DASAR DASAR PENGENALAN HAK KEKAYAAN INTE
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Diterbitkan Oleh R.A.De.Rozarie (Anggota Ikatan Penerbit Indonesia) Jl. Ikan Lumba-Lumba Nomor 40 Surabaya, 60177 Jawa Timur – Negara Kesatuan Republik Indonesia www.derozarie.co.id – 081333330187/0819671079
Dasar-Dasar Pengenalan Hak Kekayaan Intelektual © Desember 2014
Eklektikus: Dr. Fajar Sugianto, S.H., M.H. Editor: Olivia Regina Master Desain Tata Letak: Krisna Budi Restanto
Angka Buku Standar Internasional: 9786021176139
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan
Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau direproduksi dengan tujuan komersial dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari R.A.De.Rozarie kecuali dalam hal penukilan untuk keperluan artikel atau karangan ilmiah dengan
menyebutkan judul dan penerbit buku ini secara lengkap sebagai sumber referensi . Terima kasih
PRAKATA
Dr. Fajar Sugianto, S.H., M.H. Ketua Pusat Kajian Hukum Bisnis ASEAN Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Merupakan kebanggan saya buku yang berjudul Dasar-dasar Pengenalan Hak Kekayaan Intelektual ini dapat diterbitkan dengan tujuan terbesarnya untuk memperkenalkan HKI kembali kepada khalayak ramai. Selain menyentuh pokok-pokok aspek hukum seputar HKI, buku ini juga dilengkapi dengan tambahan pendukung lainnya yang sangat perlu diketahui para Pembaca, seperti Daftar Klasifikasi Merek Barang dan Jasa, Daftar Klasifikasi Paten, Skema Prosedur Permohonan HKI, dan Contoh Surat-surat Permohonan dan Pernyataan.
Hal lain yang menarik adalah bagaimana tim redaksi mampu memformulasikan bahasa Undang-Undang menjadi lebih ringan dan mudah dimengerti oleh para Pembaca umum. Berangkat dari pemaham konkret semacam ini akan memudahkan penerbitan buku- buku selanjutnya yang memperluas pemahaman perlindungan hukum sesuai domain kreasi intelektual dalam kajian kontekstual Indonesia.
Kajian seputar HKI walaupun lebih banyak diwarnai pengetahuan hukum dan menjadi ranah pembelajaran ilmu hukum, tidak berarti hanya milik “orang hukum” tetapi buku ini juga dapat dimanfaatkan oleh Pembaca dengan latar belakang disiplin ilmu lainnya. Besar harapan saya agar buku ini bisa berkelanjutan dalam edisi atau cetakan berikutnya yang dapat memberikan manfaat baik dari aspek yuridis maupun praktis aplikatifnya. Quispiam Ex Nusquam yang artinya “sesuatu dari yang tiada”.
Surabaya, November 2014
SENARAI ISI PRAKATA
SENARAI ISI
ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Urgensi HKI
1.2 Manfaat HKI
1.3 Pengertian Kekayaan Intelektual dan HKI
1.4 Pengertian Hak Eksklusif dalam HKI
1.5 Dasar Hukum HKI
II. RAHASIA DAGANG
2.1 Pengertian Umum
2.2 Informasi yang Dilindungi
2.3 Jangka Waktu Perlindungan
2.4 Pengalihan dan Lisensi
2.5 Pelanggaran dan Sanksi
III. HAK CIPTA
3.1 Pengertian Umum
3.2 Ciptaan yang Dilindungi
3.3 Jangka Waktu Perlindungan
3.4 Status Pendaftaran
3.5 Hal-hal yang Tidak Dianggap sebagai Pelang- garan Hak Cipta
3.6 Pengalihan dan Lisensi
3.7 Pelanggaran dan Sanksi
3.8 Pengajuan Permohonan Pencatatan Ciptaan
IV. PATEN
4.1 Pengertian Umum
4.2 Objek Perlindungan Paten
4.3 Jangka Waktu Perlindungan
4.4 Status Permohonan Paten
4.5 Invensi yang Tidak Diberikan Paten
4.6 Hak dan Kewajiban Pemegang Paten
4.7 Pelanggaran dan Sanksi
4.8 Pengajuan Permohonan Paten
V. MEREK
5.1 Pengertian Umum
5.2 Objek Perlindungan Merek
5.3 Jangka Waktu Perlindungan
25
5.4 Status Pendaftaran
26
5.5 Pengalihan dan Lisensi
27
5.6 Pelanggaran dan Sanksi
28
5.7 Prosedur Pendaftaran Merek
VI. DESAIN INDUSTRI
30
6.1 Pengertian Umum
30
6.2 Objek Perlindungan Desain Industri
31
6.3 Jangka Waktu Perlindungan
31
6.4 Status Pendaftaran
32
6.5 Pengalihan dan Lisensi
33
6.6 Pelanggaran dan Sanksi
33
6.7 Prosedur dan Syarat Pendaftaran
VII. HAL-HAL PENTING LAINNYA
35
