Konstruksi Realitas Teks Pidato Indonesia Menggugat (Analisis Wacana Kritis Teks Tentang Imperialisme Dan Kapitalisme Pada Teks Pidato Pledoi Indonesia Menggugat Oleh Soekarno Tahun 1930)

(1)

KONSTRUKSI REALITAS TEKS PIDATO INDONESIA MENGGUGAT

(Analisis Wacana Kritis tentang Imperialisme dan Kapitalisme

pada Teks Pidato Pledoi Indonesia Menggugat

oleh Sukarno Tahun 1930)

SKRIPSI

Diajukan untuk Mengikuti Sidang Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik

Disusun oleh

TEGUH FIRMANSYAH

NIM: 41806048

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(2)

iv

ABSTRAK

KONSTRUKSI REALITAS TEKS PIDATO INDONESIA MENGGUGAT (Analisis Wacana Kritis tentang Imperialisme dan Kapitalisme

pada Teks Pidato Pledoi Indonesia Menggugat oleh Sukarno Tahun 1930)

Oleh Teguh Firmansyah

NIM. 41806048 Skripsi ini di bawah bimbingan

Drs. Alex Sobur, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi realitas dari teks Indonesia Menggugat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana dimensi teks dari teks Indonesia Menggugat, bagaimana dimensi kognisi sosial teks Indonesia Menggugat dan bagaimana konteks sosial teks Indonesia Menggugat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana kritis, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan penelusuran data online. Informan dipilih sebanyak tiga orang, dengan asumsi para informan mengetahui banyak informasi tentang teks yang akan diteliti. Sedangkan hasil wawancara mendalam dilakukan kategorisasi pertanyaan dan jawaban yang diajukan, yang kemudian dianalisis secara kritis sesuai dengan metode analisis wacana kritis.

Hasil penelitian bahwa dimensi teks menunjukan bahwa Bung Karno seorang orator ulung serta pemakai bahasa yang baik. Setiap pemilihan kata, bahasa maupun kalimat yang dipakai Bung Karno memiliki arti makna yang dalam, tegas dan detil dalam menjelaskan sesuatu. Dimensi kognisi sosial Bung Karno menunjukan Bung Karno sebagai kaum intelektual, kaum pergerakan, seorang jawa,seorang yang sangat mencintai ranah air dan rakyatnya, dan seorang yang baik dalam beragama. Dimensi konteks sosial, bahwa wacana yang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu merupakan hasil propaganda yang dilakukan pemerintah Belanda dan agitasi yang selama ini dilakukan Bung Karno. Meskipun beraneka ragam wacana yang berkembang pada masyarakat, masyarakat pribumi tetap mendukung Bung Karno sebagai pemimpin mereka.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa faham Imperialisme dan Kapitalisme, faham penyebab terjadinya penjajahan yang ada di muka bumi, bahwa sejarah perjalanan dunia memang mengatakan demikian. Teks Indonesia Mengggugat suatu bentuk konsistensi Bung Karno melawan kedua faham itu. Sedangkan saran yang dapat peneliti berikan, agar terus dilakukan penelusuran sejarah dalam konteks apapun untuk mencari tahu jatidiri bangsa, jujur dalam sikap berbangsa, bahwa dengan jatidiri itu agar bangsa Indonesia semakin yakin melangkah dalam melakukan pembangunan, mewujudkan cita-cita kemerdekaan.


(3)

v

ABSTRACT

CONSTRUCTION OF REALITY OF INDONESIA MENGGUGAT SPEECH TEXT (Critical Discourse Analysis about Imperialism and Kapitalism of Indonesia

Menggugat Speech Text By Sukarno in 1930)

By

Teguh Firmansyah NIM. 41806048

This scripts under the guidance of

Drs. Alex Sobur, M.Si

The purpose of the study is to find out inside of construction of reality of sue Indonesia speech text. In this case, two big questions appear, they are how is the dimension of social cognition of sue Indonesia speech text and how is social context of sue Indonesia text.

The writer uses qualitative approaching and critical discourse analysis research method. As well as, the data aggregation technique is documentation, deep conversation, literature study and searching by internet. Informants selected as many as three people assuming they know a lot of information about the text to be studied. While the results of in-deep conversation conducted categorization of questions and answers that presented, which then critically analyzed according to the method of critical discourse analysis.

The result of the study is it shows that Bung Karno is a great orator and good language user. Every choice of words has firm, deep meaning. While on the dimension of social cognition shows that he s an intellectuall, and society person he s also a Javanese, he s loved the motherland and the people of Indonesia, and he s good religious. Furthermore, dimension of social context shows that people on that time is the result of Holland government propaganda and agitation that he did all this time. Even though, there re so many opinions evolve at society, local society are still supporting and respecting him as their leader.

The conclusion is capitalism and imperialism is the cause of the colonialism in the world. The history of mankind said that so, and yet, the text of sued Indonesia is a consistency of Bung Karno to counter those two ideologies.The writer advice is we should keep and look trough of history on whatever aspect in order to find national identify so that we can step and go to the better future.


(4)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Sang Maha Kuasa dan Maha Tinggi dengan segala kebijaksanaan-Nya, Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Yang telah menitipkan jiwa dan raga untuk kita berkarya, ruh dan hati nurani untuk kita kembali menemukan-Nya. Karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya pula peneliti akhirnya dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini, yang berjudul Konstruksi Realitas Teks Pidato Indonesia Menggugat (Analisis Wacana Kritis tentang Imperialisme dan Kapitalisme pada Teks Pidato Pledoi Indonesia Menggugat oleh Sukarno Tahun 1930).

Shalawat serta salam turut penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw. Sang kekasih Allah, pembawa ajaran langit yang sempurna, sang penyelamat dan pencerah, pembawa rahmat bagi alam semesta. Sang penyempurna, suri tauladan bagi manusia.

Penelitian yang peneliti lakukan ini telah memberikan pengalaman tersendiri yang sangat berharga nilainya bagi peneliti, menambah wawasan pengetahuan kebangsaan, mempraktekkan aplikasi ilmu yang selama ini peneliti dapatkan pada


(5)

vii

proses akademik. Ketika melakukan penelitian ini, tentunya hambatan kesulitan pernah peneliti temui. Oleh karenanya, dorongan semangat dari berbagai pihak, keluletan, kerja keras, kesabaran, sangat peneliti butuhkan agar dapat mengerjakan tugas ini dengan baik.

Hal serupa pun berlaku bagi peneliti saat menyusun laporan penelitian skripsi ini. Dorongan semangat serta kelancaran proses birokrasi administrasi sangat peneliti butuhkan dalam menyusun laporan skripsi ini dengan baik.

Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti, baik doa maupun bantuan secara meteri, baik langsung maupun tidak langsung. Termasuk kawan-kawan peneliti yang seringnya peneliti jadikan tempat berbagi dan berdiskusi.

Menyadari bahwa tidak ada hal di dunia ini yang sempurna, termasuk laporan skripsi ini yang jauh dari sempurna, bahwa pengetahuan peneliti sampai saat ini masih terus dalam proses pembelajaran, untuk itu saran dan kritik yang membangun sungguh sangat peneliti harapkan untuk perbaikan bersama, terutama perbaikan penulisan karya ilmiah ini agar menjadi lebih baik.

Terima kasih kepada yang terhormat Bapak dan Ibu, orang tua peneliti tercinta, yang selalu memberikan dukungan materi dan doa yang tulus, serta

wejangan yang bermanfaat bagi peneliti, meski tanpa harus diminta. Bapak yang selalu mengajarkanku mengenai arti kesungguhan, ketekunan dan kerja keras. Ibu yang selalu mengingatkan aku akan Sang Pencipta, Allah Swt, agar aku selalu berdoa


(6)

viii

dan beribadah, agar aku diberi keberkahan, kemudahan dan keselamatan dalam menjalani kehidupan dunia dan bekal kehidupan akhirat, amin. Juga kepada simbah, almarhumah hajah Suwarni, yang selama dua tahun sempat mengasuh peneliti dengan penuh kesabaran dan kasih sayang ketika peneliti berumur dua tahun. Simbah

yang selalu menasihati peneliti untuk selalu rajin belajar, agar peneliti pintar, kalau sudah pintar agar nantinya hidup peneliti dapat berguna bagi keluarga, bangsa, dan agama. Amin.

Cukuplah wejangan yang mereka titipkan kepada peneliti itu, peneliti jadikan kawan penasihat dalam setiap perjalanan hidup, dimanapun dan kemanapun peneliti melangkah. Peneliti jadikan beban moral yang sakral dalam benak peneliti untuk selalu bertanggung jawab dalam bertindak. Setidaknya itulah salah satu bentuk pengabdian peneliti kepada mereka, atas kasih sayang yang mereka curahkan, perjuangan, pengorbanan dan cinta yang selalu mereka berikan kepada peneliti. Cukuplah pula bagi peneliti menempatkan mereka sebagai Pahlawan dalam hidup peneliti. Doa setulus hati selalu peneliti berikan kepada mereka, agar Allah Swt selalu melindungi dan menjaga mereka dalam kasih sayang-Nya. Amin.

Pada penelitian ini pula perkenankan peneliti menghaturkan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:


(7)

ix

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan penandatanganan surat izin dan surat-surat administrasi lainnya yang diajukan peneliti.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan izin lewat penandatanganan surat-surat administrasi yang diajukan peneliti, juga selaku dosen wali peneliti yang selama masa perkuliahan banyak membimbing peneliti, memberikan nasihat-nasihat, masukan, semangat, bantuan, termasuk izin dalam penulisan penelitian skripsi ini.

3. Ibu Melly Maulin, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses perkuliahan.

4. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Selaku dosen kemahasiswaan, bimbingan konseling, yang juga telah banyak memberikan nasihat, masukan, semangat kepada peneliti selama proses perkuliahan.

5. Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses perkuliahan.


(8)

x

6. Bapak Drs. Alex Sobur, M.Si, selaku dosen pembimbing peneliti yang pada penelitian ini, yang banyak memberikan masukan, arahan dan saran kepada peneliti melalui proses pembimbingan, serta memberikan semangat agar peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

7. Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Bapak Adiyana Slamet, S.IP, M.Si. Bapak Arie Prasetio S.Sos, M.I.Kom. Ibu Iin Rahmi H, S.Sos, M.I.Kom. Bapak Inggar Prayoga S.Ikom. Bapak Sangra Julianto S.Ikom, Ibu Tine A. Wulandari S.Ikom. Terima kasih kepada mereka semua yang telah memberikan banyak ilmunya melalui proses perkuliahan, memberikan semangat dan masukan kepada peneliti.

8. Jajaran staf sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi. Ibu Astri Ikawati AMd.Kom dan Ibu Intan Fajarini S.Ikom. Terima kasih kepada mereka atas kemudahan proses administrasi.

9. Sekertaris Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md Terima kasih kepada mereka atas kemudahan proses administrasi.

Juga seluruh kawan-kawan mahasiswa seperjuangan saat kuliah di Unikom. Kawan-kawan prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2006, kawan-kawan kelas IK-2 angkatan 2006, kawan-kawan kelas IK-Jurnalistik 2006. Kawan-kawan sepermainan Warmob Sikop . Kawan-kawan seperjuangan Jas Almamater Hijau yang tertunda


(9)

xi

lulus tepat waktu. Kawan-kawan sepermainan BangkuTeka Productions. Kawan-kawan kosan 54c, dan Kawan-kawan-Kawan-kawan bergadang kosan Anca di Wisma Cirebon. Terima kasihku untuk mereka semua.

Kawan-kawan kakak angkatan yang juga seperjuangan dalam menyelesaikan kuliah di program studi Ilmu Komunikasi, Unikom. Kawan-kawan adik angkatan yang sering saya masuki kelasnya dan saya mintakan tolong. Kawan-kawan organisasi Senat Mahasiswa Unikom 2007-2008. Kawan-kawan sekolah dulu, baik SMP maupun SMA. Kawan-kawan indekost Pak Toha. Juga kawan-kawan organisasi ekstra kampus Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. Terima kasihku untuk mereka semua, senang bisa mengenal mereka semua, untuk sekedar saling mengingatkan, berbagi, menghibur serta berjuang meraih impian masa depan.

Juga kepada seluruh kawan-kawan, sanak famili, juga seluruh jajaran dosen yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu-persatu. Mungkin peneliti tidak dapat membalas kebaikan mereka semua secara langsung, tapi peneliti percaya bahwa tak ada sesuatu yang percuma di dunia ini , tak sepersekian detik pun Allah Swt lalai melewatkan dan menyiakan segala kebaikan manusia. Amin.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan penelitian ini maka penulis sangat mengharapkan dan menghargai sekali berbagai sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih


(10)

xii

baik ke depannya. Rasa syukur sedalam-dalamnya kepada Allah yang telah menuntun kalbu, akal dan jasad ini untuk senantiasa taat, tunduk dan patuh pada ketetapan-Nya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Juli 2011

Teguh Firmansyah Peneliti


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1966, yang juga merupakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-21, seperti perayaan yang sudah-sudah Presiden Sukarno berpidato di depan rakyat Indonesia dari halaman Istana Merdeka. Pidato presiden kali itu bertemakan Jangan sekali-kali melupakan sejarah , pidatonya yang terkenal dan biasa disebut dengan sebutan Jas Merah . Pidato tersebut sekaligus kemudian menjadi pidato Sukarno dalam menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.1 Perjalanan sejarah lebih lanjut Sukarno berhasil diturunkan dari kursi kepresidenan terkait peristiwa Gerakan 30 September, peristiwa yang begitu kontroversial bahkan hingga saat ini.

Pidato Jas Merah sendiri bagi sebagian masyarakat Indonesia dianggap sebagai slogan, petuah dan wejangan dari Sukarno kepada seluruh rakyat Indonesia. Bagi peneliti sendiri, Pidato Jas Merah peneliti anggap sebagai pesan seorang bapak bangsa kepada setiap para generasi muda penerus bangsa agar selalu mengigat cita-cita kemerdekaan Indonesia, dan agar selalu tetap memperjuangkan, mengisi, dan melanjutkan cita-cita itu untuk mewujudkan Indonesia jaya, seperti apa yang disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

1

http://id.shvoong.com/humanities/history/2139169-pidato-presiden-soekarno-jasmerah-peristiwa. Diakses pada Senin, 4 April 2011 pukul 11:26 WIB


(12)

2

Pidato Jas Merah dapat pula dianggap sebagai acuan sikap bagi setiap generasi muda untuk selalu mengingat sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang harus tetap diperjuangkan sampai kapanpun juga. Hal itu pun dapat terlihat pula dari beberapa pidato-pidato lain dari Sukarno dan juga buku yang berjudul Di bawah Bendera Revolusi karangan Bung Karno sendiri. Agar kita bisa memetik hikmah dari adanya sejarah, karena memang ternyata sungguh terdapat banyak hikmah manfaat didalamnya. Alasan lain karena terdapat slogan Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan bangsanya .2 Karena sejarah sebagai gerbang pintu bagaimana kita mengenali jasa-jasa perjuangan pahlawan kita yang sangat besar, dan segala pengorbanan mereka yang tidak main-main. Demi mewujudkan Indonesia merdeka, mewujudkan tatanan pergaulan hidup baru manusia-manusia agar dapat mensejahterakan kehidupan dunia titipan Tuhan Yang Maha Esa.

Terdapat istilah tak kenal maka tak sayang , oleh karena itu pesan dari pidato tersebut peneliti anggap sebagai beban moral untuk lebih mengenal dan mempelajari sejarah perjuangan para pejuang kemerdekaan bangsa. Atas alasan itu pula pada penelitian ini peneliti akan meneliti salah satu buah karya Bung Karno yaitu, pledoi Indonesia Mengugat. Pledoi Indonesia Menggugat adalah pidato pembelaan dirinya yang dituduh sebagai pemberontak oleh pemerintah penguasa kolonial Belanda, yang ia bacakan langsung pada proses persidangan didepan para hakim kolonial Belanda, di gedung pengadilan Landraad Bandung pada tahun 1930.

2

http://tirtaamijaya.wordpress.com/2007/09/28/jas-merah. Diakses pada Rabu, 6 April 2011 pukul 20:17 WIB.


(13)

3

Peneliti akan meneliti teks pledoi Indonesia Menggugat sebagai salah satu penelusuran hasil buah karya dari pemikiran Bung Karno muda. Peneliti pada sisi lain sekaligus mencari tahu dan mendalami pesan-pesan maksud yang hendak disampaikan Bung Karno pada buah karyanya itu. Indonesia Menggugat sendiri oleh banyak orang dianggap sebagai salah satu buah karya emas pemikiran Bung Karno muda dalam menentang penjajahan, dari sekian banyak buah karya lain dirinya.

Pada sisi lain, teks pledoi Indonesia Mengggugat yang dibacakan langsung oleh Bung Karno pada waktu persidangan terkenal dengan peristiwa Indonesia Menggugat. Baik teks pledoi Indonesia Menggugat maupun yang kemudian menghasilkan peristiwa Indonesia Menggugat, bagi sebagian besar orang dianggap sebagai konsistensi dari sikap Bung Karno melawan penjajahan di atas dunia ini. Sedangkan gedung pengadilan Landraad, tempat terjadinya persidangan itu kini berganti nama menjadi gedung Indonesia Menggugat.

Penelitian ini adalah penelitian yang sedikit banyak akan berbicara mengenai sejarah Indonesia pada masa lampau, terutama pada zaman sebelum kemerdekaan, zaman dimana segala bentuk perjuangan menuju kepada satu titik temu kata yaitu merdeka. Zaman ketika psikologis rakyat Nusantara merindukan tatanan hidup masyarakat yang hidup dalam kesetaraan menuju kemakmuran dan kesejahteraan bersama, zaman ketika rakyat Nusantara merindukan suatu bangsa yang besar dan berjaya seperti suatu negeri yang sering mereka dengar dari cerita-cerita generasi sebelum mereka.


(14)

4

Bahwa sistem alam kehidupan ini merupakan suatu siklus; siklus yang akan selalu berulang dalam suatu perputaran, suatu perjalanan yang pasti kembali ke titik awal tempat mulainnya perjalanan itu. Jadi, pastilah tidak ada ruginya mempelajari sejarah, karena hukum-hukum kehidupan alam semesta memang mengatakan demikian, bahwa sejarah akan kembali terulang.

Sejarah dapat memperlihatkan kepada kita suatu pola-pola khas dan khusus mengenai suatu objek maupun peristiwa yang terjadi, apa yang melatarbelakangi peristiwa itu terjadi, maupun tebakan prediksi kejadian selanjutnya dari peristiwa tersebut. Bahwa segala peristiwa yang terjadi pasti memiliki akar filsafat hubungan sebab akibat dari apa yang dilakukan manusia di masa lampau. Jadi, secara tidak langsung, mempelajari sejarah dapat bermanfaat menganalisis kejadian masa lampau untuk dicari akar sebab musabab terjadinya suatu peristiwa. Kemudian, untuk manfaat yang lebih luas lagi, termasuk juga pencarian solusi yang lebih baik, memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan pada masa lampau.

Bahwa tanpa pengalaman masa lalu, manusia tidak mungkin untuk membangun ide-ide tentang konsekuensi dari setiap tindakannya. Biar bagaimanapun, sejarah itu bersifat netral, termasuk baik buruknya jalan cerita yang telah terjadi, manusia tidak dapat menyalahkan sejarah. Sejarah pun dapat mengajarkan kita untuk berfikir besar sebelum melakukan suatu tindakan, terlebih lagi dalam melakukan suatu pengambilan keputusan yang menyangkut nasib hajat hidup orang banyak, karena setiap tindakan memiliki konsekuensi tersendiri.


(15)

5

Peristiwa Indonesia Menggugat merupakan salah satu kisah perjalanan penting hidup Bung Karno, Bapak Proklamator Indonesia yang juga kemudian menjabat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia. Melalui peristiwa ini, kematangan dan konsistensi Bung Karno diuji sebagai sosok pemimpin yang tangguh, dengan banyaknya cobaan dan gangguan yang sering ditujukan langsung kepada dirinya.

