BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman Nyeri - Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kenyamanan; Nyeri
BAB II
PENGELOLAAN KASUSA. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman
dan Nyaman NyeriKonsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, social, spiritual, psikologis dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterprestasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba (1992), mendefenisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri) (Potter & Perry, 2005).
Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi empat konteks (Potter & Perry, 2006), antara lain:
1. Fisik: berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial: berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial.
3. Psikospiritual: berhungan dengan kewaspadaan internal dalam diri, seksualitas dan makna kehidupan.
4. Lingkungan: berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia: cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur - unsur alamiah Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi nyeri berbeda dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien (Asmadi, 2008).
Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul bila mana jaringan sedang dirusakkan dan menyebab individu tersebut beraksi untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri (Depkes RI, 1997)
Faktor yang mempengaruhi rekasi nyeri antara lain: makna nyeri bagi individu, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan fisik dan mental, sikap orang tua terhadap nyeri, lokasi nyeri, perasaan takut/cemas, upaya untuk mengurangi respon terhadap stessor, dan usia (Priharjo, 1992).
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut adalah nyeri yang suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat actual maupun potensial, dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat di prediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan (NANDA, 2001).
2. Nyeri kronis adalah suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan waktu yang tiba-tiba, intensitas ringan sampai berat, dapat di prediksi untuk berakhir dan durasi lebih dari enam bulan (NANDA, 2001).
Tabel 2.1 Perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis Karakteristik Nyeri Akut Nyeri KronisTujuan Memperingatkan klien terhadap Memberikan alasan pada klien adanya cedera/masalah untuk mencari informasi berkaitan dengan perawatn dirinya
Awitan Mendadak Terus menerus/intermittent Durasi Durasi singkat (dari beberapa Durasi lama, 6 bulan atau detik sampai 6 bulan. lebih Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat Respon otonom -
- otonom
Frekuensi jantung meningkat Tidak terdapat respon
Tekanan darah meningkat
- Dilatasi pupil meningkat Vital sign dalam batas
- normal
Tegangan otot meningkat
- Respon Ansitas Depresi - psikologis
Keputasaan Mudah tersinggung/marah
- Menarik diri >Respon
- Menangis/ mengerang Keterbatasan g
- fisik/perilaku
Waspada Kelesuan
Mengerutkan dahi Kelelahan/kelemahan
- Mengeluh sakit Mengeluh sakit hanya ketika dikaji/di Tanya - Contoh Nyeri bedah nyeri kanker
Trauma arthritris euralgia terminal
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan (Sigit, 2010).
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secar berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural (Mubarak, 2007).
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah (Sigit, 2010):
1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri (Sigit, 2010).
Untuk klien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi prilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992 dalam Sigit, 2010).
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat didalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donova & Girton (1984), mengidentifikasi komponen-komponen tersebut diantaranya:
a. Penentuan Ada Tidaknya Nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika klien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan (Sigit, 2010).
b. Karakteristik Nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
1) Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian yang mengalami cidera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri (Sigit, 2010). 2)
Kualitas (Q: Quality) Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan klien, seringkali klie mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertintih, perih, tertusuk dan lain-lain, di mana tiap-tiap klien mungkin berbedda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan (Sigit, 2010). 3)
Lokasi (R: Region) Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar) (Sigit, 2010). Dalam mendokumentasikan hasil pengkajian tentang nyeri, perawat menggunakan bahasa anatami atra istilah yang deskriptif. Sebagai contoh pernyataan “nyeri terdapat di kuadran abdomen kanan atas” adalah penyataan yang lebih spesisik dibandingkan “klien mengatakan bahwa nyeri terasa pada abdomen” (Sigit, 2010). 4)
Keparahan (S: Severe) Tingkat keparahan klien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien di minta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dank lien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena pengalaman nyeri pada masing-masing individu berbeda-beda (Sigit, 2010).
Skala numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan skala 0 – 10. Angka 0 dikatakan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif untuk mengkaji intentitas contoh: pada hari pertama post operasi klien mengatakan skala nyeri yang ia rasakan pada angka 8, kemudian hari kedua post operasi saat dilakukan pengkajian klien melaporkan adanya penurunan nyeri yang ia rasakan pada angka 4 (Sigit, 2010).
