
c. Telinga dalam
(Labyrinth): Telinga bagian dalam, seperti namanya, adalah bagian terdalam dari telinga. Hal
ini diisi dengan zat seperti air dan terdiri dari baik pendengaran dan keseimbangan organ.
Telinga bagian dalam terdiri dari bagian-bagian berikut.
 Koklea (rumah siput)- ini koklea atau tabung spiral adalah struktur digulung yang dapat
meregang sekitar 3 cm. Lapisan membran koklea terdiri dari sel-sel saraf banyak. Selsel saraf mirip rambut merespon secara berbeda terhadap berbagai frekuensi getaran,
yang akhirnya mengarah ke generasi impuls listrik.
 Saluran setengah lingkaran - Ini adalah loop berisi cairan, yang melekat pada koklea
dan membantu dalam mempertahankan keseimbangan.
 Auditory Saraf - ini impuls listrik, yang dihasilkan oleh sel-sel saraf,

yang kemudian diteruskan ke otak.
Dengan cara ini, bagian-bagian yang berbeda dari telinga manusia melakukan fungsi tertentu
yang berkontribusi terhadap fungsi keseluruhan telinga. Setiap kerusakan dan / atau gangguan di
bagian telinga dapat menyebabkan masalah telinga dan gangguan pendengaran (tuli).

C. Fisiologi Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.
Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea
pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran
cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.
Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran
dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan
sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial,
terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan
sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
Susunan dan cara alat kerja seimbang
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah

lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di
dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan
disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus
yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat
keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang
mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula.
Saluran semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya
berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala
mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke
otak.

D. Fisiologi Sistem Pendengaran Manusia
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001). Sewaktu suatu gelombang
suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang
tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap
membrana tektorium.

Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini
menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka
saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan
potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan,
neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak

dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh
suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang
paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang
berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang
diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan
jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui
membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk
pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran
membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk
pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah
penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang
yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar

langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras
(Ganong, 2002).
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural / sensorineural deafness ( perseptif)
serta tuli campur / mixed deafness (Soepardi et al, 2007).
Tuli konduktif disebabkan oleh hal yang mengganggu hantaran normal daripada
gelombang suara ke organ Corti. Jadi merupakan gangguan konduksi rangsangan suara melalui
liang telinga, membran timpani, ruang telinga tengah, dan tulang pendengaran (Hassan et al,
2007).
Pada telinga luar misalnya prop serumen atau benda asing dalam liang telinga, otitis
eksterna, eksostosis. Pada telinga tengah misalnya OMA supurativa dan nonsupurativa, otitis
media kronik dengan atau tanpa mastoiditis, perforasi membrana timpani, otitis media serosa
(glue ear), otitis media adesiva, otosklerosis, sumbatan tuba Eustachii, barotrauma, trauma
kepala disertai gangguan fungsi telinga oleh ossicular chain disruption atau oleh hematoma
dalam telinga tengah, neoplasma (Hassan et al, 2007).
Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam, nervus
VIII atau di pusat pendengaran (Soepardi et al, 2007). Tuli saraf disebabkan oleh hal yang
merintangi atau mengurangi reaksi normal dari sel rambut terhadap stimulasi oleh gelombang
suara atau hal yang merintangi / mengganggu reaksi normal dari jalan serabut saraf organ Corti
ke korteks serebral (Hassan et al, 2007). Kerusakan pada saraf atau koklea dapat disebabkan
oleh trauma kepala disertai kerusakan os petrosus, trauma akustik misalnya ketulian akibat

bising di pabrik, infeksi (virus pada parotitis, campak, influenza dan sebagainya), neoplasma
(akustik neuroma, glomus jugulare), obat ototoksik (streptomisin, kanamisin, preparat kina),
gangguan serebrovaskular (Hassan et al, 2007). Tuli campur disebabkan oleh kombinasi tuli
konduktif dan tuli sensorineural.
Tuli campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan
komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor
nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif) (Soepardi et al, 2007).
Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan
melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Pemeriksaan dengan
menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, sedangkan dengan menggunakan audiometer
merupakan tes kuantitatif (Soepardi et al, 2007). Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada
antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 5002.000 Hz. Oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan

2.048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila
salah satu frekuensi ini terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila
tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan
garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al, 2007).Terdapat
berbagai macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing, dan tes
Stenger. Untuk mempermudah interpretasi secara klinik, dipakai tes Rinne, tes Weber, dan tes
Schwabach secara bersamaan (Soepardi et al, 2007).

