Makalah Ilmu Politik Politik dan Korupsi

TUGAS MAKALAH ILMU POLITIK
KORUPSI DI KALANGAN ELIT POLITIK
Makalah Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Politik

DISUSUN OLEH
NAMA : NI MADE ETI WIDHIARI
NPM

: 2013310006

KELAS : E
DOSEN : LEO AGUSTINO, S.Sos., M.Si., Ph.D.

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan karunia– Nya sehingga makalah dengan judul
“KORUPSI DI KALANGAN ELIT POLITIK” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan penjelasan serta pengetahuan tentang adanya keterkaitan antara
sistem politik dengan korupsi.
Pembuatan Makalah ini diselesaikan dengan bantuan dari beberapa sumber,
baik dari sumber tertulis seperti buku-buku yang terkait dengan judul makalh,
maupun dari sumber elektronik seperti internet. Makalah ini merupakan
makalah yang masih jauh dari kesempurnaan, serta banyak kekurangan dalam
penyusunannya, sehingga penulis mengharapkan atas kritik yang membangun
dan saran – saran demi kebaikan dalam penyusunan makalah ini. Meskipun
makalah ini masih banyak kekurangan, diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca tentang Ilmu Politik, khususnya mengenai
politik dan korupsi itu sendiri.

Bandung, 3 Desember 2013

Penulis


Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Politik,
dimana makalah ini mengambil pokok bahasan mengenai “Politik dan
Korupsi” dengan judul “KORUPSI DI KALANGAN ELIT POLITIK”.
Pada jaman yang dimana teknologi sudah mengalami kemajuan yang sangat
pesat ini, banyak perilaku-perilaku yang menyimpang yang terjadi. Perilaku
menyimpang yang tidak hanya terjadi dikalangan biasa, namun juga terjadi
didalam kalangan politik.
Walaupun kebanyakan dikenal sebagai orang-orang yang berpendidikan tinggi,
tetapi tidak sedikit orang yang bergelut dibidang politik melakukan tindakan
yang tidak seharusnya dilakukan. Kebanyakan tindakan menyimpang yang
dilakukan oleh orang yang bergelut dibidang politik tindakan korupsi.
Tindakan tersebut kerap kali ditemui di dalam dunia perpolitikan, khususnya di
Indonesia sendiri. Banyaknya kasus yang terungkap belakangan ini
menandakan bahwa di Indonesia banyak terjadi tindakan korupsi. Memang
tidak semua tindak korupsi dilakukan oleh para pejabat, tetapi kebanyakan
kasus yang ditemukan dilakukan oleh pejabat-pejabat kita.
Dunia perpolitikan yang dipandang sebagai dunia elit, tidak selamanya dapat
dipandang sebagai dunia yang elit, dikarenakan tindakan-tindakan yang
dilakukan banyak yang menyimpang dari hukum yang sudah ditentukan.
Seperti yang sudah diuraikan diatas, bahwa kasus korupsi yang dilakukan

kebanyakan pelakunya adalah orang yang berasal dari kaum elit, sebagai
contoh para pejabat dan pengusaha. Namun, dalam makalah ini akan lebih
menekankan tindak korupsi yang dilakukan oleh para pejabat kita.
Para pejabat ataupun orang-orang yang memutuskan untuk bergelut didunia
perpolitikan seharusnya memiliki komitmen untuk tidak melakukan tindakan
korupsi, dimana mereka seharusnya mampu memberikan contoh yang baik
kepada masyarakat kita. Tetapi pada kenyataannya, banyak pejabat yang justru
menjadi dalang dari kebanyakan kasus yang ditemukan. Dalam makalah ini,
akan juga membahas mengenai kaitan antara dunia perpolitikan dengan
kenyataan yang sering terjadi belakangan ini seperti tindakan yang korupsi.
Diawali dengan pembahasan mengenai pengertian dari politik itu sendiri, serta
pengertian dari tindak korupsi serta hukuman atau sanksi yang seharusnya

diberika kepada orang yang melakukan tindakan korupsi tersebut. Kemudian
setelah itu penjelasan mengenai kasus-kasus yang belakangan ini terjadi yang
terkait dengan tema serta judul makalah. Dilanjutkan dengan analisis terhadap
keadaan yang seharusnya berlaku dengan kenyataan yang terjadi. Dan ditutup
dengan simpulan dari masalah yang sudah dibahas sebelumnya dalam isis
makalah ini.


BAB I
PENDAHULUAN

Mendengar kata korupsi dan politik tidak lagi asing bagi kebanyakan orang,
khususnya dijaman yang kental dengan majunga teknologi dan semakin
banyaknya kebutuhan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut
dapat juga menjadi salah satu penyebab dari adanya korupsi didalam tubuh
politik pada jaman sekarang, walaupun sebenernya orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi yang bergelut dalam sistem politik bisa
dikatakan sebagai orang yang memiliki kedudukan serta kekuasaan.
Penulis mengambil tema “Politik dan Korupsi” ini karena ingin membahas
mengenai keadaan politik di Indonesia khususnya yang belakangan ini banyak
bermunculan kasus-kasus tindak korupsi. Kasus yang muncul pun bukan hanya
sekedar kasus korupsi kecil atau dapat dikatakan kasus mudah, tetapi kasus
yang muncul adalah kasus yang dapat dikatakan besar dimana membutuhkan
penanganan yang tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu lembaga saja.
Penyelesaian yang saat ini dikerahkan oleh lembaga-lembaga tertentu yang
memang khusus untuk memberantas tindak korupsi tersebut tidak cukup
mampu untuk membuka dalang awal dari terjadinya tindakan korupsi tersebut,
sehingga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak agar dapat memecahkan

masalah atau kasus tersebut.
Kesulitan yang dialami oleh lembaga-lembaga pemberantas tindak korupsi
tersebut, membuat proses pemecahan masalah pun menajdi tidak mksimal
sehingga lambat laun akan hilang dengan sendirinya kasus tersebut. Tetapi
kasus tersebut akan seketika muncul kembali jika ada kasus korupsi lain
muncul, sehingga kasus yang harus diselesaikan bertambah tetapi tidak
satupun masalah terselesaikan.
Tidak hanya akan membahas mengenai kasus-kasus yang muncul dan tidak
treselesaikan, makalah ini juga akan membahas analisis mengenai tindak
korupsi yang muncul justru dari kalangan elit politik yang tentunya akan lebih

memfokuskan terhadap dunia perpolitikan di Indonesia. Keterkaitan antara
kursi kekuasaan dengan kebebasan yang dimiliki sehingga bisa terjadinya
tindak korupsi, yang mana tindak korupsi tersebut tidak hanya terjadi pada satu
atau dua lingkup saja tetapi kasusnya merembet atau meluas menjadi banyak
pihak yang terkait dalam masalah tersebut. Dan diharapkan dengan adanya
makalah ini dapat mengembangkan pengetahuan para pembaca mengenai
korupsi di kalangan kaum elit politik, sehingga ada gagasan bagaimana cara
memperkecil atau menghentikan tindak korupsi khususnya dikalangan elit
politik. Terlebih diharapkan agar pesan dari penulisan makalah ini dapat

menjadi gambaran bagi generasi muda untuk tidak lagi mengulang tindakan
yang sangat tidak tepat ini, dan mampu menciptakan lingkungan perpolitikan
yang bersih.

BAB II
KERANGKA TEORI

Dalam makalah yang berjudul “KORUPSI DI KALANGAN ELIT
POLITIK” penulis memperkuatnya dengan adanya beberapa prinsip-prinsip
teori dari para ahli dan beberapa sumber terpercaya lainnya agar isi makalah
ini dapat dipertanggung jawabkan, berikut teori-teori tersebut:
1. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacammacam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut
proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuantujuan itu. Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah
yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara
beberapa alternatif dan penyususnan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang
telah dipilih tersebut. (Miriam Budiarjo, 2008 : 8)
2. Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan
kekuasaan dan bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah
atau mempertahankan, suatau macam bentuk susunan masyarakat.
(Mansyur Semma, 2008 : 11)

Berikut adalah beberapa penngertian mengenai tindak korupsi yang panulis
kutip dari beberapa sumber :
1. Korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi,
ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang
lain, uang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi
lainnya. (Retno, 2007 : 62)
2. Menurut beberapa para ahli definisi korupsi yang lebih konkret, korupsi
adalah

pertukaran

yang

menguntungkan

(antara

prestasi


dengan

kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara sukarela
dan diam-diam, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan
setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang

dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum atau swasta.
(Retno, 2007 : 63)

