BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Kronik - Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri kronik di RSUD dr.Pirngadi Medan

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Kronik Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

  suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien dirumah sakit (Prasetyo, 2010).

  Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interprestasi stimulus (Mubarak & Chayatin, 2008).

  Nyeri mengganggu hubungan dan kemampuan individu untuk mempertahankan perawatan dirinya. Dengan menyadari hal tersebut, maka perawat akan dapat menangani masalah klien dengan lebih profesional. Perawat tentang klien yang mengalami nyeri, akan menganalisa lebih objektif tentang pengalaman nyeri. Klien membuat diagnosis bahwa ia mengalami nyeri dan perawat bekerja untuk menerapkan teknik-teknik dan keterampilan yang pada akhirnya akan menghilangkan nyeri (Potter & Perry, 2006). Berdasarkan klasifikasinya secara umum, menurut (Mubarak & Chayatin, 2008) nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.

  a) Nyeri Akut

  Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri (Mubarak & Chayatin, 2008). Menurut Prasetyo, Nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan), memiliki onset yang tiba-tiba, dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau inflamasi. Hampir setiap individu pernah merasakan nyeri ini, seperti saat sakit kepala, sakit gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat melahirkan dan nyeri sesudah tindakan pembedahan.

  b) Nyeri Kronis

  Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain itu penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu tertentu (Mubarak & Chayatin, 2008). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri menurut (Potter & Perry,2006) sebagai berikut :

  a) Usia

  Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak- anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Jenis Kelamin

  Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri di pengaruhi oleh faktor- faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu.

  c) Kebudayaan

  Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa-apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

  d) Makna Nyeri

  Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut.

  e) Perhatian

  Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat di dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

  f) Ansietas

  Hubungan antar nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.

  g) Keletihan

  Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka lama.

  h) Pengalaman Sebelumnya

  Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. i)

  Mekanisme Koping merasa kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien merasakan kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau hasil akhir dari peristiwa yang terjadi. j)

  Dukungan Keluarga dan Sosial Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

  1. Pengkajian

  Prasetyo (2010) mengatakan pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon yang diberikan. Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon yang dialami oleh klien. Girton (1984) dalam Prasetyo, mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantaranya :

  1. Penentuan ada tidaknya nyeri Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.

  2. Karakteristik nyeri (metode P, Q, R, S, T) a.

  Faktor pencetus (P: Provocate) Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian- bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat harus mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplor perasaan klien dan dapat menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.

  b.

  Kualitas (Q, Quality) Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang di ungkapkan oleh klien, sering kali mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

  c.

  Lokasi (R: Region)

  Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian/ daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

  d.

  Keparahan (S: Severe) Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat.

  Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri (0-10)

  Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik.

  e.

  Durasi (T: Time) Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri.

3. Respon fisiologis

  Tabel 1. Respon fisiologis yang timbul akibat nyeri antara lain:

Respon fisiologis terhadap nyeri

  Peningkatan frekuensi pernapasan Dilatasi saluran bronkiolus Peningkatan frekuensi denyut jantung

  Respon simpatik Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah) Peningkatan kadar glukosa darah

  Diaforesis Peningkatan tegangan otot Dilatasi pupil Penurunan motilitas saluran cerna Pucat Ketegangan otot

  Respon Penurunan denyut jantung atau tekanan darah parasimpatik Pernafasan cepat dan tidak teratur Mual dan muntah Kelemahan atau kelelahan 4. Respon perilaku

  Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.

  5. Respon afektif Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri. Adanya depresi, ansietas, ketidak tertarikan pada aktivitas fisik juga merupakan respon afektif.

  6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari.

  7. Persepsi klien tentang nyeri Dalam hal ini, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya.

  8. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami.

2. Analisa Data

  Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial

  

asessment ), selama pasien dirawat secara terus-menerus (ongoing assesment),

  serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (reassesment) (Potter & Perry, 2005).

  Setelah melakukan pengumpulan data kemudian melakukan analisa data. Analisa data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandingkan pola ini dengan kesehatan yang normal,dan menarik konklusi tentang respon klien.

  Perawat memeperhatikan pola kecenderungan sambil memeriksa kelompok data 3.

