PERILAKU KONSUMEN Kelompok referensi dan

PERILAKU KONSUMEN
Kelompok referensi dan Word of
Mouth

Nama

: Muhammad bagir
(26893)
: jody saputra yudha
(27365)
: ilham gunawan
(27429)
: Kodeida Giay
(25518)

Pengertian kelompok rujukan
• Schiffman dan Kanuk (2007)
Kelompok rujukan adalah setiap orang atau kelompok
yang dianggap sebagai dasar perbandingan (atau
rujukan) bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan
sikap umum atau khusus, atau pedoman khusus bagi

perilaku.
• Kotler (1999)
Sebuah kelompok referensi (rujukan) bagi seseorang
adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang.
• Engel et al. (1994)
Kelompok acuan (rujukan) adalah orang atau kelompok
orang yang mempengaruhi secara bermakna perilaku
individu.
• Hawkins, Mothersbaugh, dan Best (2007)
Suatu kelompok rujukan adalah kelompok yang memiliki
perspektif perkiraan atau nilai yang dipakai oleh seorang
individu sebagai dasar perilakunya saat ini. Karena itu
suatu kelompok rujukan secara sederhana adalah suatu
kelompok yang mana individu menggunakannya sebagai
pedoman perilaku pada situasi tertentu.

Kelompok referensi disebut juga sebagai acuan. Kelompok acuan
memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat menjadi perspektif

penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau berperilaku.
Kelompok referensi merupakan sekelompok orang yang secara nyata
mempengaruhi perilaku seorang secara langsung atau tidak
langsung. Kelompok referensi ini berguna sebagai referensi seseorang
dalam pengambilan keputusan dan sebagai dasar pembandingan bagi
seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau
pedoman khusus bagi perilaku.

Kelompok Rujukan yang berkaitan dengan
konsumen

Kelompo
k Persahabatan
Kelompok persahabatan biasanya disebut juga
sebagai kelompok informal, karena biasanya tidak
terstruktur dan kurang mempunyai tingkat kewenangan
yang khusus. Dari segi pengaruh relative, sesudah
keluarga, teman-teman yang paling mungkin
mempengaruhi keputusan pembelian individu.


Kelompo
k Belanja
Dua orang atau lebih yang berbelanja bersamasama, baik berbelanja makanan, pakaian atau hanya
untuk melewatkan waktu, dapat disebut kelompok
belanja.

Kelompo
k kerja
Keberadaan orang di tempat pekerjaan yang sering
memberikan banyak kesempatan pada kelempok kerja
untuk mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perilaku konsumsi para anggota, baik kelompok kerja
formal maupun kelompok persahabatan kerja (friendship
work group)


k atau masyarakat maya

Kelompo


Kelompok ini diebut sebagai kelompok baru sebagai
akibat dari kecanggihan teknologi yang dikenal sebagai
masyarakat internet. Masyarakat ini memberikan akses
pterhadap anggotanya untuk memperoleh informasi dan
persahabatan yang luas dengan interkas yang tak
terbatas pada berbagai topic dan persoalan.

k aksi konsumen

Kelompo

Jenis khusus kelompok ini muncul sebagai reaksi
terhadap gerakan konsumen. Tujuan yang mendasari
kebanyakan kelompok aksi konsumen ini adalah unruk
memberikan tekanan yang cukup pada para anggota
komunitas bisnis yang dipilih agar memperbaiki
penyalahgunaan yang dirasakan oleh konsumen.

Pengaruh Kelompok Rujukan pada Perilaku

Konsumen
Menurut Hawkins et al. (2007), terdapat tiga pengaruh
kelompok referensi, yaitu:
1. Pengaruh informasional (Informational infuence)
terjadi ketika seorang individu menggunakan perilaku
dan pendapat anggota KR sebagai sumbangan informasi
yang sangat berguna.