BAB III
KERANGKA KONSEP

Dalam tindak korupsi terutama dalam penanganannya tentu memiliki alur, adapun
berikut alur penanganan terhadap tindak korupsi :

Tersangka

Pemrosesan penyidikan,
penyelidikan, dan penuntutan
oleh KPK


Penyitaan seluruh harta milik
koruptor (Hanya harta yang
beratas namakan koruptor yang
disita)

Pemberian vonis oleh hakim
tipikor

Menjalani masa hukuman
dipenjara dan pengasingan
koruptor di Kampung Koruptor
yang diawasi dan dilaksanakan
Kementrian Hukum dan HAM.

Memasukan koruptor
kedalam catatan black
list of corruptor

Dari kerangka konsep diatas dapat dilihat, bahwa sesungguhnya sudah ada

aturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Dimana yang diawali
dengan penangkapan si pelaku dari tindak korupsi yang sudah menjadi
tersangka dalam kasusnya. Kemudian setelah penangkapan tersebut, maka
akan dilakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap pelaku. Dimana proses
ini tentu akan membutuhkan waktu yang panjang karena pada kenyataannya
pada tahap ini akan ditemukan tersangka-tersangka lain yang diperoleh infonya
dari tersangka yang sudah tertangkap. Terbukanya kedok dibalik tindak
korupsi yang terlintas terlihat hanya satu orang yang terlibat ternyata
melibatkan tidak sedikit orang dalam pelaksanaannya.
Hal ini dapat terjadi karena memang dalam dunia perpolitikan banyak terjadi
perselisihan sehingga ketika dalam proses penyidikan kebanyakan orang yang
sudah jelas menjadi tersangka akan memilih untuk memberitahukan siapasiapa yang juga trelibat dalam kasus tersebut. Akibatnya akan banyak
terungkap tersanghka-tersangka lain yang juga ikut mengambil andil dalam
munculnya tindak korupsi tersebut. Dalam kondisi yang serba sangat tercukupi
sebagai pejabat yang bergelut dalam dunia politik, tentu bisa menjadi salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya tindak korupsi tersebut.
Penyalahgunaan kekuasaan serta kekayaan yang didapat, membuat orang
tersebut dengan senang hati akan melakukan tindak korupsi tersebut.
Setelah penyidikan serta penyelidikan yang dilakukan oleh KPK selesai, maka
kepada tersangka yang benar-benar terbukti melakukan tindakan korupsi

tersebut akan disita hartanya terutama harta yang didapat melalui hasil dari
tindak korupsi yang ia lakukan. Tetapi tidak akan berlaku bagi harta yang
bukan beratasnamankan tersangka. Kemudian pihak yang bertanggung jawab
akan menindak sesuai dengan prosedur hukum terhadap tersangka, yang
dilanjutkan dengan memberikan vonis sesuai dengan hukum serta sesuai
dengan bagaimana tindak korupsi yang telah ia lakukan. Dalam memberikan
vonis, yang menjadi tersangka pun akan dimasukan ke dalam black list of
corruptor. Sehingga jika ia sudah menyelesaikan hukuman yang ia dapatkan,
tidak akan mudah ia kembali mendapatkan kedudukanya yang ia tinggalkan
selama memenuhi hukuman yang didapatnya.