Gambar. Skala nyeri numerik 5)
Durasi (Time) Perawat menanyakan pada klien untuk menentukan durasi dan rangkaian nyeri. Perawat dapt menanyakan: “kapan nyeri mulai dirasakan?”, “sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?”, “seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain yang semakna (Sigit, 2010). 6)
Faktor yang memperberat/ memperingan nyeri Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri klien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stress dan yang lainnya, sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan tindakan yang tepat untuk menghidari peningkatan respon nyeri pada klien (Sigit, 2010).
c. Respon Fisiologis
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stress. Stimulus pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan respon fisiologis (Sigit, 2010).
Tabel 2.2. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri Respon fisiologis terhadap nyeriRespon simpatik Peningkatan frequensi pernafasan Dilatasi saluran bronkiolus Peningkatan frequensi denyut jantung Vasokontriksi perifer (pucat,peningkatan tekanan darah ) Diaphoresis Peningkatan tegangan otot Dilatasi pupil Penurunan motilitas saluran cerna
Respon parasimpatik Pucat Ketegangan otot Penurunan denyut jantung atau tekanan darah Pernafasan cepat dan tidak teratur Mual dan muntah Kelemahan atau kelelahan
d. Respon Perilaku
Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah nyeri yang di rasakan klien. Respon perilaku yang biasa di tunjukkan adalah merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung (Sigit, 2010).
e. Respon Afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap klien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas (kecemasan) perlu di gali dengan menanyakan pada klien seperti: “Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga ada depresi, ketidak tertarikan terhadap aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu di perhatikan (Sigit, 2010).
f. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Kita
Klien yang merasakan nyeri setiap hari pasti akan mengalami gangguan dalam kegitan sehari-harinya. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program aktivitas pasien (Sigit, 2010).
g. Persepsi Klien Tentang Nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang di alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan di sekitar nya (Sigit, 2010).
h. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri
Terkadang individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara tersebut dan apakah bisa di gunakan saat klien menjalani perawatan di rumah sakit. Apabila cara tersebut dapat di gunakan, perawat dapat memasukkannya dalam rencana tindakan (Sigit,2010).
2. Analisa Masalah
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, di dapat data dasar tentang masalah- masalah yang di hadapin klien. Selanjutnya data dasar itu di gunakan untuk menentukan diagnosis kerawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan kerawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data di mulai sejak klien masuk rumah sakit, selama klien di rawat secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Sigit,2010).
a. Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klian mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
b. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya erta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Sigit,2010).
Tujuan Pengumpulan Data a.
Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
b.
Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
c.
Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
d.
Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya:
Tipe data:
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa di tentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, mual, perasaan malu (Sigit,2010).
b. Data Objektif
Adalah data yang dapat di observasi dan di ukur, dapat di peroleh menggunakan panca indera (lihat,dengar,cium,sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frequensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran (Sigit,2010). Karakteristik Data
a. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal- hal sebagai berikut: apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsumakan atau disengaja?, apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis?, bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan (Sigit, 2010).
b. Akurat dan Nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang di dengar, di lihat, di amati dan di ukur melalui pemeriksaan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah di kumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti.
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang di kumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa di antisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus (Sigit, 2010).
3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan rasa nyaman nyeri (NANDA dalam Potter & Perry, 2006): a.
Nyeri berhubungan dengan cedera fisik/trauma.
b.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis, pirah baring/imobolitas.
c.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
4. Perencanaan
Tabel 2.3. Perencanaan Keparawatan No. Perencanaan Keperawatan Dx Tujuan dan Kriteria Hasil: 1.− Pasien akan menunjukkan tehnik relaksasi secara individual yang aktif untuk mencapai kenyamanan. − Pasien akan mempertahankan nyeri pada 4 atau kurang. − Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mecegah nyeri.
Rencana tindakan Rasional
Pengkajian:
− Lakukan pengkajian nyeri meliputi − Membantu dalam lokasi, karakteristik, durasi atau mengidentifikasi derajat faktor presipitasinya ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk keefektifan analgesik.
Observasi/monitoring:
− Kendalikan faktor lingkungan yang − Menurunkan reaksi terhadap dapat mempengaruhi respon klien stimulus dari luar dan terhadap ketidaknyamanan meningkatkan istirahat atau relaksasi
− Pantau tanda-tanda vital − Nyeri yang berkelanjut akan berdampak pada peningkatan tanda-tanda vital. Merupakan indikator/derajat nyeri tidak
Mandiri: langsung yang dialami.