7.1 HKI dalam Sebuah Produk
7.2 Daftar Klasifikasi Kelas Merek Barang dan Jasa 36
67
7.3 Daftar Klasifikasi Paten Internasional
79
7.4 Skema Prosedur Permohonan Hak Cipta
80
7.5 Contoh Permohonan Pendaftaran Ciptaan
7.6 Contoh Surat Pernyataan Merek/Ciptaan/Paten 81
7.7 Contoh Pernyataan Kepemilikan dan Kebaruan Desain Industri
82
83
7.8 Skema Prosedur Permohonan Paten
84
7.9 Skema Prosedur Permohonan Merek
85
7.10 Skema Prosedur Permohonan Desain Industri
86
7.11 Contoh Permohonan Pendaftaran Merek
87
7.12 Contoh Formulir Permohonan Paten
90
SENARAI BACAAN
91
TENTANG PENULIS
I. PENDAHULUAN
1.1 Urgensi HKI
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia adalah hak perorangan (private rights) yang dilindungi oleh hukum. Perlindungan hukum menjadi sangat dibutuhkan ketika karya-karya intelektual yang dihasilkan oleh manusia ini memiliki nilai dan manfaat ekonomi di setiap penggunaannya, terutama kepada yang berhak menikmatinya. Dengan melekatnya pemanfaatan ekonomi kepada karya-karya intelektual manusia, maka menumbuhkan konsepsi kekayaan baik di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra maupun teknologi. Dalam banyak hal, kekayaan intelektual yang ada, mulai dari Hak Cipta, Paten, Rahasia Dagang, hingga Merek telah menjadi ciri khas dan sistem usaha yang tidak dapat dipisahkan.
Maksud perlindungan hukum terhadap HKI tidak hanya terbatas kepada karya-karya si pencipta/penemu/pendesain saja, tetapi juga kepada orang atau pihak lain agar: timbul kesadaran akan pentingnya daya kreasi dan inovasi
intelektual sebagai kemampuan berbasis keterampilan; membentuk kemampuan daya saing industri, perdagangan, dan
iklim investasi; dan timbul dorongan terhadap daya cipta, kreasi, dan inovasi di luar
karya-karya yang sudah ada dan dilindungi. Selaras dengan maksud perlindungan hukum tersebut di atas, maka tujuan terbesar perlindungannya adalah menciptakan dan menumbuhkan kompetisi – mengingat kompetisi adalah sentral pada pasar ekonomi – dengan cara:
* mencegah pemalsuan atau pemakaian karya-karya intelektual tanpa izin dari yang berhak;
* meningkatkan nilai ekonomi usaha; dan * meningkatkan gairah pencipta/penemu/pendesain dan dunia
usaha untuk terus berkreasi.
1.2 Manfaat HKI
™ Perlindungan hukum berupa kepastian hukum kepada pencipta/penemu/pendesain terhadap penyalahgunaan atau pemalsuan karya intelektualnya oleh pihak lain.
™ Meningkatkan persaingan sehat dengan cara memberikan perlindungan atas kreasi intelektual terhadap tindak pembajakan dan perbuatan curang lainnya.
™ Perlindungan hukum semacam ini selain memberikan kepastian hukum dan ketenangan bagi pemegang hak dalam melakukan usahanya tanpa gangguan dari pihak lain, juga dapat mengambil langkah hukum terhadap jenis-jenis pelanggaran terhadap kekayaan intelektualnya.
™ Pencipta/pendesain/penemu yang dilindungi adalah sebagai pemegang hak dapat memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain.
™ Bagi pemerintah, adanya citra positif terhadap pelaksanaan prinsip keseimbangan melalui harmonisasi antara kepentingan nasional Indonesia dengan kepentingan sesama negara anggota masyarakat internasional.
1.3 Pengertian Kekayaan Intelektual dan HKI
Definisi Kekayaan Intelektual dan HKI dari beberapa perspektif:
² Intellectual Property (IP) refers to creations of the mind, such as inventions; literary and artistic works; designs; and symbols, names and
images used in commerce (World Intellectual Property Organization- WIPO).
² IP shall be understood in the broadest sense and shall apply not only to industry and commerce proper, but likewise to agricultural and
extractive industries and to all manufactured or natural products, for example, wines, grain, tobacco leaf, fruit, cattle, minerals, mineral waters, beer, flowers, and flour (Paris Convention for the Protection of Industrial Property).
