4. Pedoman Pencanangan Program Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) dan Prosedur Pengajuan Bantuan Tingkat Nasional, Provinsi, Dan Kabupaten/Kota.

PEDOMAN PENCANANGAN PROGRAM GERAKAN PENDIDIKAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL DAN PROSEDUR PENGAJUAN
BANTUAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN
MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016

i

KATA PENGANTAR

Pendidikan masyarakat merupakan suatu proses dimana upaya pendidikan yang diprakarsai
pemerintah diwujudkan secara terpadu dengan upaya penduduk setempat untuk meningkatkan
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih bermanfaat dan memberdayakan masyarakat.
Sejatinya pengembangan pendidikan masyarakat merupakan upaya peningkatan kemampuan
personal orang dewasa sebagai anggota masyarakat yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kapasitas masyarakat sebagai investasi masyarakat dalam proses pembelajaran pendidikan
sepanjang hayat.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan berupaya meningkatkan
keaksaraan penduduk orang dewasa melalui berbagai program yang terintegrasi dengan
program keaksaraan usaha mandiri, pengembangan budaya baca masyarakat, pengarusutamaan
gender bidang pendidikan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keorangtuaan,
dan penataan kelembagaan pendidikan nonformal.
Seiring dengan kecenderungan perkembangan dan tuntutan masyarakat yang semakin
kompleks, kebutuhan masyarakat terhadap layanan pendidikan nonformal juga semakin
berkembang. Dengan demikian, untuk meningkatkan mutu dan penjaminan kualitas
pelaksanaan program pendidikan masyarakat, perlu disusun pedoman sebagai acuan untuk
mengajukan dan melaksanakan program pendidikan masyarakat tahun 2016.
Pedoman Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal ini, diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan bagi para pembina, pengelola atau penyelenggara program
pendidikan masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan program dan kegiatan.
Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan
perannya dalam penyusunan petunjuk teknis ini. Akhirnya semoga pedoman yang disusun
dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua,
dengan harapan semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin.
Jakarta, Januari 2016

Direktur Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Dr. Erman Syamsuddin
NIP 195703041983031001

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................

ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

1


A.
B.
C.
D.

Latar Belakang ....................................................................................................
Dasar Hukum ......................................................................................................
Tujuan
............................................................................................................
Manfaat ............................................................................................................

1
4
5
5

BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN ..............................................................

6


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Deskripsi/Jabaran Kegiatan Pencanangan GP3M ................................................
Tingkatan kegiatan ..............................................................................................
Jenis-jenis kegiatan pendukung ..........................................................................
Susunan acara Pencanangan GP3M ....................................................................
Unsur-unsur yang terlibat ...................................................................................
Kriteria Lokasi Pencanangan GP3M ..................................................................
Pembiayaan .........................................................................................................

6
6
6

6
7
7
8

BAB III BANTUAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PENDIDIKAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL (GP3M) ....................................

9

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pengertian Bantuan …………………………………………………………….
Lembaga Penyelenggara ……………………………………………………….
Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan ………………………………………

Pengajuan Bantuan …………………………………………………………….
Jumlah Bantuan ………………………………………………………………...
Sifat Bantuan …………………………………………………………………...

9
9
9
9
9
9

BAB IV PENUTUP….. .............................................................................................

10

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

11

iii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu dari dua puluh dua kelompok marjinal di Indonesia disandang oleh perempuan, yaitu
perempuan marjinal. Kondisi marjinal perempuan terjadi di banyak bidang kehidupan baik
disektor publik maupun domestik. Pendidikan, ekonomi, pekerjaan, kebijakan publik, hakhak dasar perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia, kesetaraan
gender, politik, dan kesehatan merupakan sebagian dari bidang kehidupan di dalamnya
terbukti masih banyak me marjinalisasikan perempuan.
Di bidang kesehatan reproduksi, angka kematian ibu melahirkan masih relatif cukup tinggi.
Hal tersebut sangat berkaitan pemenuhan hak akses terhadap layanan kesehatan perempuan
belum mencukupi. Kebijakan di bidang pemenuhan layanan kesehatan perempuan
khususnya yang terkait dengan fungsi reproduksi menyebabkan perempuan banyak yang
tertinggal dalam pengetahuan dan belum mampu memberdayakan dirinya sendiri.
Keterbatasan perempuan untuk mengakses sumber- sumber informasi kesehatan,
meningkatkan pengetahuan, serta layanan kesehatan reproduksi perempuan menyebabkan
perempuan masih tertinggal. Kontribusi perempuan di bidang ketenagakerjaan dan
ekonomi juga masih jauh tertinggal dibanding dengan laki-laki.
Pada tanggal 6-8 September Tahun 2000, para pimpinan Negara menyelenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di

New York, Amerika Serikat yang dihadiri oleh 189 kepala Negara. Tujuan pertemuan ini
adalah membangun kesepakatan bersama untuk suatu dunia yang lebih damai dan
sejahtera. Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh
Negara-negara di dunia, terutama masalah pembangunan dan kemiskinan, lingkungan
hidup, perdamaian dan keamanan, Hak Asasi Manusia, demokrasi dan tata kelola
(pemerintahan) serta upaya melindungi kelompok rentan. Setelah membahas berbagai
persoalan selama dua hari, akhirnya KTT Millenium menghasilkan Deklarasi Millenium
(Millenium Declaration). Sejumlah 147 Kepala Negara yang hadir, menandatangani
deklarasi tersebut.
Pada bulan Agustus 2001, sekertariat PBB menerbitkan 8 tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals disingkat MDGs). Dalam 8 tujuan Pembangunan
Millenium tersebut terdapat 18 target dan 54 alat ukur keberhasilan (indicator). Kedelapan
tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) itu adalah :
1. Penghapusan kemiskinan (Eradicate extreme poverty and hunger)
2. Pendidikan untuk semua (Achieve universal primary education)
3. Persamaan gender (Promote Gender Equality And Empower Women)
4. Perlawanan terhadap penyakit (Combat Hiv/Aids, Malaria And Other Diseases)
5. Penurunan angka kematian anak (Reduce Child Mortality)
6. Peningkatan kesehatan ibu (Improve Maternal Health)
7. Pelestarian lingkungan hidup (Ensure Environmental Sustainability)

8. Kerjasama global (Develop A Global Partnership For Development)
Pencapaian tujuan, target dan indikator ini, dibatasi sampai dengan tahun 2015.
Indonesia, yang dalam pembukaan konstitusinya menyatakan diri sebagai Negara yang
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
1

dan keadilan sosial, ikut pula menandatangani Deklarasi Millenium (Millennium
Declaration).
Menjelang berakhirnya MDG, pada 20-22 Juni 2012 diselenggarakan KTT Rio + 20
tentang pembangunan berkelanjutan, di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam forum tersebut,
pimpinan Negara Columbia, Guatemala dan Peru mengusulkan seperangkat konsep
tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable Development Goal-SDG) yang lebih
komprehensif untuk pemberantasan kemiskinan sebagai tujuan yang menyeluruh dan
berkelanjutan. Selain seperangkat konsep pembangunan berkelanjutan, ketiga
pimpinan Negara tersebut mendorong agar kesepakatan dunia untuk pemberantasan
kemiskinan ini dibahas oleh semua pihak dan hasilnya menjadi komitmen semua pihak
untuk menciptakan masa depan yang kita inginkan (The Future We Want).
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Kebijakan ekonomi hijau dalam konteks
pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan (Green Economy in the

context of sustainable development and poverty eradication), (ii) Pengembangan
kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global (Institutionl
Framework For Sustainable Development), serta (iii) Kerangka kerja untuk aksi dan
instrument pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and
Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGa) post-2015 yang mencukupi 3 pilar atau dimensi
pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan
Millennium Development Goals (MDGs), yaitu Pilar Ekonomi, Sosial dan
Kelestarian Lingkungan Hidup.
Untuk menindaklanjuti ide SDG ini, PBB membentuk Panel (tim) terdiri dari 3 orang
Co-chair yaitu Perdana Menteri Inggris Raya David Cameron, Presiden Liberia Ellen
Johson-Sirleaf, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY) + 23 anggota
+ 1 ex-officio +1 executive secretary. Tim tersebut merupakan perwakilan pemerintah,
swasta, akademisi, masyarakat sipil, dan pemuda dengan memperhatikan
keseimbangan geografi dan gender – masing-masing dalam kapasitas pribadi. Tim
tersebut kemudian disebut The Secretary-General’s High-Level Panel of Eminent
Persons on The Post-2015 Development Agenda (HELP). Tim ini bertugas untuk
menyelenggarakan konsultasi dan merumuskan usulan-usulan dalam konsultasi sebuah
laporan hasil konsultasi. Konsultasi ini dilakukan sekaligus merupakan perbaikan
proses dari kritik terhadap MDG.