2. Pengaruh normatif (normative infuence), kadangkadang merujuk pada pengaruh utilitarian (utilitarian
infuence), terjadi ketika individu memenuhi ekspektasi
kelompok untuk mendapat reward langsung untuk
menghindari sanksi.
3. Pengaruh Identifkasi (Identifcation infuence), juga
disebut value-expressive infuence, terjadi ketika individu
telah mengalami internalisasi nilai dan norma grup.
Dan terdapat tiga cara yang disampaikan oleh Engel et
al. (1994), yaitu:
1. Pengaruh Utilitarian (Normatif)
Pengaruh kelompok referensi dapat diekspresikan melalui
tekanan untuk tunduk pada norma kelompok; oleh karena

itu lazim mengacu pada pengaruh normatif. Contohnya,
ketika seorang individu memenuhi harapan kelompok
untuk mendapatkan hadiah langsung atau menghindari
hukuman.
2. Pengaruh Nilai-ekspresif
Kelompok rujukan juga dapat melaksanakan fungsi nilaiekspresif, di mana suatu kebutuhan akan hubungan
psikologis dengan suatu kelompok tampak jelas dengan
penerimaan norma, nilai, atau perilaku kelompok
tersebut dan respons penyesuaian diri dibuat, walaupun
tidak ada motivasi untuk menjadi seorang anggota.
Sederhananya adalahketika seorang individu kelompok
menggunakan norma dan nilai-nilai dianggap sebagai
panduan bagi sikap mereka sendiri atau nilai-nilai.
3. Pengaruh Informasi
Konsumen kerap menerima opini orang lain sewaktu
memberikan bukti yang dapat dipercaya dan dibutuhkan
mengenai realitas. Perilaku dan pendapat kelompok

referensi digunakan sebagai berguna potongan informasi
yang berpotensi.


Word of mouth dan opinion leadership
• Word of Mouth Marketing adalah komunikasi tentang
produk dan jasa antara orang-orang yang dianggap
independen dari perusahaan yang menyediakan
produk atau jasa, dalam medium yang akan
dianggap independen dari perusahaan. Komunikasi
ini bisa saja berupa percakapan, atau hanya satu
arah testimonial. Misalnya berbicara langsung,
melalui telepon, e-mail, listgroup, atau sarana
komunikasi lainnya.
• opinion leaders atau pemimpin opini adalah individu
yang memimpin dalam mempengaruhi pendapat
orang lain tentang suatu inovasi.

Karakteristik Opinion Leader:
- External Communication: Hubungan eksternal
dapat diberikan oleh pemimpin opini melalui saluran
media massa, dll
- Accessibility: Seorang pemimpin opini harus

memiliki link jaringan yang luas & mudah diakses.
- Sosioeconomic Status: para adopter/pengikut
biasanya mencari pemimpin opini yang mempunyai
status sosial & ekonomi yg lebih tinggi dari mereka.
- Innovativeness: para pemimpin opini harus
mengadopsi ide-ide baru sebelum pengikut mereka.

Cara Mengukur dan Mengetahui Adanya
Opinion Leaders
Empat metode utama untuk mengukur dan
mengetahui adanya opinion leaders dan link
jaringandifusi :
1. Metode Sosiometrik
Dalam metode ini, masyarakat ditanya kepada siapa
mereka meminta nasihat atau mencari informasi
mengenai masalah kemasyarakatan yang dihadapinya.
Misalnya masalah itu mengenai difusi inovasi, kepada
masyarakat diajukan pertanyaan: “dari mana anda
memperoleh informasi tentang difusi inovasi?” jadi orang
yang paling banyak mengetahui dan dimintai nasihat

tenteng masalah tersebut dialah yang disebut
sebagai opinion leaders.
2. Informants’ Ratings
Metode ini mengajukan pertanyaan tertentu kepada
orang /responden yang dianggap sebagai key informants
dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap
masyarakat sebagai pemimpin mereka. Jadi dalam hal ini
responden tersebut haruslah jeli dalam mimilih siapa
yang benar-benar harus memimpin dalam masyarakat
tersebut. Dari segi kepribadian, pendidikan, serta
tindakan yang dilakukannya terhadap masyarakat
tersebut.
3. Self-designating techniques

Metode ini mengajukan pertanyaan kepada
responden dan meminta tendensi orang lain untuk
menunjuk siapa yang mempunyai pengaruh. Misalnya.
Apakah seseorang yang memerlukan suatu informasi
perlu meminta keterangan kepada ibu /bapak. Jika
jawabannya tidak maka hal tersebut belum menunjukkan

siapa yang sering dimintai keterangan. Hal ini sangat
bergantung kepada ketepatan (akurasi) responden untuk
mengindentifkasi dirinya sebagai pemimpin.
4. Observasi
Metode dimana penyidik mengidentifkasi dan
mencatat perilaku komunikasi dalam suatu sistem.Satu
keuntungan dari observasi adalah bahwa data yang
biasanya memiliki tingkat validitas yang tinggi.Jika link
jaringan secara tepat diamati, tidak ada keraguan
tentang apakah mereka ada atau tidak.Pengamatan
bekerja lebih baik di sistem yang sangat kecil, dimana
pengamat sebenarnya bisa melihat dan merekam
interaksi interpersonal yang terjadi.Sayangnya, dalam
pengamatan sistem seperti kecil dapat menjadi teknik
pengumpulan data sangat menonjol.Karena anggota dari
suatu sistem tahu mereka sedang diamati, mereka
mungkin bertindak berbeda.Selanjutnya, seorang
pengamat mungkin harus sangat sabar jika jaringan
difusi perilaku yang dia inginkan untuk mengamati jarang
terjadi.


Difusi Inovasi
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan
inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana

suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka
waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process by
which an innovation is communicated through certain channels overtime
among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat
dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang
dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat.
Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda
oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain.
Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau
kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu
proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya
untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari
suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun
waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya
kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Tahapan peristiwa yang menciptakan
proses difusi
1. Mempelajari Inovasi
Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai
melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber,
khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orangorang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga
mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi
dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak
akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang
dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat

mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan
melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2. Pengadopsian
Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang
mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat
ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa
semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk
mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi
oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang
memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya
pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika
seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan
cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga
menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi.
Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi
inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain.
Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang
dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi
dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut,
maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat
adopsinya.[3]
3.

Pengembangan Jaringan Sosial

Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan
menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya,
sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat.
Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu
individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki.
Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu
sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses
adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat
menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding

saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal
memengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah
diperkenalkan oleh media massa.

Lima tahap proses adopsi
1.

Tahap pengetahuan

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai
inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa
melalui media elektronik, media cetak ,
maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat
2.

Tahap persuasi

Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam
tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur
keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara
personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai
cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
3.

Tahap pengambilan keputusan

Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah
mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan
berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup
kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4.

Tahap implementasi

Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih
jauh tentang inovasi tersebut.
5.

Tahap konfirmasi

Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan
mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut
diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari
keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang
kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima
inovasi setelah melakukan evaluasi.

Pengelompokan berdasarkan kurva adopsi,
Rogers (1961)
Inovator (Innovators)
Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba halhal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding
kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk
komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya
orang-orang ini memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang
memiliki banyak teman atau relasi.
b) Pengguna awal ( Early Adopter)
Kelompok ini lebih lokal dibanding
kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih
banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi
tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan
dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan
keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
c) Mayoritas awal (Early Majority)
Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau
menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi.
Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum
membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam
kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini
menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau
menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak
digunakan atau cukup bermanfaat.
d) Mayoritas akhir (Late Majority)
Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah
inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan
a)

mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.
Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka.
Dalam kasus lain, kepentinganekonomi mendorong mereka untuk
mengadopsi inovasi.
e) Tradisional / Kolot/ Terlambat (laggards/avoiders)
Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi
inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal
hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang
yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya
sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru
sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka
ketinggalan zaman.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24