Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1. Pola Makan Ibu Hamil Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat,

  protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi dapat digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat digunakan daging, ayam dan telur. Makanan ibu hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaaan baik dan selama kehamilan harus mendapatkan tambahan protein, mineral, vitamin dan energi (Huliana, 2001).

  Menurut penelitian Simarmata (2008) pola konsumsi ibu hamil berdasarkan frekuensi makan dan jenis makan, yaitu mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok dengan frekuensi 1-3x/hari, mie dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x/minggu, ubi dengan frekuensi 1-3x/minggu, roti dan biskuit jarang dikonsumsi, konsumsi daging dan telur dengan frekuensi 1-3x/minggu, sedangkan kebutuhan konsumsi sayur ikan sebagai lauk-pauk 1-3x/hari, konsumsi sayur-sayuran misalnya bayam, buncis, daun ubi, sayur jipang dan kangkung dengan frekuensi 1-3x/minggu, dan konsumsi buah- buahan, seperti konsumsi buah jeruk 1-3x/hari, papaya dan semangka 1-3x/minggu.

  Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, status kesehatan dan pengetahuan gizi.

  Jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi ibu hamil trimester I adalah nasi dengan frekuensi 1 x/hari, mie dengan frekuensi sering (55,5%), roti dan umbi-umbian lebih banyak dikonsumsi dengan frekuensi 1-5x/minggu (72,2% dan frekuensi 1 x/hari, telur dan tahu 1-5x/minggu, frekuensi konsumsi ikan basah,ayam dan daging 2x/bulan. Sedangkan mengkonsumsi makanan sayur-sayuran sebagian besar ibu hamil trimester I, mengkonsumsi daun ubi, kacang panjang dan sawi dengan frekuensi 1x/hari, konsumsi bayam 1-5x/minggu. Dan ibu hamil trimester I mengkonsumsi buah-buahan 1-5x/minggu. Pola makan ibu hamil trimester I dipengaruhi oleh pengetahuan tentang gizi, ketersediaan pangan dan kemampuan membeli pangan (Sipahutar, 2013).

  Berdasarkan penelitian Rohana (2010) pola makan ibu hamil yang mengalami berdasarkan frekuensi makan dan jenis makan menunjukkan

  hyperemesis gravidarum

  bahwa jenis bahan makanan pokok yaitu nasi dengan frekuensi ≥1x1/hari, untuk jenis makanan yang berupa mie dengan frekuensi 1-2x/minggu, singkong 3-5x/minggu, Sedangkan bahan makanan dari jenis lauk-pauk seperti ikan basah 3-5x/minggu, untuk konsumsi ikan asin, udang, tempe, telur, dan daging ayam dengan frekuensi makan 1-2x/minggu. Bahan makanan sayur-sayuran seperti daun ubi, bayam, kangkung, labu siam, buncis dan kacang panjang dengan frekuensi makan 3- 5x/minggu. Konsumsi susu dan minuman dengan frekuensi 1-2x/minggu.

  Sedangkan menurut penelitian Chairiah (2012) pola makan ibu hamil berdasarkan jumlah asupan energi, protein, lemak dan natrium yaitu rata-rata asupan energi yang dikonsumsi ibu hamil adalah 2.572 kal dengan asupan energi minimum yang dikonsumsi sebanyak 2.100 kal dan maksimum 3.100 kal. Asupan rata-rata protein adalah 66,52 gram dengan asupan protein minimum yang dikonsumsi sebanyak 42,00 gram dan maksimum 88,00 gram. Asupan rata-rata lemak adalah dan maksimum 110,00 gram. Jumlah rata-rata Natrium adalah 2,54 mg dengan jumlah natrium minimum yang dikonsumsi sebanyak 1,5 mg dan maksimum 2,9 mg.

  Sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi energi, protein, asam folat dan kalsium dibawah angka kecukupan yang dianjurkan. Makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi, telur sebagai lauk hewani, tempe dan tahu sebagai lauk nabati. Sayur-sayuran yang banyak dikonsumsi adalah bayam, sedangkan buah- buahan yang sering dikonsumsi adalah pisang. Jajanan yang sering dikonsumsi adalah gorengan sedangkan minuman yang sering dikonsumsi adalah susu pada frekuensi ≥1 kali/hari (Putri, 2012)

  Menurut Nurmilawati (2012), pola makan ibu hamil berdasarkan asupan energi dan protein mempunyai susunan makanan yang tidak lengkap, frekuensi makan makanan pokok dengan frekuensi 1-3x/hari, frekuensi makan lauk-pauk 3- 5x/minggu, frekuensi makan sayur-sayuran 3-5x/minggu, frekuensi makan buah- buahan yang jarang 1-3x/minggu.

2.1.1 Pengaturan Pola Makan pada Ibu Hamil Selama masa hamil harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi.

  Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan bergizi ini untuk memenuhi kebutuhan janin dan meningkatkan prosuksi ASI. Pemasukan makanan ibu hamil pada triwulan I sering mengalami penurunan karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mula atau muntah, tetapi makanan ini harus tetap diberikan seperti biasa. Untuk mengatasi rasa mual atau muntah sebaiknya porsi makanan ibu makan ibu biasanya sudah meningkat. Kebutuhan akan zat tenaga lebih banyak dibandingkan kebutuhan saat hamil muda, demikian juga kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur seperti lauk-pauk, sayuran dan buah-buahan berwarna (Soetjiningsih, 2001 ).

  Pada kehamilan triwulan III, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik, dan ibu sering merasa lapar. Pada masa ini hindari makan berlebihan sehingga berat badan tidak naik terlalu banyak. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan hidrat arang seperti yang manis-manis dan gorengan perlu dikurangi. Bahan makanan sumber zat pembangun dan pengatur perlu diberikan lebih banyak dibandingkan pada kehamilan triwulan II, karena selain untuk pertumbuhan janin yang sangat pesat, juga diperlukan untuk ibu dalam persiapan persalinan (Manuaba, 2009).

  Pengaturan pola makan bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Untuk kelancaran pencernaan dianjurkan menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/dingin dan tidak menggunakan alkohol. Dianjurkan juga banyak makan sayuran berwarna hijau (Prastiono, 2009).

  Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus seimbang. Adapun menu ibu hamil yang seimbang setara dengan nasi/pengganti 5-6 piring, lauk hewani 4-5 potong, lauk nabati 3-4 potong, sayuran 2-3 mangkuk, buah-buahan 3 potong dan dianjurkan minum 8-12 gelas/hari (Prastiwi, 2010).

2.1.2 Makanan yang Baik dan Sehat Bagi Ibu Hamil

  Makanan ibu hamil harus sesuai dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang dengan perkembangan masa kehamilan. Ibu hamil sebaiknya menerapkan menu empat sehat lima sempurna. Triwulan I, pertumbuhan janin masih lambat sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin belum begitu besar, tetapi pada masa ini sering terjadi masalah- masalah “ngidam” dan muntah, karena itu kebutuhan gizi harus diperhatikan. Triwulan II dan III, pada masa ini pertumbuhan janin berlangsung lebih cepat dan perlu diperhatikan kebutuhan gizinya. Kebutuhan kalori ibu hamil ditambah 300 kalori sehingga menjadi sekitar 2500 Kkal (Ambarwati, 2012).

  Kebutuhan gizi pada masa kehamilan berbeda dengan masa sebelum hamil, peningkatan kebutuhan gizi hamil sebesar 15%, karena dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40%, sedangkan yang 60% untuk memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai dengan kebutuhan maka kemungkinan terjadi gangguan dalam kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya (Ambarwati, 2012).

  Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada kebutuhan untuk wanita tidak hamil, karena (Soehardjo 1996) :

1. Untuk pertumbuhan janin yang ada didalam kandungan 2.

  Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri 3. Mempercepat luka-luka pasca persalinan 4. Guna mengadakan cadangan untuk masa laktasi.

4.2. Pola makan dan Status Gizi Ibu Hamil

  Status gizi ibu hamil mempunyai dampak langsung pada perjalanan kehamilan dan bayi yang akan dilahirkannnya. Malnutrisi yang terjadi pada bulan awal kehamilan mempengaruhi perkembangan dan kapasitas embrio untuk bertahan hidup, nutrisi yang buruk pada masa lanjut kehamilan mempengaruhi pertumbuhan janin (Ambrawati, 2012).

  Makanan ibu hamil mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang janin dan pada saat ibu melahirkan. Selama kehamilan seorang ibu akan mengalami perubahan baik anatomis, fisiologis, maupun perubahan lainnya yang akan meningkatkan kebutuhan zat gizi dalam makanannya. Di dalam rahim ibu terdapat janin yang sedang tumbuh, ditempat lain beberapa organ tubuh ibu mengalami perubahan fungsi dalam rangka mempersiapkan kehadiran sang bayi (Paath, 2005).

  Banyaknya makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil tergantung dari kondisi badan si ibu. Namun jika terjadi gangguan masa kehamilan maka dapat diatur sebagai berikut (Marbun, 2005) :

  1. Pada Trimester I : Pada umur kehamilan 1-3 bulan kemungkinan terjadi penurunan berat badan.

  Hal ini disebabkan adanya gangguan pusing, mual bahkan muntah.Untuk itu dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering. Bentuk makanan kering/tidak berkuah.

  2. Pada Trimester II : Nafsu makan ibu membaik, makan makanan yang diberikan : 3x sehari ditambah 1x makanan selingan. Hidangan lauk pauk hewani seperti : telur, daging, teri, hati sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari kurang darah .

5. Pada Trimester III :

  Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil mempunyai berat kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-tepungan dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk menghindari sembelit.

  4. Bila terjadi keracunan kehamilan/oedem (bengkak-bengkak pada kaki), maka janganlah menambah garam dapur dalam masakan sehari-hari.

  Untuk kesehatan ibu selama kehamilan maupun pertumbuhan dan aktivitas diferensiasi janin, maka ibu dalam keadaan hamil cukup mendapat makanan bagi dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Makanan yang biasa dikonsumsi baik kualitasnya harus ditambah dengan zat-zat gizi dan energi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil berguna juga dalam rangka memudahkan kelahirannya dan untuk produksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkan.

  (Ambarwati,2012).

  WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar 1.01 g/kg BB/hari dan kalori sebesar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata wanita dengan berat badan 55 kg. oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus yang sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dengan keadaan masyarakatnya (Suryani, 2002).

  Tujuan penatalaksanaan gizi pada wanita hamil adalah untuk mencapai status gizi yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan bayi dengan optensi fisik dan mental yang baik. Bayi yang akan dilahirkan dan perjalanan suatu penyakit pada ibu hamil perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Sehingga mengantipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan maka perlu adanya status diit dan nutrisi pada ibu hamil. Apabila didalam masa awal kehamilan terjadi malnutrisi maka akan sangat memperngaruhi perkembangan dan kapasitas embrio untuk mempertahankan hidupnya, dan nutrisi yang buruk pada masa kehamilan lanjutan akan mempengaruhi janin. Sedang pertumbuhan seorang anak sangat dipengaruhi oleh banyak hal yaitu makanan, lingkungan dan juga keturunan. Usia kehamilan sangat menentukan kebutuhan gizi yang akan diperlukan. Apabila sedikit saja dari kebutuhan gizi tersebut tidak tercukupi dengan baik, maka anak akan menyebabkan

  Menurut penelitian Simarmata (2008) menjelaskan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu hamil kurang bervariasi dan rata-rata kecukupan gizi (energi dan protein) yang masih di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan merupakan salah satu penyebab kejadian KEK di Kabupaten Simalungun. Adapun hubungan antara pola konsumsi makan yakni jumlah energi dan protein dengan kejadian KEK.