   Rumusan Masalah

  Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa yang sesuai. Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan kebutuhan dasar keperawatan dari klien (Gordon,1994). Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter

  Diagnosa keperawatan NANDA mungkin muncul pada klien dengan & Perry, 2005). masalah nyeri dalam Potter & Perry, 2006 adalah: 1. cedera fisik atau trauma, penurunan suplai

  Nyeri yang berhubungan dengan darah ke jaringan, dan proses melahirkan normal.

2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan, jaringan parut dan kontrol nyeri yang tidak adekuat, dan kanker maligna.

  3. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan nyeri kronik.

  Pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara yang efektif untuk mencapai kenyaman.

  Lakukan pengkajian nyeri yang meliputi skala, lokasi, karakteristik, intensitas atau keparahan nyeri atau faktor

  6. Tanda-tanda vital normal Rencana Tindakan Rasional

  5. Pasien menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan non analgesik secara cepat.

  4. Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.

  3. Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.

  2. Pasien akan mempertahankan nyeri pada skala 2 atau kurang.

  1. Tujuan dan Kriteria Hasil 1.

  4. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan, nyeri muskuloskeletal dan nyeri insisi.

  No. DX Perencanaan Keperawatan

  Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005). Berikut contoh perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri kronik berdasarkan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC dengan diagnosa keperawatan nyeri.

  4. Perencanaan

  8. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri punggung bagian bawah.

  7. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan nyeri artritis panggul.

  6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri muskuloskeletal.

  5. Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan persepsi nyeri.

  Mengetahui derajat/skala nyeri yang sedang dialami. presipitasinya. Kaji tanda-tanda vital Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi kompres dingin atau kompres hangat.

  Berikan posisi yang aman dan nyaman.

  Lakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (Misalnya, suhu ruangan, cahaya dan kegaduhan) .

  Kolaborasikan pemberian analgetik Nyeri yang berlanjut akan berdampak pada peningkatan tanda- tanda vital.

  Agar pasien dan keluarga mengetahui cara mengehilangkan nyeri dengan teknik nonfarmakologis atau tanpa obat.

  Mengurangi ketegangan pada otot- otot Merilekskan tubuh dan mengurangi nyeri yang dialami.

  Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar dan meningkatkan istirahat atau realisasi.

  Terapi farmakologi meredakan nyeri.

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I.

   Biodata

  Identitas Pasien Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 57 tahun Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Alamat : Jln. Mayjen Sutoyo No. 23 Kuala Simpang Kab. Aceh

  Tamiang Tanggal Masuk RS : 2 Juni 2014 No. Register : 00.83.34.37 Ruangan/Kamar : Neonati Lt. V/ 502 Golongan darah : - Tanggal pengkajian : 2 Juni 2014 Diagnosa Medis : Mioma Uteri II.

   Keluhan Utama

  Pada saat pengkajian pada senin 2 Juni 2014, pukul 17.20 WIB, pasien mengatakan nyeri, nyeri terasa panas seperti terbakar, di abdomen kuadran kanan dan kiri bawah menyebar sampai ke punggung bawah dengan intensitas nyeri berat skala 7 diukur dengan menggunakan numeric rating

  scale (0-10), nyeri dirasakan setiap bergerak.

  Pasien rencana tindakan kuretase pada Rabu, 4 Juni 2014.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang 1.

  Provocative/Palliative a.

  b.

  3. Pernah dirawat/dioperasi

  2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Dilakukan tindakan kuretase karena menderita penyakit mioma uteri.

  Penyakit yang pernah dialami Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit mioma uteri pada tahun 2012.

  5. Time Pasien mengatakan nyeri yang di alaminya timbul ketika bergerak.

  4. Severity Pasien mengatakan intensitas nyeri berat skala 7 diukur dengan numerik rating scale (0-10), karena nyeri tersebut aktivitas pasien terganggu.

  Apakah menyebar bawah sampai ke punggung bawah.

  Dimana lokasinya Pasien mengatakan lokasinya di abdomen kuadran kanan dan kiri bawah.

  Apa penyebabnya Nyeri yang dirasakan pasien diperparah ketika pasien bergerak.

  3. Region a.

  Bagaimana dilihat Pasien tampak meringis kesakitan, wajah tampak pucat, dan memegang area yang sakit.

  b.

  Bagaimana dirasakan Pasien mengatakan nyerinya panas seperti terbakar.

  2. Quantity/Quality a.

  Hal-hal yang memperbaiki keadaan Pasien mengatakan jika nyeri timbul biasanya hanya dibawa berbaring ataupun dibawa tidur.

  b.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu 1.