² IP is protected in law by, for example, patents, copy-right and trademarks, which enable people to earn recognition or financial benefit
from what they invent or create. By striking the right balance between the interests of innovators and the wider public interest, the IP system aims from what they invent or create. By striking the right balance between the interests of innovators and the wider public interest, the IP system aims
² Intellectual property rights are private rights (Agreement on Trade- Related Aspects of Intellectual Property Rights-TRIPS).
² IP Rights: the rights given to persons over the creations of their minds. They usually give the creator an exclusive right over the use of his/her
creation for a certain period of time (World Trade Organization). ²
A category of intangible rights protecting commercially valuable products of the human intellect. The category comprises primarily trademark, copyright, and patent rights, but also includes trade-secret rights, publicity rights, moral rights, and rights against unfair competition ( Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 8th.Ed).
² HKI: hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia; hak
untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual).
² HKI: hasil karya manusia yang berasal dari pemikiran intelektualnya di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, teknologi,
desain maupun bentuk-bentuk karya lainnya yang dapat dimanfaatkannya secara ekonomis.
1.4 Pengertian Hak Eksklusif dalam HKI
Hak atas kekayaan intelektual ini tidak diberikan dalam bentuk hak milik tetapi Hak Eksklusif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: K Diberikan oleh Negara kepada penemu/pencipta/pendesain atas
hasil karya, cipta dan karsa. K Hasil karya manusia yang berasal dari pemikiran intelektualnya. K Bersifat hak monopoli untuk memperbanyak hasilnya sendiri (diri
sendiri atau dilisensikan). K Memiliki jangka waktu tertentu. K Dapat dimanfaatkan secara ekonomis, sendiri maupun bersama-
sama (izin dari pemegang hak).
1.5 Dasar Hukum HKI
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Rangkaian Tata Letak Sirkuit Terpadu. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
II. RAHASIA DAGANG
2.1 Pengertian Umum
Pengertian beberapa istilah berikut ini berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang yang umum digunakan dalam ruang lingkup Rahasia Dagang adalah sebagai berikut:
1. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
2. Informasi dalam Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis.
3. Suatu Rahasia Dagang dianggap rahasia apabila informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui oleh masyarakat umum.
4. Suatu Rahasia Dagang dianggap memiliki nilai ekonomis apabila kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan menjalankan kegiatan yang bersifat komersial dan dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi, baik digunakan sendiri oleh pemilik maupun oleh pihak lainnya yang berhak berdasarkan lisensi.
2.2 Informasi yang Dilindungi
1. Informasi yang dilindungi kerahasiaannya meliputi: ? metode produksi; ? metode pengolahan; ? metode penjualan; dan ? informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang tidak
diketahui oleh masyarakat umum.
2. Beberapa bentuk uji kerahasiaan: ѩ sampai sejauh mana informasi tersebut diketahui oleh pihak
lain yang tidak diberi hak untuk mengetahuinya; ѩ sampai sejauh mana pemilik Rahasia Dagang mengungkapkan informasi rahasianya kepada masyarakat secara umum;
ѩ sampai sejauh mana tindakan yang dilakukan pemilik atau pemegang lisensi Rahasia Dagang untuk melindungi kerahasiaan informasinya; dan
ѩ tingkat kemudahan atau kesukaran mendapatkan informasi tersebut.
2.3 Jangka Waktu Perlindungan
Tidak ada ketentuan yang membatasi perlindungan Rahasia Dagang. Selama pemilik Rahasia Dagang tetap merahasiakan dan melakukan upaya untuk melindungi kerahasiaannya, maka selama itu pula perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang diberikan.
2.4 Pengalihan dan Lisensi
1. Oleh karena Rahasia Dagang merupakan informasi yang memiliki nilai ekonomi dan berguna dalam kegiatan usaha, maka kepemilikannya dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian dengan cara: ¡ pewarisan; ¡ hibah; ¡ wasiat; ¡ perjanjian tertulis; atau ¡ sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.
2. Cara-cara pengalihan di atas tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus secara tertulis baik dengan maupun tanpa akta notarial dan wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal.
3. Lisensi: ª Tujuan utama pemberian lisensi: untuk memberi kesempatan
kepada pihak yang bukan pemilik Rahasia Dagang agar dapat menikmati manfaatnya dalam kegiatan usaha, sekaligus pemilik Rahasia Dagang dapat menerima imbalan atau royalti atas informasi rahasianya.