Latar belakang peristiwa Indonesia Menguggat diawali dari aktivitas politik Bung Karno di Partai Nasionalis Indonesia (PNI). Dengan tujuan Indonesia merdeka, tanggal 4 Juli 1927 Bung Karno mendirikan PNI dan juga sekaligus merumuskan ajaran Marhaenisme, yang seiring waktu Marhaenisme pun kemudian dijadikan sebagai ideologi dari PNI. Sang Proklamator muda ini bersama wadah organisasi PNI, melalui aktivitas politiknya yang kemudian menyeretnya ke jerat hukum, hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda tentunya, yaitu hukum yang sengaja dibuat pemerintah Hindia Belanda yang kemudian diterapkan di Nusantara Indonesia untuk melanggengkan dominasi kekuasaan mereka di Indonesia.

Bung Karno dituduh sebagai provokator, yang diskenariokan oleh pemerintah penguasa kolonial Belanda dengan tuduhan sedang melakukan rencana pemberontakan. Bahkan lebih parah dari itu, Bung Karno dituding hendak menggulingkan pemerintahan Sri Ratu Belanda, kasar kata Makar . Padahal, Bung Karno hanya menginginkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, kemerdekaan yang juga merupakan hak dari segala bangsa, seperti yang saat ini


(16)

6

kemudian tertera pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pertanyaan dari situlah kemudian muncul tentang bagaimana bisa Bung Karno menggulingkan Ratu Belanda, dengan cara yang bagaimanakah. Karena dalih itu pula yang kemudian dijadikan pembenar bagi Belanda untuk menyergap, menggerebek dan membekuk Bung Karno dan tiga orang lainnya yang juga para pemimpin PNI, kawan-kawan seperjuangannya di PNI, mereka adalah Gatot Mangkoepraja, Maskoen, dan Soepriadinata.

Bung Karno pun tidak menyangka sama sekali bahwa pada tanggal 29 desember 1929 adalah hari naas baginya. Tanggal ia diringkus polisi Belanda di untuk kemudian akan dijebloskan ke penjara Banceuy Bandung. Peristiwa Indonesia Menggugat yang dilatarbelakangi oleh penangkapan Bung Karno itu dilakukan tanpa sebab, dan jelaslah hal ini dianggap kegiatan yang berbau politis. Bung Karno ditangkap, dan dijerumuskan dalam penjara tanpa adanya alasan yang jelas, terlebih karena Bung Karno dipenjarakan tanpa sebelumnya disidangkan terlebih dahulu, Bung Karno dijadikan sebagai tahanan politik pemerintah penguasa kolonial Belanda.

Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah karena pada saat itu Bung Karno berstatus sebagai pemimpin PNI, karena PNI pun merupakan organisasi politik dengan ruang cakupan nasional, dengan tujuan perjuangan yang jelas yaitu agar Indonesia merdeka. Lahirnya PNI langsung mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat karena dapat memberikan manfaat yang dirasakan nyata bagi


(17)

7

rakyat Nusantara, oleh karena itu pula kemudian PNI menjadi organisasi yang besar dalam waktu singkat karena perkembangannya yang pesat.

Terlebih lagi karena adanya Bung Karno sebagai pemimpin PNI memiliki daya tarik karismatik tersendiri untuk mengajak dan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk bangkit dan bergerak memperjuangkan kemerdekaan, terutama kepada masyarakat kecil kaum jelata yang tertindas.

Itulah sebabnya, melihat perkembangan yang pesat dari PNI itu, membuat pihak penguasa Belanda pun menjadi resah, gundah dan gelisah. Oleh karena itu, untuk melumpuhkan pergerakan nasional PNI, kemudian pemerintah penguasa Belanda merencanakan penyergapan dan penggerebekan, penangkapan terhadap para pemimpin PNI itu, sebagai usaha pembungkaman terhadap usaha pergerakan merebut kemerdekaan.

Penangkapan atas diri Bung Karno dan aktivis PNI lainnya, sebenarnya hanyalah soal momentum waktu. Sebab, kabar tentang rencana pemerintah penguasa Hindia Belanda akan membekuk aktivitas politik Bung Karno memang sudah santer terdengar dikalangan organisasi tersebut. Bahkan kabar itu sudah hinggap ke telinga Bung Karno melalui kabar dari mulut ke mulut. Meski begitu santer, seperti tak sedikit pun menggoreskan rasa gentar, Bung Karno tetap saja terus melanjutkan gerakan-gerakan pro-kemerdekaan.

Singkat kata Bung Karno digiring hingga suatu tempat bertuliskan Rumah Penjara Banceuy , tempat pemberhentian Sukarno beserta kawan-kawan untuk disekap di dalam sel. Penjara yang didirikan pada tahun 1898 oleh


(18)

8

pemerintah Hindia Belanda itu kondisinya sungguh bobrok, kotor, dan tua. Di dalamnya terdapat dua bagian sel, satu untuk tahanan politik, dan satu lagi untuk tahanan pepetek atau rakyat jelata. Bung Karno sebagai tahanan politik menempati Blok F kamar nomor 5. Sedang Gatot Mangkupraja di sel 7, Maskun di sel nomor 9, dan Supriadinata di sel nomor 11. (Daras, 2009:9)

Kamar sel yang ditempati Bung Karno sungguh tidak layak berkemanusiaan, lebar sel hanyalah satu setengah meter persegi, tak berjendela, pengap, berpintu besi dengan hanya lubang kecil yang bisa dipakai mengintip lurus ke depan. Sebagai orang yang dianggap berbahaya dan mengancam oleh pemerintah penguasa Hindia Belanda, perlakuan terhadap Bung Karno pun memang dibedakan, intimidasi terhadap dirinya sebagai narapidana politik yang paling diwaspadai diberlakukan secara serius, ia diisolir sedemikian rupa, termasuk dibatasi benar dari informasi yang datangnya dari luar penjara, penjagaan terhadap dirinya begitu ketat.

Bung Karno pun sama sekali tidak diizinkan sebangku dan semeja dengan para narapidana pribumi lainnya, Bung Karno ditempakan dan dicampakan di tengah tengah narapidana bangsa Belanda. Alhasil, apa yang dapat diperbincangkan dengan narapidana Belanda, tentunya bukan soal politik, bukan pula karena perbincangan politik itu dilarang, tapi lebih karena memang Bung Karno tidak memiliki lawan bicara tentang politik.

Persidangan itu sendiri berlangsung tanggal 8 Agustus 1930, bertempat di Gedung pengadilan Landraad Bandung, atau setelah delapan bulan Bung Karno


(19)

9

dipenjarakan tanpa alasan yang jelas. Dengan berapi-api Soekarno membacakan pembelaannya (pledoi) di depan dewan hakim di Pengadilan Landraad Bandung. Bung Karno muda mencoba memaparkan ihwal pergerakan yang dipercayainya dapat membebaskan bangsa Indonesia dari kolonialisme. Meskipun telah didampingi oleh kuasa hukumnya, Bung Karno tetap ingin membacakan pidato pembelaannya itu sendiri, dengan semangat seperti api yang berkobar seakan Bung Karno ingin menunjukkan bahwa perjuangan yang dilakukan dirinya bersama kawan-kawannya tidaklah mempan dihentikan begitu saja.

Pasal-pasal subjektif itu sungguh menunjukan sekali keberpihakannya kepada penguasa yaitu si pembuat hukum itu sendiri, pemerintah kolonial adalah tuan pemilik hukum tersebut, si pembuat hukum beserta pasal-pasal itu. Hukum di Nusantara waktu itu jelaslah hukum pemerintah kolonial yang diterapkan di Nusantara untuk me langgeng kan kekuasannya di Nusantara.

Sukarno pun bersama kawan-kawannya pun sekaligus dituduh memakai organisasi yang dipimpinnya untuk menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda. Organisasi yang dimaksud adalah Partai Nasional Indonesia, yang didirikan tanggal 27 Juli 1927 dengan dasar ideologi marhaenisme, yang bila ditelisik lebih jauh jelaslah ideologi marhaenisme itu sangat bersebrangan faham dengan kolonialisme maupun imperialisme.

Saat persidangan berlangsung, sekalipun sudah didampingi pengacara yang juga merupakan kawan seperjuangannya, Bung Karno merasa perlu untuk menyiapkan pembelaannya sendiri, dan kumpulan pembelaan itulah yang


(20)

10

kemudian oleh beberapa pihak dirangkangkum dijadikan buku yang dinamakan buku Indonesia Menggugat.

Pledoi Indonesia Menggugat ditulis dengan tangan Sukarno setiap malam hingga larut malam selama ia dipenjarakan sebelum disidangkan. Tulisan itu mengalir dari keteguhan hati seorang pejuang kemerdekaan melalui pikiran dan tangannya, yang bahkan jiwa pemikiran itu semakin matang meskipun beberapa kali menghadapi usaha pembungkaman di dalam sel penjara sekalipun.

Terlebih lagi pada saat pembacaan pledoinya itu Bung Karno memaparkan berbagai berbagai bukti-bukti dan data-data seputar jahat busuknya faham kapitalisme dan imperialisme itu sendiri, Bung Karno pun dapat membuktikan ketidakbersalahan dirinya melalui segala perjuangan kemerdekaan yang dilakukannya itu melalui jalan yang sah dan legal, seperti yang dilakukannya selama ini, dengan memakai wadah organisasi PNI, tentunya kembali ia memaparkannya dengan data dan bukti yang lengkap, hal ini pun semakin membuat pemerintah kolonial semakin geram terhadapnya.

Jadi, selain membela dirinya sendiri dari korban politik pemerintah kolonial, ibarat sambil menyelam minum air, pada isi pembelaan pidato Indonesia Menggugat itu Bung Karno pun secara tidak langsung turut membela penderitaan bangsa-bangsa dunia ketiga korban kolonialisme, yang juga senasib dengan bangsa Hindia Belanda, dengan mengecam faham kolonialisme dan imperialisme yang selama ini identik dilakukan oleh bangsa barat kulit putih.