  Pasien mengatakan pernah di rawat di RS dr. Pirngadi dan dilakukan tindakan kuretase.

  4. Lama dirawat Pasien mengatakan ia dirawat selama 10 hari.

  5. Alergi Pasien mengatakan ia alergi terhadap daging ayam, terasi, tidak ada alergi obat, dan tidak ada alergi terhadap perubahan cuaca.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga 1.

  2. Saudara kandung Pasien mengatakan saudara kandungnya tidak mengalami penyakit keturunan.

  3. Penyakit keturunan yang ada Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dalam keluarganya.

  4. Anggota keluarga yang meninggal Pasien mengatakan ayahnya sudah meninggal.

  5. Penyebab meninggal VI.

  Orang tua Pasien mengatakan ayahnya tidak menderita penyakit yang diturunkan seperti kanker, DM, Hipertensi, dll.

  G: 0 P: 8

  A: 0 2. Kapan pertama kali menstruasi dan menopause?

  Pasien mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 13 tahun dan pasien sudah menopause pada usia 54 tahun.

  3. Adakah nyeri berlebih pada saat menstruasi dulu? Pasien mengatakan ia merasakan sangat nyeri ketika menstruasi dan menyulitkan pasien untuk melakukan aktivitas.

  4. Usia berapakah menikah? Pasien mengatakan ia menikah di usia 18 tahun.

  5. Usia berapakah melakukan hubungan seksual pertama? Pasien mengatakan di usia 18 tahun ia melakukan hubungan seksual.

  6. Berapakah jumlah pernikahan pasien?

   Riwayat Obstetrik 1.

  Pasien mengatakan ia menikah 1 kali.

  7. Berapakah jumlah kehamilan dan persalinan pasien? Pasien mengatakan ia sudah 8 kali hamil dan melahirkan 8 kali.

  8. Bagaimanakah cara persalinan pasien? Pasien mengatakan ia menjalani proses persalinan pervaginam.

  9. Adakah penyulit semasa kehamilan? Pasien mengatakan tidak ada penyulit selama kehamilan.

  10. Adakah pengguanaan alat kontrasepsi? Pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi.

VII. Riwayat Keadaan Psikososial 1.

  2. Konsep diri a.

  Gambaran diri : Pasien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya.

  b.

  Ideal diri : Pasien mengatakan ia ingin sembuh dan segera pulang kerumahnya.

   Persepsi pasien tentang penyakitnya Pasien mengatakan ia akan terus berusaha untuk kesembuhan penyakitnya.

  d.

  Peran diri : Pasien mengatakan peran nya sebagai seorang ibu tidak terganggu.

  e.

  Identitas : Pasien mengatakan ia seorang janda dan ibu dari delapan anak.

  3. Keadaan emosi

  Pasien masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik karena selalu mendapat dukungan dan semangat dari anak-anaknya.

  4. Hubungan sosial a.

  Orang yang berarti Pasien mengatakan orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidupnya adalah ibu dan anak-anaknya karena anaknya selalu setia menemani, merawat dan menjaganya.

  Harga diri dirasakannya sekarang. b.

  Hubungan dengan keluarga Pasien mengatakan ia menjalin hubungan baik dengan semua keluarganya.

  c.

  Hubungan dengan orang lain Pasien mengatakan ia menjalin hubungan baik dengan orang lain.

  d.

  Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Pasien mengatakan ia tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dan berinteraksi dengan pasien lain yang berada satu ruangan, dan dengan perawat.

5. Spiritual a.

  Nilai dan keyakinan Pasien beragama Islam, dalam kehidupan sehari-hari ia mengikuti nilai dan keyakinan sesuai dengan agamanya.

  b.

  Kegiatan ibadah Pasien mengatakan selama sakit ia selalu shalat walaupun harus menahan sakit dan ia selalu berdoa untuk kesembuhannya.

VIII. Pemeriksaan Fisik 1.

  Suhu tubuh : 37,1°C b. Tekanan darah : 110/70 mmHg c. Nadi

  : 22 x/menit e. Skala nyeri : 7 dengan menggunakan numeric rating scale (1-10) f. TB

  : 155 cm g. BB

  : 58 kg 3. Pemeriksaan Head to toe a.

  Kepala dan Rambut 1)

  Bentuk : Bulat simetris, tidak ada pembengkakan

  2) Kulit kepala

  : Kulit kepala bersih b. Rambut

  1) Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran Rambut merata di

  Keadaan umum Pasien tampak meringis, pucat dan lemas. Tanda-tanda vital a.