ª Pemilik Rahasia Dagang berhak memberi lisensi kepada pihak lain berdasarkan Surat Perjanjian Lisensi untuk menggunakan
informasi itu
pihak lain untuk menggunakannya, atau mengungkap Rahasia Dagang itu
atau
melarang melarang
ª Kecuali diperjanjikan lain, pemilik Rahasia Dagang tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada
pihak ketiga lainnya. ª Perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal agar
mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga. ª Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
2.5 Pelanggaran dan Sanksi
1. Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang orang lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara-cara yang bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti: Pencurian. Penyadapan. Spionase industri. Membujuk untuk mengungkapkan atau membocorkan rahasia
dagang melalui penyuapan, paksaan, dan lain-lain. Dengan
atau mengingkari kesepakatan atau kewajiban yang tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan.
sengaja
mengungkapkan
2. Ketentuan Pidana Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak lain, atau dengan sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang, atau memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
III. HAK CIPTA
3.1 Pengertian Umum
Pengertian beberapa istilah berikut ini berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang umum digunakan dalam ruang lingkup Hak Cipta adalah sebagai berikut:
1. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
2. Pencipta adalah:
1. seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi;
melahirkan
suatu
yang ciptaannya diwujudkan/dikerjakan oleh orang lain, dan berada di bawah pimpinan dan pengawasan si perancang;
3. orang yang mempimpin dan mengawasi penyelesaian suluruh ciptaan jika terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih;
4. orang yang menghimpun seluruh ciptaan parsial atas suatu ciptaan utuh jika tidak ada orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu;
5. orang yang membuat karya cipta dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, kecuali diperjanjikan lain;
6. badan hukum, jika tidak menyebut seseorang sebagai Pencipta.
3. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.
5. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi Produser Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya.
6. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklor, atau karya seni lainnya.
7. Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya.
8. Lembaga Penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.
3.2 Ciptaan yang Dilindungi
1. Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur;
h. peta; h. peta;
lain dari hasil pengalihwujudan.
2. Semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata dan yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu.
3. Semua ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia yang negaranya mempunyai perjanjian (bilateral- multilateral) dengan Negara Republik Indonesia.
4. Semua ciptaan warga negara Indonesia di seluruh negara-negara yang terkabung dalam TRIP’s dengan mendapatkan perlindungan dan perlakuan yang sama seperti kepada warga negaranya sendiri.
3.3 Jangka Waktu Perlindungan
1. Seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia untuk ciptaan asli dan bukan ciptaan turunan (derivatif).
2. Selama 50 tahun sejak pertama kali ciptaan itu diumumkan untuk ciptaan: program komputer, sinematografi, fotografi, database, dan karya hasil pengalihwujudan.
3. Selama 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan untuk ciptaan perwajahan karya tulis.
4. Selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan untuk ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum.
5. Berlaku tanpa batas untuk ciptaan yang Hak Ciptanya dipegang atau dilaksanakan oleh Negara seperti karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya, folklor, hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama (cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi).
6. Berlaku 50 tahun sejak diketahui umum, baik yang telah maupun belum diterbitkan, untuk ciptaan yang tidak diketahui penciptanya.
3.4 Status Pendaftaran
1. Untuk mendapatkan Hak Cipta tidak memerlukan pendaftaran, sifatnya otomatis sejak diundangkannya Undang-undang Hak Cipta. Namun dianjurkan kepada Pencipta maupun Pemegang Hak Cipta untuk mendaftarkan ciptaannya agar dapat membuktikan ciptaannya tersebut jika timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaannya.
2. Yang tidak dapat didaftarkan sebagai Ciptaan adalah ciptaan: S di luar bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra; S yang tidak menunjukan keasliannya (orisinil); S yang tidak diwujudkan dalam bentuk nyata; S yang sudah menjadi milik umum; S hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara; S peraturan perundang-undangan; S pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah; S putusan pengadilan atau penetapan hakim; S keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
lainnya.
3.5 Hal-hal yang Tidak Dianggap sebagai Pelanggaran Hak Cipta
Selama mencantumkan sumbernya, tidak dianggap pelanggaran hak cipta terhadap penggunaan atau pengambilan ciptaan untuk keperluan:
1. Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik dan tinjauan suatu masalah dengan ketentuan tidak merugikan kepentigan yang wajar bagi pencipta.
2. Pembelaan di dalam dan di luar pengadilan.
3. Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
4. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi pencipta.
5. Perbanyakan dan perluasan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dalam huruf braile, kecuali yang bersifat komersial.
6. Perbanyakan atau perluasan ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa dengan perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang non komersial untuk keperluan aktivitasnya.