  Asupan gizi yang tidak cukup dan seimbang serta gizi kurang

  selama kehamilan dapat mempengaruhi berat badan dan Hb ibu hamil yang dapat menyebabkan kejadian BBLR di RSU.Dr. Pringadi Medan (Dewi, 2006).

  Mengatur pola makan khususnya dalam hal mengkomsumsi makanan yang mengandung lemak, protein, energi, natrium penambahan berat badan berdasarkan

  IMT lebih dan ukuran LILA berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil (Chairiah, 2012).

2.3 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

  Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Pada waktu terjadi kehamilan akan terjadi banyak perubahan baik perubahan fisik,sosial, maupun mental. Walaupun demikian para calon ibu harus tetap berada di dalam keadaan sehat optimal karena disini seorang ibu tidak hidup dengan sendiri tetapi dia hidup bersama dengan janin yang dikandung. Oleh karena itu, para calon ibu harus memiliki gizi yang cukup sebelum hamil dan lebih lagi ketika hamil. Ibu yang hamil harus memiliki zat gizi yang cukup karena gizi yang didapat akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun kekurangan gizi selama masa kehamilan maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus dan tidak segera diatasi maka bayi akan lahir dengan berat rendah (dibawah 2500 gram), sedangkan untuk ibu yang kekurangan gizi, maka selama ia menyusui ASI yang dihasilkan sedikit (Sukarni, 2013).

  Kebutuhan selama hamil yag berbeda-beda untuk setiap individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya, kekurangan asupan salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan terhadap sesuatu nutrient terganggu, dan kebutuhan nutrisi yang tidak konstan selama kehamilan :

  1. Energi Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalori sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal dan penambahan berat badan yang akan meningkatkan penggunaan kalori selama aktifitas. Pada awal kehamilan trimester I kebutuhan energi masih sedikit dan terjadi sedikit peningkatan pada trimester II dan trimester III. Kebutuhan energi pada wanita dewasa 2500 kalori, terjadi peningkatan 300 kalori pada wanita hamil.

  2. Protein Protein diperlukan sebagai zat pembangun alias membangun jaringan tubuh janin (asupan protein yang kurang dapat menghambat pertumbuhan janin). Kebutuhan akan protein selama kehamilan tergantung usia kehamilan. Total protein fetal yang diperlukan selama masa gestasi berkisar antara 350-450 g. pada trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester kedua, protein yang diperlukan dan asam amino yang esensial sangat diperlukan pada trimester awal ini. Pada memasuki trimester akhir, pertumbuhan janin sangat cepat sehingga perlu protein dalam jumlah yang besar juga yaitu 10 gram/hari.

  3. Lemak Lemak merupakan sumber tenaga yag vital dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan serta perkembangan system saraf janin. Oleh karena itu, ibu hamil tidak boleh sampai kurang mengkonsumsi lemak tubuh.

  4. Vitamin dan Mineral Fungsi vitamin dan mineral antara lain : a.

  Vitamin A : membantu pertumbuhan kulit, tulang dan gigi. Penting untuk fungsi penglihatan yang normal. Kebutuhan Vitamin A : 800mkg b.

  Vitamin C : membantu pembentukan jaringan tubuh janin. Penting dalam proses metabolism tubuh. Kebutuhan yang dianjurkan 75 mg/hari (dewasa), 100mg/hari (ibu hamil) dan 150 mg/hari (ibu menyusui).

  c.

  Vitamin D : bahan dasar pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan : 200 IU/hari.

  d.

  Kalsium : membangun tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium untuk ibu hamil sekitar 1.200 mg perhari (sama dengan mengkonsunsi 2 gelas susu atau 125 g keju, jauh lebih banyak dibandingkan kebutuhan kalsium selama tidak hamil yang hanya 1.000 mg perhari.

  e.