1. Tes Rinne
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui
tulang pada telinga yang diperiksa (Soepardi et al, 2007). Caranya yaitu garpu tala digetarkan,
kemudian ditempelkan pada tulang mastoid sampai pendengar tidak mendengar lagi, lalu
dipindahkan ke depan liang telinga. Disini akan terdengar lagi oleh karena hantaran udara lebih
baik daripada melalui tulang. Ini disebut Rinne positif. Bila ada gangguan aliran udara disebut
Rinne negatif. Rinne positif terdapat pada orang normal dan pada penderita gangguan saraf
(neurosensoris). Rinne negatif terdapat pada gangguan aliran udara (tuli konduktif), misalnya di
daerah membran timpani, serumen pada liang telinga, kerusakan tulang pendengaran, dan
sebagainya (Hassan et al, 2007).
2. Tes Weber
Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan (Soepardi et al, 2007). Caranya yaitu garpu tala digetarkan dan diletakka di
verteks, kemudian dibandingkan pendengara telinga kanan dan kiri. Pada orang normal
pendengaran telinga kanan dan kiri sama (tidak ada lateralisasi). Bila ada gangguan konduksi,
terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sakit. Bila ada gangguan saraf, terjadi lateralisasi ke
telinga yang sehat. Hasil dinyatakan sebagai lateralisasi ke kanan / ke kiri atau lateralisasi negatif
(Hassan et al, 2007).
3. Tes Schwabach
Tes Schwabach ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang orang yang

diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal (Soepardi et al, 2007).
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar
bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga
pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut
Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan
cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila
pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan
pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan
pemeriksa (Soepardi et al, 2007).
4. Tes Bing (tes Oklusi)
Cara pemeriksaan yaitu tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga,
sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada
pertengahan kepala (seperti pada tes Weber). Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup,
berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras,
berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif (Soepardi et al, 2007).

5. Tes Stenger
Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli)
(Soepardi et al, 2007). Cara pemeriksaan dengan menggunakan prinsip masking. Misalnya
pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik
digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak
kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan
(yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras
dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena
efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi, jadi telinga kanan tidak akan
mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap menengar bunyi (Soepardi et
al, 2007).
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis
- Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal
- Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli konduktif
- Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli sensorineural

PENUTUP
Kesimpulan
Seperti kita semua tahu, telinga manusia adalah organ vital dari sistem sensorik tubuh. Harus
tepat, telinga merupakan organ sistem pendengaran, yang bertanggung jawab untuk indera
pendengaran. Ini melakukan fungsi utama menerima gelombang suara dan mengirimkan
sinyal ke otak. Dengan cara ini, kita dapat mendeteksi dan menginterpretasikan jenis suara yang berbeda.
Selain pendengaran, telinga kita adalah penting untuk penentuan posisi kepala dan menjaga
keseimbangan Badan.
Tiga bagian utama dari telinga manusia adalah telinga luar, telinga tengah, dan telinga bagian
dalam. Kerja dari telinga manusia adalah sedemikian rupa sehingga gelombang suara melakukan
perjalanan dari telinga luar ke telinga tengah, yang kemudian diteruskan ke telinga bagian dalam bentuk
gelombang kompresi. Di telinga bagian dalam, gelombang kompresional diubah menjadi impuls listrik
yang dirasakan oleh otak. Dengan cara ini, kita dapat mendengar dan membedakan berbagai jenis suara.
Mari kita bahas secara singkat tentang bagian-bagian yang berbeda dari telinga manusia dan peran
mereka dalam mendengar.