Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
ASSALAMU’ALAIKUM Wr .Wb.
Patient Safety
KELOMPOK 5
Restu Anandya P. 101011107 Ulil Nur Fariz .A 101011108
101011111
Ayu Irlianti
101011112 Rekha Finazis. 101011113 Yenni Suryansah. 101011114 Galuh Kurnia.
Febry Ayu W.
101011115
Rahmadani 101011116 Adi Suseno
101011117
Umi Salamah 101011118 Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Solusi untuk meminimalkan resiko,
Meliputi:
- - Assessment risiko
- Identifkasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan
risiko pasien- Pelaporan dan analisis insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
- Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Tujuan Sistem Patient Safety
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit - Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunnya KTD di Rumah Sakit - Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD
- - Identify patients correctly (mengidentifkasi pasien secara benar)
- Improve efective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
- - Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan
dari pengobatan resiko tinggi)
- - Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasikesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)- - Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko
infeksi yangberhubungan dengan pelayanan kesehatan)
- - Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh)
Urgensi Patient Safety Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient Safety
:
5 isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu 1.keselamatan pasien; 2.keselamatan pekerja (nakes); 3.keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan); 4.keselamatan lingkungan; 5.keselamatan bisnis.
Elemen Patient Safety:
- -Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
- -Restraint use (kendali penggunaan)
- -Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
- -Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
- -Pressure ulcers (tekanan ulkus)
- -Blood product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi)
- -Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
- -Immunization program (program imunisasi)
Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum):
Communication problems (masalah komunikasi)
- Inadequate information fow (arus informasi yang tidak
- memadai)
Human problems (masalah manusia)
- Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
- pengetahuan)
Stafng patterns/work fow (pola staf/alur kerja)
- Technical failures (kesalahan teknis)
- Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur
- yang tidak memadai
)
Standar Keselamatan Pasien
Tujuh Standar Keselamatan yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien
Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions
1.Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound- Alike Medication Names).
2.Pastikan Identifkasi Pasien.
3.Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
4.Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
5.Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
6.Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
7.Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
8.Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
9.Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
Implementasi Patient Safety
Menurut James Reason ada dua pendekatan. Pertama pendekatan personal dan kedua pendekatan sistem Pada hakekatnya program keselamatan pasien harus meliputi tiga hal: pertama,
1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pada Patient Safety
a) Di Rumah Sakit
b) Di Propinsi
c) Di Pusat
2. Monitoring dan Evaluasi
a) Di Rumah sakit
b) Di propinsi
c) Di Pusat
1. Di Rumah Sakit
2. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
3. Di Pusat
Program “Keselamatan Pasien Rumah
Sakit” sebagai Langkah StrategisTujuan sistem keselamatan pasien RS: 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya KTD di RS.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).
Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
sakit (Depkes R.I. 2006) terdapat tujuh langkah menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit:
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai KP, menciptakan kepemimpinan & budaya yang terbuka & adil
2. Memimpin dan Dukung Staf Anda, membangun komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda
3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko, mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifkasi & asesmen hal yang potensial bermasalah
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan, memastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS
5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien, mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
6. Melakukan Kegiatan Belajar & Berbagi Pengalaman Tentang KP, mendorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
Indikator Patient Safety
Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit.
Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS tingkat area pelayanan:
- Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator).
- Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan
Tujuan penggunaan Indikator Patient
Safety - Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
- Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi
standar klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan
- Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
- Disparitas geograf antar unit-unit pelayanan kesehatan (pemerintah vs swasta atau urban vs rural) (Dwiprahasto, 2008).
Pengembangan Budaya Patient Safety
Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa
dilakukan untuk mengembangkan budaya Patient safety ini:
1. Put the focus back on safety
2. Think small and make the right thing easy to do
3. Encourage open reporting
4. Make data capture a priority
5. Use systems-wide approaches
6. Build implementation knowledge
7. Involve patients in safety eforts
8. Develop top-class patient safety leaders Studi Kasus I
JAKARTA -- Akhir Januari setahun lalu, seorang wartawan lepas bernama Eko Warijadi meninggal dunia karena penyakit malaria. Tak ada yang salah dengan penanganan dokter yang dilakukan terhadapnya. Sayangnya, tim dokter dari Rumah Sakit Islam Cempaka Putih yang menanganinya mengakui penanganan medis yang dilakukan mereka tidak optimal lantaran si pasien terlambat dibawa ke RS tersebut.
Ihwal keterlambatan itu sendiri disebabkan, sebelumnya almarhum dibawa ke RS Haji Pondok Gede yang salah mendiagnosa penyakit si wartawan. Penyakit malaria yang dideritanya didiagnosa sebagai penyakit tifus yang otomatis ditangani dengan standar medis untuk penderita penyakit tifus.
Malang tak dapat dihindari akibat salah penanganan itu.
Namun, sang istri yang juga seorang wartawati di situs berita detik.com merelakan kepergian si suami. Meski, diyakininya apa yang dialami oleh pasangan hidupnya itu adalah malpraktek dalam dunia kedokteran.
STUDI KASUS II
Indra Syafri Yacub yang kehilangan istri Ny Adya Vitry Harisusanti alias Ny Santi pada19 Desember 2003 di RSCM. Syafri, yang warga Jalan Rajawali Selatan Jakarta Pusat mempersoalkan perlakuan medis yang didapatkan dari tim dokter terhadap istrinya dari sejumlah RS yang berbeda dalam kurun waktu dua bulan. Diantara diagnosa yang berbeda itu, menurut kuasa hukum Syafri dari LBH Jakarta, Taufk Basari adalah luka usus, kista, tumor kandungan dan miyoma.
Berihwal dari muntah darah yang dialami oleh Ny. Santi, berbagai dokter dari RS
yang berbeda pun mendiagnosanya dengan hasil yang berbeda-beda. Tragis, ia menghembuskan nafas terakhir karena pemasangan alat suntik infus di bagian leher kanannya. Pemasangan infus itu sendiri dilakukan oleh tenaga medis yang tidak berhasil menemukan pembuluh darah nadi di tangan yang bersangkutan.Kasus ini pun saat ini tengah berproses di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN
Jakpus) melalui gugatan perdata yang diajukan Syafri kepada RSCM, RS PelniPetamburan dan RS PMI Bogor serta delapan orang dokternya. Setelah digelar persidangan pertama pada 18 Maret 2004, PN Jakpus memberikan tenggat waktu 22 hari bagi kedua pihak untuk mediasi. Dalam tahap pertama mediasi ini sendiri, kedua pihak belum juga menemukan kata sepakat.
Gugatan ganti rugi senilai materiil Rp 47,3 juta dan imateriil Rp 3 miliar atas tuduhan malpraktek yang dilakukan pihak tergugat di persidangan perdana yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (18/3). Gugatan itu dirincikan; Rp 17,8 juta kepada RS PMI Bogor, Rp 25,5 juta terhadap RS Pelni, dan sisanya ditanggung RSCM.
Dasar gugatan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para tergugat adalah tindakan-tindakan para tergugat melanggar Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Para tergugat juga dinilai melanggar Kode Etik Dokter dan Kode Etik
Solusi Kasus
Kejadian – kejadian pada kasus di atas termasuk kejadian yang tidak diinginkan / KTD, yang seharusnya bisa dihindari apabila benar – benar memperhatikan tujuan dan elemen pasien safety, serta menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit dengan benar. Pada kasus di atas beberapa dari Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang bisa di terapkan adalah: a.
Pastikan Identifkasi Pasien b. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Terima Kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb