BEBERAPA ASPEK BIONOMIKANOPHELES SP DI KABUPATEN SUMBA TENGAH, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

  A n n u a l M a la r ia I n c id e n c e

  

ARTIKEL

BEBERA PA A SPEK BIONOMIKANOPHELES S P

D I K A B U P A T E N S U M B A T E N G A H ,

P R O V I N S I N U S A T E N G G A R A T I M U R

  A n o p h e le s

  vektor penular m alaria. D i Indonesia spesies

  1 A n o p h e le s sp m erupakan nyam uk utam a

  peningkatan dari 207% tahun 2007 m enjadi 385% pada tahun 2008.

  A n n u a l M a la r ia I n c id e n c e (A M I) m engalam i

  sp di daerah tersebut. K arena itu, upaya pem berantasan vektor m alaria harus dilakukan sesuai dengan sifat-sifat biologik dan bionom ik A n o p h e le s sp yang terdapat di daerah tersebut.

  (A M I) sebesar 259,4% pada tahun 2007 dan 234,18% pada tahun 2008.

  ndonesia m erupakan salah satu daerah endem ik m alaria di A sia Tenggara terutam a di w ilayah bagian Tim ur. K abupaten Sum ba Tengah yang terletak di w ilayah Propinsi N usa Tenggara Tim ur, sebagai daerah endem is m alaria. K abupaten Sum ba Tengah m erupakan kabupaten baru pecahan dari K abupaten Sum ba Barat. K abupaten ini m em punyai m asalah m alaria yang tersebar ham pir di seluruh kecam atan dan term asuk dalam kategori stratifikasi daerah endem is m alaria tinggi dengan

  A n o p h e le s

  P e n d a h u l u a n l

  

la r v a e b r e e d in g p la c e s fo u n d in th e s m a ll h o le in th e g r o u n d , c r e e k , w e tla n d , n o n - p e r m a n e n t ir r ig a tio n ,

w a te r r e s e r v o ir s in th e v e g e ta b le g a r d e n , d itc h e s , p u d d le s , s w a m p s , s p r in g s , w ith s p e c ie s th a t a r e fo u n d

a s A n . k o c h i, A n .a c o n itu s , A n . te s s e la tu s , A n . b a r b ir o s tr is , A n . v a g u s , A n . fla v ir o s tr is , A n . m a c u la tu s , A n .

in d e fin itu s a n d A n . a n n u lla r is K e y w o r d s : A n o p h e le s s p , b itin g b e h a v io r

  1 : 0 0 a .m . to 2 : 0 0 a .m . A n o p h e le s

  

A n . a c o n itu s ( 0 .6 p e r s o n s /h o u r ) w ith a b itin g p e a k a t 2 0 : 0 0 to 2 1 : 0 0 . B e h a v io r te n d s e k s o filik b r e a k in

A n . k o c h i, A n . a c o n itu s , A n . te s s e la tu s , A n . b a r b ir o s tr is , A n . v a g u s , A n .fla v ir o s tr is , A n . m a c u la tu s a n d A n .

in d e fin itu s w ith th e h ig h e s t d e n s ity in A n .a c o n itu s ( 0 .9 p e r s o n s /h o u r ) a t

  

T e n g g a r a . C o m m itte d in th e te r r ito r y M a r a d e s a H e a lth C e n te r . D a ta w e r e c o lle c te d b y c a tc h in g a d u lt

m o s q u ito e s b y u s in g b a it P e o p le in s id e a n d o u ts id e th e h o m e , a c o lle c tio n o f b r e a k s in th e w a ll a n d a t

h o m e , c o n tin u e d w ith la r v a l s u r v e y s in a ll p o te n tia l b r e e d in g p la c e s . T h e r e s u lts s h o w e d th a t th e b itin g

b e h a v io r te n d s e k s o fa g ik fo u n d o n A n . k o c h i, A n . a c o n itu s a n d A n .b a r b ir o s tr is w ith b ite d e n s ity p e a k s in

  I N C E N T R A L S U M B A R E G E N C Y ,

P R O V I N C E O F E A S T N U S A T E N G G A R A

A b s tr a c t

R e s e a r c h S o m e A s p e c ts o f A n o p h e le s s p B io n o m ik in C e n tr a l S u m b a R e g e n c y , P r o v in c e o f E a s t N u s a

  S O M E A S P E C T S O F A N O P H E L E S S P B I O N O M I K

  N i W ayan D ew i A dnyana*

  tersebar berasal dari w ilayah geografi yang tidak sam a, dalam sifat-sifat hidup tertentu m enunjukkan perbedaan lokal spesifik. H al ini dapat terjadi karena kondisi geografis yang khas dapat m enim bulkan perubahan sifat hidup dan adaptasi

1 Puskesm as M aradesa di K abupaten Sum ba

  Tengah m erupakan w ilayah m alaria tinggi dengan

  • Loka Litbang P2B2 W aikabubak

  Beberapa aspek bionom ik yang penting dipaham i adalah dinam ika populasi, aktifitas

  m o n o c u p . Penangkapan ini dilakukan dilakukan

  U ntuk m engetahui distribusi perkem bang- biakan dilakukan pencidukan nyam uk pra dew asa dengan m enggunakan d ip p e r . N yam uk pra dew asa berupa larva yang dijum pai pada berbagai jenis badan air yang terdapat pada lokasi berlangsung- nya kegiatan. Larva hasil pencidukkan dihitung jum ahnya dipindahkan ke botol vial dengan m enggunakan pipet dan diberi label terdiri dari tipe perairan, tanggal dan nam a lokasi.

  N yam uk hasil penangkapan dipisahkan jam per jam secara rutin selam a 12 jam , yang disertai dengan pencatatan fluktuasi suhu dan kelem baban setiap jam penangkapan. Sem ua nyam uk hasil penangkapan diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi."

  3 orang kolektor cara kerja dan w aktu yang sam a dengan m etode di atas. Perbedaan terletak pada lokasi penangkapan. Penangkapan nyam uk dilakukan di luar rum ah selam a 40 m enit kem udian 10 m enit berikutnya , penangkapan dilakukan sedang istirahat di sekitar kandang tem ak.

  D i luar rum ah penangkapan dilakukan

  m o n o c u p .

  M etode ini juga m enggunakan aspirator dan nyam uk hasil penangkapan diletakkan pada

  A n o p h e le s sp betina yang sedang beristirahat di dinding atau di tem pat lem bab di dalam rum ah.

  Selanjutnya, selam a 10 m enit kolektor tersebut m elakukan penangkapan nyam uk

  selam a 40 m enit baik di dalam m aupun di luar rum ah.

  sp hinggap pada anggota tubuh, dengan m enggunakan aspirator kolektor m enangkap nyam uk yang hinggap dan dim asukkan pada

  A n o p h e le s sp dan perilaku berkem bang biak,

  A n o p h e le s

  K olektor tersebut duduk dengan celana digulung sebatas lutut dan m enunggu hingga nyam uk betina

  M etode penelitian uu dilakukan penangkapan nyam uk num pan badan oleh 6 orang petugas penangkap nyam uk (kolektor) pada 6 buah rum ah dari jam 18.00 s/d 06.00, 3 orang kolektor dalam rum ah dan 3 di luar rum ah.

  Pengum pulan data m elalui m etode koleksi um pan badan orang dan istirahat dengan m enggunakan aspirator, gelas plastik yang ditutup dengan kain kasa yang telah dilubangi, diberi kapas, dan diikat diikat dengan karet ( m o n o c u p ) , senter.

  (Bolubakat) 39,40 km 2 Iklim dengan curah hujan 12 tahun terakhir, rata-rata m encapai 102,08 m m per tahun dengan hari hujan 7,31 hari. Tem peratur lingkungan selam a penelitian berkisar 100e - 23°e dengan kelem baban udara 67% - 86% . M ata pencaharian penduduk pada um um nya bertani.

  Lokasi penelitian m erupakan daerah dengan topografi persaw ahan dan dikelilingi perbukitan yang terletak di kecam atan U m buratunggay kabupaten Sum ba Tengah. D aerah ini terletak pada ketinggian 250 m eter di atas perm ukaan laut. D engan luas w ilayah (M aradesa) 40 km 2 dan

  B a h a n d a n C a r a K e a d a a n U m u m L o k a s i

  D engan dem ikian, observasi penting dilakukan tentang beberapa aspek bionom ik m engenai dinam ika aktifitas A n o p h e le s sp di daerah insiden tinggi m alaria. Penelitian dinam ika populasi bertujuan untuk m engetahui tem pat perkem bangbiakkan, kepadatan, aktifitas m engigit dan istirahat A n o p h e le s sp sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya pengendalian di daerah tersebut.

  Pada um um nya upaya pengendalian m alaria m asih terfokus pada penem uan dan pengobatan penderita sedangkan aspek vektom ya belum dilakukan secara m aksim al.

  m engigit dan istirahat karena m asing-m asing perilaku tersebut m em butuhkan lingkungan yang berbeda.' A pabila sem ua faktor yang dibutuhkan untuk perkem bangan optim al A n o p h e le s sp terpenuhi m aka kepadatan populasi vektor akan m eningkat. K epadatan vektor m erupakan salah satu faktor penting yang dapat m enentukan tinggi rendahnya kasus m alaria m aupun intensitas penularan karena dapat m enentukan derajat kontak orang dan vektor infektif"

  Selam a proses pencidukan berlangsung disertai pula dengan pengukuran dan observasi faktor lingkungan di sekitar tem pat perindukkan. Pengukuran dilakukan pada faktor kim ia berupa salinitas m enggunakan refraktom eter dan pH m enggunakan kertas indikator lakm us. Sedangkan faktor biologi berupa biota yang terdapat di sekitar dan badan air tem pat perindukkan dan faktor fisik berupa tipe tem pat perindukkan, kekeruhan dan intensitas cahaya diketahui m elalui observasi. Larva hasil pencidukkan selanjutnya pada ujung karton dengan hati-hati agar ujung dipelihara hingga dew asa. Larva tersebut tersebut tidak m elebihi scutum dan kakinya diatur diletakkan pada baki pem eliharaan yang telah ke arah jarum dengan pinset Selanjutnya, nyam uk diberi air volum e. Peletakkan larva pada baki yang telah berada di jarum diletakkan pada kotak

  vz

  disesuaikan dengan tipe tem pat perkem bang- spesim en dan di beri label berisi nom or spesim en, tem pat ditem ukan dan tanggal penangkapan. biakkan. Selam a pem eliharaan, larva diberi pakan larva berupa tepung daging sapi secukupnya.