Pada aturan hukum yang dikenakan terhadap pelaku tindak korupsi, terakhir
yaitu tersangka akan menjalani hukuman yang sudah titentukan oleh hakim
tipikor. Selain hukuman penjara yang pasti akan didapatkan tersangka, ada
juga hukuman dalam bentuk perasingan. Hukuman perasingan tersebut tentu
diawasi oleh lembaga-lembaga yang terkait, agar dalam masa perasingannya
tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak seharusnya terjadi. Dalam hal ini lembaga
yang terkait dalam pemantauan tersangka yang menjalani masa perasingan di
Kampung Koruptor adalah Kementrian Hukum serta lembaga HAM. Jika masa
hukuman penjara diberikan untuk memenuhi peraturan yang tertera di dalam
undang-undang serta disertakan vonis dari hakim tipikor, maka hukuman
perasingan ini diberikan agar tersangka yang bersangkutan dapat jera dan
mampu mengubah sikap dan diharapkan tidak lagi melakukan tindakan
korupsi.
Itulah alur yang sudah ditetapkan yang akan diberikan kepada siapa saja yang
tersangkut dalam masalah tindakan korupsi. Walaupun hampir semua kasus
korupsi yang menyeruak adalah tindak korupsi yang dilakukan oleh para
pejabat yang bergelut dalam bidang politik, yang mana seharusnya dapat
memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Demikian sangat
diharapkan bahwa dengan adanya hukuman-hukuman yang disediakan oleh
undang-undnag serta vonis yang diberikan hakim tipikor dapat membuat
semua orang yang berkeinginan ingin melakukan tindak korupsi menjadi takut
dan tidak lagi memiliki rasa ingin melakukan tindak korupsi.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Indonesia yang merupakan sebuah negara yang saat ini termasuk dalam jajaran
negara yang memiliki tingkat korupsi tertinggi di Asia. Kegiatan korupsi di
negeri ini memang sudah merajalela, mulai dari kaum akar rumput hingga para
petinggi negara pun tak sedikit yang terlibat kasus korupsi, selain kolusi dan
nepotisme. Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik dan turun
temurun, bagi banyak orang korupsi bukan lagi dianggap sebagai pelanggaran
hukum, melainkan suatu hal yang lumrah. Berbagai kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah tak juga mampu memberantas praktek ini, lembaga
pemberantas korupsi KPK pun seolah tak mampu berbuat banyak. Langkah –
langkahnya banyak menemui hambatan yang tak lain adalah upaya dari para
pelaku korupsi untuk menggagalkan eksistensi KPK. Adapun dengan kondisi
hukum seperti multi tafsir membuka peluang korupsi dari berbagai pihak.
Dalam

konteks desentralisasi

dan diversifikasi

korupsi, kondisi ini

menyebabkan makin tingginya yang diminta dalam tindak

korupsi dan

hasilnya tidak pasti. Kemudian sangat banyak Undang-undang yang menunggu
peraturan pelaksaannya.
Padahal undang-unadng itu sendiri masih mengandung ketidak konsistenan
dan kurang mempertimbangkan aspek kontekstual institusional, sosiologis, dan
ekonomi. Karena tidak

realsitis, maka masyarakat terpaksa mencari jalan

keluar dengan terlibat tindak korupsi. Mekanisme check balances dari prinsip
trias politica tidak terjadi karena baik eksekutif dan judiciary tidak punya
mekanisme pengawasan yang jelas selain melalui audit yang dilakukan
eksekutif tapi harus ditindaklanjuti oleh judiciary. Legislative tidak bernai
bermain sebagai pengawas keduanya karena peluang dituduh korupsi politik
juga besar.
Sekarang fenomena ini berkurang dimana sektor bisnismerasa sukar untuk
bermain dalam jaringan korupsi. Kalangan bisnis mendapart saingan dari

kegoatan ekonomi illegal yang merupakan hasil korupsi atau justru tindakan
korupsi itusendiri. Dlam negara dengan masa transisi, sektor ekonomi ilegal
membesar

danmenggerogoti

kemampuan

negara

mengatur

kebijakan

pembangunan. Para pelaku bisnis legal.
Korupsi yang menjadi tata cara sehari-hari yang meluas menjadi perangkap
etis bagi parareformis potensial seperti aktivis dan mahasiswa.Terdapat kaitan
(yang mungkin tidak disadari) antara pelaku korupsi di lembaga negara dengan
unsur masyarakat yang seharusnya menjadi “watch-dog” seperti media massa,
lembaga riset dan universitas, organisasi kemasyakatan, dan asosiasi
professional.
Para peneliti, misalnya, sering mendapat proyek dari lembaga negara,sehingga
mengurangi daya kritis mereka. Organisasi masyarakat sering menjadi
komoditas politik yang berharga secara finansial. Jika dilihat kaitan antara
politik dan korupsi, mekanisme perwakilan yang membuka peluang politik
uang menghasilkan kandidat dan para wakil yang menanggung “hutang budi”.
Kemudian jaringan korupsi diciptakan untuk mengurangi resiko, serta
dukungan gerakan Anti Korupsi tidak pernah/tidak bisa menjadi alat
mendapatkan kredibilitas dan legitimasi politik.
Pada jaman sekarang ini memang sudah tidak lagi asing mendengar bahwa
dikalangan politik khususnya di Indonesia banyak terungkap tindak korupsi
yang tingkatannya pun bisa dikatakan tidak biasa. Terlebih Indonesia
merupakan negara yang ketat hukum, tetapi pada kenyataannya justru para
staff penegak hukum yang banyak terlibat dalam tindak korupsi tersebut.
Negara ketat hukum memang tidak dapat menjamin bawa hukum yang sudah
dibuat dapat direalisasikan dengan baik. Karena memang pada fakta yang
terjadi, korupsi masih sangat sering ditemukan. Lembaga-lembaga yang sudah
ada yang memang diperuntukan bagi para tersangka maupun para pelaku yang
melanggar hukum pada nyatanya belum mampu untuk menanggulangi tindak
korupsi yang belakangan semakin meluas kasusnya.