7. Perubahan yang dilakukan atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis.
8. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
3.6 Pengalihan dan Lisensi
1. Oleh karena Hak Cipta merupakan kekayaan dan dikategorikan sebagai benda bergerak, maka kepemilikannya dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian dengan cara: $ pewarisan; $ hibah; $ wasiat; $ perjanjian tertulis; atau $ sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan
2. Cara-cara pengalihan di atas tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus secara tertulis baik dengan maupun tanpa akta notariil.
3. Lisensi: Tujuan utama pemberian lisensi: untuk memberi kesempatan
kepada pihak yang bukan pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk memanfaatkan hasil ciptaan Pencipta, sekaligus Pencipta dapat menerima imbalan atau royalti atas hasil ciptaannya.
Pemegang Hak Cipta berhak memberi lisensi kepada pihak lain
berdasarkan Surat Perjanjian Lisensi. Kecuali diperjanjikan lain, lingkup lisensi meliputi seluruh
ciptaan untuk waktu tertentu dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Kecuali diperjanjikan lain, pemegang Hak Cipta tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga lainnya.
Perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal agar mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.
Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
3.7 Pelanggaran dan Sanksi
1. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan. Ancaman hukuman pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mendengarkan atau menjual kepada umum ciptaan hasil pelanggaran hak cipta, ancaman penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
3. Melanggar ketentuan pasal 16, ancaman pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).
4. Melanggar ketentuan pasal 18, ancaman pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah).
Pasal 16: (1) Untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan
penelitian dan pengembangan, terhadap Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra, Menteri setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat:
a. mewajibkan Pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan sendiri penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan;
b. mewajibkan Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk menerjemahkan b. mewajibkan Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk menerjemahkan
c. menunjuk pihak lain untuk melakukan penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan
d. tersebut dalam hal Pemegang Hak Cipta tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf b. (2) Kewajiban untuk menerjemahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbit-kannya Ciptaan di bidang ilmu pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
(3) Kewajiban untuk memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah lewat jangka waktu:
a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;
b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang ilmu sosial dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;
c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni dan sastra dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia.
(4) Penerjemahan atau Perbanyakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat digunakan untuk pemakaian di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tidak untuk diekspor ke wilayah Negara lain.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c disertai pemberian imbalan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(6) Ketentuan tentang tata cara pengajuan Permohonan untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Pasal 18 (1) Pengumuman suatu Ciptaan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah untuk kepentingan nasional melalui radio, televisi dan/atau sarana lain dapat dilakukan dengan tidak meminta izin kepada Pemegang Hak Cipta dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Hak Cipta, dan kepada Pemegang Hak Cipta diberikan imbalan yang layak.
(2) Lembaga Penyiaran yang mengumumkan Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang mengabadikan Ciptaan itu semata-mata untuk Lembaga Penyiaran itu sendiri dengan ketentuan bahwa untuk penyiaran selanjutnya, Lembaga Penyiaran tersebut harus memberikan imbalan yang layak kepada Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.
3.8 Pengajuan Permohonan Pencatatan Ciptaan
Pengajuan permohonan pencatatan ciptaan memiliki alur yang telah ditentukan. Selain meru-pakan tahapan yang harus dilalui oleh pemohon, alur pengajuan ini juga menuntun setiap pemohon untuk memperoleh bukti/tanda bukti mengajukan permohonan pencatatan ciptaan yang dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap tiga, lembar pertama dibubuhi Materai Rp. 6.000,- (ukuran kertas folio).
2. Ditulis dalam Bahasa Indonesia.
3. Ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya.
4. Mengisi formulir Surat pernyataan kepemilikan produk, bermaterai Rp. 6.000,-; dan
5. Surat permohonan pendaftaran dilampiri: > contoh fisik ciptaan;
> bukti kewarganegaraan berupa foto copy KTP dari pencipta, pemegang hak cipta;
> foto copy NPWP; > akte/salinan resmi pendirian badan hukum yang telah
dilegalisir oleh notaris; > gambar/foto produk ukuran 3 R sebanyak 12 lembar; dan > deskripsi/uraian tentang produk yang akan didaftarkan.
IV. PATEN
4.1 Pengertian Umum
Pengertian beberapa istilah berikut ini berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten yang umum digunakan dalam ruang lingkup Paten adalah sebagai berikut:
1. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya.
2. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi yang dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
3. Inventor adalah seseorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.
4. Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.
5. Paten sederhana adalah setiap Invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya.
6. Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah memenuhi persyaratan administratif.