  Besi : membantu pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menganggu metabolism energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh. Jumlah zat besi yang dibutuhkan dalam semasa kehamilan berbeda tiap semester. Pada akan zat besi menjadi 35 mg/hari/BB. Kemudian bertambah menjadi 39 mg/hari/BB.

  f.

  Asam folat : mencegah terjadinya cacat bawaan di tulang belakang. Jumlah asam folat yang dibutuhkan selama kehamilan adalah 600 mikrogram perhari/orang (Ibrahim, 2010). Ibu hamil juga perlu meningkatkan asupan cairan karena dapat mencegah konstipasi selama kehamilan. Kebutuhan asupan air ditingkatkan, sedikitnya 8 gelas setiap hari. Dan mengkonsumsi serat yang banyak terdapat pada buah dan sayuran, yang berguna untuk membantu kerja system ekskresi sehingga mudah buang air besar (Astuti, 2011).

  Agar kehamilan berjalan dengan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, mineral, seperti zat besi dan kalsium, vitamin, asam folat dan energi. Nutrisi yang baik selama kehamilan erat hubungannya dengan proses pertumbuhan berbagai organ pendukung proses kehamilan seperti alat kandungan, mammae, dan lain-lain. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan dan peningkatan penggunaan energi, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi meningkat terutama pada trimester

  II. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi membutuhkan pula, peningkatan kebutuhan suplai vitamin dan mineral. Kondisi gizi dan konsumsi ibu yang sedang hamil akan berpengaruh pada kondisi fetus dan neonates setelah lahir (Ambarwati, 2012).

2.4 Masalah Kesehatan yang sering dihadapi Ibu hamil

  2.4.1 Mual dan Muntah Secara Berlebihan

  Ibu hamil biasa mengalami mual dan muntah dan muntah terutama pada usia kehamilan 8-12 minggu. Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, keluhan mual dan muntah akan berkurang dan berhenti ketika usia kehamilan sekitar 16 minggu. Namun, ada juga yang berlanjut hingga trimester III dengan mual-muntah katergori berat yakni setiap kali minum atau makan ibu akan muntah. Akibatnya, tubuh ibu lemas, wajahnya pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun dratis. Inilah yang disebut hyperemesis gravidarum. Hyperemesis dapat diatasi dengan mengatur pola makan bergizi seimbang (Alam, 2012).

  2.4.2 Anemia dan Kekurangan Zat Besi

  Anemia adalah gejala-gejala yang muncul saat tubuh tak memiliki cukup sel- sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh.

  Hemoglobin (Hb), dibuat dengan zat besi, merupakan bagian dari sel-sel darah merah yang membwa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lain.

  Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil pada trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus, dan kelainan congenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan premature, pendarahan anterpartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrateurin samapai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bias mengakibatkan kematian. Saat persalinan, anemia dapat meinmbulkan gangguan, tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum (setelah melahirkan) anemia dapat menyebabkan : Antonia uteri, retensi placenta, perlukaan sukar tempuh, mudah terjadi febris puerpuralis, dan gangguan involusio uteri (Alam, 2012).

  Program penanggulangan anemia melalui pemberian tablet Fe bagi ibu hamil telah dilaksanakan sejak tahun 1975 di Indonesia, namun kenyataannya prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 1995 sebesar 51%. Hasil survei prevalensi anemia gizi ibu hamil di Propinsi Sumatera Utara di delapan kabupaten/kota tahun 1997 sebesar 78,4% angka yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka propinsi yang lain di Indonesia.

  Hasil Penelitian Swandi (2008) menunjukkan bahwa adanya hubungan faktor risiko (IMT, Ukuran LILA, Konsumsi energi, protein, Fe dan vitamin.C serta konsumsi tablet Fe) dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

  Kecukupan konsumsi tablet besi, umur, pendidikan, pengetahuan, parotas, penyakit kronis, kecukupan konsumsi kalori dan kecukupan konsumsi protein berhunbungan dengan kejadian anemia (Mangihut, 2008).