  Pem berian pakan dilakukan setiap hari hinggga H asil larva tersebut m encapai fase pupa. D an juga

  1. K om posisi dan jenis A n o p h e le s sp dilakukan pem bersihan SIsa pakan dengan Jum lah A n o p h e le s sp yang diperoleh m enggunakan pipet. m elalui penangkapan nyam uk dew asa

  Pupa yang terbentuk dipindahkan pada dengan m etode um pan orang, dinding dan

  m o n o c u p yang telah diberi air 1/3 volum enya.

  kandang selam a 12 jam di desa M aradesa Setelah rata-rata 2 hari pupa tersebut dan desa Bolubokat yang dilakukan pada berm etam orfosa m enjadi dew asa. bulan A gustus sebanyak 66 ekor dengan

  N yam uk dew asa diam bil dengan

  A n . a c o n itu s

  proporsi didom inasi oleh m enggunakan aspirator kem udian dipingsankan dengan nilai dom inansi sebesar 125, dengan m enggunakan klorofom . N yam uk yang disusul A n . v a g u s 38,5, A n . k o c h i 2 4 ,5 telah pingsan diidentifikasi berdasarkan kunci dan A n . b a r b ir o s tr is 7,6 sedangkan A n . identifikasi.'

  te s s e la tu s , A n . fla v ir o s tr is , A n . m a c u la tu s ,

  N yam uk dew asa hasil identifikasi diaw et-

  A n .in d e fin itu s

  m asing-m asing 1,5 (Tabel kan m enggunakan m etode c a r d p o in t te c h n iq u e ? 1). N ilai dom inansi m erupakan angka

  N yam uk dew asa hasil identifikasi yang telah yang m enunjukkan jum lah spesies yang pingsan diletakkan ke dalam caw an Petri. N yam uk m endom inasi total hasil penangkapan tersebut dim atikan dengan m enutup caw an petri nyam uk A n o p h e le s sp yang diperoleh selam a ± 3 m enit. Sam bil m enunggu, karton dengan m engalikan persentase kepadatan runcing dipasangkan pada jarum dan dorong spesies dari total nyam uk tertangkap sam pai pangkal jarum . Pada ujung karton runcing

  (K epadatan N isbi/K N ) dengan frekuensi dioleskan 2 sam pai 3 kali cat kuku. K em udian spesies (FS) yang m erupakan jum lah kali nyam uk m ati direkatkan pada ujung karton runcing tertangkapnya suatu spesies dalam jangka dengan m erekatkan thorax sisi kanan nyam uk w aktu tertentu.

  Tabel 1. K om posisi A n o p h e le s sp yang Tertangkap selam a 12 Jam pada Berbagai H abitat dengan M etode U m pan Badan dan K oleksi Istirahat di W ilayah Puskesm as M aradesa, A gustus 2009

  U m pan orang istirahat K epadatan D om inansi N o Spesies Jum lah

  Frekuensi N isbi

  D alam Luar D inding K andang Spesies (K N % )

  8 13,6 1,8 24,5 A n . K o c h i

  9

11,10% 88,90%

  6

  27 50 2,5 125

  2 A n .a c o n itu s

  33

8,20% 0,80%

1,5 1,5 3 A n . te s s e la tu s

  100%

  3 2 7,6 7,6 4 A n .

  5 b a r b ir o s tr is

  

60% 40%

15 22,7 1,7 38,6

  5 A n . V a g u s

  15 100%

  L a n j u t a n T a b e l 1 .

  6 1 1,5 1,5

  A n . fla v ir o s tr is 100%

  7 1 1,5 1,5

  A n . m a c u la tu s 100%

  8 1,5 1,5

  A n . I n d e fin itu s 100%

  T o t a l 6 6 _ An. koch i An. aco • n i t u s

  • G r a f i k 1 . F l u k t u a s i MengigitAnopheles s p s e l a m a 1 2 J a m d i W i l a y a h K e r j a P u s k e s m a s M a r a d e s a 2 . A k t i v i t a s M e n g i g i t d a n I s t i r a h a t
    • b a r b l r o s t ri s
    • An .

  Anopheles Perilaku istirahat dijum pai pada sekitar s p kandang terdiri dari 8 spesies yaitu A n . k o c h i, A n . a c o n itu s , A n . te s s e la tu s , A n .b a r b ir o s tr is , A n . v a g u s ,

  U ntuk m engetahui aktifitas m engigrt A n . fla v ir o s tr is , A n . m a c u la tu s dan A n .in d e fin itu s .

  A n o p h e le s sp digunakan M BR ( M a n B itin g R a te )

  A ktifitas berbeda pada setiap spesies, dim ana sebagai tolok ukur yang dapat m enunjukkan rata-

  A n .a c o n itu s ditem ukan ham pir sepanjang m alam A n o p h e le s

  rata jum lah sp yang tertangkap pada dengan kepadatan ( M a n H o u r D e n s ir y /M H D ) saaat m engigit orang atau hew an pada m alam paling tinggi pada pukul 01.00 sebesar 0,9 orang/ hari baik sepanjang m alam m aupun kurun w aktu j am , A n . v a g u s ditem ukan sejak pukul 20 .O Odengan tertentu pada m alam hari satuan per orang/ m alam . puncak kepadatan pada pukul 01.00 dan 03.00

  Pada gam bar 1 ditunjukkan, bahw a rata-rata sebesar 0,7 orang/jam , A n . a c o n itu s kepadatannya

  A n o p h e le s ( M a n B itin g R a te /

  sp m engigit orang paling tinggi dijum pai pada pukul 01.00, A n . M BR) hanya dijum pai di luar rum ah oleh 3 spesies

  b a r b ir o s tr is hanya ditem ukan pada pukul 19 .00 dan

  yaitu A n . a c o n itu s , A n . k o c h i dan A n . b a r b ir o s tr is 01.00 dengan kepadatan 0,2 orang/jam . Sedangkan dengan fluktuasi aktifitas m engigit berbeda pada

  A n te s s e la tu s , A n . fla v ir o s tr is , A n . m a c u la tu s

  dan ketiga spesies tersebut. A n . k o c h i hanya dijum pai

  A n . in d e fin itu s hanya ditem ukan sekali selam a 12 A n .a c o n itu s

  pada pukul 19.00 (0,04 orang/jam ), jam penangkapan dengan kepadatan sam a sebesar pada pukul 19.00 (0,04 orang/jam ) dan pukul 20.00

  0,2 orang/jam (grafik 2). M H D m erupakan tolok kepadatannya m eningkat sebesar 0,6 orang/jam ukur yang digunakan untuk m engetahui rata-rata dan kem bali m enjadi 0,04 orang/jam pada pukul

  A n o p h e le s

  jum lah sp yang istirahat di dalam rum ah

  04.00. Sedangkan A n . b a r b ir o s tr is ditem ukan m aupun di luar rum ah dalam kurun w aktu tertentu. sejak pukul 21.00 hingga 23.00 dengan kepadatan yang sam a (0,04 orang/jam ).

  • I
  • I . A n _ v a g u s _ A n. - t e e s s e e l e t cr s
  • I

  9

  10 5 0,5 1' 3 2 40%

  6 K olam

  penam pungan air di kebun sayur

  7 6 46,20%

  2

  5

  10 13 0,13

  5 Tem pat

  perm anen

  10 13 56,50%

  20 23 1,15

  25

  4 Irigasi non

  9 21 70%

  6

  1

  1

  1

  20 30 1,5

  3 Saw ah

  19

  2

  7 K ubangan kerbau 10 131 13,1

  3

  1

  10 Raw a

  

7. A n . I n d e fin itu s

  3. A n . te s s e la tu s

  

6. A n . A n n u lla r is

  2. A n .a c o n itu s

  5. A n . V a g u s

  10 14 1,4 K e t i. A n . k o c h i

  11 Sum ber air

  2 4 66,70%

  2

  10 6 0,6

  3 6 66,70%

  3 31 100 76%

  2

  9 0,9

  10

  9 G enangan air

  13 1 7,14%

  4

  2

  6

  10 14 1,4

  8 Selokan

  6

  7

  3. Tem pat Perindukkan Tabel 2 m enunjukkan bahw a terdapat

  I

  A n o p h e le s

  2. A ktifitas Istirahat

  G rafik

  I A n . rr - r e c cr l e - t cr s _ An. lr -t c l e e f t r -ti t c r s

  I I

  I I

  I I

  I I

  I I

  I I .

  I I _ A n . t f e a vt r - cs s - t r - t s . An . l o e r - j o i r- cs s - t r - l s

  12 Jam di W ilayah Puskesm as M aradesa Tabel 2. Jum lah dan K epadatan Larva A n o p h e le s sp pada Berbagai Tipe Perindukkan di Puskesm as M aradesa, Bulan A gustus 2009

  I I

  I I

  I I

  I I

  I I .