Para pejabat yang bergelut dalam dunia politik pun, yang pada saat teknologi
sduah maju seperti saat inibisa dikatakan sebagai kaum elit politik tidak
mampu menhindar dari belenggu perilaku korupsi. Justru dengan apa yang
sudah mereka capai dan mereka miliki membuat peluang melakukan tindak
korupsi semakin besar, Karena pada fakta memang kasus korupsi yang
belakangan ini muncul uang menjadi dalang adalah para pejabat, dimana
mereka memang memiliki hubungan kerja. Kurang tegasnya peraturan serta
diabaikannya etika profesi dan hukum yang sudah ada dalam undang-undang
membuat tindak korupsi tidak terelakan lagi terjadi.
Gerakan Anti Korupsi Pola korupsi di tiap sektor ternyata saling berhubungan
dengan sektor lainnya, tap ipenanganannya tidak fokus dan konsistes sesuai
dengan kondisi Indonesia. Badan yang khusus menangani korupsi, seperti
Komisi Yudisial dan Komisi Ombudsman terlalu terbatas wewenangnya,
kurang sumber daya, dukungan politik, dan pertautan kelembagaan. KPK bisa
dikatakan cukup wewenang dan sumber daya relatif, namun masih tergantung
pada kualitas lembaga lain sebagai tenaga pelaksana. Lembaga ini juga sangat
kurang mendapat dukungan politik.
Walaupun kehidupan berpolitik dengan dan seharusnya dekat dengan hukumhukum tetapi tidak membuat orang-orang yang bersangkutan takut atau taat
terhadap peraturan tersebut. Justru lebih cenderung mereka yang mengabaikan
peraturan hukum yang berlaku, karena dengan kedudukan kekuasaan yang
sudah mereka miliki bisa menjadi salah satu alasan mengapa kebanyakan
pejabat tetap berani melakukan tindak korupsi tersebut. Andaikan hukum yang
ada di Indonesia tidak hanya mengikat tetapi juga mampu ditegaskan akan
tidak lagi ada yang berani melanggar hukum baik dari kalangan umum maupun
yang terpenting dari kalangan pejabat. Karena dari keadaan yang ada justru
hukum kan menjadi lemah ketika yang melanggar hukum adalah seseorang
yang memiliki kekuasaan, kedudukan, serta kekayaan yang seolah-olah hukum
dinegara kita dapat dibeli dengan hal-hal tersebut.