(21)

11

Alhasil klimaks dari proses persidangan itulah kemudian makin membuat Belanda geram dan murka, karena rupanya pemerintah kolonial Belanda merasa tersindir dengan pembelaan Bung Karno itu, suatu ketegasan sikap dari Bung Karno yang terlihat dari lantangnya ia bersuara dalam memerangi faham kolonialisme dan imperialisme, yang menurutnya itu merupakan suatu faham akar penyebab penderitaan rakyat yang tiada berujung.

Rupanya pengapnya atmosfer penjara ternyata tidak juga dapat menyurutkan semangat perjuangan Bung Karno, bahkan sebaliknya, semakin membuat semangat api perjuangan Bung Karno berkobar-kobar, seperti inti atom yang siap diledakan ke segala penjuru, yang siap membakar dan menghancurkan segala belenggu-belenggu keterbatasan yang ada. Bahwa sebilah pisau akan semakin tajam bila semakin sering diasah ditempa, bahwa pemimpin sejati pun akan semakin matang bila sering ditempa dengan keadaan yang semakin mematangkannya pula.

Meskipun Bung Karno telah membuktikan ketidakbersalahan dirinya, sesuatu yang dilakukan dirinya dengan penuh kewajaran yang tanpa penyimpangan dengan maksud tertentu, kenyataan pun kemudian berkata berbeda, para hakim kolonial tetap memvonisnya bersalah dan Bung Karno pun tetap dijatuhi hukuman, Bung Karno kembali dijebloskan dalam kurungan sel penjara.

Setelah bebas pada tahun 1931, Bung Karno kemudian bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap


(22)

12

Belanda dan dibuang ke Pulau Bunga, Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Peristiwa Indonesia Menggugat pun sangat penting bagi kebangkitan nasional bangsa Indonesia berjuang menuju gerbang kemerdekaan. Pergerakan perjuangan kemerdekaan pun mulai dilakukan dengan ruang lingkup persatuan nasional berkebangsaan, tidak sendiri-sendiri kedaerahan seperti masa sebelumnya. Perjuangan dilakukan lebih mengedepankan pemikiran intelektual melalui wadah organisasi ideologi modern, tidak melalui jalan perang fisik seperti masa sebelumnya.

Pembacaan pidato pledoi Indonesia menggugat oleh Bung Karno di depan para hakim kolonial Belanda dalam waktu singkat langsung menjadi berdampak peristiwa yang besar dalam sejarah. Pasalnya peristiwa itu sebagai bentuk perlawanan Bung Karno yang terang-terangan malaksanakan aktivitas politik melalui organisasi nasional kebangsaan Partai Nasional Indonesia (PNI) dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lewat peristiwa itu pula secara tidak langsung Bung Karno sebagai simbol perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda, Bung Karno pun menjadi simbol perlawanan bangsa pribumi kepada pemerintah kolonial. Pada konteks yang lebih besar Bung Karno dianggap sebagai simbol perlawanan bangsa Timur terhadap dominasi hegemoni Barat. Semua hal itu semakin mengukuhkan identitas Bung Karno sebagai orang yang anti-imperialisme, sebagai seorang satria musuh utama imperialisme.


(23)

13

Peristiwa Indonesia Menggugat pun kemudian menjadi suatu peristiwa besar nasional bahkan internasional. Berbagai media massa baik lokal maupun asing sibuk memberitakan peristiwa itu, pasalnya mereka menganggap peritiwa itu merupakan peristiwa besar yang sangat menarik untuk diberitakan. Perlawanan dari rakyat pribumi yang disuarakan dengan keras merupakan hal yang sangat langka pada waktu itu.Ketegasan sikap dan lantangnya Bung Karno menyuarakan suara penderitaan rakyat berhasil membuat perubahan besar kemajuan perjuangan. Semangat rakyat Nusantara pun turut berkobar, menjadi ikut berapi-api, mereka seperti melihat setitik sinar pengharapan yang terang ditengah kegelapan malam.

Berita peristiwa Indonesia Menggugat itu dengan cepat menyebar ke berbagai pelosok penjuru tanah air, termasuk hingga ke segala penjuru belahan bumi. Perhatian dan kegemparan terus menggetarkan udara politik Indonesia, Belanda dan dunia, tampak pula Nusantara ini seperti telah dipasangi banyak spion, mata dan telinga, media massa surat kabar dan radio salah satunya.

Bung Karno pun kemudian dianggap sebagai pelopor provokasi pemberontakan kaum pribumi, bahkan hingga kaum-kaum tertindas lainnya. Pasalnya tindakan beliau tersebut ternyata telah banyak menyadarkan kesadaran kaum-kaum bangsa dunia ketiga yang terjajah untuk kemudian bergerak untuk berbangkit. Tidak itu saja, ketegasan sikap dan lantangnya beliau bersuara bagi banyak orang dianggap sebagai simbol kebangkitan kaum yang terjajah di seluruh dunia, tapi bagi bangsa kaum kapitalis imperalis jelas Bung Karno dianggap sebagai simbol bentuk perlawanan pemberontakan.


(24)

14

Pidato pledoi Indonesia Menggugat itu sendiri ditulis oleh Bung Karno dalam lima tema, yaitu pendahuluan, kapitalisme dan imperialisme, imperialisme di Indonesia, pergerakan di Indonesia, terakhir Partai Nasional Indonesia. Dalam menulis Indonesia Menggugat Bung Karno tidak main-main, semua ditulisnya dari lubuk hatinya, suatu dorongan dari jiwa merdeka yang haus aroma kemerdekaan, panggilan nurani dari kesengsaraan rakyat.

Pidato Pledoi Indonesia Menggugat berisikan tentang pembelaan Bung Karno, tuntutan ketidakbersalahan dirinya pada pasal yang didakwakan, pembelaan dirinya karena ia berjuang melalui jalan yang sah dan legal, lewat organisasi politik PNI, Bung Karno berjuang melalui jalan politik organisasi. Pledoi Indonesia Menggugat juga bentuk gugatan beliau terhadap busuknya sistem kapitalisme dan imperialisme yang menjadi akar penyebab penderitaan rakyat selama beratus-ratus tahun. Pledoi yang dibacakannya sendiri itu merupakan bentuk kesetiaan beliau sebagai orang yang sangat anti dengan kapitalisme imperialisme.

Dalam proses persidangan tersebut, tuduhan terhadap Bung Karno cukup serius, secara umum yakni tuduhan bahwa Bung Karno bermaksud hendak menjatuhkan pemerintah penguasa kolonial Hindia Belanda dan menggangu keamanan negeri dengan berkomplot untuk membuat pemberontakan. Secara teknis, tuduhan lainnya, yakni Sukarno dianggap mencoba membinasakan pemerintahan penguasa kolonial Hindia Belanda dengan jalan yang tidak sah (pasal 110 Undang-Undang Hukum Pidana), membuat pemberontakan (pasal 163 bis Undang-Undang Hukum Pidana), dengan sengaja menyiarkan kabar dusta dan


(25)

15

mengganggu ketertiban umum (Pasal 71 Undang-Undang Hukum Pidana). Intinya Sukarno dituduh sebagai pemberontak yang akan melakukan makar. (Daras, 2009:36)

Dalam pledoi Indonesia Menggugat, Bung Karno dan kawan-kawan pun sebagai kaum politik Indonesia, sejak semula pasal-pasal itu diterbitkan tidak berhenti-berhentinya mengkritiknya, tidak berhenti berhenti memprotesnya. Mereka menganggap pasal-pasal itu sebagai halangan besar bagi yang menjalankan hak berserikat dan berkumpul . Sedangkan bunyi pasal-pasal tersebut kental dengan unsur-unsur yang subjektif keberpihakan, seperti apa yang dinamakan cara menyindir? , apa yang dinamakan ketertiban umum? , apa yang dinamakan melanggar? , apa yang dinamakan menerbitkan rusuh? , dan apa yang dinamakan kabar bohong itu? . Itulah salah satu isi pembelaan beliau, menurutnya pasal-pasal tersebut sungguh sangat sekali membuka kesempatan lebar terhadap pendapat yang subjektif. (Sukarno, 1930:11)

Pledoi Indonesia Menggugat ditulis dengan tangan Sukarno setiap malam hingga larut malam, selama kurang lebih delapan bulan selama ia didalam penjarakan tanpa sebab, tanpa disidangkan terlebih dahulu. Tulisan itu mengalir dari keteguhan hati seorang pejuang kemerdekaan melalui pikiran dan tangannya, dari kesetiaan dirinya ingin mengantarkan rakyat Nusantara ke gerbang kemerdekaaan berdaulat.

Pentingnya peristiwa Indonesia Menggugat, termasuk pula teks pidato pledoi Indonesia Menggugat yang merupakan saksi bisu pergulatan peristiwa itu,


(26)

16

bagi peneliti sendiri merupakan hal yang menarik untuk diamati dan juga diteliti. Bahwa peneliti yakin pasti terdapar banyak hikmah dan manfaat dibalik peristiwa bersejarah itu, manfaat yang dapat memberikan kita pentingnya kesadaran kebangsaan, pentingnya jiwa kebangsaan penuh pengorbanan yang sangat dibutuhkan untuk membangun negara ini.

Indonesia Menggugat ini pun yang kemudian merupakan salah satu masterpiece pemikiran Bung Karno yang kemudian dibukukan. Seperti halnya dengan tulisan-tulisan lain hasil karya Bung Karno, Indonesia Menggugat pun merupakan suatu bentuk konsistensi sikap Bung Karno dalam melawan imperialisme di atas dunia ini. Pemikiran yang dituangkan oleh Bung Karno ke dalam tulisan ini bukanlah pemikiran yang main-main, bukanlah pemikiran yang hanya usil belaka dengan motif sempit, tetapi lebih kepada pemikiran besar yang visioner, pemikiran matang yang melihat segala sesuatunya jauh ke depan, yang kemudian untuk dilakukan dengan bentuk tindakan yang revolusioner, bergerak bersama-sama merebut kemerdekaan rakyat Nusantara dengan seutuhnya.

