13 PERSEPSI RISIKO MAHASISWAMAHASISWI TERHADAP EKSPEDISI PETUALANGAN PENDAKIAN GUNUNG Munauwar Mustafa 1) , Mohd Azril Ismail 2) dan Donny Abdul Latief Poespowidjojo
PERSEPSI RISIKO MAHASISWA/MAHASISWI TERHADAP EKSPEDISI
PETUALANGAN PENDAKIAN GUNUNG
1) 2) 3)
Munauwar Mustafa , Mohd Azril Ismail dan Donny Abdul Latief Poespowidjojo
Pensyarah Kanan Pusat Pengajian Pengurusan Perniagaan. Kolej Perniagaan Universiti
Utara Malaysia. [email protected] [email protected] [email protected]
ABSTRAK Risiko sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Namun, penelitian ini menganggapnya sebagai satu variabel yang positif di dalam membantu proses pembelajaran atau pembentukan kompeten individu.
Sebagai dasar bagi pengembangan program pelatihan untuk meningkatkan kompeten diri, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan meanpersepsi risiko mahasiswa / mahasiswi universitas publik terhadap empat ekspedisi pendakian adventur yang terkenal di Semenanjung Malaysia iaitu Ekspedisi Chamah- Ulu Sepat, Ekspedisi Gunung Tahan, Ekspedisi Trans Titiwangsa Versi 1 dan ekspedisi Trans TitiwangsaVersi 2. Populasi penelitian ini adalah pendaki-pendaki yang menyertai salah satu dari ekspedisi-ekspedisi petualangan pendakian di dalam periode waktu pengumpulan data. Setelah penelitian dilakukan pada jumlah penlaksanaan ekspedisi dan jumlah peserta serta jadwal yang telah dikeluarkan oleh pihak pengelola, peneliti menggunakan sampling acak sederhana untuk memilih 8 kelompok dari 13 kelompok ekspedisi yang diselenggarakan pada saat libur panjang akhir semester. kajian ini menggunakan satu jenis instrumen lengkap yang telah dikembangkan oleh peneliti yang lainnya yang mampu membantu mencapai tujuan penelitian dengan memperhitungkan keabsahannya dan tingkat reliabilitas isi serta kesesuaiannya dengan responden-responden. Uji ANOVA One Way diberlakukan dan dapatannya mendapatkan nilai p> adalah .05, menandai hipotesis nol dapat diterima. Kesimpulannya, hasil penelitian ini telah berhasil membuktikan secara empiris bahwa mean persepsi kepada risiko peserta untuk keempat ekspedisi tersebut adalah tidak berbeda secarasignifikan. Oleh karena itu, jika satu dari kriteria-kriteria penting untuk menyukseskan setiap program kepada menajemen latihan menjadi faktor persepsi risiko, pengembang dan operator dapatlah memilih salah satu empat ekspedisi petualangan pendakian karena masing-masing tidak memberikan mean persepsi risiko yang berbeda antara keduanya. Kata kunci:PersepsiRisiko, Pelatihan dan Pengembangan, Pembelajaraninsidental, Petualangan Pelatihan
ABSTRACT
Risk is normally perceived negatively. However, in this study it is perceived as a factor that can help the
learning process or enhance the development of individual competece. This study was carried out to look into
mean difference of perception of risk of the participants of four well known moutaineering expeditions in
Peninsular Malaysia namely Chamah - Ulu Sepat, Tahan, Trans Titiwangsa Version 1 and Trans Titiwangsa
Version 2, as a basis of developing training programmes to boost self competence. The study population were
public university students who participated in one of the aforementioned expeditions within the period of data
collection which was during the long break between the second semester and the first semester of academic
session. After carrying out a thorough study on both the number of expeditions and the participants as well as
the schedule produced, the researcher has used easy random sample to select eight out of 13 expeditions carried
out within the data collection period. This study utilizes an established instrument developed by a previous
researcher which is potentially able to help achieving the study objective, taking into consideration the validity
and reliability of the construct and its suitability with the respondents. One way ANOVA test was done and the
result yielded the value of p>0.5, signalling that the nol hypothesis could not be rejected. To conclude, the study
has proven that empirically, the minimum perception of risk of the participants of the four selected expeditions
did not differ significantly. Therefore, if perception of risk is to be considered as one of the critical criteria in
any training programmes, programme developers can choose any one of the four adventure mountaineering
expeditions as each one of them did not yield different minimum perception of risk.Keywords: Perception of Risk, Training and Development, Incidental Learning, Adventure Training
PENDAHULUAN
Keterlibatan kelompok mahasiswa untuk kegiatan- kegiatan kokurikulum di luar kampus dapat memberikan berbagai manfaat untuk mahasiswa. Manfaat-manfaat tersebut dapat dilakukan secara sadar dan terukur oleh setiap individu-individu yang terlibat dan juga dapat dihasilkan dalam diri mahasiswa tanpa dia sadari sebelumnya. Horwood (1999) mengatakan bahwa keterlibatan dalam kegiatan adventur luar membantu meluncurkan perubahan atau pengembangan pribadi dan juga kelompok. Ini dikatakan berpotensi untuk meningkatkan pengembangan individu untuk komponen fisik, keterampilan dan pengetahuan tentang kerjasama yang kuat dan terkontrol (Klint, 1999). Selanjutnya kegiatan ini dapat juga memberikan manfaat secara fisik, psikologis dan fisiologis kepada pribadi mahasiswa individu, bahkan ia juga memberikan manfaat kepada aspek- aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. dalam pandangan Brown (1999) juga menyatakan bahwa manfaat-manfaat pengalaman dari kegiatan petualangan termasuk meningkatnya percaya diri, keyakinan diri, perasaan gembira ketika berhasil melewati tantangan, peluang-peluang untuk bekerjasama dan mengembangkan tim/kelompok, kesadaran kepada tujuan yang baru dalam kehidupan, kontrol emosional, kesadaran lingkungan dan peningkatan tingkat kesehatan yang dapat terbentuk. Ewert (1985; 1989) menyatakan bahwa gunung-gunung didaki untuk menguji diri, mendapatkan kesenangan, merasakan kesuksesan, mengistirahatkan pikiran, mengembangkan kreativitas dan kemampuan. Terdapat juga kekuatan sosial dalam suatu lingkungan, membentuk hubungan dengan teman, menikmati flora dan fauna, menghayati pemandangan dan merasa dekat dengan alam yang menjadi kagum atas ciptaan Tuhan yang maha esa.
Dalam penelitian menjabarkan ke atas hipotesis tentang kegunaan dan kontribusi kepada pembentukan kompeten diri hasil dari kegiatan pendakian gunung. Diberikan satu variabel utama yang dikenal sebagai persepsi risiko dalam aktivitas pendakian baik secara kelompok mahupun secara perorangan. Persepsi risiko tidak akan muncul dalam kegiatan-kegiatan biasa yang tidak berbahaya dan menantang seperti dalam pendakian, balapan mobil terbang layang dan lain sebagainya. Ia ada dalam kegiatan-kegiatan luar yang berat, rumit, kasar dan perlu nyali yang tidak sedikit. Kegiatan-kegiatan luar kasar pula dapat dibagi menjadi beberapa jenis salah satu dari jenis kegiatan luar kelas adalah kegiatan pendakian gunung atau petualangan.