  : 80 x/menit d. Pernafasan kepala, rambut ikal panjang. 2)

  Bau : Tidak

  5) Cornea dan iris

  Telinga 1)

  Cuping hidung : Ada f.

  : Bersih, simetris kanan/kiri dan tidak ada peradangan. 3)

  2) Lubang hidung

  1) Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung dalam keadaan normal dan septum nasi berada di tengah

  : Tidak dilakukan pemeriksaan e. Hidung

  7) Tekanan bola mata

  : Tidak ada pengapuran katarak dan tidak ada peradangan. Visus lebih dari 6 meter dan pasien dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter.

  Pupil : Isokor kanan/kiri

  3) Warna rambut

  : Konjungtiva anemis, tampak kantung dan sclera putih sedikit kemerahan. 4)

  3) Konjungtiva dan sclera

  : Tidak ada peradangan, tidak ada ptosis dan tidak ada edema periorbital

  2) Palpebra

  1) Kelengkapan dan kesimetrisan : Struktur mata lengkap dan simetris kanan/kiri,

  : Simetris dan tidak tampak kelainan d. Mata

  2) Struktur wajah

  1) Warna kulit : Pucat dan tidak perdarahan.

  : Hitam c. Wajah

  Bentuk telinga : Normal

  2) Ukuran telinga

  Kelembaban : Kulit tampak kering. 6)

  Pemeriksaan integument 1)

  Kebersihan : Kebersihan kulit pasien terpelihara

  Kehangatan hangat. 3)

  Warna : Kuning langsat

  4) Turgor

  : Kembali > 2 detik pada kedua ekstremitas bawah 5)

  Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit j.

  : Tidak ada distensi vena jugularis 6)

  Pemeriksaan payudara dan ketiak 1)

  Ukuran dan bentuk : Ukuran dan bentuk simetris ka/ki, tidak ada benjolan.

  2) Warna payudara dan areola

  : Normal, coklat kehitaman 3)

  Kondisi payudara dan putting : Normal. 4)

  Produksi ASI : Tidak ada produksi ASI

  5) Aksila dan klavicula

  Denyut nadi karotis : Teraba i.

  5) Vena jugularis

  : Simetris kanan/kiri 3)

  : Tidak ada perdarahan 3)

  Lubang telinga : Tidak ada kelainan

  4) Ketajaman pendengaran : Pasien memiliki ketajaman pendengaran baik.

  g.

  Mulut dan faring 1)

  Keadaan bibir : Mukosa bibir kering

  2) Keadaan gusi dan gigi

  Keadaan lidah : Tidak ada kelainan

  Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

  4) Orofaring

  : Tidak ada kelainan h. Leher

  1) Posisi trachea

  : Normal 2)

  Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

  3) Suara

  : Jelas 4)

  : Tidak ada benjolan di sekitar aksila dan clavicula. k.

  Pemeriksaan thoraks/dada 1)

  Palpasi

   Pola Kebiasaan Sehari-Hari 1.

  : Normal IX.

  b) Perineum

  : Ada

  a) Lubang anus

  Anus dan perineum

  : Normal 2)

  b) Lubang uretra

  : Ada

  a) Rambut pubis

  Genitalia

  Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya 1)

  4) Perkusi : tidak dilakukan karena ada nyeri tekan. n.

  a) Tanda nyeri tekan : Ada, pada kuadran kanan dan kiri bawah. dilakukan dengan cara nyeri tekan dalam sedalam 1 cm.

  Auskultasi : Peristaltik 10x/menit dan tidak ada suara tambahan.

  Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifpasien koliasis) : Normal. 2)

  : Tidak ada 2)

  b) Benjolan

  : Simetris

  a) Bentuk

  Inspeksi

  Pemeriksaan abdomen 1)

  Auskultasi : Bunyi jantung normal m.

  : Dullness 4)

  3) Perkusi

  Palpasi : Tidak ada kelainan

  Inspeksi : Tidak ada pembengkakan. 2)

  Pemeriksaan jantung 1)

  3) Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas. l.

  Pernafasan (frekuensi,irama) : 22x/ menit

  Pola makan dan minum a.

  Frekuensi makan/hari: Makan 2-3 x sehari b.

