Kapitalisme aktor perusak SDA pdf

KAPITALISME AKTOR PERUSAK
SUMBERDAYA ALAM
Farah Pramudita

Penngantar
Indonesia terkenal kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA) yang melimpah,
tanpa kita pernah investasi, tanah Indonesia penuh dengan barang tambang, subur
akan tanaman pertanian, perkebunan, hutan, dan tanaman herbal. Begitu Maha
Rahmaan

dan

RahiimNya

Allah

SWT

kepada

kita,


apakah

kita

sudah

mensyukurinya? Jangan sampai kita seperti penduduk Negeri Saba’ yang tertimpa
bencana alam dan musnah peradabannya karena kekufuran mereka atas nikmat Allah
SWT (QS Saba’:15-17).
Alquran sebagai pengingat manusia yang sering lupa akan tugasnya di Bumi
karena manusia sangat rentan berpotensi untuk mengingkari karunia Allah SWT saat
manusia berlimpah ruah harta. Tidak jauh beda dengan Indonesia saat ini yang
berlimpah ruah akan SDA tetapi sangat miskin akan implementasi manajemen
pengelolaannya sebagai bentuk rasa syukur. Akankah tragedy of the Saba’ menimpa
Indonesia?

Pertambangan
Komunisme telah mengalami kegagalan karena tidak mengatakan kebenaran
tentang ekonomi, kapitalisme pun akan mengalami kegagalan jika tidak

memperhatikan ekologi (lingkungan)1. Kini, masyarakat Indonesia menjadi salah satu
saksi atas prediksi yang akan menjadi nyata bahwa kapitalisme akan hancur. Kita
melihat bagaimana kaum kapitalis dengan hausnya menggerogoti SDA Indonesia
sampai ke dasarnya. Kita telah merasakan bagaimana lingkungan mengalami

degradasi potensinya secara besar-besaran, karena sistem ekonomi kapitalis yang
telah menyetir semua kerusakan tersebut.
Dengan uang dan kepentingan bisnis, kaum kapitalis telah mengeruk tambang
bumi Indonesia secara membabi buta. Tidak peduli berapa juta ton hasil
pertambangnan yang diangkut untuk kepentingan ekonomi komersil, dan tidak pernah
peduli dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Berkaitan dengan kekayaan SDA
Indonesia, berdasarkan data Indonesia Mining Association tahun 2005, Indonesia
menduduki

peringkat ke-6 terbesar untuk Negara yang kaya akan sumber daya

tambang. Merujuk pada data US Geological Survei tahun 2006, cadangan tembaga
Indonesia sebesar 38 ribu metrik ton (ke 8 dunia), nikel 13 juta metrik ton (ke 4
dunia), emas (ke 8 dunia), dan timah (ke 6 dunia).
Sedangkan kekayaan batu bara Indonesia bedasarkan data estimasi tahun

2008 dari World Coal Institute, menunjukkan bahwa cadangan batubara Indonesia
hanya 0,5 % dari cadangan dunia namun dari segi produksi Indonesia menempati
posisi ke enam dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton, peringkat pertama
ditempati China dengan jumlah produksi 2.761 juta ton, disusul USA 1007 juta ton,
dan India 490 juta ton, Australia 325 juta ton, Rusia 247 juta ton.
Namun ada fakta yang ironis sekali, bahwa Indonesia merupakan negara
pengekspor nomer dua terbesar di dunia setelah Australia. Indonesia mengeksport
sebesar 203 juta ton. Sedangkan China sebagai produsen batubara terbesar dunia,
hanya menempati peringkat ke tujuh sebagai eksportir dengan jumlah 47 juta ton.
Rasio persentase nilai ekspor batubara Indonesia tersebut sebesar 85,5% sedangakan
sisanya untuk kebutuhan dalam negeri, dan itu pun kualitas batubara yang banyak
sekali abu pembakarannya, sedangkan batubara kualitas nomer satunya diekspor ke
luar negeri. Ditambah juga, populasi penduduk Indonesia yang banyak dibandingkan
dengan penggunaan energi berbasis tenaga batubara tentu akan mengalami
kekurangan, maka Indonesia akan menjadi negara yang mengalami krisis energi.
Jika dilanjutkan lagi kasusnya, maka asap pembakaran batubara yang
kualitasnya tidak optimum di Indonesia itu akan semakin mencuatkan isu emesi