Ekspedisi-ekspedisi petualangan pendakian yang dilaksanakan ni penuh dengan risiko-risiko yang harus di lalui sepanjang perjalanan. Banyak kasus-kasus kecelakaan dan kematian telah dilaporkan terjadi. Pada 24 Mei 1999, dua dari sekelompok 14 pendaki Gunung Korbu telah meninggal dunia dalam tenda mereka di puncak gunung tersebut akibat kepenatan melampau (Keracunan gas penyebab kematian 2 peserta ekspedisi Gunung Korbu," 1999, 16 Juni). Pada 3 April 2004, dua orang pendaki tewas sedangkan 22 lainnya turut terluka dipanah petir ketika sedang tidur dalam tenda mereka di puncak Gunung Gambar (Beh, Florence & Jonathan, 2004,
4 May). Pada 25 Juni 2005, seorang pendaki yang juga seorang supervisor asrama Universitas Utara Malaysia meninggal dunia ketika mengiringi sekelompok mahasiswa mendaki Gunung Chamah (Hah & Embun, 2005, 27 Juni). Pada 18 April 2007 pula, seorang pendaki telah meninggal dunia di sekitar Kem Teku dalam perjalanan turun dari puncak Gunung Tahan (Gunung online, 2007). Pada 7 Februari 2008, seorang pelajar tahun akhir Universiti Teknologi MARA, Perlis telah hilang selama 19 hari ketika turun dari puncak Gunung Tahan (Leong, 2010, 6 Februari). Pada 15 Februari 2009, seorang pegawai Bank RHB, Bangi telah hilang di sekitar Pos Brooke, Gua Musang dalam perjalanan pulang dari mendaki Gunung Yong Yap bersama 13 orang teman (Pendaki hilang di Gunung Yong Yap," 2009). Dia masih belum ditemukan sampai hari ini. Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa risiko adalah inti kepada kegiatan petualangan. Risiko-risiko ini benar-benar potensial untuk mendatangkan kecelakaan serius yang mengancam khidupan peserta bahkan cacat anggota tubuh dan juga menyebabkan hilang nyawa para pendaki. Jika ada ancaman risiko dan ditanggapi pula sebagai berisiko oleh individu tersebut, maka secara alamiah keseluruhan menajemen/mekanisme pertahanan anggota tubuh baik dari segi fisiologinya, psikomotornya, afektifnya dan juga kognitifnya akan ditujukan untuk usaha-usaha terpadu untuk mempersiapkan diri mengurangi resiko dalam petualang (Goetsch, 2008).
Sebagai dasar bagi pengembangan program pelatihan untuk meningkatkan kompeten diri, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan mean persepsi risiko peserta terhadap empat ekspedisi petualangan pendakian yang terkenal di Semenanjung Malaysia yaitu Ekspedisi Chamah - Ulu Sepat, Ekspedisi Gunung Tahan, Ekspedisi TransTitiwangsa Versi 1 dan Ekspedisi Trans Titiwangsa bahagian kedua.
TINJAUAN LITERATUR
Risiko sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif dalam sebuah aktivitas manusia dan dapat juga diartikan sebagai sebuah ancaman serius terhadap kesejahteraan fisik, psikologis dan sosial (Lupton & Tullock, 2002; Priest, 1999; Renn, 1998; Sokolowska & Pohorille, 2000). Pengertian seperti ini bersifat anti-tesis dan menjadikan risiko sebagai penyebab efek buruk pada kegiatan pribadi.
Bagian ini membahas persepsi risiko dengan menitik beratkan pada kemungkinan ke hal-hal yang positif yaitu berfungsi dalam membantu proses pembelajaran atau pembentukan kompeten individu setiap mahasiswa.
Pandangan Renn (1998) bahwa risiko ini dilakukan aspek yang ada pada resiko kegiatan petualangan. Risiko jenis ini adalah risiko yang berada di bawah kontrol kemampuan mahasiswa yaitu individu tersebut dapat memilih tingkat risiko tersebut dan melakukannya secara sukarela. Risiko yang dilakukan secara sukarela ini sering dicari untuk tujuan-tujuan menghadapi dan menghindari perasaan takut, menunjukkan keberanian, menemukan kegembiraan serta mencapai aktualisasi diri (Lupton & Tulloch, 2002).
Diantaranya adalah keterlibatan dalam kegiatan- kegiatan luar dengan keterampilan-keterampilan pribadi diperlukan untuk melewati situasi berbahaya dan perasaan senang dihasilkan dari kemampuan untuk mengontrol diri dan lingkungan Persepsi risiko adalah penilaian subjektif terhadap ancaman nyata atau persiapan atas ancaman terhadap keselamatan umum, sosial, moral pada setiap orang (Sokolowska & Pohorille, 2000). Ada juga Byrnes, Miller dan Schafer (1998) menegaskan penilaian terhadap risiko subjektif membawa maksud tersirat bahwa individu-individu hanya mengambil risiko setelah mereka menyadari akan risiko tersebut. Persepsi subjektif risiko juga dikatakan sebagai lebih mempengaruhi persepsi risiko keseluruhan dibandingkan dengan persepsi objektif risiko. Kouabeanan (1998) menemukan bahwa penilaian risiko subyektif adalah komponen utama persepsi risiko untuk kedua kelompok penelitiannya yaitu golongan ahli di dalam sesuatu bidang dan juga masyarakat umum.
Lingkup penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan persepsi risiko penggemar- penggemar kegiatan petualangan dengan mengacu pada empat ekspedisi yang berbeda. Ada banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan persepsi risiko. Namun, penelitian-penelitian tersebut tidak dilakukan secara khusus tentang persepsi risiko di dalam kegiatan petualangan pendakian gunung-gunung. Pendapat dari Boholm (1998) menemukan bahwa faktor usia dan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan persepsi risiko yang berarti. Namun, temuan studi-studi lain menunjukkan bahwa sebaliknya yaitu kaum dan gender mempengaruhi persepsi risiko (Flynn, Slovic & Mertz, 1994; Byrnes et al., 1998; Gustafson, 1998; Finucane, Slovic, Mertz & Flynn, 2000; Lupton & Tulloch, 2002; Rundmo, 2002; Stuessy, 2007).
Namun, persepsi risiko terkait dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan luar ini berkurang ketika peribadi peserta semakin biasa dengan kegiatan- kegiatan tersebut dan minat serta kecenderungan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut bertambah banyak (Cheron&Ritchie,1982). Ada suatu hubungan yang sama yaitu persepsi risiko dipengaruhi oleh kualitas dan kebiasaan peserta. Begitu juga dengan hasil penelitian Creyer et al. (2003) yang menemukan bahwa semakin sering responden melakukan pendakian atau jenis sepeda gunung semakin rendah persepsi risiko gagal kepada mereka dan semakin tinggi harapan mereka untuk sukses atau berhasil. Individu-individu yang mendapatkan hasil yang positif dari keterlibatan tersebut pula, akan seterusnya berusaha pula untuk melakukan sesuatu yang lebih tinggi tingkat risikonya. Temuan ini mendukung temuan sebelumnya yang dilakukan oleh Ewert (1985) yang menemukan bahwa individu-individu yang terlibat dalam kegiatan- kegiatan petualangan luar dengan tingkat keterampilan yang tinggi akan memberikan fokus mereka kepada manfaat-manfaat yang tersedia hasil dari keterlibatan tersebut dan bukan lagi kepada risiko -risiko yang ada. Slanger dan Rudestam (1997) yang juga mendukung pandangan ini dengan menegaskan bahwa setiap individu-individu yang lebih berpengalaman harus melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih besar risikonya untuk memungkinkan mereka menikmati perasaan menyenangkan ketika berhasil melewati rintangan yang lebih sulit lagi. Berdasarkan tinjauan literatur tentang persepsi risiko adalah hasil kajian studi-studi terdahulu memperlihatkan ada beberapa perbedaan persepsi risiko dengan mengacu kepada faktor-faktor alam lingkungan, cuaca, dukungan pengetahuan dan pengalaman peserta, perlu dipersiapkan secara lebih matang.
Berdasarkan argumentasi di atas, maka dapat dikemukakan kerangka teoritikal penelitian ini ditunjukkan seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 1: Kerangka teori Kerangka teoritikal ini menghipotesiskan bahwa keempat jenis pendakian yang dikaji tidak dapat memberikan mean persepsi risiko yang berbeda secara nyata di antara mereka.
Populasi penelitian ini adalah para mahasiswa pendaki-pendaki yang menyertai salah satu dari ekspedisi-ekspedisi petualangan pendakian di dalam periode waktu pengumpulan data yaitu pada masa libur panjang pada akhir semester kedua tahun akademik. Di dalam rentang waktu pengambilan data dilakukan, peneliti menemukan ada 17 pelaksanaan/kegiatan ekspedisi-ekspedisi dengan jumlah peserta sebanyak 315 orang. Jumlah kegiatan ekpedisi dan jumlah peserta ini diperoleh dari Kantor-Kantor Kehutanan Daerah yang bersangkutan yang dihubungi dari waktu ke waktu di dalam pengumpulan data tersebut dengan mengacu pada jumlah surat izin yang dikeluarkan dan daftar nama yang tertera dalam formulir izin untuk pendakian tersebut.
Mengingat populasi penelitian ini adalah diketahui dan memiliki probabilitas untuk dipilih sebagai subjek sampel, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan desain sampling ber struktur. Peneliti juga memutuskan untuk menggunakan metode sampling secara kluster berdasarkan ekspedisi karena dapat memberikan lebih heterogen di dalam kelompok dan lebih homogen di antara kelompok (Sekaran & Bougie, 2009). Setelah penelitian dilakukan pada jumlah kegiatan ekspedisi dan jumlah peserta serta jadwal yang dikeluarkan, peneliti menggunakan sampling acak sederhana untuk memilih 8 dari 13 ekspedisi yang diselenggarakan pada libur panjang akhir Semester kedua tahun akademik.
Variabel Referensi Item Persepsi risiko Ward, 2008
23 Setelah melalui langkah-langkah untuk memastikan
keesahan instrumen, instrumen penelitian ini juga melalui proses pengujian keabsahan. Uji keabsahan ini bertujuan mengukur tingkat konsistensi instrumen yang digunakan (valid dan realibel).
Hasil tes keandalan melalui pengukuran "coefficient Cronbach s Alpha" adalah seperti berikut:
PERSEPSI RISIKO EKSPEDISI PETUALANGAN PENDAKIAN
METO PENELITIAN.
Variabel Cronbach’s Alpha
Persepsi risiko 0.845
Cooper & Schindler (2006), Sekaran (2005), Hair tersedia adalah melebihi nilai tersebut, maka et al. (1998) dan Nunally (1978) menyatakan instrumen tersebut dapat dipakai-pakai untuk bahwa setiap skor koefisien Cronbach s Alpha di mengukur variabel penelitian sesuai dengan valid sekitar 0.60 dianggap memiliki standar keabsahan dan reliabel. yang dapat diterima. Mengingat skor tes yang
Analisis Data
Secara khusus, tes ANOVA One Way digunakan menunjukkan skor variabel berada dalam untuk menguji perbedaan mean persepsi risiko lingkungan normal seperti yang diusulkan oleh populasi. Sebelum tes dilakukan, data yang Meyers, Gamst dan Guarino (2006); sedangkan diperoleh dilapangan untuk memastikan asumsi- hasil tes Levene adalah tidak signifikan (p> .05), asumsi yang diperlukan sudah terpenuhi. Kedua menandakan bahwa varian populasi untuk setiap asumsi tes ini adalah normaliti populasi dan varian kelompok adalah hampir sama. homogeniti. Hasil tes skewness dan kurtosis
Dapatan kajian dan Pembahasan Setelah kedua asumsi tes dipenuhi, tes ANOVA One Way dilaksanakan dan dapatannya adalah sebagai berikut.
Tabel 3: Uji ANOVA pada persepsi risiko peserta ekspedisi
F Sig 1.910 0.132
Tes ini mendapatkan nilai p> .05, dilakukan. walaupun demikian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima di menegaskan satu informasi penting kepada panitia mana nilai mean persepsi risiko peserta adalah pelaksana dan operator program pelatihan tidak berbeda secara signifikan melintasi empat petualangan pendakian bahwa meskipun keempat ekspedisi pendakian tersebut. jenis ekspedisi tersebut adalah berbeda seperti jumlah hari perjalanan serta tantangan melintasi
Mengingat tidak ada penelitian penelitian bentuk lereng dan lembah gunung yang berbeda, terdahulu yang sama persis dilakukan sebelumnya, persepsi risiko para peserta adalah tidak berbeda maka diskusi sebagai pembanding tidak dapat secara signifikan.
Kesimpulan
Driver, B.L. (1996).Benefits-driven management of natural areas.Natural Areas Journal.16(2), 94 –99. Ewert, A. (1989). Outdoor adventure pursuits: Foundations, models, and theories.
Gunungonline (2007).Tragedi di GunungTahan.[Online].Didapatidaripada: http://www.gunungonline.com/basecamp/ viewtopic.php?f=2&t=1124&p=23478. [Akses: 7 Jun 2014] Gustafson, P. E. (1998). Gender differences in risk perception: Theoretical and methodological perspectives. Risk Analysis, 18(6), 805-811. Hah, F. L., &Embun, M. (2005, 27 Jun). Day of joy turns to sorrow for UUM. The Star.
Goetsch, D. L. (2008).Occupational safety and health for technologists, engineers, and managers, 6th edition. Saddle River, NJ: Pearson Education.
Flynn, J., Slovic, P., & Mertz, C. K. (1994).Gender, race, and perception of environmental health risks. Risk Analysis, 14(6), 1101- 1108.
Quality of experience and risk perception in high altitude rock climbing. Journal of Applied Sport Psychology, 15, 82-98. Finucane, M. L., Slovic, P., Mertz, C. K., & Flynn, J. (2000). Gender, race, and perceived risk: The white male effect. Health, Risk, and Society, 2(2), 159-172.
Faye, A. D., Bassi, M., & Massimini, F. (2003).
Ewert, A. (1985). Why people climb: The relationship of participant motives and experience level to mountaineering. Journal of Leisure Research, 17(3), 241- 250.
Scottsdale, AZ: Horizon Publishing.
Risky recreation: An exploration of factors influencing the likelihood of participation and the effects of experience. Leisure Studies, 22, 239-253.
Dari tulisan ini bermaksud untuk melihat perbedaan mean persepsi risiko dalam kalangan peserta ke empat ekspedisi pendakian di Semenanjung Malaysia. Penelitian ini berhasil membuktikan secara empiris bahwa mean persepsi risiko peserta untuk keempat ekspedisi tersebut adalah tidak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, jika satu dari kriteria-kriteria penting untuk menyukses kan setiap program latihan adalah faktor persepsi risiko, panitia penyelenggara dan pihak operator boleh memilih salah satu dari empat ekspedisi pendakian karena masing-masing tidak memberikan mean persepsi risiko yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Marketing Research. New York: McGraw–Hill. Creyer, E. H., Ross, W. T., & Evers, D. (2003).
Leisure Research, 14(2), 139-154. Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2006).
(1998). Gender differences in risk taking: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 125(3), 367-383. Cheron, E. J., & Ritcie, J. R. (1982).Leisure activities and perceived risk. Journal of
In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 273-284). State College, PA: Venture. Byrnes, J. P., Miller, D. C., & Schafer, W. D.
Brown, T. J. (1999). Adventure risk management.
Boholm, A. (1998). Comparative studies of risk perception: A review of twenty years of research. Journal of Risk Research, 1(2), 135-163.
Referensi Beh, Y. H., Florence, S., & Jonathan, C. (2004, 4 May). Lightning horror: Two killed, 22 injured in striked on mountain peak. The Star. Akses 7 Jun 2014, daripadahttp://thestar.com.my/news/story. asp?file=/2004/5/4/nation/7908095&sec=n ation.
Akses 7 Jun 2014, daripadahttp://thestar.com.my/news/story. asp?file=/2005/6/27/nation/11328495&sec =nation. Hair, J. F., Anderson, R. E., Tatham, R. L., & Black, W. C. (1998). Multivariate data analysis (5th ed.). New Jersey: Prentice- Hall International.