− Bantu klien dalam menentukan posisi − Membantu menurunkan yang nyaman ketidaknyamanan lebih lanjut − Gunakan tindakan pengendalian − Jika kondisi nyeri, keluhan nyeri nyeri sebelum menjadi berat masih menunjukkan tahap awal, baiknya berikan langsung terapi awal pengendalian nyeri (misalnya: nafas dalam)
− Bantu klien untuk mengidentifikasi − Akan mempermudah proses tindakan memenuhi kebutuhan rasa perawatan selanjutnya nyaman telah berhasil dilakukan seperti relaksasi atau kompres hangat/dingin.
Kolaborasi:
− Perawat kolaborasi dengan dokter − Mungkin diperlukan pemberian dalam pemberian obat anti nyeri analgesik untuk mendukung proses penurunan nyeri
Pendidikan kesehatan:
- seperti penyebab nyeri, seberapa tentang nyeri akan lebih sedikit lama akan berlangsung dan antisipasi mengalami stress dibandingkan ketidaknyamanan dari prosedur dengan pasien yang tidak mendapat penjelasan.
Berikan informasi tentang nyeri, − Pasien mendapat penjelasan
2. Tujuan dan Kriteria hasil: − Pasien akan mengidentifikasi aktivitas dan situasi yang menimbulkan kecemasan berkontribusi pada intoleransi aktivitas − Pasien akan menampilkan aktivitas kehidupan sehari – hari dengan berbagai bantuan
− Pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan yang memadai, tanda – tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan Rasional
Pengkajian:
− Kaji respon emosi, sosial dan − Membantu dalam spiritual terhadap aktivitas mengidentifikasi derajat kemampuan pasien terhadap aktivitas
− Evaluasi dan motivasi keinginan − Mampu memberi semangat pada pasien untuk meningkatkan aktivitas klien agar bisa melakukan aktivitas seperti dahulu
Monitoring/Observasi:
− Tentukan penyebab keletihan − Mampu mempermudah proses perawatan selanjutnya − Pantau pola istirahat klien dan − Mengidentifikasi penyebab lamanya waktu tidur terjadinya intoleransi aktivitas. − Pantau asupan nutrisi − Untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi.
Mandiri:
− Bantu dengan aktivitas teratur − Akan mempermudah pasien sesuai kebutuhan (misalnya dalam beraktivitas. berubah posisi). − Batasi rangsangan lingkungan − Untuk memfasilitasi relaksasi
(seperti: cahaya dan kebisingan)
kolaborasi:
− Berikan pengobatan nyeri − Pemberian anti nyeri akan sebelum aktivitas. mempermudah aktivitas klien.
Pendidikan Kesehatan:
− Ajarkan tentang pengaturan − Untuk mencegah terjadinya aktivitas dan teknik menejemen kelelaha, diperlukan waktu manajemen waktu dan pengaruh aktivitas
3. Tujuan dan Kriteria Hasil: − Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien Menunjukkan kenyamanan psikologis.
− Klien akan menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai kebutuhan. − Klien akan mengekspresikan perasaan yang positif tentang hubungan yang penting bagi klien.
Rencana Tindakan Rasional Pengkajian:
− Kaji dukungan orang yang penting − Dengan mendapat dukungan dari bagi pasien orang yang penting bagi pasien akan mampu mengurangi tingkat kecemasan. − Tentukan sumber ansietas. − Membantu dalam mengidentifikasi derajat kecemasan pasien
Monitoring/Observasi:
− Pantau tanda dan gejala ansietas − Membantu dalam mengidentifikasi derajat kecemasan pasien
Mandiri:
− Berikan kenyamanan fisik dan − Akan mampu mengurangi tingkat keamanan. kecemasan klien.
− Meningkatkan rasa percaya pasien − Membina hubungan saling percaya pada perawat antara perawat dan pasien
Pendidikan Kesehatan:
− Mengurangi kecemasan pasien − Memberikan informasi tentang prosedur yang dilakukan
PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.E Jenis kelamin : laki-laki Umur : 63 tahun Status perkawinan : sudah menikah Agama : Protestan Pendidikan : S1 Pekerjaan : Pensiunan Alamat : Jalan. Dorowati Lorong Gereja no 28 Kecamatan Medan Perjuangan.