BAB V
PENUTUP

Akhirnya penulis telah sampai pada ujung dari penulisan makalah ini. Selesai
pula penulis untuk menjabarkan dan memaparkan penjelasan mengenai kaitan
antara tindak korupsi dengan elit politik yang difokuskan pada perpolitikan
yang ada di Indonesia serta kaitan antara yang seharusnya terjadi dengan
kenyataan yang sudah terjadi saat ini. Beserta alur hukum yang akan
dikenakan kepada para tersangka atau pelaku yang melakukan tindak korupsi.
Pada bab terakhir ini, penulis akan menyampaikan beberapa kesimpulan yang
dapat diambil setelah menganalisis masalah yang diangkat dalam makalah ini.
Penulis melihat bahwa di Indonesia khususnya banyak terjadi korupsi, bisan
dikatakan sangat banyak tindak korupsi yang ditemukan. Tindakan tersebut
banyak terjadi dikalangan pejabat yang mana pada seharusnya para pejabat
tersebut mampu memberikan contoh yang baik bagi masyarakatnya.
Kekuasaan serta kedudukan yang dimiliki membuat mereka semakin ingin
melakukan tindakan korupsi yang mana mereka tau bahwa tindak korupsi
merupakan salah satu tindakan yang sangat melanggar hukum. Adanya alur
hukum yang sudah dibuat juga tidak membuat para koruptor menjadi jera
untuk tidak melakukan korupsi lagi, melainkan semakin berani untuk
melakukan korupsi karena kenikmatan yang akan didapat setelah melakukan
tindakan tersebut.
Hukum yang ada pun tidak mampu untuk mengekang atau bahkan mengurangi
kasus-kasus yang semakin banyak ditemukan. Terlebih hampir didominasi
tindak korupsi dilakukan oleh para pejabat. Tidak dapat dipungkiri memang
bagi pejabat hukum dapat dinetralisasi dengan kedudukan serta kekuasaan
yang sudah mereka dapat, namun mereka tidak melihat dampak yang akan
ditimbulkan jika mereka terus melakukan tindakan korupsi. Undang-undang
yang mungkin beberapa diantaranya adalah aturan yang mereka buat dalam
lingkup kerja dalam dunia perpolitikan mereka tak jarang mereka pula yang

melanggar aturan tersebut. Dapat dibayangkan bagaimana pandangan
masyarakat terhadap dunia politik di Indonesia saat ini.
Seharusnya diharapkan bahwa alur hukum yang sudah ditetapkan oleh
lembaga-lembaga dalam upaya mengurangi ataupun menghukum pelaku yang
melakukan tindakan korupsi dapat membuat para pelaku jera atau bakan
merasa takut untuk melakukan tindakan korupsi. Sehingga mampu
memberikan contoh yang sesuai terhadap masyarakat. Atau ada baiknya mulai
sekarang dibentuk badan pengawas agar tidak lagi ada orang-orang baik dari
kalangan manapun untuk berani melakukan tidakan korupsi. Jadi jika terlihat
tanda-tanda bahwa orang tersebut akan melakukan tindak korupsi, sebelum
terjadi sudah ditundak terlebih dahulu.
Kesesuaian porsi hukum yang akan dikenakan terhadap pelaku korupsi pun
juga seharusnya tidak luput dari pengawasan pihak-pihak yang terkait dalam
hal ini. Karena masalah ini juga seringkali yang membuat para koruptor tak
jera untuk kembali mengulang perilaku tindak korupsi tersebut. Dapat
dibayangkan, jika bagi orang yang menjadi perantara terjadinya korupsi akan
mendapatkan hukuman yang sama dengan yang menjadi dalang dibalik kasus
korupsi terjadi. Sangat tidak adil, bahkan akan membuat pelaku utama akan
mengulangi tindakan yang sama kembali.
Ada baiknya juga jika mulai sekarang diperbaharui undang-undang yang
mengatur mengenai tindak pidana korupsi dan mulai diberlakukan sama rata
terhadap siapapun yang berani melanggar hukum, tanpa harus memandang apa
kedudukannya dan berapa kekayaan yang dimiliki oleh si pelaku tersebut.
Dengan adanya kesetaraan hukum tersebut, maka akan terjadi keteraturan
hukum dan ketaatan terhadap hukum yang bersangkutan, sehingga mampu
menekan angka kasus korupsi yang terus meningkat di Indonesia ini.
Akhir kata penulis juga berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai
buku yang dapat memberikan informasi ataupun inspirasi bagi para pembaca.
Semoga buku ini dapat menambah wawasan yang berarti khususnya, bagi
siapa saja yang mau dan berminat untuk mulai mencegah semakin banyaknya

tindakan korupsi yang terjadi. Atau dengan memberikan gambaran serta
penyebaran informasi tentang anti korupsi agar tidak lagi terjadi ataupun
adanya orang-orang yang memiliki niat untuk melakukan tindakan korupsi,
terkhusus untuk generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia, 2008.
Lemhanas. Keadilan Sosial. Jakarta:Gramedia, 2005.
Semma, Mansyur. Negara Dan Korupsi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,
2008.
Retno. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Gramedia, 2007.
http://alsaindonesia.org/site/wp-content/uploads/2013/01/Screen-shot-2013-0104-at-7.26.25-PM.png

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2