BIAYA BAHAN.doc (85Kb)

BIAYA BAHAN

  

Perencanaan dan pengendalian Bahan, dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi

  perusahaan. Tujuan pokok Perencanaan dan pengendalian Bahan:

  1. Menekan / meminimumkan biaya 2. Memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dan dengan dana tertentu.

  1. Penentuan Kuantitas Yang Akan Dibeli Dalam Periode Akuntansi Tertentu.

  Faktor-faktor yang menentukan:

  a. Jumlah kuantitas persediaan awal bulan

  b. Jumlah produksi ekuivalen yang akan dihasilkan dalam periode tertentu

  c. Kuantitas bahan yang diperlukan untuk menghasilkan satu buah produk

  d. Jumlah kuantitas persediaan akhir bahan yang diinginkan perusahaan

  2. Menentukan Kuantitas Bahan Yang Dibei Setiap Kali Dilakukan Pembelian

  Yang mempengaruhi harga perolehan bahan:

  A. Harga faktur termasuk biaya angkut dari setiap satuan bahan yang dibeli

  B. Biaya pesesanan (biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan. Terdiri dari biaya tetap dan variabel: a. Tetap: gaji bagian pembelian, biaya penyusutan aktiva tetap bagian pembelian, dll.

  b. Variabel: biaya pembuatan dan pengiriman dokumen permintaan pembelian, pesanan pembelian, biaya pembuatan laporan penerimaan bahan dan pemeriksaan kuantitas & kualitas, biaya penerimaan bahan yang dipesan, dll.

  C. Biaya penyimpanan / Storage Cost / Carrying Cost (biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan). Terdiri dari: a. Tetap: biaya penyusutan gudang, gaji karyawan tetap bagian gudang

  b. Variabel: biaya sewa gudang, biaya asuransi bahan, biaya administrasi gudang, baya atas rusak & usangnya bahan.

3. Penentuan Waktu Pemesanan Kembali Bahan (Re Order Point)

  Faktor yang mempengaruhi:

  a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan s/d bahan datang di perusahaan (Lead Time) b. Tingkat pemakaian bahan rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya

  c. Persediaan besi / safety stock (Jumlah persediaan bahan yang minimum harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan yang dibeli agar perushaaan tidak mengalami “stock out” / gangguan kelancaran kegiatan produksi karena kehabisan bahan. Rumus:

  ROP = ( LT x AU ) + SS

  ROP = Re Order Point LT = Lead Time AU = Average Usage (pemakaian rata-rata dalam satuan waktu tertentu) SS = Safety Stock Contoh soal: PT “X” menetapkan perkiraan lamanya Lead Time Bahan Baku A selama 4 minggu, pemakaian rata-rata sebesar 500kg/minggu, persediaan besi yang diukur langsung sebesar pemakaian rata-rata untuk 2 minggu. Hitunglah tingkat persediaan dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali Bahan Baku A?

  Jawab:

  ROP = ( LT x AU ) + SS = ( 4 x 500) + ( 2 x 500 ) = 3.000 kg

4. Penentuan Minimum dan Maksimum Kuantitas Persediaan Bahan

  Persediaan yang diselenggarakan paling banyak sebesar titik maximum, yaitu pada saat bahan yang dibeli datang. Tujuannya adalah agar dana yang tertanam dalam persediaan bahan tidak berlebihan. Rumus:

  MS = SS + EOQ

  MS = Maximum Inventory Point

  SS = Safety Stock ( minimum inventory point) / minimal sesaat sebelum pembelian bahan datang EOQ = Economic Order Quantity ( kuantitas pemesanan paling ekonomis )

  EOQ =  2 x RU x CO CU x CC

  RU = Required unit for annual ( kebutuhan bahan untuk tahun yang akan datang ) CO = Cost per Order ( biaya pemesanan variabel setiap kali pemesanan ) CU = Cost per Unit ( harga faktur dan biaya angkut setiap bahan yang dibeli) CC = Carrying Cost Percentage ( biaya penyimpanan variabel yang dihitung berdasarkan persentase dari cost per unit bahan ) Contoh: PT “X” pada tahun 1993 memerlukan pembelian bahan baku A sebanyak 24.000 kg yang akan dibeli dengan frekuensi 4 kali pada EOQ sebesar 6.000 kg. Pemakaian Lead Time 2.000 kg dan persediaan besi 1.000 kg. Buatlah grafik yang menunjukkan titik max dan min persediaan serta ROP dan EOQ!