Oleh karena pada Indonesia Menggugat lebih mengedepankan pengutukan terhadap faham kapitalisme dan imperialisme yang menjadi penyebab penderitaan manusia-manusia di dunia, pada penelitian ini peneliti ingin melihat pesan-pesan yang terdapat dalam pidato Indonesia Menggugat dari segi faham dan ajaran yang akan disampaikan oleh sang penulis Bung Karno. Suatu bentuk gugatan rakyat Nusantara yang tertindas oleh sistem yang ditancapkan sedalam-dalamnya ke seluruh sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat, hingga rakyat pribumi menjadi lemah tidak berdaya, pembodohan luar dalam hingga rakyat pribumi terpaksa


(27)

17

selama beratus-ratus tahun hidup dalam kebodohan, kemiskinan, kemelaratan dalam ketertindasan dan ketidakberdayaan.

Dapat peneliti anggap pula kumpulan pidato pledoi Indonesia Menggugat ini sebagai wejangan serta peringatan yang diajarkan dan diberitahukan oleh bapak pendiri bangsa kepada seluruh generasi penerus bangsa. Agar tetaplah generasi muda itu setia kepada perjuangan menuju Indonesia jaya yang pada prosesnya semua itu tidaklah semudah dan sesingkat membalikan telapak tangan.

Pada penelitian tentang analisis wacana kritis mengenai teks pledoi Indonesia Menggugat, peneliti menggunakan teori wacana yang dikemukakan oleh Teun A. van Dijk. Wacana itu, dimana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan, yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

Sebagai gambaran umum, analisis van Dijk menghubungkan analisis tekstual (yang memusatkan perhatian pada teks), ke arah analisis yang komprehensif bagaimana analisis teks itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu yang membuat teks (dalam penelitian ini Bung Karno) maupun dari masyarakat. (Eriyanto, 2009:224)

Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas van Dijk, melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan dari lapangan psikologi sosial, terutama


(28)

18

untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Lebih jauh lagi peneliti ingin melihat unsur ideologi apa yang terdapat dalam teks, termasuk pula unsur anti ideologinya.

Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian diatas, peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimanakah Konstruksi Realitas Teks Pidato Indonesia Menggugat tentang Imperialisme dan Kapitalisme oleh Sukarno Tahun 1930 ditinjau dari Analisis Wacana Kritis?


(29)

19

1.2 Identifikasi Masalah

Mengacu pada judul penelitian, dan juga rumusan masalah yang telah dirumuskan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti kemudian dapat mengambil identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana dimensi teks dari pidato pledoi Indonesia Menggugat tentang Imperialisme dan Kapitalisme oleh Sukarno pada tahun 1930 ditinjau dari Analisis Wacana Kritis?

2. Bagaimana dimensi kognisi sosial dari pidato pledoi Indonesia Menggugat tentang Imperialisme dan Kapitalisme oleh Sukarno pada tahun 1930 ditinjau dari Analisis Wacana Kritis?

3. Bagaimana dimensi konteks sosial dari pidato pledoi Indonesia Menggugat tentang Imperialisme dan Kapitlisme oleh Sukarno pada tahun 1930 ditinjau dari Analisis Wacana Kritis?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis wacana dengan menggunakan metode analisis wacana kritis, sedangkan teori wacana yang dipakai adalah teori wacana dari Teun A. van Dijk, yang digunakan untuk menganalisis wacana tersembunyi yang terdapat pada teks pidato pledoi Sukarno yang berjudul Indonesia Menggugat.


(30)

20

1.3.2 Tujuan Penelitian

Seperti apa yang telah dipaparkan pada poin-poin yang terdapat pada identifikasi masalah penelitian, maka tujuan penelitian dapat peneliti tetapkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada identifikasi masalah penelitian, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dimensi teks dari pidato pledoi Indonesia Menggugat tentang Imperialisme dan Kapitalisme oleh Sukarno pada tahun 1930 ditinjau dari Analisis Wacana Kritis.

2. Untuk mengetahui kognisi sosial pidato pledoi Indonesia Menggugat tentang Imperialisme dan Kapitalisme oleh Sukarno pada tahun 1930 ditinjau dari Analisis Wacana Kritis.

3. Untuk mengetahui konteks sosial pidato pledoi Indonesia Menggugat tentang Imperialisme dan kapitalisme oleh Sukarno pada tahun 1930 ditinjau dari Analisis Wacana Kritis.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1Kegunaan Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan, bagi universitas diharapkan dapat menjadi tambahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan karya ilmiah penelitian skripsi. Dalam bidang kajian ilmu komunikasi, khususnya bidang jurnalistik, mengenai penggunaan analisis wacana kritis dalam menganalisis suatu teks, membedah berbagai unsur-unsur


(31)

21

seputar wacana yang terdapat dalam suatu teks, dan semoga dapat memperkaya keilmuan analisis wacana dalam kajian ilmu komunikasi, termasuk jika penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan rujukan referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya dengan tema yang sama, yaitu seputar analisis wacana.

1.4.2 Kegunaan Praktis

A. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan tambahan wawasan pengetahuan ilmu komunikasi terutama pada bidang kajian ilmu jurnalistik tentang analisis wacana, bahwa memahami suatu teks tidak hanya suatu bentuk tulisan yang tak bernyawa dan tanpa maksud apa-apa, oleh karena setiap teks itu memiliki wacana tersembunyi.

B. Bagi Pengembangan Akademik

Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi bidang kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai tambahan koleksi penelitian ilmiah di universitas. Diharapkan pula dapat menjadi bahan penerapan dan pengembangan dalam kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan tema sejenis tentang analisis wacana.


(32)

22

C. Bagi Masyarakat

Bagi Masyarakat diharapkan penelitian ini dapat memberika manfaat yang sebesar-besarnya. Agar masyarakat memiliki tambahan pemahaman tentang sejarah bangsa, sejarah bangsa masa sebelum kemerdekaan, sejarah kisah hidup salah satu bapak pendiri bangsa Sukarno sang proklamator Republik Indonesia. Pemahaman tentang sistem faham kaptalisme dan imperialisme yang dianggap sebagai akar penyebab penderitaan rakyat Nusantara selama beratus-ratus tahun, serta perjuangan perlawanan rakyat yang selalu ditujukan untuk mengusir sistem tersebut dari bumi Nusantara. Tentang kerinduan yang begitu dalam rakyat Nusantara untuk menghirup udara kemerdekaan sepenuhnya haruslah selalu diperjuangkan, menuju Indonesia jaya. Bahwa selama rakyat belum makmur dan sejahtera, teruslah lakukan perjuangan itu, teruslah gulirkan jalannya sejarah perjuangan itu.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoretis

Dalam berkomunikasi tentunya setiap manusia memiliki tujuan. Teknik dan cara orang dalam berkomunikasi pun beragam dalam menyampaikan suatu tujuan, dimana dalam setiap kegiatan komunikasi manusia pasti menyisipkan tujuan-tujuan tertentu pada setiap proses


(33)

23

komunikasi, baik itu disadari maupun tidak. Bahkan baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal tujuan komunikasi pun dapat disisipkan pula di dalamnya, turut menjadi tempat penyisipan tujuan komunikasi.

Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk meneliti komunikasi dalam bentuk teks, mencari tahu makna lebih dalam maksud dari tujuan yang terselip, tersimpan, tersisip dalam suatu proses komunikasi verbal melalui teks. Maksud tujuan yang tersembunyi itu biasa disebut wacana, dan maksud tujuan yang tersembunyi dalam suatu teks disebut wacana teks. Sesuai dengan penjabaran diatas, pada penelitian ini peneliti akan membedah suatu teks ditinjau dari teori wacana, teori wacana dari Teun A. van Dijk, metode yang digunakan yaitu metode Analisis Wacana Kritis (AWK) atau Critical Discourse Analysis (CDA), dengan model analisis diadopsi dari teori yang dikemukakan van Dijk tersebut.

Model analisis dari van Dijk secara umum menampilkan bagaimana menghubungkan analisis tekstual (yang memusatkan perhatian pada teks), ke arah analisis yang komprehensif bagaimana analisis teks itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu yang membuat teks (dalam penelitian ini Bung Karno) maupun dari masyarakat. (Eriyanto, 2009:224)

Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas van Dijk, melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi


(34)

24

sosial. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan dari lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Lebih jauh lagi peneliti ingin melihat unsur ideologi apa yang terdapat dalam teks, termasuk pula unsur anti ideologinya.

Unsur ideologi perlu dimasukan karena menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dari praktik sosial, sedangkan wacana sebagai praktik sosial kemungkinan besar menampilkan efek ideologi, karena dalam setiap wacana syarat memperlihatkan ketimpangan sosial kekuasaan dan suatu kelompok sosial yang diperjuangkan.

Secara ringkas dan sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Oleh karena itulah, ia dinamakan analisis wacana . (Heryanto dalam Sobur, 1999:115)

Sebuah kalimat bisa terungkap bukan hanya ada orang yang membentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu, baik yang rasional maupun irasional. Terlepas dari apapun motivasi atau kepentingan orang ini, kalimat yang dituturkannya tidaklah dapat dimanipulasi semau-maunya oleh yang bersangkutan. Kalimat itu hanya dibentuk, hanya akan bermakna, selama ia tunduk pada sejumlah aturan gramatika yang berada di luar kemauan, atau kendali si pembuat kalimat. Aturan aturan kebahansaan tidak dibentuk secara individual oleh penutur yang bagaimanapun pintarnya.


(35)

25

Bila mengkaji discourse atau teori wacana (theories of discourse) akan tampak disana mengenai seluk beluk penggunaan bahasa dalam kehidupan sosial atau sosiolinguistik. Bahwasanya bahasa tidak hanya dapat difungsikan untuk mempresentasikan realitas melainkan dapat pula digunakan untuk berbagai kepentingan terkait dengan realitas tersebut.

