Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran & Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem-Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Kebowan 02 Semester II Tahun 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian ini. Beberapa teori yang dituliskan dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama tetapi mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan dalam kajian teori untuk penelitian ini berisi tentang, hakikat pembelajaran IPA, pengertian belajar, model pembelajaran Problem-Based

  Learning , proses pembelajaran dan hasil belajar.

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Menurut H. W. Fowler et-al dalam pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) ialah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, di mana berhubungan dengan gejala- gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.

  Menurut Nokes di dalam bukunya 'Science in Education' menyatakan bahwa Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) ialah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.

  Kedua pendapat diatas sebenarnya tidak berbada. Memang benar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan suatu ilmu yang teoritis, akan tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan pada gejala-gejala alam.

  Betapapun bagusnya suatu teori yang dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan atau observasi. Fakta-fakta tentang gejala kebendaan atau alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), setelah itu berdasarkan hasil dari eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya). Teori pun tidak dapat berdiri sendiri, karena teori selalu di dasari oleh suatu hasil pengamatan.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyusunan teori, penyimpulan, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk mendapatkan ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

2.1.2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur (Marsetio Donosepoetro. 1990). Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method) (Trianto: 2010).

  IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Hakikat pembelajaran

  IPA di sekolah dasar didefinisikan sebgai ilmu yang mempelajari tentang alam yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk, ilmu pengetahuan alam sebgai proses, dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (dalam Ahmad: 2013) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA juga sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk. Sikap dalam pembelajaran IPA yang dimaksud ialah sikap ilmiah. Jadi, dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti seorang ilmuan. Adapun jenis-jenis sikap yang dimaksud, yaitu: sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.

  Ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Ilmu pengetahuan alam untuk peserta didik didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993).

  a.

  Mengamati apa yang terjadi.

  b.

  Mencoba memahami apa yang diamati.

  c.

  Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

  d.

  Menguji ramalan–ramalan di bawah kondisi–kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

2.1.2 Pengertian Belajar

  Belajar adalah perubahan perilaku dan merupakan proses mendapatkan pengetahuan dalam memahami apa yang dilihat atau dialami sesuai dengan pengalaman. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya (Suprijono: 2009). Maka sebab itu belajar yang baik harus benar-benar mengerti konsep apa itu belajar, supaya proses dalam belajar dapat terlaksana dengan baik.

  Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku yang kompleks, tindak interaksi antara guru dengan peserta didik yang bertujuan. Oleh karena berupa akibat interaksi, maka belajar dapat di dinamiskan. Pendinamisasian belajar terjadi oleh peserta didik dan lingkungannya. Dinamika peserta didik yang bersifat internal, terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik, dinamika dari luar dapat berasal dari guru atau peserta didik di lingkungannya. Usaha guru mendinamisasikan belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa menghadapi bahan belajar, penciptaan suasana belajar yang menyenangkan, mengoptimalkan media dan sumber belajar, dan memaksimalkan peran guru sebagai pembelajar (Mudjiono: 2009).

  Menurut Hamalik (dalam Ahmad: 2013) belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman, artinya belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu, merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang malalui interaksi dengan lingkungannya.

  Slameto (2003), menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa belajar mengandung tiga unsur: 1) Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku.

  2) Perubahan tingkah laku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. 3) Perubahan perilaku karena belajar bersifat permanen.

2.1.2.1 Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar

  Di dalam proses pembelajaran terdapat dua aktivitas yang berlangsung yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya (Sumardi Suryabrata, 2009:252). Yang dimaksud belajar adalah kemauan siswa untuk memcari ilmu untuk melakukan perbuhan pada diri. Dari proses belajar akan dilanjutkan dengan mengajar. Sedangkan mengajar adalah suatu proses yang kompleks yang tidak hanya sekedar menyampaikan informasi oleh guru kepada peserta didik, tetapi banyak hal dan kegiatan yang harus dipertimbangkan dan dilakukan. Mengajar ialah aktivitas yang menanamkan pengetahuan kepada murid, menyampaikan kebudayaan kepada anak yang dimaksud tingkah laku dan tutur kata yang baik.

  Hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut K. Brahim (dalam Ahmad: 2013) bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

  Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat dan dapt dipercaya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

  Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh dimana hasilnya dapat terlihat ke dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Meskipun demikian, dalam penelitian ini lebih dimaksudkan sampai dimana tingkat kemampuan peserta didik dalam menerima dan memahami mata pelajaran IPA, di mana perubahannya lebih dibatasi pada ranah kognitif.

2.1.3 Model Pembelajaran Problem-Based Learning

  Menurut Tan dalam Rusman (2010), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena pada model ini kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Di bawah ini akan dijelaskan tentang pengertian, karateristik, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan, dan penerapan model Problem- Based Learning.

  Model Problem-Based Learning adalah pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas siswa secara penuh dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi siswa secara mandiri dengan cara mengkontruksi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki (menurut Silver, 2004:235).

2.1.3.1 Pengertian Problem-Based Learning

  Menurut Kamdi (2007) Problem-Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap- tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Menurut Duch (2000) Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem- merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa

  Based Learning

  dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, meningkatkan kepercayaan dirinya. Menurut Glazer (2001) Problem-Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah yang kompleks dalam situasi yang nyata. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Problem-Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan kurikulumnya disajikan dalam bentuk masalah yang ada (nyata) sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, kemudian akan memecahkan masalah tersebut, siswa dirangsang untuk memecahkan suatu masalah yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.

  2.1.3.2 Karakteristik Problem-Based Learning

  Karakteristik model pembelajaran Problem-Based Learning adalah belajar dimulai dengan satu masalah, jadi dalam PBL ini siswa di berikan suatu masalah yang kompleks (nyata) sehingga menarik perhatian siswa untuk memecahkan masalah yang di dapatnya. Dalam pelaksanaannya itu mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu, sehingga memudahkan siswa untuk menemukan sendiri ilmu yang ingin di capai saat pembelajaran itu berlangsung, selain itu juga melatih siswa untuk memikul tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Karakteristik PBL ini yang pasti menggunakan kelompok kecil, karena bila tidak menggunakan kelompok kecil sulit untuk mengkoordinasi kelas. PBL ini juga menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model Problem-Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

  2.1.3.3 Langkah-langkah pembelajaran Problem-Based Learning

  Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ini menuntut peserta didik untuk menghadapi apa yang telah mereka ketahui dan apa yang belum mereka ketahui. Situasi yang mengajak mereka untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, dan menentukan tindakan apa yang akan diambil. Langkah-langkah berikut ini merupakan salah satu model pemecahan masalah. Menurut Lepinski (2005) ada beberapa langkah-langkah yang harus di tempuh untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran menggunakan model Problem-Based Learning ini dimana diawali dengan penyampaian ide, pada tahap ini dilakukan secara curah pendapat atau yang biasa di sebut diskusi. Peserta didik merekam semua daftar masalah (gagasan,ide) yang akan dipecahkan. Dari gagasan, ide, dan daftar masalah yang telah dibuat, kemudian siswa diajak untuk melakukan penelaahan terhadap ide-ide yang dikemukakan atau mengkaji pentingnya relevansi ide berkenaan dengan masalah yang akan dipecahkan (masalah aktual, atau masalah yang relevan dengan kurikulum), dan menentukan validitas masalah untuk melakukan proses kerja melalui masalah. Setelah semua terorganisir dengan baik dilakukan penyajian fakta yang diketahui (known facts), peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah yangtelah diajukan. Tahap ini membantu mengklarifikasi kesulitan yang diangkat dalam masalah. Tahap ini mungkin juga mencakup pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik berkenaan denganisu-isu khusus, misalnya pelanggaran kode etik, teknik pemecahan konflik, dan sebagainya. Sebelum melakukan penelitian untuk memecahkan masalah yang di ambil / diangkatnya siswa terlebih dahulu mempelajari masalah (learning issues) peserta didik diajak menjawab pertanyaan tentang, Apa yang perlu kita ketahui untuk memecahkan masalah yang kita hadapi? Setelah melakukan diskusi dan konsultasi, mereka melakukan penelaahan atau penelitian dan mengumpulkan informasi. Peserta didik melihat kembali ide- ide awal untuk menentukan mana yang masih dapat dipakai. Seringkali, pada saat para peserta didik menyampaikan masalah-masalah, mereka menemukan cara- cara baru untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi sebuah proses atau tindakan untuk mengeliminasi ide-ide yang tidak dapat dipecahkan atau sebaliknya ide-ide yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Setelah masalah sudah di pahami dan menemukan cara pemecahannya siswa diarahkan untuk menyusun rencana tindakan, (action plan), peserta didik diajak mengembangkan sebuah rencana tindakan yang didasarkan atashasil temuan mereka. Rencana tindakan ini berupa sesuatu (rencana) apa yang mereka akan lakukanatau berupa suatu rekomendasi saran-saran untuk memecahkan masalah. Setelah semua berjalan dengan baik siswa melakukan evaluasi dalam melakukan evaluasi ini harus memperhatikan beberapahal diantaranya adalah bagaimana pebelajar dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses, bagaimana mereka menerapkan tahapan proses belajar mengajar untuk bekerja melalui masalah, bagaimana pebelajar akan menyampaikan pengetahuan hasil

pemecahaan masalah atau sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka. Peserta didik menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya: secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya.

2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Problem-Based Learning

  Adapun kelebihan dan kelemahan dalam model pembelajaran Problem-

  Based Learning yang dikemukakan oleh Trianto (2007):

1) Kelebihan

  Kelebihan model ini antara lain: a.

  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah-masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing- masing.

  b.

  Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau mendeskripsikan (describing) mempertimbangkan atau membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decision-making). Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi bermasalah, siang mengandung masalah c. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

  d.

  Dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.

  e.

  Dapat membantu meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.

  f.

  Membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

  g.

  Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

  h. mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. i.

  Dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. j.

  Mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.

2) Kelemahan

  Kelemahan model PBL ini antara lain: a.

  Pembelajaran model Problem-Based Learning memnbutuhkan waktu yang lama.

  b.

  Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal.

  c.

  Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

  d.

  Tanpa pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Solusi dari kelemahan model Problem-Based Learning adalah: 1) sebelum memulai proses pembelajaran guru harus mempersiapkan materi, alat, dan bahan sehingga waktu yang digunakan sangat efisien , 2) guru harus mempunyai banyak refrensi buku ajar supaya guru tidak terpaku pada buku siswa saja. 3) sebelum proses pembelajaran dimulai guru harus semberikan motivasi agar siswa bersemanagat dalam proses pembelajaran PBL, dan 4) saat kegiatan awal proses pembelajaran guru harus memberikan pemahaman dengan cara yang menarik sehingga membuat siswa mudah menerima apa yang disampaikan oleh guru.

2.1.3.5 Penerapan Model Problem-Based Learning

  Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning akan tetap mengacu pada langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Problem- yang dikemukakan oleh (Lepinski: 2005). Akan tetapi akan ada

  Based Learning

  sedikit panambahan dan pengurangan oleh peneliti dimaksudkan agar dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan diajarkan, serta menyesuaikan kondisi siswa dimana siswa baru pertama kali mengenal model Pembelajaran Problem-Based Learning serta untuk mempermudah guru dalam proses pembelajaran.

  Penerapan Model Problem-Based Learning dapat bermanfaat bagi siswa karena dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk tetap mengikuti pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, serta dapat menumbuhkan kerja sama antar siswa dalam memecahkan masalah dan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin untuk siswa. Adapun penerapan dalam penggunaan Model Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.

