ANALISIS YURIDIS Sosiologis Dan Filosofi

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PROSES PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA

ABSTRAK

Usaha perasuransian yang sehat merupakan salah satu upaya untuk
menanggulangi resiko yang dihadapi anggota masyarakat dan sekaligus
merupakan salah satu lembaga penghimpun dana masyarakat, sehingga
memiliki
kedudukan
strategis
dalam
pembangunan
dan
kehidupan
perekonomian, dalam upaya memajukan kesejahteraan umum.
Alasan utama orang membeli asuransi jiwa karena sejumlah pertanggungan
yang dibutuhkan ketika si tertanggung meninggal. Dalam rangka memenuhi
tanggungjawab mereka terhadap pemilik polis dan ahli waris, pihak asuransi
harus mengambil langkah-langkah pemastian bahwa pembayaran klaim harus
dilakukan secepatnya kepada pihak yang membutuhkan.
Sering timbul keluhan dari klien perusahaan asuransi jiwa bahwa pengajuan

klaim memakan waktu yang sangat lama dan belum dibayar juga oleh
perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Padahal dalam melaksanakan
kegiatan usahanya perusahaan asuransi terutama asuransi jiwa yang sangat
gencar mempromosikan produknya akan tetapi apabila saat menerima klaim
perusahaan asuransi jiwa seolah-olah mengulur waktu dengan dalih prosedur
yang memakan waktu cukup lama, investigasi kasus, dokumen-dokumen yang
diperlukan untuk klaim tersebut tidak lengkap dan sebagainya. Permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana pengaturan mengenai
proses pembayaran klaim asuransi jiwa yang ada saat ini.
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa klaim asuransi telah diatur dalam
beberapa regulasi yaitu Pasal 23 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian, Pasal 25 dan Pasal 27 Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor : 422/kmk.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Namun juga terdapat
kelemahan dari peraturan tersebut, yakni tidak ada sanksi yang tegas yang
mengatur apabila perusahaan asuransi melakukan tindakan yang bertentangan
dengan peraturan tersebut diatas.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah melaksanakan pembangunan di
segala bidang secara berkesinambungan. Dalam pelaksanaan pembangunan
dapat terjadi berbagai ragam dan jenis resiko yang perlu ditanggulangi oleh
masyarakat. Oleh karena itu dipandang perlu untuk menanggulangi resiko yang
dihadapi oleh masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Usaha perasuransian yang sehat merupakan salah satu upaya untuk
menanggulangi resiko yang dihadapi anggota masyarakat dan sekaligus
merupakan salah satu lembaga penghimpun dana masyarakat, sehingga
memiliki
kedudukan
strategis
dalam
pembangunan
dan
kehidupan

perekonomian, dalam upaya memajukan kesejahteraan umum.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian pada
dasarnya menganut azas spesialisasi usaha dalam jenis-jenis usaha di bidang
perasuransian. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa usaha
perasuransian merupakan usaha yang memerlukan keahlian serta ketrampilan
teknis yang khusus dalam penyelenggaraannya.
Salah satu jenis usaha perasuransian tersebut adalah usaha asuransi jiwa yang
memberikan jasa dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan hidup
atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
Alasan utama orang membeli asuransi jiwa karena sejumlah pertanggungan
yang dibutuhkan ketika si tertanggung meninggal. Dalam rangka memenuhi
tanggungjawab mereka terhadap pemilik polis dan ahli waris, pihak asuransi
harus mengambil langkah-langkah pemastian bahwa pembayaran klaim harus
dilakukan secepatnya kepada pihak yang membutuhkan.
Sering timbul keluhan dari klien perusahaan asuransi jiwa bahwa pengajuan
klaim memakan waktu yang sangat lama dan belum dibayar juga oleh
perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Berikut adalah salah satu kasus
yang berkaitan dengan permasalahan yang timbul karena pembayaran klaim
asuransi jiwa.
2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun suatu rumusan masalah yang
akan dikaji dalam makalah ini adalah : Bagaimana pengaturan mengenai proses
pembayaran klaim asuransi jiwa ?