karbon yang meningkat. Kemudian secara politis, Indonesia menjadi negara biang
pemanasan global, sejajar dengan negara-negara di Amerika dan Eropa yang kini

“dikutuk” masyarakat dunia sebagai negara industri penyumbang emisi gas bumi
terbesar yang menyebabkan global warming dan climate change.
Masihkah kita bangga dengan nominasi Indonesia dalam peringkat dunia
untuk kategori SDA, jika pada kenyataannya masyarakatnya sendiri sengsara?
Contoh kontras lainnya adalah pertambangan di daerah Papua yang dikendalikan oleh
PT Freeport. Warga Papua sendiri tidak berubah taraf kesejahteraan hidupnya, malah
kesenjangan sosial dan ekonomi semakin menjadi-jadi di sana. Akibatnya terjadi
konflik hingga data yang didapatkan dari IHRC (The Indonesia Human Right
Committee) tahun 2006 warga sipil Papua yang tewas akibat kasus Freeport ini
mencapai sekitar 100.000 orang. Dari segi lingkungan, setiap harinya PT Freeport
telah mencemari sungai di daerah Papua dengan 700.000 ton limbah tambangnya,
jelas

ini

akan

merusak

kehidupan


suku

Amungme

dan

Kamoro

yang

menggantungkan hidupnya dari sungai tersebut.
Inilah multiple effects sistem ekonomi kapitalisme yang melahirkan jentikjentik kedzaliman. Money oriented dalam pikirannya telah membuat mereka tidak
lagi memandang siapa dan apa di sekitarnya, apalagi berfikir akibatnya nanti.
Kapitalisme telah merusak lingkungan, meskipun ada dana reklamasi (pemulihan
lahan tambang) namun sesungguhnya dana yang diberikan tersebut tidaklah
sebanding dengan harga tambang yang telah dikeruk dan dieksport.
Seperti laporan buletin on line Tata Ruang edisi Juli-Agustus 2010, di Pulau
Bangka yang terkenal dengan kekayaan timahnya kini mengalami degradasi fungsi
lahan karena pertambangan yang berlebihan. Banyak bibit tumbuhan yang tidak dapat

tumbuh lagi saat proses reklamasi karena tumbuhan tersebut tidak cocok dengan
lahan bekas tambang atau unsur zat hara dan mineralnya sudah tidak ada di lahan itu.

Pertanian
Prinsip ekonomi kapitalisme selalu mengejar untung dan produksi. Seperti
pada bidang pertanian dengan diberlakukannya program green revolution (revolusi
hijau) pada tahun 1960, memang Indonesia pada saat itu mencapai peringkat
membanggakan dalam bidang pertanian. Puncaknya Indonesia mencapai prestasi
swasembada pangan beras pada tahun 1984-1985. Hal ini merupakan proses dari hasil
rekayasa benih padi yang diracik oleh The Internasional Rice Riserch institute (IRRI)
di Filifina.
Namun apa yang terjadi sekarang? Kejayaan satu tahun (1984-1985) harus
dibayar dengan kerusakan bertahun-tahun. Saat ini terjadi ledakan hama baru, seperti
wereng coklat dan wereng hijau,

punahnya keanekaan varietas padi lokal yang

awalnya tercatat 8000 varietas padi yang ada, kini sebagian besar telah punah karena
terdesak oleh varietas padi baru, seperti ir 64, pb5, dll. Ditambah keadaan yang
terbalik sekarang Indonesia malah menjadi negara pengimpor beras dari Thailand.

Di pihak lain, kebijakan pemerintah dalam pertanian selalu tidak berpihak
pada petani lokal yang terus saja jatuh kemampuannya akibat penindasan kebijakan
pemerintah. Peraturan pemerintah pada tahun 2010 mengupayakan pertanian bangkit
kembali melalui program food estate yang bertujuan meningkatkan produksi pangan,
namun ada ketimpangan khususnya bagi para petani bahwa kebijakan tersebut
memberikan maksimal 95% lahan dari setiap 25 ha tanah untuk para investor asing.
Sungguh tidak adil karena itu akan menggeser peranan petani lokal dalam mengelola
pertaniannya, sehingga akan melahirkan angka urbanisasi informal ke kota-kota dan
lebih mengerikan lagi, efek sosial dari kebijakan ini akan menimbulkan
pengangguran dan kriminal yang semakin merajalela.

Kehutanan dan Perkebunan
Tidak cukup pertambangan dan pertanian saja, rekam jejak kapitalisme
menjalar ke SDA kehutanan. Indonesia merupakan negara kedua setelah Nigeria yang
mengalami deforestasi (penggundulan hutan) paling parah. Menurut Arianna
Granziera, seorang analis Maplecroft, bahwa kebutuhan pangan, energi biodesel,
populasi, kemiskinan, serta korupsi menjadi penyebab terbesar pembabatan hutan
semakin meluas.
Setiap tahunnya Indonesia rata-rata kehilangan 1 juta hektarare (ha) lahan
hutan, atau setara dengan 13 kali luas negara Singapura. Selanjutnya yang

mencengangkan tercatat selama periode 2005-2010 Indonesia menjadi negara
pembabat hutan yang mencapai hingga 2 juta ha tiap tahunnya. Sebanyak 16% dari
pembabatan hutan tersebut digunakan untuk perkebunan kelapa sawit.
Semakin jelaslah kapitalisme pun merambah perkebunan pula. Dengan modal
uang antara Rp 200.000-1.000.000 pengusaha PT Khaleda Agroprima Malindo
(KAM) membayar warga di sekitar perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Muara
kaman, Kabupaten Kutai Negara, Kalimantan Timur untuk membantai orang utan dan
primata lainnya. Mereka ingin memusnahkan habitat orang utan di wilayah itu,
karena ingin memperluas investasi lahan kebun sawitnya.

Kapitalisme Perusaknya
Kebijakan-kebijakan SDA di negeri ini selalu terikat dengan kebijakan utang
luar negeri. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan
tahun 2011 menunjukkan pada 2010 jumlah utang Indonesia Rp 1.676 triliun, kini
2011 Rp 1.768 triliun, atau rata-rata penduduk Indonesia termasuk bayi memiliki
utang sebesar Rp 7,4 juta. Maka dalam setahun Indonesia menambah utang sebeasar
Rp 91.19 triliun, dan kini Indonesia sudah kecanduan untuk berutang.
Terkadang keadaan yang satu bertolak belakang dengan keadaan yang
lainnya, Indonesia yang selalu menggembar-gemborkan pembangunan berkelanjutan


(sustainable development) yakni pembangunan ekonomi dan sosial yang sejatinya
memperhatikan keberlanjutan lingkungan, tetapi realitanya tidak semulus itu.
Indonesia malah memanjakan para investor dan developer yang ingin mendirikan
industri, perumahan, dan pusat perbelanjaan di atas lahan pertanian dan perkebunan
yang seharusnya lahan tersebut ada untuk mengabsorbsi air sebagai penangkal banjir.
Sudah semakin jelas bahwa sistem ekonomi kapitalisme di Indonesia telah
mencekik leher masyarakat luas, dan menggerus sumberdaya alam Indonesia tanpa
memperhatikan keberlanjutannya. Sistem kapitalisme harus segera dihapus andilnya
dalam mengelola SDA. Saatnya syariat Islam tegak menggantikan sistem-sistem yang
ada sekarang, karena hanya aturan Islam yang akan menyelamatkan seluruh
ekosistem dan habitat di dunia. Seharusnya tidak wajar sebuah negara yang kaya
SDA tetapi banyak utang. Sebenarnya negara ini bisa tidak berutang asal SDA
dikelola secara syariat Islam dibawah naungan khilafah.

Syariat Islam Solusinya
Kapitalisme telah menggasak dan merusak SDA bukan hanya di Indonesia,
tetapi di belahan dunia yang lain. Sehingga kerusakan SDA di satu negara bisa
menjadi global isu internasional. Meski dibentuk aliansi dana penaggulangan limbah
dan sampah


seperti Super Fund (yang dipelopori oleh Kanada) tetap yang

menjalankanya adalah kaum kapitalis yang tidak akan pernah berkedip matanya
sebelum jelas berapa keuntungan proyek yang didapatnya.
Pada tahun 2006 The Indonesia Human Right Committee (IHRC) meminta
agar New Zealand menghentikan suntikan Super Fund-nya kepada PT Freeport
McMoran di Papua, karena pada akhirnya mining waste (limbah tambang) dari
Freeport dibuang ke sungai dalam jumlah ratusan ribu ton.
Padahal Islam sangat mendukung praktik koservasi air, dan melarang keras
pencemaran air. Hadist Rasulullah SAW:

Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat: 1. Buang air besar
pada sumber air. 2. Di tengah-tengah jalan umum, dan 3. Di
tempat untuk berteduh. (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu
Hurairah)

Melihat praktik eksploitasi yang jauh dari aturan Islam itu, maka, urgensi
tegaknya khilafah Islamiyah sangat dibutuhkan, agar lingkungan dikelola dengan
cara-cara yang jelas landasan hukumnya yakni dari Alquran dan Sunnah. Dalam
Islam, SDA merupakan amanah dari Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah fil

ardhi (QS. Albaqarah: 30) agar dikelola dengan baik, adil dan bertanggungjawab.2
Allah menciptakan SDA agar manusia berikhtiar dan bekerja memenuhi kebutuhan
hidupnya melalui kekayaan alam, tetapi syariat Islam mengatur agar jangan sampai
terjadi kerusakan apalagi eksploitasi besar-besaran sehingga alam mengalami
kerusakan.(QS Ala’arf: 56).
Dalam

pemerintahan

Khilafah,

keputusan

bukanlah

bersandar

pada

keuntungan semata dan self interest seperti keputusan dalam sistem kapitalisme.
Sistem khilafah senantiasa merujuk kepada peraturan Allah SWT pencipta makhluk
dan alam yang tentunya di dalam hukum tersebut tidak akan pernah terjadi
ketimpangan. “Hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa
yang telah Allah

turukan” (QS. Almaidah:49). Jika terjadi kedzaliman dalam

pengelolaan SDA dan lingkungan, maka Qadi Al madzalim dalam sistem Khilafah
akan menyelesaikan perkara yang menyangkut hajat umum, dan tentunya penilaian
dan keputusan syar’i yang akan dikeluarkan nantinya.3
Sehingga dengan keputusan yang berlandaskan syariat islam tersebut, maka
tidak akan pernah terjadi dominasi investor asing dalam penguasaan SDA atau lahanlahan potensial dalam Negeri. Islam tidak melarang kepemilikan pribadi atas sebuah
lahan, namun Islam sangat menekankan pada pelestarian dan produktifitas lahan yang
hasilnya dapat bermanfaat bagi umum.

Barangsiapa

yang

memiliki tanah,

maka

hendaklah

ia

menanaminya atau dia memberikannya kepada saudaranya (HR.
Muttafaq Alaih dari Jabir dan Abu Hurairah)

Dalam sejarah peradaban Islam, dikenal tiga klasifikasi lahan, yakni amir,
adalah lahan hidup dan produktif, biasanya digunakan untuk tempat pemukiman dan
pertanian. Mawat, adalah lahan mati, biasanya tidak dihuni atau dibudidayakan.
Harim, yaitu lahan yang dilarang digunakan untuk siapapun kecuali oleh pemiliknya.
Lahan harim ini bisa juga disebut sebagai protective zone (kawasan yang dilindungi)4
atau dalam sebuah hadits ada yang menyebutnya dengan hima (lahan negara).

Tidak ada lahan yang dilindungi (hima) kecuali milik Allah dan
RasulNya” (HR. AlBukhari dan Ahmad)

Meski statusnya dilindungi, tetap asas manfaatnya harus dirasakan oleh
publik. Seperti yang pernah Nabi Muhammad Saw lakukan yaitu melindungi suatu
lembah di daerah bukit An-Naqi untuk pemeliharaan kuda-kuda perang kaum
Muhajirin dan Anshar.
Pada tataran praktiknya, sejarah telah mencatat ada enam tipe protective zone
(kawasan lindung) di tanah Arab yang terus berlangsung sampai sekarang:
1. Kawasan lindung tipe 1; aktivitas menggembala dilarang
2. Kawasan lindung tipe 2; pelarangan dan atau pembatasan penebangan kayu di
hutan
3. Kawasan lindung tipe 3; aktivitas penggembalaan ternak dibatasi pada
musim-musim tertentu
4. Kawasan lindung tipe 4; kawasan yang terbatas untuk spesies tertentu dan
jumlah hewan ternak dibatasi
5. Kawasan lindung tipe 5; kawasan untuk memelihara lebah, dan pelarangan
penggembalaan ternak pada musim berbunga

6. Kawasan lindung tipe 6; kawasan yang dikelola untuk kemaslahatan desa-desa
atau suku tertentu.5
Formulasi ini sekaligus dapat menjadi solusi pertumbuhan populasi yang
meningkat dibanding dengan ketersediaan lahan di suatu negara. Maka peran
pemerintah dalam menetapkan peruntukan lahan sangat penting. Bukan seperti yang
terjadi sekarang, pemerintah mempersembahkan lahan dan segenap kandungan
mineral di dalamnya bagi investor asing. Sedangkan rakyatnya sendiri menjadi
gelandangan dan pengemis.
Dengan demikian, tidak akan pernah selesai permasalahan SDA dan dampak
lingkungan ini jika bukan sistem khilafah yang dipakai. Syariat Islam memiliki
norma-norma yang berpihak pada alam dan lingkungnan hidup,serta memiliki spirit
untuk memuliakan alam. Kecintaan dan sikap menghormati alam adalah aspek
spiritual Islam. Aspek-aspek ini hanya dapat dimengerti oleh pemerintahan khilafah
yang menegakkakn syariat Islam, dan tidak mungkin menyerahkan persoalan jalan
hidup Islam kepada pemerintahan yang sekuler.

Catatan kaki
1)

Terjemah bebas dari kutipan “Communism has failed because it did not tell the
truth on economy, capitalism may fail if it does not tell the truth on ecology”
dari buku Brown,L.R. 2008. Plan B: mobilizing to save cilization. Earth Policy
Institute,New York,USA

2)

Hizbut Tahrir. 2009. The environmental problem its causes and Islam’s
solution. Issued by Hizbut Tahrir-Denmark.

3)

Hizbut Tahrir. 2008. Struktur Negara Khilafah: pemerintahan dan administrasi.
HTI-Press. Jakarta

4)

Natural Resources in Islam oleh Yassin Dulton dalam Islam and ecology. 1997

5)

Mangunjaya, M.F. 2005.
Indonesia

Konservasi Alam dalam Islam. Yayasan Obor.