Horwood, B. (1999). Educational adventure and schooling. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 9-12). State College, PA: Venture.
Journal of Risk Research, 1(1), 49-71. Rowe, G., & Wright, G. (2001). Differences in expert and lay judgment of risk: Myth or reality? Risk Analysis, 21(2), 341-356. Rundmo, T. (2002).Associations between affect and risk. Journal of Risk Research, 5(2),
(1998).On-site optimuml experiences and their relationship to off-site benefits. Journal of Leisure Research, 30(4), 453- 471.
Arbor, MI: ProQuest LLC. Walker, G. J., Hull, R. B., & Roggenbuck, J. W.
Psychologikla, 104, 339-369. Stuessy, T. (2007). Risk perception: A quantitative analysis of skydiving participation. Ann
Slovic, P. 1997. Public perception of risk. Risk Analysis. 59, 22-23. Sokolowska, J., & Pohorille, A. (2000). Models of risk and choice: Challenge or danger. Acta
Slanger, E., & Rudestam, K. E. (1997). Motivation and disinhibition in high risk sports: Sensation seeking and self-efficacy. Journal of Research in Personality, 31, 355-374.
Sjoberg, L. (2002). Allegedly simple structure of expert's risk perceptions: An urban legend in risk research. Science, Technology, and Human Values, 27(4), 443-459.
119-135. Sekaran, U. (2005). Research Methods for Business: A skill-building approach (4th ed.). NY: John Wiley & Sons. Sekaran, U. & Bougie, R. (2009). Research Methods for Business: A skill-building approach (5th ed.). NY: John Wiley & Sons.
Renn, O. (1998). Three decades of risk research: Accomplishment and new challenges.
Keracunan gas punca kematian 2 peserta ekspedisi Gunung Korbu (1999, 16 Jun).Utusan Malaysia. Akses 17 Ogos 2014, daripada http://www.utusan.com.my/utusan/info.as p?y=2010&dt=0614&pub=Utusan_Malay sia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_02.htm.
Adventure Programming (pp. 159-162). State College, PA: Venture.
[Online].Didapatidaripada: http://findarticles.com/p/news- articles/new-straits- times/mi_8016/is_20050627/uum-hostel- adviser-dies-trekking/ai_n44291438/. [Akses: 7 Jun 2014] Nunnaly, J. C. (1978). Psychometric Theory (2nd ed.). New York: McGraw Hill. Pendaki hilang di Gunung Yong Yap (2009, 19 Februari). Berita Harian. Akses 7 Jun http://www.bharian.com.my/Current_New s/BH/Wednesday/Mutakhir/20090218161 012/Article/index_html. Priest, S. (1999). The adventure experience paradigm. In J. C. Miles, & S. Priest,
(2006).Applied multivariate research: Design and interpretation. Thousand Oaks, CA: Sage. New Straits Times, 27 Jun 2005. UUM hostel adviser dies while trekking.
Society, 4(2), 113-124. Meyers, L.S., Gamst, G., &Guarino, A.J.
Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610. Leong, S. H. (2010, 6 Februari).A mind for surviving.The Star. Akses 17 Ogos 2014, daripadahttp://thestar.com.my/lifestyle/sto ry.asp?file=/2010/2/6/lifefocus/5421941& sec=lifefocus. Lupton, D., & Tulloch, J. (2002). Life would be pretty dull without risks. Health, Risk, and
Analysis, 18(3), 243-252. Krejcie, R., & Morgan, D. (1970).Determining sample size for research activities.
Klint, K. A. (1999). New directions for inquiry into self-concept and adventure experiences. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 163-168). State College, PA: Venture. Kouabenan, D. R. (1998).Beliefs and the perception of risks and accidents. Risk
Ward, W. C. (2008). Perceptions of risks and benefits of an outdoor adventure experience. Ann Arbor, MI: ProQuest LLC.