  ° _ An . k oc h i _ An . . a c cs r- t i m . r s

  , 6 , 5 ," - 0 , , 3 ,2 1

  pada kubangan (13,1) dengan kehadiran 7 spesies sedangkan kepadatan paling rendah pada tem pat penam pungan air di kebun sayur sebesar (0,13). 1 0 , 9 , 8 ,7

  A n . b a r b ir o s tr is , A n . v a g u s , A n . a n n u lla r is dan A n . in d e fin itu s . K epadatan jentik paling tingggi

  11 tem pat perindukkan di lokasi penelitian dengan berbagai tipe alam i yang terdiri dari sungai kecil, raw a, sum ber air dan beberapa tipe buatan yang m encakup kobakan, saw ah, irigasi non perm anen, tem pat penam pungan air di kebun, kolam , kubangan kerbau, selokan, dan genangan air. Tujuh spesies ditem ukan di beberapa tem pat perindukkan terdiri dari A n . k o c h i, A n . a c o n itu s , A n . te s s e la tu s ,

  sp Selam a

  Tipe Total Total K epadatan Jentik

  3

  1 K obakan 30 138 4,6

  40 19 0,48

  2 Sungai kecil

  84 54 39%

  5

  4

  49

  2

  1

  1

  22

  7 0 /0 sp

  A n o p h e le s

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Perindukkan Ciduk Jentik jentik/ciduk

  A n o p h e le s

  H idup

  K em atian N o

  4. A n . b a r b ir o s tr is Tabel 3. Faktor Lingkungan A biotik dan Biotik Tem pat Perindukkan A n o p h e le s sp di W ilayah Puskesm as M aradesa

  Tipe tem pat pH Salinitas K ekeruhan intensitas Biota N o Perindukkan Cahaya K obakan

  7 K eruh H eliofilik

  I

  2 Sungai kecil

  7 Jeruih H eliofilik Tum buhan berkayu, E n te r o m o r p h a sp, D y s tic id a e sp, H y d r illa s p ,R a n a s p ,G e r r is sp,N im fa

  3 Saw ah

7 o K eruh H eliofilik capung

P a n c h a x sp,

  Irigasi non E n te r o m o r p h a sp, A lligatorw eed, P is tia perm anen Jeruih H eliofilik sp

  4 7 o Salvinia sp, ipom eae aquatica, C o la c a s ia e s c u le n ta , M o n o c a h a r ia v a g in a lis

  P a n c h a x sp, B e lo s to m a sp H y d r o c o r tile p o m a ta

  5 Penam pungan air

  7 Jeruih H eliofilik sp, Helix o

  (kebun sayur)

  6 K olam

  8 K eruh H eliofilik I p o m e a e a q u a tic a , c a n te lla a s ia tic a , o

  M o n o c h a r ia v a g ia n a lis , G e r r is s p 7 kubangan kerbau

  8 K eruh H eliofilik o

  8 Raw a

  7 Jeruih H eliofilik Rum put, siput, P a n c h a x sp C a n te lla a s ia tic a , H y d r o c o r tile s p , s ip u t,

  9 Parit

  8 Jeruih H eliofilik B e lo s to m a G e r r is sp, sp, nim fa capung Rum put, B e lo s to m a sp

  10 G enangan

  7 Jeruih H eliofilik

  11 Sum ber air

  8 Jeruih H eliofilik E n te r o m o r p h a sp, R a n a sp

  Pada Tabel 3 diperlihatkan bahw a faktor luar rum ah dan istirahat di luar rum ah sekitar

  p e r in d u k k a n A n o p h e le s

  abiotik pada sem ua tem pat kandang tem ak, sedangkan m etode um pan badan sp yang dijum pai di lokasi penelitian m em iliki di dalam rum ah dan yang beristirahat di dinding pH antara 7-8, salinitas Oo/oo heliofilik serta nihil. Secara visual kom posisi spesies terdiri dari seim bang antara jum lah perairan yang keruh dan A n o p h e le s k o c h i, A n o p h e le s a c o n itu s , A n o p h e le s jernih. H am pir di setiap habitat ditem ukan biota te s s e la tu s , A n o p h e le s b a r b ir o s tr is , A n o p h e le s

  E n te r o m o r p h a H y d r illa v a g u s .A n o p h e le s fla v ir o s tr is , A n o p h e le s m a c u la tu s

  baik flora terdiri, sp, sp, P is tia tr a tio te s , S a lv in ia I p o m e a e a q u a tic a , A n o p h e le s in d e fin itu s . s sp, dan Proporsi terbesar dari

C o la c a s ia e s c u le n ta , M o n o c h a r ia v a g in a lis , kedelapan spesies tersebut didom inasi oleh A n .

  

H y d r o c o r tile sp, I p o m e a e a q u a tic a , C a n te lla a c o n itu s (50% ), disusul A n . v a g u s (22,7% ), A n .

a s ia tic a dan fauna terdiri dari R a n a sp, G e r r is k o c h i (13,6% ) d a n A n . b a r b ir o s tr is (7,6 % ).

  P a n c h a x B e lo s to m a

  sp, N im fa capung, sp, sp, ( A n .

  A ktifitas m engigit ketiga spesies

  D y s tic id a e H e lix p o m a ta

  sp,

  a c o n itu s , A n . b a r b ir o s tr is , A n . k o c h i) cenderung

  eksofagik karena hanya aktif di luar rum ah yang didom inasi oleh A n . a c o n itu s . D engan fluktuasi Pem bahasan yang berbeda pada m asing-m asing spesies, di

  Spesies nyam uk yang ditem ukan hanya

  A n . A c o n itu s

  m ana ditem ukan setelah m atahari m elalui m etode penangkapan um pan badan di terbenam dengan puncak kepadatan antara pukul

  20.00-21.00 dan pada jam -jam berikutnya tidak ditem ukan kem udian pada pukul 04.00-05.00 m uncul kem bali. A n . b a r b ir o s tr is ditem ukan hanya pada sekitar pukul 21.00- 23.00 Sedangkan A n .

  k o c h i ditem ukan hanya pada pukul 19.00-20.00.