  Sintak model Problem-Based Learning dapat dilihat pada langkah- langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut: (Sudarman: 2007)

  

Tahap-tahap Tingkah Laku guru

Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

  menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

  Orientasi peserta didik pada masalah mengajukan fenomena atau demonstrasi

  atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu peserta didik untuk

  Tahap-2

Mengorganisasi peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas

untuk belajar belajar yang berhubungan dengan masalah

  tersebut

  Tahap-3 Guru mendorong peserta didik untuk

  mengumpulkan informasi yang sesuai,

  Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok melaksanakan eksperimen untuk

  mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

  Tahap-4 Guru membantu peserta didik dalam

  merencanakan dan menyiapkan karya yang

  Mengembangkan

dan menyajikan hasil karya sesuai seperti laporan, video, dan model

  serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

  Tahap-5 Guru membantu peserta didik untuk

Menganalisis dan mengevaluasi melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

proses pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses-proses

yang mereka gunakan.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap model pembelajaran Problem-Based Learning. Adapun hasil penelitian tersebut antara lain:

  Menurut Deni, Kartika Sari (2013), dalam penelitiannya berjudul

  

’’Penerapan Model Problem-Based Learning Dengan Media Power Point

Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 2

MUDAL’’ Berdasarkan hasil penelitian penerapan model PBL dengan media

  power point dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD N 2 Mudal. Aktivitas Siswa mengalami peningkatan, dari skor 12,93 pada siklus I pertemuan 1 dengan kriteria nilai rata-rata kelas cukup menjadi 24,93 pada siklus

  II pertemuan 2 dengan kriteria rata-rata kelas sangat baik. Keterampilan guru mengalami peningkatan dari skor 17 pada siklus I pertemuan 1 dengan kriteria cukup menjadi skor 30 pada siklus II pertemuan 2 dengan kriteria sangat baik. Persentase ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan yaitu 62,07% pada siklus I pertemuan 1 menjadi 89,66% pada siklus II pertemuan 2.

  Menurut Abimanyu, Gugi Bagus (2011), dalam penelitiannya berjudul

  

’’Meningkatkan Hasil belajar Matematika Melalui Model Problem-Based

Learning

  Siswa Kelas 4 SD Negeri Salamrejo Blitar’’ Hasil penelitian ini

  menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui penerapan model Problem Based Learniang (PBL) sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Salamrejo yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada pratindakan 59,7, siklus I 63,7, dan siklus II 77,3. Ketuntasan belajar pada pratindakan sebesar 31,25%, siklus I sebesar 56,25%, dan siklus II 87,5%.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem-Based Learniang (PBL) dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas IV SDN Salamrejo Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar, oleh karena itu guru disarankan untuk menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

2.3 Kerangka Berpikir

  Pembelajaran adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pembelajaran bisa juga diartikan sebagai dialog interaktif antara pesera didik dengan guru. Dengan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan akan menumbuhkan minat dan antusias peserta didik untuk dapat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Aktif disini dimaksudkan peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran, tetapi peserta didik berani untuk menjawab pertanyaan dari guru dan berani untuk bertanya kalau ada yang belum dimengerti. Maka di dalam proses pembelajaran harus dilakukan secara menyenangkan dengan menggunakan model-model pembelajaran yang bisa menunjang pembelajaran agar lebih menyenangkan. Di dalam proses pembelajaran di SD Negeri Kebowan 02 Kelas 5, pembelajaran masih dilakukan secara klasikal, guru didalam pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah yaitu guru menjelaskan dan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan. Setelah itu peserta didik hanya disuruh untuk menghafalkan apa yang sudah dijelaskan oleh guru. Pembelajaran seperti ini dilakukan secara terus- menerus dan monoton tidak adanya variasi yang berbeda saat mengajar, hal ini menyebabkan peserta didik tidak tertarik dalam mengikuti dan memahami materi pelajaran. Karena penggunaan metode yang kurang bervariasi atau konvensional akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Guru harus meningkatkan model pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai tuntutan dalam KTSP, maka diterapkan model pembelajaran Problem-Based

  

Learning untuk dijadikan alternatif meningkatkan dalam proses pembelajaran

  serta hasil belajar siswa. Penerapan model Problem-Based Learning berkonsep kepada pemecahan suatu masalah yang dihadapi siswa, supaya siswa mampu berkerja sendiri atau berkelompok untuk mencari sumber-sumber pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau kejadian yang sering dilihat atau didengarnya.

  Dalam penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning guru hanya menyampaikan maslah terhadap siswa dan sebagai fasilitator, pada kegiatan belajar mengajar dominan interaksi antara siswa dengan siswa. Siswa belajar menemukan pemecahan masalah secara kelompok, lalu bersama kelompok siswa mengindetifikasi masalah yang ada, siswa bersama kelompok menemukan pemecahan atau solusi dari masalah yang dihadapinya. Kemudian siswa mempresentasikan hasil pemecahan masalah, dan siswa lainnya memberi tanggapan atau saran. Di sini siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga kualitas siswa dalam pembelajaran meningkat serta hasil belajar yang diperoleh siswa akan tercapai secara maksimal.

  Adapun kerangka berpikir mengenai penerapan model pembelajaran

  

Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPA dapat ditunjukkan melalui peta

  konsep sebagai berikut:

PEMBELAJARAN IPA

  Pembelajaran yang Guru

  Siswa pasif, sibuk sendiri, dan materi Konvensional menyampaikan kurang menguasai materi dengan ceramah

  Model Guru

  Tingkat pembelajaran menciptakan pemahaman siswa

  Problem-Based

  pembelajaran kurang, hasil

  Learining

  yang belajar <70 menyenangkan

  Pembelajran di Siswa lebih aktif Guru dalam dalam kelompok membimbing pembelajaran untuk menemukan siswa masalah

  Proses pembelajaran yang Siswa mampu menyenangkan memecahkan masalah

  Tingkat pemahaman siswa meningkat, hasil belajar

  ≥70

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berfikir

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukan dari awal, maka dapat dirumuskanya hipotesis proses pembelajaran dan hasil belajar sebagai berikut: a.

  Proses pembelajaran melalui cara membentuk kelompok, merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotensis, mengumpulkan data, pengujian hipotensis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah dalam Penerapan model pembelajaran

  Problem-Based Learning dalam mata pelajaran IPA sub kompetensi

  peristiwa alam dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa pada kelas 5 semester II SD Negeri Kebowan 02 tahun pelajaran 2014/2015 secara signifikan minimal 10% dari kondisi awal.

  b.

  Peningkatan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Problem-

  Based Learning dalam mata pelajaran IPA sub kompetensi peristiwa

  alam pada kelas 5 semester II SD Negeri Kebowan 02 tahun pelajaran 2014/2015 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individu dengan hasil belajar IPA sebesar ≥70 dan dalam belajar secara klasikal dengan rata-rata hasil belajar IPA dapat meningkat dari KKM ≥70 yang ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥80% dari 20 siswa (kriteria baik).

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Autentikasi Time Based One Time Password (TOTP) MD5 dan Kriptografi AES-CBC 128 bit untuk Proses Penerimaan Data dalam Aplikasi Pelaporan

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi Sistem Akseptasi Klaim PT. Jakarta Teknologi Utama Motor Menggunakan Pega Systems: Studi Kasus PT. Jakarta Teknologi Utama Motor, Jakarta

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Teknik Kriptografi AES dan One Time Password pada Aplikasi Pelaporan Berbasis Social Media

0 0 20

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pairshare (TPS) Berbantuan Media Visual dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kela

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pairshare (TPS) Berbantuan Media Visual dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1 Jeruk Kecamatan Selo Kabupaten

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pairshare (TPS) Berbantuan Media Visual dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1 Jeruk Kecamatan Selo Kabupaten

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pairshare (TPS) Berbantuan Media Visual dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1 Jeruk Kecamatan Selo Kabupaten

0 0 35

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) BERBANTUAN MEDIA VISUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 JERUK KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN 2014 2015 SKRIPSI Disusun untuk M

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pairshare (TPS) Berbantuan Media Visual dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1 Jeruk Kecamatan Selo Kabupaten

0 3 114

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran & Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem-Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Kebowan 02 Semester II Tahun 2014/2015

0 0 6