Menanggapi perkembangan dunia yang tengah menyusun agenda pembangunan global
sebagai pengganti MDG, dalam pertemuan konsultasi organisasi-orgabisasi perempuan
untuk efektifitas pembangunan (The International Women’s Rights Organisation and
Networks Consultation on CSO Partnership for Development Effectiveness) yang
diselenggarakan oleh Association for Women’s Rights in Development (AWID), the
African Women’s Development and Communication Network (FEMNET), Asia Pasific
Forum on Women, Law and Development (APWLD) and Coordinadora de la
Mujer/Bolivia di Nairobi-Kenya pada 25-26 Juli 2012, disepakati bahwa organisasi
perempuan harus ikut terlibat dalam proses kebijakan pembangunan ditingkat
internasional, nasional maupun local untuk memastikan bahwa pembangunan akan
menyumbang pada pemenuhan hak-hak perempuan dan mewujudkan kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan. Proses dan substansi tujuan pembangunan berkelanjutan
2

menjadi perhatian serius organisasi-organisasi perempuan internasional dan melibatkan
beberapa organisasi perempuan di tingkat nasional. Gerakan perempuan meyakini,
bahwa kesepakatan di tingkat internsional, yang melibatkan pimpinan-pimpinan
Negara, pada akhirnya akan dilaksankan di tingkat nasional dan local, oleh karenanya,
sejak pembahasan di tingkat internasional, organisasi perempuan di tingkat
internasional, nasional dan local harus terlibat.
Setelah melalui proses panjang sejak Januari 2012 dan melibatkan berbagai pihak dari
berbagai Negara, agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable Development
Goal-SDG) yang memuat 17 tujuan (Goal) dan 169 sasaran (target) yang terkandung
dalam dokumen Transforming our world: The 2030 Agenda of Sustainable
Development, akhirnya disahkan dalam Forum UN Summit, 25 – 27 September 2015,
bagian dari rangkaian siding umum perserikatan bangsa – bangsa (UN General
Assembly – UNGA) ke – 70 tahun 2015. Sebanyak 193 pemimpin dunia termasuk
Indonsesia yang dihadiri oleh bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menandatangani
kesepakatan tersebut sebagai bukti dari komitmen tiap Negara untuk mendapatkan
SDG.
Dengan diadopsinya pembangunan baru yang menggantikan Millennium Development
Goal, maka semua Negara anggota Perserikata Bangsa – Bangsa (PBB) terikat untuk
menerapkan pembangunan berkelanjutan, mulai 1 januari 2016 yang akan dating.
Agenda 2030 tujuan pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat diintegrasikan ke
dalam dokumen pembangun nasional setiap Negara.
Peran organisasi – organisasi perempuan dalam mempengaruhi substansi dari tujuan
pemabangunan berkelanjutan, membuahkan hasil yang menggembirakan diantaranya :
1) dalam dokumen Transforming our world: The 2030 Agenda of Sustainable
Development diakui bahwa pengarusutamaan Gender merupakan hal yang penting dann
sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
berkelanjutan, 2) Dari 169 target yang telah dirumuskan dalam 17 tujuan pembangunan
berkelanjutan, terdapat 104 sasaran yang memuat pengarusutamaan gender.
Adapun 17 tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tujuan pertama yakni mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun (memiliki
7 target),
Tujuan kedua yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan (8 target)
Tujuan ketiga yakni menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
bagi semua orang di segalan usia (13 target)
Tujuan keempat yakni menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta
mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang (10 target)
Tujuan kelima yakni menjaminkesetaraan gender serta memberdayakan seluruh
perempuan (9 target)
Tujuan keenam yakni menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi
yang bereklanjutan bagi semua orang (8 target)
Tujuan ketujuh yakni menjamin akses energy yang terjangkau, terjamin,
berkelanjutan dan modern bagi semua orang (5 target)

3

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

16.

17.

Tujuan kedelapan yakni mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus menerus,
inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak bagi semua orang (12 target)
Tujuan kesembilan yakni membangun infrastruktur yang berketahanan,
mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi
(8 target)
Tujuan kesepuluh yakni mengurangi kesenjangan di dalam dan antar Negara (10
target)
Tujuan kesebelas yakni menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,
berketahanan dan berkelanjutan (10 target)
Tujuan keduabelas yakni menjamin pola produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan (11 target)
Tujuan ketigabelas yakni mengambil tindakan mendesak untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya (5 target)
Tujuan keempatbelas yaitu melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta
sumberdaya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan (10
target)
Tujuan kelimabelas yaitu melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan
ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan
memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati (12 target)
Tujuan keenambelas yaitu mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang , serta
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan (12
target), dan
Tujuan ketujuhbelas yaitu memperkuat cara – cara implementasi dan merevitalisasi
kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan (19 target).
Masyarakat dan gerakan perempuan penting untuk mengetahui tentang komitmen
Indonesia terhadap pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
yang akan mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2016, agar dapat berperan aktif dalam
seluruh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta
mendapatkan manfaat yang sungguh dari pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Rasional tersebut menjadi pertimbangan mendasar bahwa untuk mencegah makin
termajinalkan, untuk mengeluarkan perempuan dari situasi marjinal,
memberdayakan perempuan merupakan pilihan bijaksana, mengingat semakin
pentingnya peran perempuan dalam kehidupan masa kini. Maka dari itu perlu
dilakukan Pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran
Pendidikan.
4

4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara
(GNP-PWB/PBA);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta aksara (GNP-PWB/PBA);
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 tahun 2013 tentang Pedoman
Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 81 tahun 2013 tentang Satuan
Pendidikan Nonformal;
8. Komitmen internasional :
a. Deklarasi dunia tahun 1997 tentang pendidikan orang dewasa atau Confintea V,
Adult Education, The Hamburg Declaration-the Agenda for the Future;
b. Kerangka Aksi Dakar Pendidikan Untuk Semua – PUS (The Dakar Framework for
Action on Education for All);
c. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals– MDG’s);
d. Dasawarsa Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan PBB (United Nations
Decade of Education for Sustainable Development) 2004-2014.

C. Tujuan
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam
meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik
pertama dan utama dalam keluarga.
2. Menyusun rencana aksi Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal
(GP3M) kabupaten/kota.
3. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan perempuan marjinal yang pada gilirannya
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga yang berimbas pada
peningkatan pendidikan dan kualitas hidup generasi berikutnya.
D. Manfaat
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memberi manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan khususnya perempuan marjinal dari
berbagai aspek.
2. Meningkatkan ekonomi keluarga melalui berbagai kegiatan pendidikan pemberdayaan
perempuan.
3. Menurunkan angka buta aksara, khususnya bagi perempuan marjinal.
4. Menurunkan tingkat jumlah korban tindak pidana perdagangan orang khususnya
perempuan dan anak.
5. Menurunkan jumlah buruh migran/tenaga kerja khususnya perempuan ke luar negeri.

5

BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Deskripsi/Jabaran Kegiatan Pencanangan GP3M
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) sebagai program
terobosan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam upaya memberdayakan kaum perempuan
marjinal akibat ketidakmampuan dari berbagai aspek.
GP3M Merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai ibu
rumah tangga, sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga, yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup keluarga yang berimbas pada peningkatan pendidikan dan
kualitas hidup generasi berikutnya.

B. Tingkatan kegiatan
Terdapat tiga tingkatan GP3M, meliputi:
1. Tingkat nasional
2. Tingkat provinsi
3. Tingkat Kabupaten/Kota
C. Jenis-jenis kegiatan pendukung
Ada beberapa kegiatan pendukung dalam rangka pencanangan Gerakan Pendidikan
Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Workshop
Seminar nasional/daerah
Pameran produk/hasil karya perempuan marjinal
Gerakan Indonesia Membaca (GIM) tingkat Kabupaten/Kota
Peluncuran Desa Vokasi
Pembinaan Perempuan Marjinal melalui program Pendidikan Kecakapan Hidup
Perempuan (PKH-P)
7. Pembinaan untuk daerah yang angka drop-out (DO) tinggi dan daerah –daerah rawan
trafficking serta buruh migran perempuan
8. Memberikan program pendidikan keaksaraan dan kesetaraan.
D. Susunan acara Pencanangan GP3M
Rambu-rambu acara pencanangan :
1. Kesenian daerah/tarian selamat datang
2. Pembukaan oleh MC
3. Mars GP3M
4. Laporan panitia
6

5.
6.
7.
8.

Laporan Gubernur/Bupati/Walikota
Pembacaan Ikrar Perempuan Marjinal
Tesmoni Penerima Manfaat GP3M
Sambutan sekaligus Pencanangan GP3M oleh Menko PMK/Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan/KPP dan PA/ Gubernur/Bupati/Walikota
9. Penampilan kesenian daerah bernuansa Pemberdayaan Perempuan Marjinal
10. Pemberian penghargaan terhadap pegiat perempuan marjinal
11. Pembacaan doa
12. Penutup
13. Peninjauan pameran dan pentas seni
E. Unsur-unsur yang terlibat
Unsur yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain:
1. Forum PKBM
2. Forum SKB
3. Forum TBM
4. Asosiasi Pondok Pesantren
5. Paguyuban Rumpin
6. Forum Tutor Keaksaraan
7. Forum Tutor Kesetaraan
8. Oase KK
9. PSW/G
10. Dewan Masjid Indonesia
11. Majelis Taklim
12. Dewan Gereja/PGI
13. Aisyiyah
14. Muslimat NU
15. Fatayat NU
16. Pokja PUG
17. Prodi PLS & Ikatan Sarjana PLS
18. PKK
19. Asahpena (Sekolah Rumah)
20. HIPKI
21. HISPPI
22. Ikatan Pesantren Indonesia
23. KOWANI
24. GOW
F. Kriteria Lokasi Pencanangan GP3M
Lokasi pencanangan GP3M harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:’
1. Pejuang perempuan yang melakukan pemberdayaan terhadap kaumnya untuk
meningkatkan kecakapan personal, seperti: literacy/keberaksaraan, ketrampilan hidup,
kewirausahaan dan pendidikan.
2. Daerah rentan trafficking dan drop-out SD/SMP/SMA/K maupun buruh migran
7

3. Memiliki desa untuk dijadikan desa vokasi
4. Memiliki produk unggulan daerah yang dibuat oleh perempuan marjinal
5. Memiliki sharing budget (Anggaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota)
G. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari DIPA Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan tahun 2016.

8

BAB III
BANTUAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PENDIDIKAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL (GP3M)

A. Pengertian Bantuan
1. Belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat (kode anggaran 526311)
2. Bantuan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) adalah
penyerahan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk transfer uang yang dipergunakan
untuk Pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal pada 20
lokasi.
B. Lembaga Penyelenggara
Lembaga Penyelenggara GP3M adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota terpilih.
C. Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan
1. Akta notaris/SK lembaga
2. Memiliki NPWP atas nama lembaga
3. Memiliki rekening atas nama lembaga
4. Memiliki struktur organisasi yang jelas
5. Mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan setempat
D. Pengajuan Bantuan
Mengajukan proposal ditujukan kepada Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan
Kesetaraan, u.p. Kasubdit Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Berkelanjutan.
Proposal direkomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.
E. Jumlah Bantuan
Alokasi dana untuk pencanangan GP3M sejumlah Rp. 2.600.000.000.- (dua milyar enam
ratus juta rupiah) untuk 20 lokasi @ Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah).
Rencana Anggaran Belanja (RAB) lembaga penerima bantuan (terlampir).
F. Sifat Bantuan
Dana bantuan untuk GP3M tidak dikompetisikan, tetapi berdasarkan penunjukan
berdasarkan pertimbangan daerah yang memiliki kategori terdapat pejuang/pegiat
perempuan, memiliki angka DO tertinggi dan memiliki buruh migran/tenaga kerja
perempuan serta rentan tindak pidana perdagangan orang. (lokasi penerima bantuan
terlampir)

9

BAB IV
PENUTUP

Pedoman ini disusun sebagai rambu-rambu yang masih bersifat umum. Implementasi
pedoman ini memerlukan kreativitas dan penyesuaian dengan karakteristik daerah, jenis
kegiatan dan potensi lokal yang tersedia. semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam
penyelenggaraan program kegiatan.
Apabila memerlukan informasi lebih lanjut tentang program Gerakan Pendidikan
Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) lembaga dapat menghubungi Direktorat
Pembinaan
Pendidikan
Keaksaraan
dan
Kesetaraan
melalui
email
:
subdit.kesetaraan2016@gmail.com nomor kantor 021-5725501

10

DAFTAR LAMPIRAN
A. Rincian Anggaran (sesuai dengan kondisi daerah)
RANCANGAN PEMBIAYAAN PENCANANGAN GERAKAN GP3M
(tentative)
No.