  Sifat eksofagik ini juga dim iliki oleh ketiga spesies yang sam a di jepara.

3 Perilaku istirahat setiap spesies dijum pai

  k o c h i dan A n . v a g u s . D im ana fluktuasi kehadiran

  A n . a c o n itu s , A n . m a c u la tu s . A n . A c o n itu s hanya

  H abitat tem pat perkem bangbiakkan yang dijum pai terdiri dari kobakan, sungai kecil,saw ah, irigasi tidak perm anen, tem pat penam pungan air di kebun sayur, kolam , kubangan kerbau, selokan,

  dan jum lah populasinya. Pada um um nya di negara tropis perkem bang-biakkannnya berlangsung sepanjang tahun dan angkanya m enurun pada m usim kem arau hal ini berkaitan dengan m inim nya keberadaan habitat tem pat perkem bangbiakkan.'

  A n o p h e le s

  W alaupun variasi spesiesnya cukup tinggi tetapi kepadatan populasinya sangat rendah hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setem pat. D im ana curah hujan pada bulan A gustus sepanjang 10 tahun terakhir adalah nol. Tem peratur dan kelem baban lingkungan pada saat dilakukan penangkapan nyam uk berkisar 10-23 "C dan 67 -86% . H al ini berkaitan dengan ketersediaan habitat perkem bangbiakkan yang m inim di daerah penelitian. M enurut Serviced (2002) fluktuasi m usim an seperti curah hujan, kelem baban dan suhu m em pengaruhi tingkat ketahanan

  ini m engindikasikan bahw a pada setiap daerah dengan topografi dan lingkungan yang berbeda jenis A n o p h e le s yang berperan sebagai vektor juga berbeda.

  10 H al

  b a r b ir o s tr is (Sulaw esi) hasilnya positif.

  terbukti sebagai vektor di daerah pulau jaw a Penelitian di Tim or m em buktikan bahw a A n . v a g u s terbukti m engandung sporosait. N am un sejauh ini jenis nyam uk ini belum dinyatakan sebagai vektor m alaria sedangkan di flores telah terbukti sebagai vektor W B r a n c o fti? Berdasarkan tes Elisa pada nyam uk A n . m a c u la tu s (Jaw a Tengah), A n . k o c h i dan A n . te s e lla tu s (Sum atera), A n . k o c h i dan A n .

  vektor di N TT adalah A n . b a r b ir o s tr is sedangkan yang diduga sebagai vektor adalah A n . flavirostris,

  m asing-m asing spesies juga berbeda,

  8 N yam uk yang telah dikonfirm asi sebagai

  pada tum buhan di sekitar kandang tem ak kerbau sehingga cenderung eksofilik dengan sebaran kepadatan populasi yang berbeda pada setiap spesies. Pada gam bar 2 m enunjukkan A n . a c o n itu s spesies yang paling tinggi kepadatannya disusul A n .

  spesies ini dalam m em pertahankan kelanggengan genetisnya m em - butuhkan pakan darah yang diperoleh m elalui aktifitas m engigit dengan beberapa altem atif obyek seperti m anusia dan beberapa spesies m am alia yang dapat dilakukan di dalam dan juga di luar rum ah." M enurut H isw ani (2004) setelah aktifitas tersebut dilakukan, dilanjutkan dengan aktifitas istirahat yang dilakukan secara tem porer pada saat aktifitas m engigit sem entara berlangsung dan dapat dijum pai pada dinding dalam rum ah dan juga di lingkungan sekitar kandang tem ak. K em udian dilanjutkan dengan istirahat tetap yang dilakukan selam a m enunggu proses peletakkan telur." Pada fase ini nyam uk sering m em punyai relung yang spesifik seperti pada berbagai vegetasi di habitat perairan, tebing-tebing di sekitar sum ber air, sungai. Intinya berbagai tem pat yang m em iliki kelem baban yang cocok untuk perkem bangan dew asa tersebut.

  6

  K edua aktifitas tersebut m erupakan hasil interaksi A n o p h e le s dengan lingkungannya dengan bantuan reseptor dan efektor. A ktifitas m engigit dan istirahat delapan spesies tersebut m erupakan satu kesatuan yang tidak terpisah karena m enurut G uide (2003)

  ditem ukan setelah m atahari terbenam kem udian selanjutnya tidak ditem ukan lagi dan m uncul kem bali pada tengah m alam .

  b a r b ir o s tr is

  m enjelang pagi sedangkan A n . k o c h i ditem ukan setelah m atahari terbenam kem udian pada tengah m alam dan m uncul kem bali m enjelang pagi. A n

  A n . a c o n itu s d a n A n . v a g u s ditem ukan sepanjang m alam hingga

  Spesies yang dijum pai cenderung eksofagik dan endofagik. H al ini dipengaruhi oleh m ulti faktor m enurut M unif (2004)3 bahw a keadaan bentuk konstruksi rum ah,jum lah penghuni dan tem ak akan m em pengaruhi kontak nyam uk dengan m anusia di suatau daerah.' Selain itu juga dipengaruhi oleh kem am puan internal dari organism e itu sendiri seperti kem am puan orientasi dari m asing-m asing spesies untuk m enem ukan lingkungan yang optim um dalam periode m encari sum ber pakan. Berdasarkan M arquartdt (1996)8 diketahui bahw a aktifitas nyam uk dalam m endekati inang yang potensial m erupakan aktifitas acak sederhana dari betina yang disebabkan oleh pencium an dan isyarat yang dapat dilihat. genangan air, sum ber air dan raw a dengan spesies yang dijum pai pada m asing-m asing habitat sam a dengan spesies yang dijum pai pada penangkapan nyam uk dew asa tetapi A n . m a c u la tu s dan A n .

  fla v ir o s tr is tidak ditem ukan sedangkan spesies

  Ikan kepala tim ah m erupakan pem akan larva nyam uk dan juga keberadaan ikan pada tem pat perindukkan m em pengaruhi kepadatan larva nyam uk, m akin banyak ikan m aka kepadatan larva sem akin kecil dem ikian pula sebaliknya.

  A n . a n u lla r is (tabel 3).

  D engan dem ikian, kegiatan pencidukkan larva selain untuk m engetahui tem pat perkem bang- biakkan pra dew asa juga untuk m engetahui spesies yang tidak tertangkap pada saat penangkapan nyam uk dew asa dilakukan.

  Salinitas pada m asing-m aing habitat perairan adalah sam a

  O%o'

  H al ini m enunjukkan bahw a perairan yang m erupakan habitat larva berkem bang term asuk jenis perairan air taw ar. H al ini Sesuai dengan nilai salinitas perairan taw ar biasanya kurang dari 0,5%

  Spesies yang dijum pai pada penelitian ini didom inasi oleh berbagai spesies yang di daerah lain sudah terbukti sebagai vektor seperti A n . a c o n itu s dan A n . b a r b ir o s tr is yang cenderung eksofagik, dengan aktifitas m engigit lebih banyak dijum pai pada pukul 20.00, dim ana aktifitas m asyarakat di luar rum ah m asih tinggi. Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan m engurangi berbagai aktfitas di luar rum ah dan apabila aktifitas tetap berlangsung diupayakan untuk m enggunakan krim anti nyam uk. Langkah ini bertujuan untuk m engurangi atau m enghindari gigitan nyam uk sehingga pakan darah yang dibutuhkan untuk perkem bangan telur sulit diperoleh dan juga proses transm isi tidak berlangsung.

  O leh karena itu, dengan m engetahui jenis nyam uk dan berbagai aktifitasnya di daerah staratifikasi endem isitas tinggi m alaria m erupakan langkah aw al dalam usaha pengendalian m alaria yang ditularkan oleh serangga ini.

  lain yang m uncul adalah

  13,14

11 H asil pengukuran pH di lokasi penelitian

  Sedangkan pada habitat lainnya kepadatan jentik lebih rendah. H al ini disebabkan oleh kehadiran biota baik fauna m aupun flora akuatik. K eberadaan biota akuatik dapat m enjadi faktor pem batas kelangsungan hidup larva dalam ekosistem perairan. K arena m enurut keberadaan flora akuatik akan m em pengaruhi keberadaan oksigen yang dibutuhkan biota perairan tersebut untuk hidup sehingga hal ini m em ungkinkan hew an air seperti ikan dan serangga air dapat hidup dengan baik dan m em angsa larva yang terdapat di habitat yang sam a.l':"

  K ondisi perairan pada um um nya jernih dan bersifat heliofilik hal ini m em pengaruhi keberadaan oksigen terlarut. A pabila air jernih tidak akan m engham bat penetrasi cahaya ke dalam air sehingga proses fotosintesis tidak terganggu dan akan m em pengaruhi kepadatan larva di perairan tersebut. tum buhan air. Selain itu, pem anfaatan m usuh alam i dan larvisida sangat m em butuhkan inform asi m engenai tem pat perindukkan sehingga upaya tersebut tepat sasaran.

  berkisar 7 -8, kondisi ini ideal untuk perkem bangan larva karena m enurut Effendi (2003) bahw a sebagian besar biota akuatik m enyukai nilai pH antara 7 - 8 ,5 Y

  A ktifitas lain yang tervisualisasi pada penelitian ini adalah aktifitas istirahat sem entara yang dilakukan pada saat aktifitas m engigit berlangsung. A rea yang dijum pai nyam uk hanya di luar rum ah. D i dinding kandang tem ak kerbau yang m aterialnya berupa batu, tem ak sapi yang tidak dikandangkan, vegetasi yang berada di sekitar kandang. M etode pengendalian yang dapat diaplikasikan yaitu pengelolaan lingkungan yang baik. D engan m em bersihkan berbagai m acam vegetasi liar yang berada di sekitar kandang tem ak atau rum ah penduduk sehingga tidak tersedia tem pat yang sesuai bagi nyam uk tersebut untuk beristirahat sem entara yang dilakukan pada saat aktifitas m engigit sedang berlangsung.