Dikatakan sebagai analisis wacana kritis karena dari segi filsafat keilmuan, analisis wacana kritis diluar dan tidak termasuk pada paradigmaa klasik, yaitu baik positivistik. Melainkan analisis wacana ini termasuk dalam paradigma baru diluar klasik, yaitu paradigma kritis, dapat dikatakan juga paradigma kritis ini sebagai paradigmaa alternatif, karena diluar paradigmaa klasik.

Analisis wacana termasuk dalam kategori paradigmaa kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media (komunikator), dan pada akhirnya berita (pesan) harus dipahami dalam keseluruhan proses produksi . (Eriyanto, 2009:21)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis dengan menggunakan pendekatan model wacana kritis dari Teun A. van Dijk. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai kognisi sosial . Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati.


(36)

26

Teks adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Teks itu hadir dan bagian dari representasi yang menggambarkan masyarakat yang patriarkal. Disini teks ada dua bagian: teks yang mikro yang merepresentasikan marjinalisasi seseorang atau kelompok dalam teks, dan elemen besar berupa struktur sosial yang patriarkal. Van dijk pun membuat jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh si pembuat teks, di sisi lain ia menggambarkan bagaimana nilai-nilai masyarakat yang patriarchal itu menyebar dan diserap oleh kognisi si pembuat teks, dan akhirnya digunakan untuk membuat teks.

Van Dijk juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.Wacana oleh van Dijk memiliki tiga dimensi atau bangunan kewacanaan: dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Sedangkan inti dari analisis wacana van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu, untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual


(37)

27

yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.

Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari pembuat teks. Menganalisis bagaimana kognisi pembuat teks dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang ditulisnya. Sedangkan aspek bangunan ketiga, konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakatatas suatu wacana, menganalisis bagaimana proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa tertentu digambarkan.

Kemudian menurut Fairclough dan Wodak, dalam Eriyanto menyebutkan bahwa analisis wacana kritis melihat wacana, melihat pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, sebagai bentuk dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya.

Praktik wacana pun bisa jadi menampilkan ideologi, wacana dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, pria dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu dipresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.


(38)

28

Melalui wacana, sebagai contoh, keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan dari kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran atau alamiah, dan memang seperti itu keadaannya. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi.

Perkembangan teori komunikasi dan budaya yang kritis pada tahun-tahun terakhir ini telah membawa serta perhatian pada ideologi, kesadaran, dan hegemoni. Ideologi adalah sistem ide-ide yang diungkapkan dalam komunikasi, kesadaran adalah esensi atau totalitas dari sikap, pendapat, dan perasaan yang dimiliki oleh individu-individu atau kelompok-kelompok, dan hegemoni adalah proses di mana ideologi dominan disampaikan, kesadaran dibentuk, dan kuasa sosial dijalankan. (Lull, dalam Sobur, 2002:61)

Ideologi dalam pandangan analisis wacana kritis menjadi sesuatu yang fundamental untuk disampaikan, merupakan suatu yang penting dan bersifat sentral untuk diberikan porsi lebih dalam setiap proses stimuli pesan kepada lawan bicara, dan kesemuanya itu secara sadar bertujuan agar lawan bicara dapat menerima pesan ideologi tersebut, baik secara sadar ataupun tidak. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Eriyanto, sebagai berikut:

Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena suatu teks, percakapan, maupun yang lainnya adalah bentuk merek dari ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideolagi dibangun oleh kelompok dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka . (Eriyanto, 2001:13)

Mengacu pada penjabaran diatas, maka kemudian peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa ideologi memiliki peranan penting dalam


(39)

29

proses kewacanaan, ideologi merupakan maksud dan tujuan yang terdapat pada pesan yang disampaikan dalam teks.

Kelompok buruh, petani, nelayan, imigran gelap, dan juga wanita adalah kelompok yang bukan hanya secara riil tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan, tetapi juga dalam wacana sering digambarkan secara buruk layaknya tidak berpendidikan, liar, mengganggu ketentraman dan kenyamanan dan sering bertindak anarkis. Semuanya itu ada kaitannya dengan antara wacana dengan kekuasaan.

Kekuasaan tidak hanya beroperasi lewat jalur-jalur formal seperti hukum dan institusi negara lewat kekuasaannya untuk melarang dan menghukum, tetapi juga beroperasi lewat serangkaian wacana untuk mendefinisikan sesuatu atau suatu kelompok sebagai tidak benar atau buruk. Dan seringkali tindakan kekuasaan itu dating setelam suatu kelompok digambarkan secara buruk.

Sebagai contoh, salah satu agen terpenting dalam mendefinisikan suatu kelompok adalah media massa. Lewat pemberitaan yang terus-menerus disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran di kepala khalayak mengenai sesuatu. Pemberitaan yang terus-menerus pula dapat mempengaruhi pemahaman khalayak terhadap sesuatu, layaknya tujuan komunikasi bahkan dapat merubah tindakan perilaku khalayak dalam menanggapi sesuatu. Wacana yang dibuat oleh media massa


(40)

30

itu bisa jadi melegitimasi suatu hal atau kelompok, dan mendelegitimasi dan memarjinalkan kelompok lain.

Teori wacana pada penelitian ini masuk kedalam konteks komunikasi massa, karena teori wacana pada awalnya dipergunakan dalam menganalisis wacana suatu pemberitaan dalam media berupa teks. Dalam perkembangannya kemudian teori wacana ini tidak hanya dipergunakan untuk menganalisis pemberitaan berupa teks pada media massa, tetapi juga bentuk lain selain teks baik produk media massa maupun juga produk di luar media massa. Produk itu berupa film, teks dialog film, lirik lagu, dan lain sebagainya.

1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Pada penelitian ini peneliti akan melihat bagaimana analisis wacana kritis teks pidato Sukarno Indonesia Menggugat yang dibuat pada tahun 1930. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis wacana kritis peneliti akan membedah wacana yang tersembunyi dalam teks pidato pledoi Indonesia Menggugat dengan menggunakan teori wacana dari Teun A. van Dijk. Dengan merujuk pada teori wacana Teun A. Van Dijk tersebut, peneliti mengaplikasikan kerangka pemikiran konseptual pada penelitian ini sebagai berikut:

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu, untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi


(41)

31

tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.

Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari pembuat teks. Menganalisis bagaimana kognisi pembuat teks dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang ditulisnya. Sedangkan aspek bangunan ketiga, konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakatatas suatu wacana, menganalisis bagaimana proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa tertentu digambarkan.

1. Dimensi Teks

Bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai oleh Bung Karno untuk menegaskan suatu tema tertentu yang ingin dia kemukakan, untuk menggambarkan seseorang, peristiwa, maupun faham tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang secara tidak langsung oleh Bung Karno dipakai untuk menunjukkan pemarjinalan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.

2. Dimensi Kognisi Sosial

Dimana proses produksi teks pledoi Indonesia Menggugat yang melibatkan pengetahuan atau kognisi individu Bung Karno sebagai pembuat teks. Menganalisis bagaimana kognisi Bung Karno dalam


(42)

32

memahami seseorang, peristiwa dan faham tertentu yang ditulisnya berdasarkan informasi dan pemahaman yang Bung Karno dapatkan.

3. Dimensi Konteks Sosial

Mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Pada konteks penelitian ini adalah wacana yang berkembang pada masyarakat Nusantara masa sebelum kemerdekaan sekitar tahun1930. Melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana, pada penelitian ini struktur social dan pengetahuan yang dianut oleh masyarakat Nusantara. Menganalisis bagaimana proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa tertentu digambarkan oleh relaitas yang dipercaya oleh masyarakat pada waktu itu.

Pada proses pembuatannya, pidato pledoi Indonesia Menggugat dibuat oleh Bung Karno selama dirinya menjadi tahanan penjara selama delapan bulan, setelah ia ditangkap dan diringkus karena melakukan aktivitas politik lewat PNI. Penangkapannya yang tidak mendasar dan tanpa disidangkan terlebih dahulu. Oleh karena itu isi dari Indonesia Menggugat adalah berupa pembelaan dirinya yang mendapat perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah kolonial.

Data dan fakta dari berbagai sumber dikumpulkan dan dirangkum Bung Karno dalam Indonesia Menggugat, baik dari buku-buku maupun dari


(43)

pidato-33

pidato orang orang ternama. Isi dari Indonesia Menggugat kurang lebih berbicara tentang jahatnya imperialisme, imperialisme sebagai penyebab kesengsaraan rakyat, dan pengecaman terhadap faham imperialisme itu. Atas dasar itulah yang menunjukan Bung Karno sebagai orang yang anti imperialisme.

Pada penelitian ini, untuk itulah diperlukan teori wacana, untuk mengupas lebih jauh wacana pada teks Indonesia Menggugat dengan menggunakan metode analisis wacana kritis dari teori wacana Teun A. van Dijk. Untuk mengetahui lebih lanjut maksud dan tujuan Bung Karno sebagai penulis Indonesia Menggugat dibalik hasil karyanya itu.

1.6 Subjek Penelitian dan Informan

1.6.1Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik seseorang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat maupun keadaannya akan diteliti. Subjek penelitian dalam penelitian ini, adalah berupa teks pidato pledoi Ir.Sukarno yang terkenal dengan sebutan teks Pidato Pembelaan Indonesia Menggugat dengan tema Imperialisme dan Kapitalisme. Dimana teks pidato ini didalamnya terdapat beberapa tema pidato yang dijabarkan oleh Sukarno, tema-tema itu adalah Pendahuluan, Kapitalisme dan Imperialisme, Imperialisme di Indonesia, Pergerakan di Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia (PNI), Pelanggaran Pasal-pasal 169 dan 153 bis Adalah Mochal.


(44)

34

Teks pidato pledoi ini adalah salah satu karya masterpiece dari seorang Sukarno muda yang kala itu terkenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang sangat anti terhadap faham kapitalisme dan imperialisme.

Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk membedah makna maupun maksud-maksud tujuan tertentu dari Sukarno lewat pidatonya itu, karena analisis wacana kritis memang bertujuan untuk membedah suatu teks tidak hanya apa yang dituliskan di dalam teks saja tetapi juga melihat bagaimana suatu teks itu diproduksi berdasarkan konteks serta konstruksi konteks sosialnya, pada pidato Indonesia Menggugat dengan tema Imperialisme dan Kapitalisme ini, termasuk untuk mencari tahu maksud-maksud tujuan ideologi yang ingin disampaikan Sukarno lewat pidatonya itu. 1.6.2 Informan

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan informan dalam mendapatkan data dan juga informasi yang dibutuhkan seputar objek penelitian tentang analisis wacana kritis teks pidato Indonesia Menggugat. Informan adalah orang yang menurut peneliti sebagai orang yang mengerti banyak mengenai informasi seluk beluk teks Indonesia Menggugat yang diteliti.

Moleong mengungkapkan bahwa seorang Informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam sebuah penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah informan yang memahami tentang seluk beluk peristiwa Indonesia Menggugat. Dipilih guna mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dimana terlebih dahulu peneliti menetapkan siapa


(45)

35

saja informannya dan kemudian mendelegasikan tugas dibidangnya yang sesuai dengan tema penelitian, berbicara atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan oleh subjek lain. (Moleong, 2001; 90)

Pemilihan informan dilakukan dengan pertimbangan asumsi bahwa informan yang peneliti pilih, merekalah yang peneliti anggap banyak mengetahui informasi yang akan diteliti. Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak empat orang.

Informan pertama bernama Dedy Hermansyah, SH. Ia salah seorang aktivis pada era 90-an. Informan kedua ialah Mochammad Sa ban Hanief yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal pada Kepengurusan di Gedung Indonesia Menggugat. Informan terakhir ialah Abdy Yuhana SH, MH. Ia berprofesi sebagai pengacara, yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris PDI Perjuangan Jawa Barat.

Kemudian, untuk lebih memastikan keakuratan data dalam pengumpulan data lewat wawancara mendalam maka dalam penelitian ini dilakukan pula triangulasi data. Data yang berhasil didapat akan diperiksa kembali oleh peneliti terhadap informan. Dengan kata lain, langkah ini pun mencoba melihat kembali kebenaran informasi yang didapatkan. Selain itu, triangulasi data dilakukan dalam rangka cek dan ricek terhadap data, yang dicocokan dengan narasumber lain yang dianggap paham dan mengerti terhadap masalah yang diteliti. Sedangkan triangulasi metode dilakukan untuk mencocokkan informasi yang diperoleh dari satu teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam.


(46)

36

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan alat bedah yang dipergunakan dalam penelitian sebagai cara untuk memperoleh jawaban dari permasalahan penelitian. Pemilihan metode yang digunakan haruslah dapat mencerminkan relevansi paradigmaa teori hingga kepada metode yang digunakan dalam penelitian agar berjalan beriringan, yang kesemuanya itu harus sesuai pula dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis dari paradigmaa kritis dengan pendekatan kualitatif. Sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif, analisis wacana kritis ini termasuk dalam paradigmaa kritis, merupakan paradigmaa alternatif dari paradigmaa klasik. Dengan demikian proses penelitiannya tidak hanya mencari makna yang terdapat pada sebuah naskah, melainkan seringkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigmaa penelitian yang digunakan.

Dalam pemahaman penelitian kualitatif, realitas itu realitas alam sekalipun, dikonstruksikan secara sosial, yakni berdasarkan kesepakatan bersama. Hasil konstruksi itu dipengaruhi sifat hubungan antara peneliti dengan yang diteliti, secara kendala-kendala situasional diantara keduanya. (Mulyana dan Solatun, 2008)

Penelitian kualitatif pun bersifat empiris. Karena arti empiris sendiri berarti dapat diamati oleh pancaindera. Penelitian kualitatif tentu saja bersifat empiris, hanya saja pengamatan yang dilakukan bukan berdasarkan ukuran matematis yang terlebih dulu ditetapkan peneliti dan harus disepakati oleh pengamat lain, melainkan berdasarkan ungkapan subjek penelitian.


(47)

37

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita lakukan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa lain dan situasi lain.

Menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007:5), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Penelitian kualitatif dari segi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Pada definisi ini hanya mempersoalkan satu metode, yaitu wawancara terbuka, sedangkan yang penting dari definisi adalah apa yang diteliti yaitu upaya memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun kelompok.

Sedangkan dalam studi analisis wacana (discourse analysis), pengungkapan maksud tersembunyi yang terdapat di dalam suatu teks, itu dapat dikategorikan sedalam analisis wacana kritis. Pemahaman dasar analisis wacana kritis adalah wacana tidak dipahami semata-mata sebagau obyek studi bahasa saja. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks juga pada konteks, yaitu


(48)

38

bahasa dapat difungsikan sebagai alat dam praktik mencapai tujuan, termasuk pula pada praktik ideologi.

Seperti yang diungkapkan pula oleh Eriyanto mengenai posisi bahasa dalam pandangan wacana kritis sebagai berikut, Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. (Eriyanto, 2001:6)

Perbedaan metode analisis wacana kritis dengan metode lain dari segi nilai, adalah bahwa bahasa sebagai objek penelitian yang memiliki peranan penting pada pembahasaannya. Bahasa menjadi fokus pembahasan dan dinilai dari berbagai sudut pandang, termasuk bagaimana suatu proses bahasa itu diproduksi dan proses reproduksinya, yang dianggap sebagai awal dari kerangka suatu wacana yang dikeluarkan. Pada ranah yang lebih jauh, kemudian bahasa pun dipandang sebagai bentuk konstelasi kekuasaan dan eksistensi kelompok dominan, penggunaan bahasa pun dianggap sebagai media propaganda, suatu alat yang digunakan suatu kelompok untuk memarjinalkan kelompok lain.

Konsepsi Fairclough dan Wodak mengenai praktik wacana bahwa wacana dapat menampilkan efek ideologis baim secara langsung atau tidak. Sebagai contoh suatu wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang timpang antar kelas-kelas sosial, seperti pria dan wanita, dan secara umum wacana dapat merepresentasikan perbedaan-perbedaan yang ada dalam setiap kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Pemakaian bahasa dalam analisis wacana


(49)

39

kritis baik bahasa tutur maupun tulisan adalah termasuk sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam analisis wacana kritisdipandang sebagai hubungan dialektis antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial.

Berikut menurut Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto, Analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya masing-masing. (Eriyanto, 2001:7)

Analisis wacana kritis pun turut mempretimbangkan elemen kekuasaan. Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang dimaksdukan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. Ideologi pun menjadi konsep penting dalam analisis wacana kritis, Karena dalam setiap bentuk teks, percakapan atau apapun itu adalah merupakan praktik ideologi yang merupakan pancaran suatu ideologi tertentu. Wacana bagi ideologi adalah media bagi suatu kelompok untuk mempersuasikan, menyebarkan, dan memberikan pemahaman kepada khalayak mengenai suatu konsepsi kehidupan yang mereka miliki sehingga dianngap wajar dan benar, yang kemudian dapat diterima oleh masyarakat.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

A. Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan, menyadari bahwa penelitian ini adalah penelitian yang sedikit banyak berkaitan dengan sejarah


(50)

40

bangsa Indoensia yang terjadi pada masa pra-kemerdekaan, oleh karena itu berbagai dokumen, artikel, film, video, termasuk dokumentasi surat kabar zaman dahulu, yang kesemuanya itu diharapkan dapat membantu melengkapi data dan memberikan tambahan informasi pada penelitian ini.

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan . (Denzin dan Lincoln, dalam Moleong, 2007:217)

B. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam dilakukan dalam pengumpulan data untuk menghimpun data dan informasi tercecer yang dimiliki seseorang, dan wawancara yang dilakukan secara mendalam diharapkan dapat menggali sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Seseorang yang ditunjuk sebagai informan narasumber yaitu pengamat sejarah, pengamat politik, maupun orang yang mendalami peristiwa maupun teks Indonesia Menggugat itu sendiri.

C. Studi Kepustakaan

Studi pustaka digunakan oleh peneliti untuk menghimpun data tertulis mengenai peristiwa sejarah Indonesia Menggugat, data tersebut dapat berupa buku, artikel, karya ilmiah ataupun informasi lainnya yang penulis dapat dari hasil penelusuran terkait judul penelitian yang sedang diteliti.


(51)

41

Pengumpulan data melalui studi pustaka memungkinkan peneliti untuk melengkapi penelitian ini dengan sumber-sumber lain selain wawancara mendalam, studi pustaka sebagai referensi tambahan bagi peneliti untuk mendukung penelitian ini berdasarkan tulisan-tulisan, buku, karya ilmiah yang telah lebih dulu membahas permasalah terkait dengan judul penelitian ini.

D. Penelusuran Data Online (Internet Searching)

Dalam internet segala informasi banyak tersebar secara luas, dengan pengumpula data berupa internet searching peneliti mengumpulkan data dan informasi yang masih tercecer di internet untuk melengkapi penelitian ini. Karena internet kini menjadi sebagai lumbung informasi dari berbagai daerah termasuk sampai ke penjuru negeri. Internet pun menyediakan data-data yang sifatnya dinamis dan terbaru, termasuk pada perkembangan pembahasan yang terkait dengan penelitian ini. Banyak pula para ahli maupun para pengamat fenomena perubahan sosial menungkan ide pemikirannya di internet.

Banyak sekali informasi di internet baik melalui website, blog, e-book, maupun sumber sumber lain yang berasal dari penelusuran internet, yang kesemuanya itu dapat membantu peneliti dalam menunjang melengkapi data-data dalam penelitian ini. Meskipun memiliki bentuk yang berbeda dengan buku, internet berbentuk soft data, akan tetapi secara esensi memiliki fungsi sama seperti buku dalam bentuk fisik, dan semua itu pun tetap dapat dijadikan rujukan data pada penelitian ini.


(1)

205

Skripsi:

Anggriana, Fransisca. 2009. Analisis Wacana Pemberitaan Pemilihan Gurbernur Jabar di Harian Radar Pagi Bandung. Universitas Komputer Indonesia.

Muhardi, M. Dodi. 2009. Analisis Wacana Kritis Berita pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2009 di Harian Umum Galamedia Bandung.

Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Novalina, Lucia Kory. 2009. Analisis Framing Pemberitaan Skandal Suap Jaksa Urip Tri Gunawan dalam Menangaini Kasus BLBI2 Di Harian Umum Kompas. Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Octavianti. 2009. Strategi Komunikasi Komisi penyiaran Indonesia daerah

(KPID) jawa barat dalam menerapkan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3&SPS) di stasiun televisi lokal di Bandung.

Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Rohendi, Didin. 2010. Analisis Semiotika Tentang Foto Tragis Anak Kecil Dalam

Konflik di Sudan Tahun 1993. Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Artikel dan Majalah:

Kuswarno, Engkus. 2011. Paradigma Penelitian Komunikasi Kualitatif (Kritis dan Konstruktivis). Pelatihan Metodologi Universitas Mercu Buana Jakarta.

Fikiran Ra jat, Madjallah politik popoeler. 15 Juni 1932. Malaise Marhaen dan Pergerakannja.

Fikiran Ra jat, Madjallah politik popoeler. 15 Juni 1932. Riwajat dan Taktik Kolonial-Imperialisme di Indonesia.

Fikiran Ra jat, Madjallah politik popoeler. 1 Juli 1932. Perangainja atau Karakternja Kolonial-Imperialisme Belanda di Indonesia.


(2)

206

Fikiran Ra jat, Madjallah politik popoeler. 1 Juli 1932. Perbedaan Azas dari Sosial-Demokrat dan Koeminis.

Fikiran Ra jat, Madjallah politik popoeler. 4 November 1932. Demokrasi-Politik dan Demokrasi-Ekonomi II, Nationalisme dan Socio-Demokrasi.

Fikiran Ra jat, Madjallah politik popoeler. 2 December 1932. Pergerakan Kita.

Fikiran Ra jat, Madjallah politik popoeler. 2 December 1932. Arti Dumping Bagi Ra jat Indonesia.

Internet:

Anak Pribumi Blogspot (2009). Revolusi Belum Selesai. http://sejarahnyaindonesia.blogspot.com/2009/11/revolusi-belum-selesai.

Diakses pada 13 April 2011 pukul 22.08 WIB.

Biker Zone Wordpress (2007). Manfaat Mempelajari Sejarah.

http://hapbiker.wordpress.com/2007/08/14/manfaat-mempelajari-sejarah. Diakses pada Senin, 11 April 2011 pukul 21:44 WIB.

Daras, Roso (2011). Bung Karno Musuh Imperialisme. http://rosodaras.wordpress.com/2011/03/29/bung-karno-benar/. Diakses pada Senin 11 April 2011 pukul 22:17 WIB.

Mariana. Manfaat Dan Pengertian Sumber Sejarah.

http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category &id=29:manfaat-dan-pengertian-sumber-sejarah&Itemid=37. Diakses pada Jumat, 8 April 2011 pukul 19:35 WIB.

Sambas, Sulandra Amen (2011). Pidato Presiden Soekarno JASMERAH &

Peristiwa Lima Belas Januari.

http://id.shvoong.com/humanities/history/pidato-presiden-soekarno-jasmerah-peristiwa. Diakses pada Senin, 4 April 2011 pukul 11:26 WIB.

Tirtaamijaya, Nurhana (2007). JASMERAH (info politik). http://tirtaamijaya.wordpress.com/2007/09/28/jas-merah. Diakses pada Rabu, 6 April 2011 pukul 20:17 WIB.

Biografi Presiden Soekarno. (2011). http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=sukarno. Diakses pada hari Senin, 6 Juni 2011 pukul 23:36 WIB.


(3)

Nama Tempat, Agama Alamat Email Blog / Nomor Ponsel Hobi Cita k pengabdian, amin.

Motto Hidup :

bentuk p

A. DATA PRIBADI

Nama

Tempat, Tanggal Lahir Agama

Alamat

Email / Facebook

Blog / Twitter

Nomor Ponsel Hobi

Cita-cita Melakukan keluarga, ba pengabdian, amin.

Motto Hidup : Hidup adal

bentuk penghambaan dalam menjalani proses

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Tanggal Lahir / Facebook Twitter Nomor Ponsel :

an yang terbai bangsa, negara pengabdian, amin.

Motto Hidup :

alah proses

enghambaan dalam menjalani proses

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

: Teguh Firmansyah : Jakarta, 8 Juni 1988 : Islam

: Jln

: goe_gonggo@yahoo.co.id : www.teguhfirm.wordpress.com : 0899 989 7745

: Keindahan, Petualangan,

aik, apa yang ara, agama, d

s pembelajara

enghambaan dalam menjalani proses

247

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Teguh Firmansyah Jakarta, 8 Juni 1988 : Islam

n. Ciheulang Baru II, Coblong, Bandung goe_gonggo@yahoo.co.id

www.teguhfirm.wordpress.com 0899 989 7745

Keindahan, Petualangan,

ng dapat dilak dan menjadi

ran, pembela enghambaan dalam menjalani proseske

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Teguh Firmansyah Jakarta, 8 Juni 1988

Ciheulang Baru II, Coblong, Bandung goe_gonggo@yahoo.co.id

www.teguhfirm.wordpress.com 0899 989 7745

Keindahan, Petualangan, Hiburan.

lakukan. Semo di amal ibadah

lajaran merup kehidupan .

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ciheulang Baru II, Coblong, Bandung goe_gonggo@yahoo.co.id/ Teguh Firmansyah www.teguhfirm.wordpress.com/ tegtwitt

Hiburan.

moga berguna dah dalam set

rupakan prose Ciheulang Baru II, Coblong, Bandung

40134 / Teguh Firmansyah

/ tegtwitt

na bagi diri, setiap proses

oses ibadah,


(4)

248

B. DATA KELUARGA

Nama Bapak : Djasmana Nama Ibu : Sundari

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat : Jln. Nusa Indah VI Gg,13 No.5 Jakarta Timur

C. RIWAYAT PENDIDIKAN

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia, 2006-2011 Sekolah Menengah Umum : SMUN 103 Jakarta Timur, lulus tahun 2006 Sekolah Menengah Pertama : SLTPN 139 Jakarta Timur, lulus Tahun 2003 Sekolah Dasar : SDN Malaka Jaya 07 Pagi, lulus Tahun 2000

D. PENGALAMAN ORGANISASI

NO. ORGANISASI POSISI TAHUN

1.

Pramuka

SDN Malaka Jaya 07 Pagi Penggalang 1997

2.

Rohani Islam (Ekstra Kulikuler)

SLTPN 139 Jakarta Timur Anggota 2000

3.

Majelis Permusyawaratan Kelas

SMUN 103 Jakarta Timur Wakil Sekretaris 2004

4.

Keluarga Pencinta Alam SMA 103

(KAPASA) Anggota Muda 2004

5. Senat Mahasiswa Unikom Anggota, Divisi Sosial, Kesejahteraan Mahasiswa

2007-2008

6.

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia


(5)

249

E. SEMINAR, DISKUSI, WORKSHOP DAN PELATIHAN

11-13 September

2006

Peserta, Orientasi Lingkungan Mahasiswa Kampus (OLIMPUS 2006). Senat Mahasiswa Unikom. Gedung Sabuga & GOR C-tra Area, Bandung.

16-17 September

2006

Pengenalan Lingkungan Ilmu Komunikasi & Public Relations 2006 (PLINIK 2006). Jurusan dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi & Public Relations. Cikole Lembang.

11 Januari 2007 Peserta, Table Manner Course . Hotel Jayakarta, Bandung.

18 Januari 2007

Peserta Pelatihan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM). Senat Mahasiswa Unikom Periode 2006-2007. Unikom Bandung.

21 Februari 2007 Peserta Diskusi Jurnalistik Tantangan Meraih Sukses di Dunia Jurnalistik . Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom, Bandung.

2 Juni 2008 Peserta Pelatihan Workshop Wirausaha Muda Mandiri 2008 . Bank Mandiri. Aula Barat ITB, Bandung.

Juni 2007 Peserta, Mentoring Agama Islam. LDK UMMI Unikom. Auditorium Unikom Bandung.

16 Juni 2007 Peserta Seminar Video Editing The Magic of Adobe Premiere

Pro . Liga Film Mahasiswa ITB Bandung.

19 Juni 2007

Peserta Self Motivation Training Rahasia Sukses Membangun Kepercayaan Diri . Forum Dakwah Ekstra Kampus (FORMASI). Unikom Bandung.

20 Maret 2009 Peserta Seminar Pimpin Nuranimu, Maka Engkau Akan Memimpin Dunia . MQS Publishing, Daarut Tauhiid, Bandung.


(6)

250

24 Maret 2009 Peserta Seminar dan Workshop Konseptual Fotografi dan

Lighting Indoor . UKM Fotografi, Unikokm Bandung.

25 Maret 2009 Peserta Seminar Jurnalistik yang diadakan oleh Metro TV bekerja sama dengan DIESEMAS ITB.

31 Maret 2009

Peserta Pelatihan Melejitkan Potensi dan Pengembangan Diri . Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations, Unikom Bandung.

24 November 2009

Peserta Kuliah Umum Kebudayaan Film & Sensor Film . Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations, Unikom Bandung.

14 Januari 2010

Peserta, Bedah Buku Api Sejarah Karya Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara. Hima Teknik Komputer, Salamadani, Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (PIMPIN). Auditorium Unikom Bandung.

Mei 2010

Peserta, Workshop Penyuluh Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Lingkungan Mahasiswa . Aula Barat ITB, Bandung.

29 Mei 2010 Peserta, Seminar Nasional Teknologi Informasi. Lab. Hardware Unikom, Bandung.

12 Februari 2011 Peserta, Seminar Online Media: Citizen Journalism & Entrepreneurship. Detikcon. Bandung.

8-10 April 2011

Peserta, Pekan Penerimaan Anggota Baru Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PPAB GMNI) Se-Bandung Raya. Villa Kebon Lembang.