7. Permohonan adalah permohonan Paten yang diajukan kepada Direktorat Jenderal.
4.2 Objek Perlindungan Paten
Invensi yang dapat diberikan perlindungan Paten adalah semua Invensi yang memenuhi syarat:
1. Kebaruan (novelty)
Suatu Invensi dianggap baru jika pada saat pengajuan permintaan paten, Invensi tersebut tidak sama dengan pengungkapan teknologi sebelumnya.
2. Inventif Suatu Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi seorang yang mempunyai keahlian khusus di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.
3. Dapat diterapkan dalam industri Suatu Invensi dapat diterapkan dalam industri jika Invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam industri sebagaimana yang diuraikan dalam permohonan.
4.3 Jangka Waktu Perlindungan
1. Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.
2. Paten Sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.
4.4 Status Permohonan Paten
1. Paten diberikan atas dasar Permohonan.
2. Setiap Permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi yang merupakan satu kesatuan Invensi.
3. Tanggal Penerimaan dicatat oleh Direktorat Jenderal atas Permohonan yang telah memenuhi syarat kelengkapan.
4. Apabila untuk satu Invensi yang sama ternyata diajukan lebih dari satu Permohonan oleh Pemohon yang berbeda, Permohonan yang diajukan pertama yang dapat diterima.
5. Permohonan dapat diubah dengan cara mengubah deskripsi dan/atau klaim dengan ketentuan bahwa perubahan tersebut tidak memperluas lingkup Invensi yang telah diajukan dalam Permohonan semula.
6. Direktorat Jenderal memberikan keputusan untuk menyetujui atau menolak Permohonan.
7. Dalam hal Permohonan Paten ditolak, Direktur Jenderal wajib memberitahukannya secara tertulis melalui surat pemberitahuan 7. Dalam hal Permohonan Paten ditolak, Direktur Jenderal wajib memberitahukannya secara tertulis melalui surat pemberitahuan
8. Dalam hal Invensi diterima, Direktorat Jenderal memberikan Sertifikat Paten kepada Pemohon atau Kuasanya.
9. Sertifikat Paten merupakan bukti hak atas Paten, dan mulai berlaku pada tanggal diberikan serta berlaku surut sejak Tanggal Penerimaan.
10. Bukti/tanda pengajuan permohonan bukan merupakan Sertifikat Paten.
4.5 Invensi yang Tidak Diberikan Paten
Paten tidak diberikan untuk Invensi tentang:
a. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan;
b. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;
c. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika;
d. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik;
e. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis.
4.6 Hak dan Kewajiban Pemegang Paten
1. Pemegang Paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa persetujuannya.
Ø Dalam hal Paten produk, membuat, memakai, menggunakan,
menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten.
Ø Dalam hal Paten proses, menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.
2. Dalam hal Paten proses, larangan terhadap orang lain yang tanpa persetujuannya melakukan impor sebagaimana dimaksud pada angka 1 hanya berlaku terhadap impor produk yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan Paten proses yang dimilikinya.
3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka
1 dan 2 apabila pemakaian paten tersebut untuk kepentingan Penelitian dan Pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten.
4.7 Pelanggaran dan Sanksi
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 (sub bab 4.6 di atas) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja tanpa hak dan melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 (sub bab 4.6 di atas) dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah).
4.8 Pengajuan Permohonan Paten
Pengajuan permohonan Paten memiliki alur yang telah ditentukan. Selain merupakan tahapan yang harus dilalui oleh pemohon, alur pengajuan ini juga menuntun setiap pemohon untuk memperoleh bukti/tanda bukti mengajukan permohonan paten yang dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Mengisi formulir permintaan paten dengan melampirkan:
a. bukti kewarganegaraan berupa foto copy KTP dari Inventor, pemegang hak;
b. foto copy NPWP untuk pemegang hak badan hukum;
c. akte/salinan resmi pendirian badan hukum yang telah dilegalisir oleh notaris;
d. surat pernyataan bukti kepemilikan hak atas Invensi yang ditandatangani oleh pemilik, bermaterai Rp. 6.000,-;
e. deskripsi/Uraian Invensi termasuk didalamnya klaim invensi dan abstrak invensi;
f. gambar detail Invensi beserta uraiannya secara terperinci;
g. dokumen (permintaan) paten prioritas dan terjemahannya;
h. sertifikat penyimpanan jasad renik dan terjemahannya.