BAB II
PEMBAHASAN

Pengaturan Mengenai Proses Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa
Setiap perusahaan asuransi jiwa harus menetapkan prosedur standar untuk
proses klaim. Prosedur standar ini dirancang untuk menyeimbangkan antara hak
ahli waris untuk mendapatkan pertanggungan dengan segera dan kebutuhan
pihak asuransi untuk memeriksa validitas dari klaim tersebut.
Klaim secara umum adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena
persyaratan dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi.
Sedangkan secara khusus klaim asuransi jiwa adalah suatu tuntutan dari pihak
pemegang polis/ yang ditunjuk kepada pihak asuransi, atas sejumlah
pembayaran uang pertanggungan atau nilai tunai yang timbul karena syaratsyarat dalam perjanjian asuransi jiwanya telah dipenuhi.
Adapun penyebab terjadinya klaim adalah sebagai berikut :
1. Tertanggung meninggal dunia.
2. Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan

perjanjian asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai.
3. Perjanjian asuransi sudah berakhir sesuai dengan jangka waktu yang
tercantum dalam polis dan kewajiban pemegang polis telah terpenuhi atau polis
dalam keadaan lapse tetapi telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas
premi) .
4. Tertanggung mendapat kecelakaan.
5. Tertanggung karena suatu penyakit perlu diopname atau rawat jalan.

Sejauh ini diketahui ada beberapa macam klaim, yakni :
1. Klaim meninggal dunia
Timbul jika tertanggung atau peserta yang tercantum dalam polis meninggal
dunia, sedang polisnya dalam keadaan berlaku (inforce).
2. Klaim penebusan polis/Nilai Tunai

Timbul jika polis sudah mempunyai nilai tunai, sedang pemegang polis
memutuskan perjanjian asuransinya.
3. Klaim habis kontrak
Timbul jika jangka waktu perjanjian asuransi sudah berakhir, sedang polisnya
dalam keadaan inforce (premi telah dibayar sampai jangka waktu kontrak).
4. Pengobatan

Timbul akibat peserta menderita suatu penyakit dan perlu pengobatan.
5. Klaim rawat inap dan rawat jalan
Timbul akibat peserta menderita suatu penyakit dan perlu diopname atau cukup
hanya dengan rawat jalan saja.
Dalam proses pengajuan klaim asuransi jiwa, nasabah atau ahli waris dari
tertanggung harus melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan, seperti :
-

-

Polis asli
Kuitansi asli bukti pembayaran premi terakhir
Surat keterangan meninggal dunia dari Lurah/Kepala Desa yang dilegalisir
oleh Camat, atau Akte Kematian
Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak yang berwenang apabila
tertanggung meninggal karena kecelakaan
Surat pengajuan klaim meninggal dunia
Daftar pertanyaan klaim
Surat Keterangan sebab meninggal dunia dari Dokter/Rumah Sakit apabila
tertanggung meninggal dunia dari Dokter/Rumah Sakit apabila

tertanggung meninggal dunia dalam perawatan Dokter/Rumah Sakit
Fotokopi kartu keluarga (bila diperlukan)

Namun faktanya meskipun dokumen-dokumen tersebut telah dipenuhi, pihak
asuransi jiwa masih harus malakukan pemeriksaan-pemeriksaan terkait dengan
klaim asuransi jiwa tersebut.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh penulis dari Kepala Operasional AJB
Bumiputera 1912 diketahui bahwa dalam pengurusan klaim asuransi jiwa,
setelah nasabah atau ahli waris dari tertanggung melengkapi dokumen-dokumen
yang dipersyaratkan oleh pihak AJB Bumiputera 1912, kemudian akan diteliti
lebih lanjut oleh pihak AJB Bumiputera 1912 mengenai kebenaran klaim asuransi
jiwa tersebut. Proses pemeriksaan dapat memakan waktu yang relatif panjang
apabila wilayah atau tempat meninggal tertanggung tidak mudah terjangkau.
Karyawan perusahaan asuransi yang bertanggungjawab terhadap proses
pemeriksaan biasanya disebut pemeriksa klaim (claim examiner) atau analis
klaim (claim analyst). Dalam proses dan pembayaran klaim, claim examiner
akan:
-

menentukan status dari polis

memverifikasi data si tertanggung
memeriksa kematian dengan point kematian yang diasuransikan
memeriksa jumlah kerugian yang ditanggung oleh polis
menentukan siapa yang harus menerima jumlah pertanggungan

-

menentukan jumlah pertanggungan yang akan dibayar

Setelah diteliti kebenarannya kemudian pihak AJB Bumiputera 1912 akan
melaporkan kepada kantor wilayah apabila AJB Bumiputera 1912 yang
bersangkutan adalah merupakan kantor cabang. Hal ini juga akan memakan
waktu yang cukup lama. Terutama apabila uang pertanggungan dari
tertanggung lebih dari Rp 10.000.000,00. Karena harus dilaporkan kepada kantor
pusat AJB Bumiputera 1912 di Jakarta Pusat. Hal ini berarti akan memperlambat
penyelesaian atau pembayaran klaim asuransi jiwa.
Pasal 23 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransiansebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 menyatakan :
”Perusahaan Asuransi atau Reasuransi dilarang melakukan tindakan yang dapat

memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim, atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan yang dapat mengakibatkan keterlambatan
penyelesaian atau pembayaran klaim”.
lebih lanjut dalam Pasal 25 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor : 422/kmk.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi. Disebutkan bahwa, tindakan yang dapat
dikategorikan memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim adalah
tindakan Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang :
memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta penyerahan
dokumen tertentu, yang kemudian diikuti dengan meminta penyerahan
dokumen lain yang pada dasarnya berisi hal yang sama;
menunda penyelesaian dan pembayaran klaim dengan mengaitkannya pada
penyelesaian dan atau pembayaran klaim reasuransinya;
tidak melakukan penyelesaian klaim yang merupakan bagian dari penutupan
asuransi dengan mengaitkannya pada penyelesaian klaim yang merupakan
bagian lain dari penutupan asuransi dalam 1 (satu) polis yang sama;
memperlambat penunjukan Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, apabila jasa
Penilai Kerugian Asuransi dibutuhkan dalam proses penyelesaian klaim; atau
menerapkan prosedur penyelesaian klaim yang tidak sesuai dengan praktek
usaha asuransi yang berlaku umum.

Mengenai jangka waktu yang harus dipenuhi perusahaan asuransi jiwa dalam
menyelesaikan atau membayar klaim asuransi jiwa yang diajukan oleh nasabah
atau ahli waris tertanggung telah diatur dalam Pasal 27 Keputusan Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
:
422/kmk.06/2003
tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi,
yakni :
“Perusahaan Asuransi harus telah membayar klaim paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak adanya kesepakatan antara tertanggung dan penanggung atau
kepastian mengenai jumlah klaim yang harus dibayar”.
Hal ini berarti terhitung sejak 30 hari setelah adanya kesepakan antara nasabah
atau ahli waris tertanggung dengan pihak perusahaan asuransi jiwa mengenai

jumlah klaim yang harus dibayar maka perusahaan asuransi jiwa sudah harus
melunasi klaim tersebut.

Berdasarkan analisis dari penulis terdapat kelemahan dari
peraturan-peraturan mengenai klaim asuransi jiwa ini. Yakni :

pelaksanaan

Asuransi jiwa adalah suatu bentuk perjanjian antara tertanggung dengan
perusahaan asuransi jiwa. Dimana perjanjian tersebut dituangkan kedalam Polis.
Menurut Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
422/kmk.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi, polis asuransi adalah polis atau perjanjian asuransi, atau
dengan nama apapun, serta dokumen lain yang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dengan perjanjian asuransi, termasuk tanda bukti kepesertaan
asuransi bagi pertanggungan kumpulan, antara pihak penanggung dan pihak
pemegang polis atau tertanggung. Jadi polis asuransi jiwa adalah merupakan
undang-undang bagi tertanggung dan perusahaan asuransi jiwa. Maka segala hal
yang ada didalam polis termasuk didalamnya syarat dan tata cara pengajuan
klaim, dan bukti pendukung yang diperlukan dalam mengajukan klaim serta
jangka waktu penyelesaian atau pembayaran klaim harus dilaksanakan, karena
asas lex specialis derogat lex generalis. Meskipun banyak juga perusahaan
asuransi jiwa yang tidak mencantumkan pengaturan mengenai syarat dan tata
cara pengajuan klaim serta jangka waktu penyelesaian atau pembayaran klaim
dalam polis asuransi mereka.
Tidak terdapatnya sanksi baik sanksi administratif atau sanksi pidana bagi
perusahaan asuransi jiwa yang tidak melaksanakan ketentuan mengenai
penyelesaian atau pembayaran klaim sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengaturan mengenai proses pembayaran klaim asuransi jiwa di Indonesia telah
diatur dalam beberapa peraturan. Diantaranya adalah Pasal 23 Ayat (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1992 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, Pasal 25 dan Pasal 27 Keputusan Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
:
422/kmk.06/2003
tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi