LAPORAN PENDAHULUAN Lp ASFIKSIA Diajukan

LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA
A. PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas sspontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera
setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul (Wiknjosastro, 1999).
B. KLASIFIKASI
1. “Vigorous Baby”
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. “Mild Moderate asphyksia/asphyksia sedang”
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.

1

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2
dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat
kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang
diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit
menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan
yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat
karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/ analgetika yang
diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika,

atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah
gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio
plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi terdiri
dari :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi dsb.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
2


3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu; pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.
D. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 selama kehamilan /
persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat

reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang
terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur.
Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode
appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping
terjadinya perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan
basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan
berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada
kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
3

Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
TANDA

Nilai 0

Nilai 1


Nilai 2

JUMLAH
NILAI

Frekwensi

Tidak ada

Kurang

dari

100Lebih dari 100 X/

jantung
Usaha

Tidak ada


X/menit
menit
Lambat, tidak teratur Menangis kuat

bernafas
Tonus otot

Lumpuh

Ekstremitas

Refleks

Tidak ada

sedikit
Gerakan sedikit

Warna


Biru / pucat

Tubuh

fleksiGerakan aktif
Menangis

kemerahan,Tubuh

ekstremitas biru

dan

ekstremitas
kemerahan

APGAR SCORE
nilai 0-3 : asfiksia berat
nilai 4-6 : asfiksia sedang

nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai
apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan
prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir
bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)
E. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis:
 RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
 Bradikardia
 tonus otot berkurang
 DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
 Takikardi
4

 Apnea
 Pucat
 Sianosis
 penurunan terhadap stimulus
 Nafas cepat, nafas cuping hidung

Gejala lanjut pada asfiksia :
 Pernafasan megap-megap yang dalam
 Denyut jantung terus menurun
 Tekanan darah mulai menurun
 Bayi terlihat lemas (flaccid)
 Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
 Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
 Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
 Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
 Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler
F. KOMPLIKASI
1. otak : edema otak,perdarahan otak,
2. jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru.
3. ginjal : tubular nekrosis akut.
4. hiperbilirubenimia

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.


Analisa Gas darah

2.

Elektrolit darah

3.

Gula darah

4.

Baby gram (RO dada)
5

5.

USG (kepala)

H. PENATALAKSANAAN

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapantahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastika saluran nafas terbuka :
 Meletakan bayi dalam posisi yang benar
 Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
 Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
 Lakukan rangsangan taktil, beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk
telapak kaki bayi. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap
atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
 Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
 Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan.
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru
dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu
disertai asidosis. Koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa
15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan
6

melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak
telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan
1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi
jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100x/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil
bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan
basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis
jalan nafas.

b. Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak
timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan
kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi
kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan
gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan,
ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari
ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonat natrikus dan glukosa
dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan
teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

7

1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien dan keluarga
b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu
1. Riwayat Kehamilan Sekarang
2. Riwayat Persalinan ibu
c. Objektif
d. Pemeriksaan Umum
e. Pemeriksaan Fisik
f. Antropometri
g. Eliminasi
1. Diagnosa
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan janin dalam kandungan kekurangan
02 dan kadar co2 meningkat yang ditandai dengan apnea, bayi tidak menunjukkan
bernafas

spontan,tekanan

darah

menurun,bayi

tidak

bereaksi

terhadap

rangsangan,denyut jantung janin lambat,bayi terlihat lemas.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ganguan perfusi ventilasi di
tandai dengan sianosis, pernafasan cuping hidung, takikardi dan pH arteri
menurun.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan pada system syaraf pusat
yang sangat terangsang dalam kondisi asfiksia ditandai dengan tekanan darah
abnormal,frekuensi jantung abnormal,dispnea.
d. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan adaanya
kemungkinan hipovolemia atau kematian jaringan
e. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya infeksi nosokomial dan respon imun
yang terganggu.