  Kuantitas Persediaan (kg) A A A A 7000 B B B B 3000 C C C C 1000

  3

  

6

  9

  12 Bulan

  A ( Max Persediaan ) = (1000 + 6000 ) = 7000 kg A – C ( EOQ ) = 6000 kg B ( ROP ) = ( 1000 + 2000 ) = 3000 kg C ( Min Persediaan atau SS ) = 1000 kg B – C ( Lead Time, besarnya pemakaian bahan selama tenggang waktu pemesanan s/d saat datangnya bahan yang dipesan ) = 2000 kg

5. Pengawasan Persediaan / bahan

  Tujuan:

  a. Menyediakan bahan yang diperlukan

  b. Menjamin adanya persediaan bahan yang cukup

  c. Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar

  d. Menyelenggarakan penyimpanan bahan

  e. Menjaga agar persediaan yang rusak, usang dan kelebihan yang tidak terpakai dapat ditekan serendah mungkin f. Menentukan jumlah investasi dana yang tepat dalam persediaan bahan.

  Penentuan Harga Pokok Bahan yang dibeli, meliputi;

  Harga faktur + Biaya lainnya yang terjadi dalam rangka perolehan bahan, baik yang berhubungan dengan biaya pemesanan / penyimpanan sampai dengan bahan siap dipakai dalam kegiatan produksi potongan pembelian, rabat, dan subsidi langsung atas pembelian.

  

Cara perlakuan terhadap elemen-elemen yang berhubungan dengan perolehan bahan:

1. Potongan Pembelian Bahan

  Prinsip Akuntansi Indonesia ( PAI ) ; mengurangi harga faktur bahan yang dibeli, cara pencatatan: a. Hutang di catat jumlah bersihnya, misalnya

  Tgl 2 Jan’93, PT “X” membeli 100 kg Bahan Baku A dengan harga faktur Rp 1000/kg syarat pembayaran 2/10,n/30. Saat Pembelian: Persediaan BB 98.000

  Hutang dagang 98.000 ( 100 kg x Rp. 1000 ) – 2% ( 100 kg x Rp. 1000 ) Hutang dibayar tgl 10 januari ‘93 Hutang dagang 98.000

  Kas 98.000 Hutang di bayar tgl 31 Januari ‘93 Hutang dagang 98.000 Rugi kegagalan Pot. Tunai Pemb. 2.000

  Kas 100.000

  b. Hutang di catat jumlah kotornya Saat pembelian ( tgl 2 Januari ’93 )

  Persediaan BB 98000 Cad. Pot. Tunai Pembelian 2000

  Hutang dagang 100.000 Hutang dibayar tgl 10 Jan’93 Hutang dagang 100.000

  Cad. Pot. Tunai Pemb. 2.000 Kas 98.000

  Hutang dibayar tgl 31 Jan’93 Hutang dagang 100.000 Rugi kegagalan pot. Tunai pemb. 2.000

  Kas 100.000 Cad. Pot. Tunai Pemb. 2.000

  Kelemahan: dapat mengakibatkan harga perolehan setiap satuan menjadi pecahan.

  2. Kemasan / Kontainer Bahan

  Jika harus dikembalikan kepada supplier bahan tersebut, misalnya tabung gas, maka perusahaan yang membeli bahan tersebut (gas) harus menyerahkan uang jaminan kemasan bahan. Uang jaminan untuk kemasan bahan yang akan dikembalikan tidak boleh menambah harga perolehan bahan. Misalnya: dibeli 10 ton gas elpiji dari pertamina dengan harga Rp 100.000/ton dan jaminan kemasan bahan yang harus diserahkan Rp. 200.000. Semua di bayar tunai. Maka jurnal pembeliannya: Persediaan bahan 1.000.000 Jaminan kemasan bahan 200.000

  Kas 1.200.000 Jika kemasan bahan dikembalikan kepada pertamina dan diterima kembali uang kas. Jurnalnya: Kas 200.000

  Jaminan kemasan bahan 200.000

  3. Biaya Angkutan Pembelian Sebagai penambah harga perolehan bahan yang dibeli.

  4. Biaya bagian-bagian pengelolaan bahan, meliputi: bagian pembelian, bagian penerimaan, bagian gudang bahan, bagian akuntansi persediaan.

  Perhitungan harga pokok bahan yang dipakai; tujuannya:

  1. Untuk menentukan harga pokok bahan yang dipakai dan harga pokok persediaan bahan dengan lebih teliti dan adil

  2. Untuk tujuan pengendalian (pengawasan) atas bahan Faktor yang menentukan harga pokok bahan yang dipakai:

  1. Metode Akuntansi Persediaan

  a. Metode Persediaan Fisik , digunakan oleh perusahaan kecil dan mengumpulkan harga pokok berdasar proses. Langkah - langkah pencatatan persediaannya:  Jurnal untuk mencatat pembelian bahan:

  Pembelian bahan Hutang dagang

   Jurnal untuk mencatat pengembalian bahan Hutang dagang

  Pengembalian pembelian bahan  Jurnal untuk mencatat potongan pembelian apabila mengurangi harga perolehan bahan

  Hutang dagang Potongan pembelian bahan Kas

   Saat pemakaian bahan tidak perlu dibuat jurnalnya, tetapi sekaligus dicatat pada akhir periode.  Akhir periode dihitung phisik persediaan untuk menentukan jumlah harga pokok persediaan akhir periode dan menghitung harga pokok bahan yang dipakai.

  Persediaan bahan awal periode xx Pembelian bahan xx Pengembalian bahan pembelian bahan xx Potongan pembelian bahan xx + xx - Jumlah pembelian bersih bahan xx + Harga perolehan bahan siap pakai xx Persediaan bahan akhir periode xx - Harga perolehan bahan yang dipakai xx Pemakaian bahan di jurnal sebagai berikut:

  BDP - Biaya bahan xx Persediaan akhir bahan xx Pot. Pemb. Bahan xx Pengemb. Pemb. Bahan xx

  Pembelian bahan xx

  Persediaan awal xx

  b. Metode Persediaan Abadi , metode akuntansi persediaan yang terus menerus mengikuti mutasi / perubahan di dalam persediaan. Biasanya dipakai oleh perusahaan yang relative besar, baik yang menggunakan metode harga pokok pesanan / proses.  Jurnal Pembelian Bahan:

  Persediaan bahan baku xx Persediaan bahan penolong xx

  Hutang dangang xx  Jurnal Pengembalian Bahan:

  Hutang dagang xx Persediaan bahan baku xx Persediaan bahan penolong xx

   Jurnal Pemakaian Bahan:

  a. Perusahaan menggunakan metode harga pokok proses: BDP - Biaya Bahan xx

  Persediaan Bahan xx

  b. Perusahaan menggunakan metode harga pokok pesanan: BDP – Biaya Bahan xx BOP Sesungguhnya xx

  Persediaan bahan baku xx Persediaan bahan penolong xx

  Metode Aliran Harga Pokok Bahan:

  A. Metode Identifikasi Khusus Penyimpanan bahan di gudang harus dikeluarkan / dipisahkan sesuai dengan harga perolehan bahan pada saat pembelian.

  Tiap keluaran dibuat kode / kartu secara terpisah, agar pada saat dipakai dapat diketahui besarnya harga perolehan dari bahan yang dipakai tersebut sesuai dengan phisiknya.

  B. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama ( MPKP / FIFO ) Harga perolehan bahan per satuan yang di pakai / yang pertama kali masuk ke gudang akan digunakan untuk menentukan harga perolehan per satuan bahan yang dipakai pertama kali, disusul harga perolehan per satuan yang masuk berikutnya.

  C. Metode Rata-rata ( MRR )

  Di dasarkan pada anggapan bahwa bahan yang dikonsumsi di bebani dengan harga pokok per satuan bahan rata-rata.

  D. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama ( MTKP / LIFO ) Bahan yang pertama kali di pakai di bebani dengan harga perolehan per satuan bahan dari yang terakhir masuk, disusul dengan harga perolehan bahan per satuan yang masuk sebelumnya, dst.

  E. Metode Harga Pokok Standar Tujuannya untuk mengukur efiseiensi perusahaan.

  F. Metode Persediaan Dasar Persediaan minimum / dasar dinilai sebesar nilai dasar ( base value ) yang sudah ditentukan seolah-olah sebagai elemen aktiva tetap dan sisanya menggunakan metode MTKP ( LIFO ).

  G. Metode Harga Beli Terakhir ( HBT ) Membebankan harga perolehan bahan yang dipakai sebesar kuantitas yang dipakai dikalikan dengan harga beli per satuan yang terakhir dengan tidak memandang jumlah kuantitas yang dibeli terakhir.

  H. Metode Masuk Kemudian, Pertama Keluar ( MKPK ) Didasarkan oleh pemikiran bahwa harga pokok bahan yang dipakai seharusnya dibebani harga pokok pengganti yang akan terjadi untuk memperoleh bahan yang sama di waktu terjadi transaksi pemakaian bahan.