Tanggal masuk : 28 Mei 2014 No. Register : 00-55-93-55 Ruangan/kamar : Dahlia 1/ kamar 12 Golongan Darah : O Tanggal Pengkajian : 02 juni 2014 Tanggal Operasi : - Diagnosa Medis : Chephalgia
II. KELUHAN UTAMA
Tn.E mengatakan nyeri di daerah kepala seperti tertusuk – tusuk dan nyeri bertambah jika melakukan banyak aktivitas, skala nyeri 6.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative 1.
Apa penyebabnya Pasien mengatakan penyakitnya disebabkan, klien terjatuh saat tidur.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien biasanya tidur untuk mengurangi rasa nyeri, pengaturan posisi yang nyaman yaitu semi fowler.
B. Quantity/quality 1.
Pasien meringis kesakitan, wajah terlihat pucat jika diberikan terapi oleh petugas kesehatan.
C. Region 1.
Dimana lokasinya Pasien mengatakan lokasi nyerinya pada kepala dan leher.
2. Apakah menyebar Pasien mengatakan nyeri menyebar dari kepala hingga leher.
D. Severity
Pasien mengatakan bahwa keaadaan ini menganggu aktivitasnya
E. Time
Pasien mengatakan nyeri yang dialaminya timbul jika melakukan banyak aktivitas
Bagaimana dirasakan Nyeri datang mendadak dan berdurasi 5 – 10 menit (nyeri akut) seperti tertusuk – tusuk, skala nyeri 6.
2. Bagaimana dilihat
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
E. Alergi Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
Pasien tidak mendaptkan perawatan sebelumnya, sebab klien belum pernah di rawat di rumah sakit.
D. Lama dirawat
Pasien mengatakan belum pernah dirawat maupun operasi sebelumnya
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Pasien mengatakan belum pernah mendapat tindakan medis sebelumnya.
A. Penyakit yang pernah dialami Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya.
C. Pernah dirawat/operasi
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan saat ini sangat mengganggu aktivitasnya dan selalu takut jika diberikan terapi pengobatan.
B. Konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien mengatakan kepalanya susah digerakkan dan takut tidak bisa kembali seperti semula lagi.
b) Ideal diri
Pasien mengatakan aktivitasnya menjadi terbatas
c) Harga diri
Pasien merasa bahwa dirinya tidak maksimal menjalani aktivitasnya d)
Peran diri Setelah sakit pasien mengatakan ia merasa terganggu dengan perannya sebagai kepala keluarga.
e) Identitas Pasien berperan sebagai seorang suami dan seorang ayah.
C. Keadan Emosi Keadaan emosi pasien stabil, seperti masih bisa mengontrol emosinya.
D. Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti orang yang berarti adalah istri b)
Hubungan dengan keluarga hubungan dengan keluarga baik-baik saja c)
Hubungan dengan orang lain Pasien berhubungan baik dengan orang lain
d) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain Pasien mengatakan tidak memiliki hambatan dengan orang lain.
E. Spiritual
a) Nilai dan kenyakinan
Pasien beragama protestan,dan dalam kehidupan sehari-hari pasien melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran dari kenyakinannya.
b) Kegiatan ibadah
Sejak mendapat perawatan di rumah sakit, pasien melakukan kegiatan ibadah yaitu berdoa.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
b) Bau Rambut sedikit berbau,seperti bau keringat.
Mata lengkap dan simetris mata kanan dan kiri
a) Kelengkapan dan Kesismetrisan
4) Mata
b) Struktur wajah : Struktur wajah berbentuk ovale dan simetris
3) Wajah
c) Warna kulit Warna kulit kepala dalam keadaan normal.
a) Penyebaran dan keadaan rambut Penyebaran rambut pasien merata dan bewarna hitam.
A. Keadaan umum
Rambut
c) Kulit kepala : kulit kepal bersih, dan sedikit berbau. 2)
b) Ubun – ubun : tepat di tengah.
a) Bentuk : bentuk kepala pasien simetris dan ovale.
1) Kepala dan rambut
C. Pemeriksaan Head To Toe
Suhu tubuh : 36,5°C Tekanan darah : 160/90 mmhg Nadi : 84x/menit Pernafasan : 22x/menit Skala nyeri : 6 TB : 170 cm BB : 76 kg
B. Tanda-tanda vital
Compos Mentis
a) Warna kulit : sawo matang.
b) Palpera
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung 6)
b) Keadaan gusi dan gigi tidak ada radang gusi dan karang gigi c)
Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
a) Keadaan bibir
Mulut dan faring
Pasien mampu mendengar dengan baik 7)
d) Ketajaman pendengaran
Lubang telinga Telinga bersih, tidak ada sekret.
Ukuran telinga simetris antara telinga kanan dan kiri c)
a) Bentuk telinga simetris antara telinga kanan dan kiri b)
Telinga
c) Cuping hidung
Tidak ada oedema
Lubang hidung Lubang hidung ada, simetris dan terdapat rambut hidung.
Tulang dan hidung dalam keadaan normal, dan sputum nasi berada di tengah b)
a) Tulang hidung dan posisi septum nasi
Hidung
Tidak ada tekanan pada bola mata 5)
f) Tekanan bola mata
Tidak ada pengapuran katarak
e) Kornea dan iris
Isokor pada mata kanan dan kiri
d) Pupil
c) Konjungtiva dan sclera Konjungtiva bewarna merah muda dan sclera bewarna putih.
Keadaan lidah Lidah bersih, tidak ada sariawan. d) Orofaring Tidak ada peradangan.
8) Leher
b) Palpasi
: 24x/menit
c) Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas
11) Pemeriksaan paru
b) Perkusi
: Resonan
c) Auskultasi
: Dalam keadaan normal 12)
Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : Tidak ada pembengkakan jantung
: midclavicula sinistra dan dextra teratur
: simetris kanan dan kiri
c) Perkusi
: dullness
d) Auskultasi : bunyi jantung lup- dup dan frekuensi 84x/menit
13) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak terdapat benjolan
b) Auskultasi : Terdapat peristaltic usus 5x
c) Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
d) Perkusi
: Tidak ada suara tambahan
b) Pernapasan
a) Inspeksi thoraks
a) Posisi trachea
9) Pemeriksaan integument
: posisi medial/normal
b) Thyroid
: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
c) Suara
: tidak terdapat kelainan pada suara
d) Kelenjar Limfe
: tidak ada pembesaran kelenjar limfe
e) Vena jugularis
: tidak ada distensi vena jugularis
f) Denyut nadi karotis: teraba, kuat dan teratur
a) Kebersihan
10) Pemeriksaan thorak/dada
: kebersihan kulit pasien terpelihara
b) Kehangatan
: teraba hangat
c) Warna
: sawo matang
d) Turgor
: turgor kulit kembali < 2 detik
e) Kelembapan
: kulit lembab
f) Kelainan pada kulit : tidak ada alergi pada kulit
a) Palpasi dan getaran suara : tidak dilakukan.
14) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a) : Terdapat rambut pubis, simetris, Genitalia
b) Anus dan perineum : normal tidak ada kelainan
15) Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas
Ekstrimitas tampak simetris, terpasang infuse ringer laktat 20tpm pada ekstrimitas atas. 16)
Fungsi sensorik Tidak terdapat kelainan pada fungsi sensorik
VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
a) Frekuensi makan/hari 3x/hari di tambah dengan makanan selingan.
b) Nafsu/selera makan Sejak masuk rumah sakit, nafsu makan mulai berkurang.
c) Nyeri ulu hati
Tidak ada nyeri ulu hati
d) Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi pada makanan
e) Mual dan muntah Tidak ada mual dan muntah.
f) Waktu pemberian makan
09.00 wib, 12.00 wib, 20.00 wib
g) Jumlah dan jenis makan 1 porsi nasi h)
Waktu pemberian cairan Sesuai dengan kebutuhan pasien i)
Masalah makan dan minum Pasien merasa tidak ada masalah dalam makan dan minum
II Perawatan diri/personal hygiene
a) Kebersihan tubuh
Pasien tampak bersih dan terawat
b) Kebersihan gigi dan mulut
Gigi dan mulut tampak bersih c) Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kuku sedikit panjang dan bersih
e) Penggunaan laktasif : klien tidak menggunakan laktasif
Upaya mengatasi masalah : tidak terdapat masalah dalam
Penggunaan diurepetik : pasien tidak menggunakan direupetik f)
Riwayat penyakit ginjal : pasien tidak menderita penyakit berkemih e)
c) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan : pasien tidak mengalami nyeri saat berkemih d)
: kuning, berbau khas
b) Karakter urine
: 7 – 8 x/hari
a) Pola BAK
2. BAK
Diare : klien tidak pernah mengalami diare hebat
III Pola kegiatan/aktivitas a.