8

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN ASFIKSIA SEDANG

D
X
1

TGL

DX

TUJUAN & KH

Pola nafas tidak Tujuan

INTERVENSI

: Pola nafas 1. Observasi ttv terutama irama,

efektif

tetap paten atau efektif

berhubungan

Kriteria hasil:

dengan

respirasi

kandungan

normal

dalam

1. Mengetahui

kedalaman dan frekuensi nafas
2. Pertahankan jalan nafas tetap

janin 1.Kecepatan dan irama

dalam

RASIONAL

pernafasan
2.

baik

Jalan nafas yang baik dapat
menjamin lancarnya proses

batas 3. Berikan rangsangan taktil

3. rangsangan

menempatkan bayi pada posisi

merangsang

dan kadar co2 nafas tambahan

terlentang dengan leher sedikit

usaha nafas spontan

meningkat yang 3.Denyut jantung bayi

ekstensi dan hidung menghadap

ditandai dengan normal

ke atas

apnea,

02 2. Tidak adanya bunyi

keluarga

inspirasi dan ekspirasi
untuk

kekurangan

4. Ajarkan

status

bayi 4.Bayi bereaksi terhadap 5. Kolaborasi pemberian O2 sesuai

tidak

rangsangan

menunjukkan

5.

bernafas

upaya bernafas spontan

spontan,tekanan

6. Ekspansi dada simetris

darah

Bayi

indikasi
menunjukkan 6. Kolaborasi dalam pemeriksaan
AGD

4.

taktil

dapat

terjadinya

untuk mencegah adanya
penyempitan jalan nafas

5.

Mengetahui perkembangan
oksigen pemberian O2 dapat
mencegah

terjadinya

metabolisme anaerob
6. Mengetahui perkembangan
oksigen

menurun,bayi
tidak

bereaksi
9

terhadap
rangsangan,deny
ut jantung janin
lambat,bayi
2

terlihat lemas
Gangguan
pertukaran

Tujuan

: Diharapkan

1.

Observasi pola napas. Catat

1. Pasien pada

ventilator dapat

gas gangguan pertukaran gas

frekuensi pernapasan, jarak antara

mengalami

yang

pasien dapat teratasi.

pernapasan spontan dan napas

hiperventilasi/hipoventilasi.

berhubungan

Criteria hasil:

ventilator.

Dispnea

dengan ganguan 1.Membuat

atau

perfusi ventilasi mempertahankan

pola

di tandai dengan pernapasan

efektif

2.

Auskultasi

catat

adanya/takadanyadan

melalui ventilator dengan

bunyi

pernafasan

tanpa penggunaan otot

tambahan,

hidung, pernapasan

aksesori,

takikardi dan pH sianosis atau tanda lain
arteri menurun.

hipoksia, saturasi oksigen
dalam rentang normal.
2.Berpartisipasi

dalam

upaya
dalam

individu.

napas,

kualitas

bunyi

juga

napas

simetrisitas

gerakan dada.
3. Tinggikan posisi kepala bayi
dengan menggunakan bantal.
4. Periksa

kecepatan

napas panjang

kemapuan

5. Awasi

rasio

berupaya

memperbaiki

kekurangan

dengan bernapas berlebihan.
2. Memberikan informasi tentang
aliran

udara

melalui

trakeobronkial

dan

adanya/takadanya

interval

(biasanya 1,5

sampai 2 kali volume tidal ).

penyapihan( dengantepat
)

secara

periodik,

sianosis,
cuping

dada

dan

inspirasi

obstruksimukosa.
3. Peninggian kepala pasien atau
turun

ekspirasi( I:E ).
6. Bila bayi sudah mulai bernafas

dari

tempat

tidur

sementara masih ada ventilator
secara

dan

cairan,

fisik

dan

psikologi

menguntungkan.
4. Napas panjang meningkatkan
ventilasi maksimal alveoli untuk
10

3.Menunjukkan perilaku

tetapi masih sianosis berikan

mencegah

untuk

narium

atelektasis dan meningkatkan

mempertahankan

fungsi pernapasan.

bikarbonat

7.5%

sebanyak 6cc. dekstrosa 40%
sebanyak

4cc

disuntikkan

atau

menurunkan

secret.
5. Fase ekspirasi biasanya dua kali

malalui vena umbilicus secara

panjangnya

dari

kecepatan

perlahan – lahan.

inspirasi, tetapi lebih lama untuk
mengkonsumsi jebakan udara
untuk memperbaiki pertukaran
gas pada pasien.
6. Untuk

3

Tujuan

aktivitas

diharapkan

berhubungan

intoleransi aktifitas dapat

nyaman,memberikan bantal

dengan

tertatasi

dan

system
pusat

pada Kriteria hasil

:

yang 2.Frekuensi
kondisi 3.RR normal

2. berikan

posisi

tempat

yang

tidur

yang

perkembangan kondisi cardiac
pulmonal
2. pasien mungkin nyaman dengan

nyaman

syaraf 1. Tekanan darah normal

sangat terangsan normal
dalam

1. Observasi tanda vital
gangguan

jantung

3. Menganjurkan

kepala tinggi,karena aliran darah
keluarga

lebih mudah masuk ke otak dan

untuk mengurangi sentuhan
4. Memberikan

tekanan

intracranial meningkat
1. untuk
mengetahui

Intoleransi

gangguan

:

mencegah

informasi

bahu rileks
3.

menurunkan

stress

kepada keluarga mengenai

rangsangan

asfiksia ditandai

penyakit asfiksia dan hal –

berlebihan,meningkatkan

dengan tekanan

hal

istirahat

darah

dengan asfiksia tersebut

yang

berhubungan
4.

dan

dengan informasi yang benar
11

abnormal,frekue
nsi

5. kolaborasi analgesic sesuai

jantung

dengan kondisi

abnormal,dispne

.

a.

diharapkan

keluarga

membantu

dalam

5. obat ini dapat meningkatkan

Risiko

Tujuan

ketidakefektifan

ketidakefektifan

perfusi jaringan jaringan
otak

:

jantung. Catat terjadinya bunyi

hipoksimia

jantung ekstra

upaya peningkatan aliran darah

otak

dapat

2. .observasi warna dan suhu kulit
atau membrane mukosa

kemungkinan

frekuensi dan nadi perifer

hipovolemia

dalam batas normal
sentral atau perifer

berat jenisnya
memantau keadaan pasien
5. berikan cairan (IV/ per oral)

3.kulit hangat atau kering
urine

3. ukur haluaran urine dan catat
4. anjurkan keluarga untuk ikut

kematian 2.tidak adanya sianosis

dan

berat jenis dalam batas
normal

umum
1. takikardi sebagai akibat sebagai

perfusi

Kriteria Hasil :

4.haluaran

istirahat

1. auskultasi frekuensi dan irama

dengan adaanya 1. irama jantung ataau

jaringan

atau

Risiko

yang diatasi

berhubungan

atau

proses

kesembuhan
kenyamanan

4

dapat

sesuai indikasi

dan

kompensasi

dan perfusi jaringan. Gangguan
irama

berhubungan

dengan

hipoksemia,ketidakseimbangan
elektrolit,dan atau peningkatan
peregangan jantung kanan bunyi
jantung ekstra misalnya S3 dan
S4 terlihat sebagai peningkatan
kerja jantung atau terjadinya
dekompensasi.
2. kulit
pucat/sianosis,kuku,membrane
bibir atau lidah.,atau dingin,kulit
burik

menunjukkan

vasokontriksi perifer (syok) dan
12

atau gangguan darah sistemik.
3. syok
curah

lanjut

atau

jantung

penurunan

penurunan

menimbulkan

perfusi

ginjal.

Dimanifestasikan
penurunan

oleh

haluaran

urine

dengan berat jenis normal atau
meningkat.
4.

untuk mengurangi terjadinya
resiko perfusi jaringan

5. peningkatan cairan diperlukan
untuk

menurunkan

hipervsikositas darah (potensial
pembentukan thrombus ) atau
mendukung
5

Risiko

infeksi Tujuan

berhubungan
dengan

1. Observasi keadaan umum dan
tanda – tanda vital
2. Berikan

isolasi

imun

yang terganggu.

sirkulasi

atau perfusi jaringan.
1. demam mengindikasikan efek
dari endotoksin dan endorphin

atau

pantau

pengunjung

nosokomial dan
respon

infeksi dapat teratasi

adanya Kriteria hasil :

infeksi

: resiko

volume

3. Batasi penggunaan alat atau
prosedur infasif
4. Ajarkan keluarga pasien untuk

yang

melepaskan

Hipotermi

adalah

tirogen.
tanda

genting yang merefleksikan
perkembangan status syok atau
penurunan perfusi jaringan
13

mencuci tangan sebelum dan
sesudah

melakukan

2.

aktifitas

pengunjung dibutuhkan untuk

yang melibatkan pasien (bayi)

melindungi

5. Kolaborasi dengan laboratorium
mengambil

imunosupresi

specimendarah

urine dan feses bayi

isolasi/pembatasan
pasien
mengurangi

resiko kemungkinan infeksi
3.

mengurangu jumlah lokasi
yang dapat menjadi tempat
masuk organism

4.

untuk mengurangi kontaminasi
silang

5.

untuk mengidentifikasi portal
entry

dan

organisme

kemungkinan infeksi.

14

IMPLEMENTASI
Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencanan
tindakan keperawatan. (Aziz Alimul, 2009)

EVALUASI
1. Pola nafas tetap paten atau efektif
2. Diharapkan gangguan pertukaran gas pasien dapat teratasi.
3. diharapkan gangguan intoleransi aktifitas dapat tertatasi
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dapat diatasi
5.

resiko infeksi dapat teratasi

15