2.4.3 Sembelit (Konstipasi)

  Ibu hamil sering kali mengalami sembelit. Ini disebabkan adanya penurunan gerak peristaltik pada saluran cerna sehingga menjadi lambat dari biasanya. Gerak usus melambat ini disebabkan oelh peningkatan kdar hormone progesterone pada ibu hamil. Selain itu, sembleit bias terjadi karena pola makan kurang baik. Sembelit dapat diatasi dan dicegah dengan menerapkan pola makan bergizi seimbang dengan mengkonsumsi lebih banyak maknan berserat tinggi, seperti sayuran,buah, roti gandum, dan umbi-umbian.

  2.4.4 Hipertensi, Preeklampsia dan Eklamsia

  Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang sering muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3% kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu (termasuk kejang,eklampsia,perdarahan otak, oedema paru, gagal ginjal akut, dan pengumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta mordibitas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam, solusio plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelaparan premature). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu. Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu : Hipertensi kronik, preeklampsia-eklamsia, preeklampsia superimposed pada hipertensi kronik dan hipertensi gestasional (Alam, 2012).

  Pola makan dan status gizi ibu hamil terhadap asupan energi energi,protein, asupan lemak, asupan natrium, penambahan berat badan berdasarkan IMT lebih dan ukuran LILA berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil (Chairiah, 2012)

   2.4.5 Diabetes Gestasional

  Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi selama kehamilan dan biasanya akan normal kembali setelah melahirkan. Seperti diabetes lainnya, diabetes gestasional juga berpengaruh terhadap penggunaan gula darah(glukosa). Diabetes menyebabkan masalah yang lebih serius. Kadar glukosa yang tidak terkendali dengan baik semasa kehamilan dapat meningkatkan kadar glukosa pada janin. Kondisi ini akan mengaktifkan pankreas janin untuk memproduksi insulin yang bertindak sebagai hormon pertumbuhan. Akibatnya, janin lahir sebagai giant baby (bayi besar) dengan berat lahir diatas 4.000 gram yang akan mempersulit persalinan (Alam, 2012).

2.5 Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil

  Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing- masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi. Angka kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan, tinggi badan, genetika, dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyusui.

  Menurut Depkes RI (1995), rasio dari asupan zat gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan, dapat dibedakan sebagai berikut : : sangat rendah

  • : rendah

  <85% standar

  • : cukup/sesuai standar

  85-94% standar

  95-105% standar

  • 106-115% standar : sangat tinggi.
  • AKG 2004 menetapkan tambahan kebutuhan energi ibu hamil pada trimester I sebanyak 180 Kkal diatas kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak 300 Kkal pada trimester II dan III. Dengan demikian AKG energi ibu hamil berusia antara 19-49 tahun berkisar antara 2000-2200 kkal. Penambahan energi ini relativf tidak besar, yaitu 10-15 % dari kecukupan energi tidak hamil (1800-1900kka). Penambahan
energi ini hendaknya dilakukan dengan penambahan makanan padat gizi, seperti susu, daging dan ayam tidak berlemak, ikan, telur, kacang-kacangan.

  Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang dari 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Sukarni, 2013).

2.6 Status Gizi Ibu Hamil

  Status gizi ibu hamil pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. pada trimester pertama kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg, trimester kedua kurang lebih 3 kg, sedangkan trimester terakhir kira-kira 6 kg. Pada trimester kedua kira-kira 50%, trimester ketiga kira-kira 90%. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan kompnen janin : pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion (Ambarawati, 2012).

  Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambahnya sesuai umur kehamilan, berat badan yang bertambah normal akan menghasilkan anak yang normal. Kenaikan berat badan ideal ibu hamil 7 kg untuk ibu yang gemuk dan 12,5 kg untuk ibu yang tidak gemuk. Jika kurang dari normal berisiko keguguran, anak lahir premature, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak dan pendarahan setelah persalinan (Muliarini, 2010).

  Faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah umur, pendidikan, psikologi, aktivitas, status kesehatan, pengetahuan zat gizi dalam makanan, status sosial ekonomi, dan kebiasaan/pandangan wanita terhadap makanan (Berliana, 2013).

2.7 Penilaian Status Gizi

  a. Haemoglobin (Hb)

  Haemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar 12-16 g per 100 ml sedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml. Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah Hb.

  Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Konsekuensi dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko melahirkan bayi BBLR (www. Tempo.co.id).

  Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah (haemodillution). Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28 minggu (Jabir, 2007).

  b. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil

  Berat badan ibu hamil merupakan parameter yang penting selama kunjungan antenatal. Bila berat badan ibu pada kunjungan antenatal pertama < 47 kg kemungkinan melahirkan bayi berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah 1,73 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berat badannya > 47 kg (Bobak, 2004).

  Menurut penelitian Dewi (2006), menjelaskan bahwa berat badan ibu hamil ada hubungannya dengan kejadian BBLR pada bayi. Penambahan berat badan (BB) selama hamil idealnya berbeda-beda setiap orangnya, tergantung berapa berat badan sebelum hamil. Walaupun ada yang berpendapat bahwa kenaikan BB ibu hamil sebaiknya sekitar 10-16 kg selama hamil.

  Untuk menghitung seberapa BB ideal Anda bertambah selama hamil, kita bisa menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).

  Rumus IMT adalah: Nilai IMT = Berat Badan Sebelum Hamil

  Tinggi badan (m2)

Tabel 2.1. Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan IMT Sebelum Kehamilan

  Keadaan gizi berdasarkan IMT Kenaikan BB (Kg) Gizi kurang/underweight (<19,8) 12,5

  • – 18.00

  Normal (19,8-26) 11,5

  • – 16,00 7,0

  Gizi lebih / over weight (> 26

  • – 29) – 11,5

    Obesitas (29) 6,0

   Sumber : Arisman, 2003

Tabel 2.2. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil Penambahan Berat Badan (Kg) Kategori

  IMT Trimester II/III Trimester I Per Minggu

  IMT < 19.8 2,3 0,49 Kurus Normal

  IMT 19.8 - 25 1,6 0,44 Lebih

  IMT 26 - 29 0,9 0,3

  IMT 29 Obesitas

  Sumber : Arisman, 2003

c. Lingkar Lengan Atas (LILA)

  LILA dapat digunakan untuk skrining pada ibu hamil, bila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil ini menderita kekurangan energi kronis (Supariasa, 2002).

  Ada hubungan antara LILA dengan berat bayi lahir. Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein pada wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA untuk memantau status gizi dalam jangka panjang. Tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui risiko KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada WUS, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanggulangan KEK dan mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK (Leni, 2011).

2.8 Pengaruh Status Gizi pada Kehamilan

  Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. pada trimester I kenaikan berat badan seorang ibu tidak mencapai I kg, namun setelah mencapai trimester ke II pertambahan berat badan semakin banyak yaitu 3 kg dan pada trimester 3 sebanyak 6 kg. Kenaikan tersebut disebabkan karena ada pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban. Kenaikan berat badan yang ideal untuk seorang ibu yang gemuk yaitu 7 kg dan 12,5 kg untuk ibu yang tidak gemuk. Jika berat badan ibu tidak normal maka akan memungkinkan terjadinya keguguran, lahir premature, gangguan kekuatan rahim saat kelahiran (kontraksi) dan pendarahan setelah persalinan (Sukarni, 2013).

2.10 Masalah yang Ditimbulkan Akibat Gizi Kurang Pada Ibu Hamil

  2.9.1 Resiko BBLR pada Ibu Hamil

  Di Indonesia batas ambang LILA sengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.

  Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya hamil kurang dari 23,5 cm. apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR (Sukarni, 2013)

  Hasil penelitian Edwi Saraswati,dkk (1998) menunjukkan bahwa KEK pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resikonya relative cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23,5 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.

  Pendapatan yang rendah dan pola makan yang tidak baik yaitu jenis makanan yang tidak mengandung zat gizi seimbang sesuai kebutuhan selama hamil dan frekuensi makan yang kurang, kunjungan pemeriksaan kehamilan mempengaruhi ibu melahirkan BBLR (Surya, 2013).

  2.9.2 Anemia pada Ibu Hamil

  Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada dibawah normal. Untuk memenuhi kebutuhan janin, volume darah ibu meningkat hingga

  30%. Akibatnya, rasio sel darah merah terhadap volume darah menurun. Pengenceran darah selama kehamilan ini dikenal sebagai anemia faali. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan (Ibrahim, 2010).

  Banyak faktor yang terkait dengan status anemia ibu hamil yaitu status sosial ekonomi (pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan), serta perolehan tablet zat besi (Riris, 2006)

  Menurut hasil penelitian Zulfadli (2011), menjelaskan bahwa kemungkinan besar penyebabnya adalah ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet zat besi yang diterimanya karena ada berbagai faktor yang berhubungan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi.

  Sedangkan hasil penelitian Dewi (2006), dijelaskan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb semakin tinggi berat badan yang dilahirkan.

2.10. Landasan Teori

  Berdasarkan konsep teori Green dan Blum dalam Notoatmojo (2005) hubungan antara status kesehatan, perilaku, dan promosi kesehatan, dengan pola makan ibu hamil dalam memenuhi status gizinya dipengaruhi oleh factor

  

predisposing, factor enabling dan factor reinforcing. Apabila dihubungkan dengan

  status kesehatan ibu hamil, maka perilaku kesehatan ibu selama hamil dimana dalam penelitian ini adalah pola makan ibu yang didukung dengan pengukuran status gizi ibu hamil dapat mempengaruhi status kesehatan ibu atau terkait dengan terjadinya

  Ditinjau dari teori yang telah disebutkan di atas, maka salah satu faktor risiko yang dapat dikendalikan dengan melakukan upaya pencegahan oleh ibu hamil yaitu dengan memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dengan pola makan yang sehat.

2.11 Kerangka Konsep

  Tingkat Kecukupan Gizi Pola Makan Ibu Hamil

  Energi Jenis makanan

  Protein Jumlah makanan

  Status Gizi Ibu Hamil

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

  Keterangan : Dari pola makan Ibu hamil dilihat jenis makanan dan frekuensi makanan setiap hari. Kemudian dari jenis makanan tersebut dapat diketahui tingkat gizinya yang terdiri dari energi dan protein yang dapat mempengaruhi status gizinya.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Pertanian Organik terhadap Sosial Ekonomi Kelompok Dampingan Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan (BITRA) Indonesia di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 16

Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode 2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah

0 0 28

Bab I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah - Peran dan Fungsi Legislasi DPRD kota Medan Periode 2009 – 2014 Dalam Pembuatan Peraturan Daerah

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum - Strategi Pustakawan Dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Sumatera Utara

0 3 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia

0 0 9

BAB II KAJIAN TEORITIS - Analisis Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Keliling Di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin

0 1 21

Pengaruh Window Level Dan Window Width Pada Lung Window Dan Mediastinum Window Pada Kualitas Citra CT-Scan Thorax

0 1 11

Pengaruh Window Level Dan Window Width Pada Lung Window Dan Mediastinum Window Pada Kualitas Citra CT-Scan Thorax

0 0 31

Pengaruh Window Level Dan Window Width Pada Lung Window Dan Mediastinum Window Pada Kualitas Citra CT-Scan Thorax

0 1 13