c) Riwayat perdarahan : kilen mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan saat BAB d)
b) Karakter feses : encer.
: 1 – 2x/hari
a) Pola BAB
1. BAB
VIII POLA ELIMINASI
Uraikan aktivitas ibadah pasien selama di rawat/sakit: Selama masa perawatan pasien tampak melaksanakan kegiatan ibadah yaitu berdoa.
b.
Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti, pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total: Selama masa perawatan, pasien tidak mampu makan secara mandiri, dan eliminasi urine klien membutuhkan bantuan baik dari keluarga maupun petugas kesehatan. Pasien tidak bisa secara mandiri, sebab pasien hanya terbaring di atas tempat tidur, sehingga pasien membutuhkan bantuan dalam memenuhui kebutuhan dasar, begitu juga dalam hal berpakaian.
BAK
2. Analisa Data No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Tn.E mengatakan nyeri di daerah kepala dan leher seperti tertusuk – tusuk DO : 1.
Tn.E terlihat meringis kesakitan 2. Tn.E tampak lemah 3. Tanda-tanda vital
TD : 160/90 mmhg HR : 82X/menit RR : 22x/menit T : 36,5°C 4. Skala nyeri 6
Trauma fisik Nyeri
2 DS : Tn.E mengatakan jika melakukan banyak aktivitas nyerinya akan bertambah DO : 1.
Tn.E terbaring di atas tempat tidur
2. Tn.E mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan
Tanda-tanda vital TD : 130/80mmhg HR : 84x/menit RR : 22x/menit T : 36,8°C 5. Skala nyeri 5
Nyeri kepala Intoleransi aktivitas
3. Tn.E tampak lemah 4.
3 DS: Tn.E selalu takut jika dilakukan terapi pengobatan, dan selalu bertanya tentang penyakitnya. DO: 1.
Pasien tampak cemas dan Selalu bertanya jika diberikan terapi pengobatan
Kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya
Ansietas
2. Pasien tampak gelisah
3. Rumusann Masalah MASALAH KEPERAWATAN 1.
Nyeri 2. Intoleransi Aktivitas 3. Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
a) Nyeri berhubungan dengan trauma fisik ditandai dengan wajah meringis kesakitan, keadaan umum lemah, skala nyeri 6.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan pasien tampak lemah.
c) Ansietas berhubung kurangnya pengetahuan ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya.
4. Perencanaan Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari/ No. Perencanaan Keperawatan Tanggal Dx
Senin/02 1.
Tujuan:
juni 2014 − Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mengatakan nyeri berkurang dan mampu melakukan aktivitas seperti biasanya.
Kriteria Hasil: − Klien akan melaporkan nyeri berkurang. Rencana Tindakan Rasional Pengkajian:
− Lakukan pengkajian nyeri − Membantu dalam meliputi lokasi, karakteristik, mengidentifikasi derajat durasi atau faktor ketidaknyamanan dan kebutuhan presipitasinya untuk keefektifan analgesik.
Observasi/monitoring:
− Kendalikan faktor lingkungan − Menurunkan reaksi terhadap yang dapat mempengaruhi stimulus dari luar dan respon pasien terhadap meningkatkan istirahat atau ketidaknyamanan relaksasi
− Pantau tanda-tanda vital − Nyeri yang berkelanjut akan berdampak pada peningkatan tanda-tanda vital. Merupakan indikator/derajat nyeri tidak langsung yang dialami.