2. Penulisan deskripsi Invensi:
a. Penulisan deskripsi Invensi atau uraian Invensi harus secara lengkap dan jelas mengungkapkan suatu Invensi sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang ahli dibidangnya, ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik danbenar.
b. Isi yang diungkapkan dalam deskripsi pada setiap sub judulnya, diuraikan seperti di bawah ini: Judul Invensi: menggambarkan Invensi dengan singkat dan
dibatasi maksimum 3 (tiga) baris. Bidang teknik Invensi: menjelaskan tentang teknologi yang
khusus dari Invensi tesebut. Latar Belakang Invensi: pada bagian ini diungkapkan
teknologi-teknologi atau Invensi-invensi yang ada (prior art) yang relevan, sebelum Invensi baru saat ini. Dikemukakan pula masalah atau kekurangan yang ada “prior art” tersebut dibandingkan dengan Invensi baru tersebut, sehingga tujuan Invensi ini adalah menyelesaikan masalah dengan mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada.
Ringkasan Invensi: mengungkapkan ciri-ciri Invensi atau dengan kata lain mengungkapkan ciri-ciri klaim mandiri. Uraian Singkat Gambar: Berisikan keterangan singkat gambar-gambar yang ditampilkan untuk mendukung
kejelasan uraian Invensi.
Contoh: Gambar 1 adalah gambar pandangan depan Invensi.
Gambar 2, jika masih dianggap perlu untuk menjelaskan uraian Invensi. Uraian lengkap Invensi: Bagian ini menguraikan secara lengkap Invensi yang dimaksud. Ciri-ciri Invensi tidak ada yang tertinggal pada bagian ini, karena pada saat pemeriksaan Substantif nantinya pemohon tidak boleh
melakukan perubahan dengan menambah ciri Invensi. Klaim: mengungkapkan ciri-ciri yang terdapat pada Invensi yang dimintakan paten (paten: 1 atau > 1 klaim ), dan paten
sederhana hanya 1 klaim. Abstrak: merupakan ringkasan dari uraian lengkap Invensi
dan dibatasi maksimum 200 kata. Catatan: diketik diatas kertas HVS ukuran A4, berat 100
gram, space pengetikan 1,5 dengan format pengetikannya pada tepi sisi atas 2 cm,bawah 2 cm, kanan 2,5 cm dan sisi kiri 2 cm.
3. Pengumuman Permintaan Paten. Berlangsung selama 6 (enam) bulan, dapat dilihat pada Papan Pengumuman Permintaan Paten di kantor Paten dan Buku Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara berkala.
4. Pemeriksaan substantif atas permintaan Paten Sederhana dan dapat dilakukan bersamaan dengan pengajuan permintaan atau paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan.
5. Pemeriksaan substantif pada Paten dan Paten Sederhana meliputi unsur kebaruan, langkah inventif dan industrial application.
V. MEREK
5.1 Pengertian Umum
Pengertian beberapa istilah berikut ini berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang umum digunakan dalam ruang lingkup Merek adalah sebagai berikut:
1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
2. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
3. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
4. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
5. Merek merupakan “tanda pembeda” dalam satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan, baik pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek pihak lain.
Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung Republik Indonesia:
6. Unsur-unsur persamaan
menurut
w bunyi pengucapan; w bentuk; w cara penempatan; w cara penulisan; w kombinasi unsur-unsur di atas; w pada barang atau jasa sejenis/sekelas.
7. Tujuan pembedaan merek: w menghilangkan kebingungan publik; 7. Tujuan pembedaan merek: w menghilangkan kebingungan publik;
8. Indikasi Geografis sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
9. Indikasi asal sama dengan Indikasi Geografis, tetapi tidak di daftar atau semata-mata menunjukkan asal suatu barang dan jasa.
5.2 Objek Perlindungan Merek
Merek tidak dapat di daftar apabila mengandung unsur- unsur:
1. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesu-silaan, atau ketertiban umum;
2. tidak memiliki daya pembeda (misalnya hanya sepotong garis, garis yang sangat rumit atau kusut);
3. telah menjadi milik umum (misalnya tanda lalu lintas);
4. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya (misalnya merek kopi untuk produk kopi);
5. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu atau Merek yang sudah terkenal milik pihak lain;
6. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
7. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
8. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
Perlindungan atas Merek diberikan yang diperbolehkan oleh hukum menjadi Merek Terdaftar, berupa:
1. Hak atas Merek: hak eksklusif yang diberikan Negara kepada “Pemilik Merek Yang Terdaftar” dalam daftar umum Merek
untuk jangka waktu tertentu, baik menggunakan sendiri atau memberi izin kepada seorang atau beberapa orang atau badan hukum untuk menggunakannya.
2. Perlindungan atas Merek Terdaftar, baik untuk digunakan, diperpanjang, dialihkan, atau dihapuskan.
5.3 Jangka Waktu Perlindungan
Jangka waktu perlindungan merek 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran. Setelah 10 (sepuluh) tahun dapat diperpanjang kembali.