  Nafsu/selera makan : Nafsu/selera makan menurun

  c. : - Nyeri ulu hati

  d. : Pasien mengatakan ia alergi terasi Alergi dan ayam.

  e. : Pasien merasa mual bila menu tidak Mual dan muntah sesuai.

  f. : Pasien makan ketika ia merasa lapar Waktu pemberian makan

  g. : Pasien makan sampai ia merasa Jumlah dan jenis makan keyang.

  h.

  Waktu pemberian cairan/minum : Sewaktu-waktu jika pasien haus dan pasien terpasang infus. i.

  Masalah makan dan minum

  a) : Tidak ada Kesulitan menelan

  b) : Tidak ada Kesulitan mengunyah 2.

  Perawatan diri/personal higine

  a. : Pasien tampak bersih dan terawat Kebersihan tubuh

  b. : Tidak ada perdarahan Kebersihan gigi dan mulut

  Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih 3. Pola kegiatan/aktivitas a.

  Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian mandiri, sebagian, atau total: Pasien mandi dikamar mandi dibantu dengan anaknya tetapi dalam posisi duduk. Saat makan pasien dapat makan sendiri tanpa bantuan dari keluarga. Sewaktu eliminasi pasien kekamar mandi di bantu dengan anaknya dan pasien mengganti pakaian dibantu oleh anaknya.

  b.

  Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit: Pasien selalu menunaikan ibadah sholat sebagaimana diwajibkan dalam agama islam dan pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya.

4. Pola eliminasi a.

  BAB 1) : Normal

  Pola BAB

  2) : Konsitensi lembek Karakter feses

  3) Riwayat pendarahan : Tidak ada

  4) : 2 juni 2014 BAB terakhir

  5) : Tidak ada diare Diare

  6) : Tidak ada penggunaan laksatif Penggunaan laksatif b.

  BAK 1)

  : Normal Pola BAK

  2) : Kekuningan

  Karakter urine 3)

  : Tidak ada kesulitan saat Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK BAK.

X. Hasil Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik a.

  Diagnosa medis Mioma Uteri b. Pemeriksaan diagnostik/penunjang medis

  Laboratorium (jaringan kecil) Makroskopik: Terima 2 wadah jaringan: 1.

  Endocerviks: jaringan volume ½ cc warna putih kemerahan konsistensi 2. Endometrium: jaringan volume ½ cc warna putih kemerahan konsistensi kenyal (makros habis). Mikroskopik:

  • epitel toraks serta inti masih dalam batas-batas normal. Stroma tampak gambur di infiltrasi sel-sel radang limposit.

  Sediaan dari jaringan endocervik, tampak bentuk polip dengan pelapis

  • dengan kelenjar berbentuk bulat, sedikit berkelok dilapisi sel toraks yang berproliferasi dengan inti dalam batas normal. Stroma terdiri dari sel-sel berbentuk bulat dengan inti bulat basofilik, kromatin halus, sitoplasma sedikit dan eosinofilik.

  Sediaan jaringan endometrium terdiri dari fragmen-fragmen jaringan

  Kesimpulan: Endocervik: suatu inflamatori polio endocervik

  • 2.

  Endometrium: dalam phase proliferasi.

   Analisa Data

ANALISA DATA

Masalah

  No Data Etiologi Keperawatan

  1. DS: Rangsangan

  • terhadap sel

  P: Nyeri yang dirasakan pasien diperparah ketika neoplastik terhadap pasien bergerak. hormon estrogen

  • seperti terbakar (sebelum Terdapat banyak tindakan kuretase) menjalar mioma di dinding sampai ke punggung bawah. uterus

  Q: Pasien mengatakan nyeri

  • dirasakan di abdomen Mioma uteri kuadran kanan dan kiri bawah sampai ke punggung Mioma membesar bawah.
  • Gangguan kontraksi Pasien mengatakan

  R: Pasien mengatakan nyeri

  S: intensitas nyeri berat skala 7 otot uterus diukur dengan numerik

  rating scale (0-10), karena Gangguan sirkulasi Nyeri kronik

  nyeri tersebut aktivitas darah pada sarang pasien terganggu. mioma akibat

  • nekrosis dan

  T: Pasien mengatakan nyeri timbul ketika bergerak. peradangan DO:

  1. Nyeri Intensitas nyeri berat skala 7 diukur dengan menggunakan numerik

  rating scale (0-10) 2.

  Wajah pasien tampak meringis dan memegangi area yang sakit.