Mandiri:
− Membantu menurunkan pasien dalam − Bantu kenyamanan lebih lanjut menentukan posisi yang nyaman
− Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
Kolaborasi:
− Perawat kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri
Pendidikan Kesehatan:
− Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
− Jika kondisi nyeri, keluhan nyeri masih menunjukkan tahap awal, baiknya berikan langsung terapi awal pengendalian nyeri (misalnya: nafas dalam)
− Mungkin diperlukan pemberian analgesik untuk mendukung proses penurunan nyeri. − Klien mendapat penjelasan tentang nyeri akan lebih sedikit mengalami stress dibandingkan dengan klien yang tidak mendapat penjelasan. Selasa/ 03 juni 2014
1. Tujuan: − Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukkan tindakan gerakan yang aktif
Kriteria Hasil:
− Klien akan berpatisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan yang memadai denyut jantung, frekuensi respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal.
Rencana Tindakan Rasional Pengkajian:
− Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas − Evaluasi dan motivasi keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas
− Membantu dalam mengidentifikasi derajat kemampuan klien terhadap aktivitas
− Mampu memberi semangat pada klien agar bisa melakukan aktivitas seperti dahulu
Monitoring/observasi:
− Akan mempermudah klien dalam beraktivitas.
Rencana Tindakan Rasional Pengkajian:
− Klien akan menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai kebutuhan. − Klien akan mengekspresikan perasaan yang positif tentang hubungan yang penting bagi klien.
Kriteria Hasil:
Menunjukkan kenyamanan psikologis.
1. Tujuan: − Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
− Untuk mencegah terjadinya kelelaha, diperlukan manajemen waktu dan pengaruh aktivitas. Rabu/04 juni 2014
− Untuk memfasilitasi relaksasi − Pemberian anti nyeri akan mempermudah aktivitas klien.
− Mampu mempermudah proses perawatan selanjutnya − Mengidentifikasi penyebab terjadinya intoleransi aktivitas. − Untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi.
− Tentukan penyebab keletihan − Pantau pola istirahat klien dan lamanya waktu tidur − Pantau asupan nutrisi
− Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu.
Pendidikan Kesehatan:
− Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
Kolaborasi:
(seperti: cahaya dan kebisingan)
− Bantu dengan aktivitas teratur sesuai kebutuhan (misalnya berubah posisi). − Batasi rangsangan lingkungan
Mandiri:
− Kaji dukungan orang yang − Dengan mendapat dukungan dari penting bagi klien. orang yang penting bagi klien akan mampu mengurangi tingkat kecemasan. − Tentukan sumber ansietas. − Membantu dalam mengidentifikasi derajat kecemasan klien.
Monitoring/observasi:
− Membantu dalam mengidentifikasi − Pantau tanda dan gejala derajat kecemasan klien. ansietas
Mandiri:
− Berikan kenyamanan fisik − Akan mampu mengurangi tingkat dan keamanan. kecemasan klien.
5. Implementasi dan Evaluasi
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/ No. Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi Tanggal Dx(SOAP)
Senin /
1
09.00
1. S: Mengganti cairan infus RL, 20 02 juni tetes permenit Pasien mengatakan
2014 nyeri dibagian
12.00 2. kepala dan leher, Memberi diet yaitu MB 1 seperti tertusuk –
12.20 3. identitas tusuk dan Mengkaji pasien,keluhan berdurasi 10 – 15 penyakit,riwayat penyakit dan menit pola kebiasaan sehari – hari O: pasien tampak
12.30 4. meringis kesakitan Melakukan pengkajian fisik tanda – tanda vital:
12.40 5.
- meliputi lokasi, durasi dan mmhg karakteristiknya
Mengkaji nyeri pasien TD :140/90
HR : 84x/menit
- RR : 24x/menit
- 12.50 6.
Mengukur tanda-tanda vital T : 36,5ºC
- skala nyeri : 6
- A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
2
13.00
1. S: Memantau asupan nutrisi
Pasien mengatakan
13.10 2. takut melakukan Mengkaji keinginan pasien untuk melakukan aktivitas banyak aktivitas karena akan 3.
Mengkaji faktor yang
13.15 menyebabkan kelelahan pasien menyebabkan 4. nyerinya
Memberikan posisi semi 13.20 fowler bertambah
O: Pasien terbaring ditempat tidur dan sulit beraktivitas
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
3
13.30
1. S: Mengkaji penyebab ansietas pada pasien Pasien mengatakan
13.35 2. takut dengan terapi Menjelaskan tentang penyakitnya yang diberikan
13.45 3. akan berdampak Memantau tanda dan gejala ansietas negatif
O: Pasien tampak cemas jika diberikan terapi pengobatan.