  Berbagai jenis tem pat perindukkan yang dijum pai juga sangat penting sebagai acuan dalam m elakukan pengendalian fase akuatik yaitu dengan m em odifikasi lingkungan m elalui pengeringan, penim bunan, m engalirkan aliran air tergenang, pengeringan saw ah secara berkala, pem bersihan

  D istribusi m asing-m asing spesies pada habitat perkem bangbiakkan berbeda terlihat bahw a A n . k o c h i, A n . v a g u s d a n A n . b a r b ir o s tr is terdistribusi ham pir di sem ua habitat yang ditem ukan. Sedangkan habitat denganjenis spesies yang beragam dan kepadatan jentik yang tinggi ditem ukan pada kobakan. H al ini disebabkan oleh ketidakhadiran fauna akuatik lain yang berpotensi sebagai m usuh alam i, karena larva dapat hidup bebas tanpa ancam an predasi dari hew an akuatik yang berpotensi predator. K ondisi ini juga ditem ukan di kubangan kerbau m em iliki populasi jentik yang tinggi tetapi hanya satu spesies.

  K e s i m p u l a n d a n S a r a n A n o p h e le s sp yang dijum pai cukup bervariasi

  4. A rw ati S dan C.T. 0 'Connor.,K unci bergam bar untuk A n o p h e le s sp betina dari lndonesia, D irektorat Jenderal P3M D epartem en K esehatan., 1976

  w ith m alaria coastal area ofbali (Indonesia)., Sirkuler W H O IV BC/83.885., 1983

  s u n d a ic u s and other A n o p h e lin e s associated

  13. Soekim o., M Bang J.H ., Sudom o., Pam ayun C P , and G .A . Flem ing Bionom ic of

  12. A nonim ., D irektorat jenderal Pencegahan dan Pem berantasan Penyakit M enular M alaria. ,2001

  11. Effendi.H .TelaahK ualitas air bagi Pengelolaan Sum ber D aya dan Lingkungan Perairan.,2003

  10. A bednego H .M dan Thom as T., M osquito Bom e D isease Status and Control., Sem inar on V ector Control by m oleculer technology., 1998

  9. H arjani, A .M , A tm osoedjono.S dan Rita M .D .,Penentuan V ector M alaria di flores. 1983

  C. M arquartdt. Introduction to A rthropods as V ector., 1996

  8. W illiam

  7. H isw ani., G am baran Penyakit dan V ector M alaria di lndonesia., 2004

  6. Leam er's G uide., M alaria Entom ology and V ector Control trial edition., 2003

  5. A stri M aharani., Pem buatan specim en nyam uk dan jentik., M odul Entom ologi D asar. 2006

  X IV nom or (4).,2004

  terdiri dari A n . k o c h i, A n . a c o n itu s , A n . te s s e la tu s ,

  kaitannya dengan prevalensi m alaria di kecam atan Cineam , Tasikm alaya.,M edia litbang K esehatan volum e

  A n o p h e le s a c o n itu s

  3. A m rul m unif.,D inam ika Populasi

  vector, Essential m alariology fourth edition., A rnold intem ational student's.,2002

  T h e A n o p h e le s

  2. M . W . ServicedandH . Tow nson.,

  1. A nonim ., Laporan K asus M alaria K abupaten Sum ba Tengah.,2008

  D a f t a r P u s t a k a

  U capan terim akasih disam paikan kepada kepala Loka Litbang P2B2 W aikabubak, kepala dinas kesehatan K abupaten Sum ba Tengah, K epala Puskesm as M aradesa serta sem ua pihak yang telah m em bantu dalam pelaksanaan penelitian.

  U c a p a n T e r i m a k a s i h

  G am baran ini sangat penting dipaham i sebagai acuan dalam upaya pengendalian yang tepat sasaran. Langkah selanjutnya adalah m enem ukan inform asi tentang spesies yang m enjadi vektor m alaria di daerah tersebut karena jenis nyam uk yang dijum pai pada daerah tersebut sebagian telah terbukti sebagai vektor didaerah lain.

  D engan perilaku m engigit dan istirahat cenderung eksofagik dan eksofilik. D idukung oleh tem pat perkem bangbiakan yang cenderung terbentuk karena aktifitas m anusia dan hew an tem ak.

  A n . b a r b ir o s tr is , A n . v a g u s , A n . flavirostris, A n . m a c u la tu s , A n . in d e fin itu s , A n . a n n u la r is .

  14. Setyaningrum .E.,A spek Ekologi Tem pat Perindukkan N y a m u k A n o p h e le s s u n d a ic u s di Pulau Legundi Padang Cerm in, Lam pung.,Jum al m anajem en dan K ualitas Lingkungan V ol 1(3).,1998