3. Respirasi: 22x/menit 4.

  TD: 110/70 mmHg 5. Nadi: 80x/menit 6. Suhu: 37,1°C

  No Data Etiologi Masalah Keperawatan

  2. DS:

  • Pasien mengatakan ia mandi dikamar mandi dibantu dengan anaknya tetapi dalam posisi duduk.
  • Pada saat eliminasi pasien mengatakan ia kekamar mandi di bantu oleh anaknya dan pasien mengganti pakaian dibantu oleh anaknya.

  DO: 1.

  Pasien tampak mandi dikamar mandi dibantu dengan anaknya tetapi dalam posisi duduk.

  2. Pasien tampak mengganti pakaian dibantu oleh anaknya.

  3. Pasien tampak pucat, lemas, dan konjungtiva anemis.

  4. Respirasi: 22x/menit 5.

  TD: 110/70 mmHg 6. Nadi: 80x/menit 7. Suhu: 37,1°C

  Rangsangan terhadap sel neoplastik terhadap hormon estrogen

  Terdapat banyak mioma di dinding uterus

  Mioma uteri Mioma membesar

  Terjadi peradangan pada sarang mioma Perdarahan abnormal

  Tidak adekuat peratahanan tubuh akibat anemia

  Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas

  Intoleransi Aktivitas

  Masalah No Data Etiologi Keperawatan

  3. DS: Rangsangan mengatakan terhadap sel Pasien

  • badannya lemas. neoplastik terhadap hormon estrogen
  • berkeringat.

  Pasien mengatakan sering

  DO: Terdapat banyak 1. mioma di dinding

  Mukosa bibir pasien tampak kering. uterus

  2. Kulit pasien tampak kering.

  3. Mioma uteri Turgor kulit kembali > 2

  Defisit volume detik. cairan

  4. Mioma membesar Pasien tampak lemas.

  5. Respirasi: 22x/menit

  6. Terjadi peradangan TD: 110/70 mmHg

  7. pada sarang mioma Nadi: 80x/menit 8.

  Suhu: 37,1°C Perdarahan abnormal

  Defisit volume cairan

  3. Rumusan Masalah 1.

  Masalah Keperawatan a.

  Nyeri kronik b.

  Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan wajah tampak pucat, lemas, dan konjungtiva anemis.

  c.

  Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan abnormal ditandai dengan mukosa bibir kering, kulit kering, dan turgor kembali > 2 detik.

  2. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) Nyeri kronik berhubungan dengan desakan tumor mioma uteri ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kanan dan kiri bawah serta punggung bawah, dirasakan panas seperti terbakar, intensitas nyeri berat skala 7 diukur dengan

  numerik rating scale (0-10), nyeri timbul ketika bergerak, dan wajah tampak meringis.

4. Perencanaan

  1. Tujuan dan Kriteria Hasil 1.

  Pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara yang efektif untuk mencapai kenyaman.

  2. Pasien akan mempertahankan nyeri pada skala 2 atau kurang.

  3. Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.

  4. Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.

  5. Pasien menggunakan tindakkan mengurangi nyeri dengan non analgesik secara cepat.

  6. Tanda-tanda vital normal Rencana Tindakan Rasional

  

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

No. DX Perencanaan Keperawatan

  Lakukan pengkajian nyeri yang meliputi skala, lokasi, karakteristik, intensitas atau keparahan nyeri atau faktor presipitasinya. Kaji tanda-tanda vital Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi kompres dingin atau hangat.

  Berikan posisi yang aman dan nyaman.

  Lakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (Misalnya, suhu ruangan, cahaya dan kegaduhan) .

  Kolaborasikan pemberian analgetik.

  Mengetahui derajat/skala nyeri yang sedang dialami.

  Nyeri yang berlanjut akan berdampak pada peningkatan tanda- tanda vital. Agar pasien dan keluarga mengetahui cara mengehilangkan nyeri dengan teknik nonfarmakologis atau tanpa obat.

  Mengurangi ketegangan pada otot- otot Merilekskan tubuh dan mengurangi nyeri yang dialami.

  Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar dan meningkatkan istirahat atau relaksasi.

  Terapi farmakologi meredakan nyeri.

5. Implementasi dan Evaluasi PELAKSANAAN KEPERAWATAN Implementasi No. Dx

  Evaluasi (SOAP) Keperawatan S: Pasien mengatakan nyeri yang 1.