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan Selasa/ 1.
09.00
1. S: Memantau keadaan umum 03 juni pasien. Pasien mengatakan
2014 akan melakukan
09.30 2. tarik nafas dalam Melakukan pengkajian nyeri jika nyeri kambuh
09.40
3. O: Mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam Skala nyeri 5, posisi nyaman semi
09.50 4. fowler, Memberi posisi semi fowler
Pasien mengerti
10.00 5. teknik tarik nafas Memberi diet ekstra yaitu kue lapis dalam
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
2.
11.00
1. S: Mengkaji keinginan pasien melakukan aktivitas Pasien mengatakan sudah bisa berdiri
11.10 2. tegak dengan Mengkaji kemampuan pasien melakukan aktivitas bantuan istri
O:
11.20
3. Pasien tampak Memantau asupan nutrisi bersemangat
11.30 4. mencoba berdiri Memantau pola istirahat pasien, yaitu lamanya waktu tegak dengan tidur bantuan istri, pola tidur pasien 1 – 2
11.45 5. jam di siang hari.
Memotivasi pasien melakukan aktivitas mandiri sesuai A: kemampuan Masalah teratasi
12.00 6. sebagian Memberi diet, yaitu MB 1
P: Intervensi dilanjutkan
3.
12.30
1. S: Mengkaji dukungan orang yang penting bagi pasien Pasien mengatakan akan mengikuti
12.35 2. terapi pengobatan Memantau tanda dan gejala ansietas karena dukungan dari istri
12.40
3. O: Mengkaji tingkat ansietas pasien. Cemas berkurang,
Tanda – tanda vital
13.00
4. TD: 130/90 mmhg Mengukur tanda – tanda vital
HR: 82x/ menit RR: 24x/menit T: 36
◦C
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Rabu/
1
15.00
1. S: Memantau keadaan umum 04 juni pasien Pasien mengatakan
2013 bila nyeri timbul
15.10 2. pasien segera Mengkaji nyeri pasien melakukan tarik
15.20 3.
Memberi posisi semi fowler nafas dalam, sampai nyeri
15.30 4. berkurang
Menganjurkan pasien untuk istirahat dan memberi lingkungan tenang untuk O: mengurangi peningkatan nyeri Skala nyeri 5, posisi nyaman semi fowler, Pasien tidur untuk mengurangi rasa nyeri.
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
2
17.00
1. S: Memberi injeksi
Pasien sudah bisa − ranitidin 1 amp/12 jam berjalan dari − ketorolac 1 amp/ 12 jam tempat tidur ke − ceftriaxone 1 amp/ 12 jam kamar mandi
17.20 dengan bantuan 2.
Memberi diet yaitu MB 1 istri, dan sudah bisa 18.00 berdiri tegak secara 3.
Mengkaji aktivitas yang sudah mandiri tanpa dilakukan pasien bantuan
18.20 O: 4.
Memotivasi keinginan pasien Pasien dapat berdiri untuk meningkatkan aktivitas tegak secara
18.30 mandiri, pasien 5.
Memantau pola istirahat pasien tampak yaitu lamanya waktu tidur bersemangat melakukan aktivitas A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
3
19.00
1. S: Mengukur tanda – tanda vital
Pasien mengatakan
19.20 2. cemas yang Memberikan kenyamanan fisik dan keamanan dirasakan berkurang
19.30
3. O: Memantau tingkat kecemasan pasien. Pasien tampak tenang, cemas berkurang Tanda – tanda vital TD: 130/80 mmhg HR: 80x/menit RR: 22x/menit
A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan
Kamis/
1
15.00
1. S: Melakukan pengkajian nyeri 05 juni
15.10
2. Pasien mengatakan Memberi posisi semi fowler
2014 nyeri di kepala dan
15.20 3. leher sudah mulai Memberikan lingkungan yang tenang untuk mengurangi berkurang peningkatan nyeri O:
16.00
4. Skala nyeri 4, Mengganti cairan infus RL, 20 tetes permenit posisi semi fowler.
16.10
5. TD : 130/90 mmhg Menganjurkan pasien untuk istirahat HR : 84x/menit
RR : 22x/menit T : 37
ºC A: Maslah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
2
17.00