5.4 Status Pendaftaran
1. Perlindungan Merek diberikan atas dasar Permohonan.
2. 1 (satu) permohonan dapat memohon 2 (dua) kelas barang dan/atau jasa.
3. Tanggal Penerimaan dicatat oleh direktorat Jenderal atas Permohonan yang telah memenuhi syarat kelengkapan.
4. Permohonan hanya dapat diubah terhadap penggantian nama dan/atau alamat Pemohon atau Kuasanya.
5. Direktorat Jenderal memberikan keputusan untuk menyetujui atau menolak Permohonan.
6. Dalam hal Permohonan ditolak, Direktur Jenderal wajib memberitahukannya secara tertulis melalui surat pemberitahuan penolakan Permohonan dengan mencantumkan alasan dan pertimbangan yang menjadi dasar penolakan.
7. Dalam hal Permohonan diterima, Direktorat Jenderal memberikan Sertifikat Merek kepada Pemohon atau Kuasanya.
8. Sertifikat Merek merupakan bukti hak atas Merek, dan mulai berlaku sejak Tanggal Penerimaan.
9. Setiap pihak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh petikan resmi Sertifikat Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan membayar biaya.
10. Bukti/tanda pengajuan permohonan bukan merupakan Sertifikat Merek.
11. Untuk Merek yang tidak terdaftar, tidak mendapat perlindungan hukum, artinya tidak berhak mengajukan gugatan atas Merek Terdaftar maupun atas Merek tidak terdaftar lainnya.
5.5 Pengalihan dan Lisensi
1. Oleh karena merek merupakan kekayaan dan dikategorikan sebagai benda bergerak, maka kepemilikannya dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian dengan cara: ¡ pewarisan; ¡ hibah; ¡ wasiat; ¡ perjanjian tertulis; atau ¡ sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.
2. Cara-cara pengalihan di atas tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus secara tertulis baik dengan maupun tanpa akta notariil.
3. Lisensi: ª Tujuan utama pemberian lisensi: untuk memberi kesempatan
kepada pihak yang bukan pemegang hak atas Merek agar dapat memanfaatkan Merek Terdaftar, sekaligus pemegang hak atas Merek dapat menerima imbalan atau royalti atas hasil ciptaannya.
ª Pemegang hak atas Merek berhak memberi lisensi kepada
pihak lainuntuk menggunakan Merek Terdaftar tersebut baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang atau jasa yang telah didaftarkan.
ª Perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal agar
mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga. ª Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
5.6 Pelanggaran dan Sanksi
} Pelanggaran atas Hak Merek terdaftar “yang sama pada keseluruhannya” dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
} Pelanggaran atas Merek Terdaftar “yang sama pada pokoknya” dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau didenda paling banyak Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah).
} Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan/atau jasa
tersebut merupakan hasil pelanggaran, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
5.7 Prosedur Pendaftaran Merek
Pengajuan pendaftaran Merek memiliki alur yang telah ditentukan. Selain merupakan tahapan yang harus dilalui oleh pemohon, alur pengajuan ini juga menuntun setiap pemohon untuk memperoleh
mengajukan permohonan pendaftaran Merek yang dapat digambarkan sebagai berikut:
bukti/tanda
bukti
1. Mengisi formulir pendaftaran Merek rangkap 4 (empat).
2. Mengisi Surat Pernyataan kepemilikan merek, bermaterai Rp. 6000,-.
3. Fotocopy KTP pemilik merek.
4. Fotocopy akte pendirian Badan Hukum yang dilegalisir notaris bagi pemohon atas nama Badan Hukum.
5. Fotocopy NPWP bagi pemohon atas nama badan hukum.
6. Etiket Merek sebanyak 26 (dua puluh enam) lembar, 4 (empat) lembar ditempel pada masing-masing lembaran form dengan ukuran maksimal 9 x 9 cm dan minimal 2 x 2 cm.
7. Contoh fisik produk yang didaftarkan.
8. Mencantumkan nama negara dan tanggal permintaan pendaftaran Merek pertama kali bagi merek dengan Hak Prioritas.
VI. DESAIN INDUSTRI
6.1 Pengertian Umum
Pengertian beberapa istilah berikut ini berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri yang umum digunakan dalam ruang lingkup Desain Industri adalah sebagai berikut:
1. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
2. Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Industri.
3. Ciri utama Desain Industri adalah karya desain tersebut dapat diwujudkan dalam pola atau cetakan untuk menghasilkan barang- barang dalam proses produksi.
4. Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
5. Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi Hak Desain Industri.
6. Bukan tindak pelanggaran Desain Industri jika pemakaian Desain Industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak Desain Industri.
6.2 Objek Perlindungan Desain Industri