1. Melakukan pengkajian

  Senin, nyeri yang meliputi dirasakan panas seperti terbakar

  2 Juni skala, lokasi, (sebelum dilakukan tindakan 2014 karakteristik, intensitas kuretase) di abdomen kanan dan kiri nyeri. bawah menyebar sampai ke

  2. tanda-tanda punggung bawah, intensitas nyeri Mengkaji vital. berat skala

  7 diukur dengan 3. menggunakan numerik rating scale

  Memberikan posisi yang aman dan nyaman. (0-10).

  

O:

1.

  Skala nyeri 7, pasien meringis kesakitan, memegangi area yang sakit.

  2. Pasien merasa nyaman dalam posisi semi fowler dengan sudut ± 30° 3. TD: 110/70 mmHg

  Pernafasan : 22x/menit Nadi : 80x/menit Suhu tubuh : 37,1°C

  A: Masalah gangguan rasa nyaman:

  nyeri belum teratasi

  P: Intervensi dilanjutkan

  No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) 1.

  Selasa,

  3 Juni 2014 1.

  Melakukan pengkajian nyeri yang meliputi skala, lokasi, karakteristik, intensitas nyeri.

  2. Mengkaji tanda-tanda vital.

  3. Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi yaitu kompres dingin.

  S: Pasien mengatakan nyeri yang

  dirasakan panas seperti terbakar (sebelum dilakukan tindakan kuretase) di abdomen kanan dan kiri bawah menyebar sampai ke punggung bawah, intensitas nyeri sedang skala 5 diukur dengan menggunakan numerik rating scale

  (0-10) .

  

O:

1.

  Skala nyeri 5, pasien mampu melakukan teknik nonfarmakologi yaitu dengan melakukan kompres dingin selama 10 menit di bantu dengan keluarga.

4. Memberikan posisi yang aman dan nyaman.

  2. TD: 120/70 mmHg Pernafasan : 20x/menit Nadi : 80x/menit Suhu tubuh : 36,8°C 3. Pasien merasa nyaman dalam posisi semi fowler dengan sudut ±

  30°

  A: Masalah gangguan rasa nyaman: nyeri teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan

  Implementasi No. Dx Evaluasi (SOAP) Keperawatan 1.

  1. Evaluasi Melakukan pengkajian

  Kamis, nyeri yang meliputi S: pasien mengatakan nyeri yang

  5 Juni skala, lokasi, dirasakan, seperti ditusuk-tusuk 2014 karakteristik, intensitas (setelah dilakukan tindakan nyeri. kuretase), diseluruh bagian abdomen

  2. tanda-tanda intensitas nyeri sedang skala 6 Mengkaji vital. diukur dengan menggunakan

  3. numeric rating scale (0-10) Memberikan posisi yang aman dan nyaman. O:

  4. teknik 1.

  Melakukan Skala nyeri 6, wajah tampak relaksasi tarik nafas meringis dan konjungtiva anemis, dalam dan pengalihan memegang area abdomen. melalui pembicaraan dan 2.

  TD: 110/80 mmHg menonton tv untuk Pernafasan : 20x/menit menurunkan nyeri dan Nadi : 82x/menit memperluas fokus. Suhu tubuh : 37°C

  5. faktor 3.

  Mengendalikan Pasien merasa nyaman dalam lingkungan yang dapat posisi semi fowler dengan sudut ± mempengaruhi respon 20° pasien terhadap

  4. Pasien mampu melakukan teknik ketidaknyamanan relaksasi tarik nafas dalam dan (Misalnya, suhu ruangan, teknik mengalihkan yaitu cahaya dan kegaduhan) . berbicara dan menonton tv.

  A: Masalah gangguan rasa nyaman: nyeri kronik teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan

Dokumen yang terkait

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 MANAJEMEN PEMASARAN - Pengaruh Service Quality(Kualitas Pelayanan) Terhadap Word Of Mouth (Komunikasi Mulut Ke Mulut) Di Sektor Pelayanan Kesehatan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Auditing dan Standar Auditing - Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property da

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

1 1 11

Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Glukosa dari Sabut Kelapa Sawit dengan Kapasitas 15.000 Ton/Tahun

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kinerja Perusahaan - Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri pada Post Op Appendicsitis di RSUD.dr Pirngadi Medan

0 0 19

Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri pada Post Op Appendicsitis di RSUD.dr Pirngadi Medan

0 0 20