Uraian Kegiaran

A.

Pemberian Bantuan Sosial

1.

Biaya Manajemen Panitia Daerah
1 Biaya Rapat-rapat Koordinasi

Volume
1

Satuan
keg

Harga Satuan
130.000.000

Jumlah
Rp

130.000.000

Rp
25 org

3 kl

75 ok

25.000

2 Biaya Transport

Rp

1.875.000

Rp

transport panitia daerah
pengerahan massa

-

21 org

150.000

Rp

3.150.000

600 org

30.000

Rp

18.000.000

3 Honorarium Panitia Daerah

Rp

-

Penanggung jawab

1 org

1 kl

1 ok

450.000

Rp

450.000

Ketua

1 org

1 kl

1 ok

400.000

Rp

400.000

19 org

1 kl

19 ok

300.000

Rp

5.700.000

Sekretaris/Anggota
4 Biaya Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pembuatan backdrop
Pembuatan Spanduk
Pembuatan Umbul-umbul
Pembuatan Undangan

Rp

-

2 buah

2.000.000

Rp

4.000.000

20 buah
50 buah
200 buah

350.000
200.000
20.000

Rp
Rp
Rp

7.000.000
10.000.000
4.000.000

5 Biaya Pembuatan/sewa

Rp

-

Pembuatan Panggung
Sewa Tenda

1 paket
1 paket

12.850.000
10.000.000

Rp
Rp

12.850.000
10.000.000

Pembuatan Taman

1 paket

3.000.000

Rp

3.000.000
11

Sewa Meja Kursi

600 org

15.000

6 Konsumsi

Rp

9.000.000

Rp

-

Konsumsi Panitia

21 org

3 kl

63 ok

25.000

Rp

1.575.000

Konsumsi Peserta

600 org

1 kl

600 ok

25.000

Rp

15.000.000

20.000.000

Rp

20.000.000

7 Dokumentasi dan Kesenian

1 keg

8 ATK dan Penggandaan
ATK dan penggandaan bahan

B. Lokasi lembaga penyelenggara GP3M
1. Pejuang/pegiat Perempuan Marjinal
No.
Tokoh
1.
RA Kartini
2.
Rohana Kudus
3.
Fatmawati Soekarno
4.
Mursia Zaafriil Ilyas
5.
Inna Lokollo
6.
Maria Walanda Maramis

Rp
1 keg

4.000.000

-

Rp

4.000.000

Rp

130.000.000

Lokasi
Kab. Jepara Prov. Jawa Tengah
Kab. Agam Prov. Sumatera Barat
Kota Bengkulu, Prov. Bengkulu
Kab. Pamekasan, Prov. Jawa Timur
Kota Ambon, Prov. Maluku
Kota Manado, Prov. Sulawesi Utara

2. Daerah dengan buruh migran /tenaga kerja perempuan dan rentan tindak pidana perdagangan orang
No.
Lokasi
7.
Kab. Indramayu, Prov. Jawa Barat
8.
Kab. Malang, Prov. Jawa Timur
9.
Kab. Lombok Barat, Prov. NTB
10.
Kota Kupang, Prov. NTT
11.
Kab. Nunukan, Prov. Kalimantan Utara
12

12.
13.
14.

Kota Singkawang, Prov. Kalimantan Barat
Kota Batam, Prov. Kepulauan Riau
Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

3. Daerah dengan angka DO tertinggi
No.
Lokasi
15.
Kab. Aceh Utara, Prov. Aceh
16.
Kab. Karangasem, Prov. Bali
17.
Kab. Lebak, Prov. Banten
18.
Kab. Gorontalo, Prov. Gorontalo
19.
Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat
20.
Kab. Banyumas, Prov. Jawa Tengah
Catatan:
Yang ber-highlight berhimpitan dengan Gerakan Indonesia Membaca (GIM)

13