BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penetapan Kadar Kalium, Kalsium Dan Natrium Pada Daun Kucai (Allium Schoenoprasum, L.) Segar Dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel.

  2.1.1 Taksonomi Kucai.

  Menurut United States Department of Agriculture (2015), klasifikasi lengkap dari tanaman kucai adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida (Berkeping satu / monokotil) Sub kelas : Liliidae Ordo : Liliales Family : Liliaceae Genus : Allium Species : Allium schoenoprasum L.

  2.1.2 Deskripsi Tanaman Kucai ( Allium schoenoprasum L.) Umum : Tinggi sekitar 15-50 cm, membentuk rumpun, dan berumbi.

  Daun : Bearoma khas, berwarna hijau, ramping, pipih dan memanjang. Bunga : Berwarna putih atau ungu (Andarwulan dan Faradilla, 2012).

  Allium schoenoprasum umumnya memiliki tinggi 15-30 cm. Bercabang

  pada dasarnya. Helaian daun tipis dengan umbi berbentuk lonjong. Kulit umbi sangat tipis, putih. Batang bulat, biasanya bertekstur halus. Umbinya kecil, bulat panjang yang hampir sama. Kucai tumbuh di daerah pada ketinggian ± 1700 m dpl. Kucai menyukai kondisi tanah yang basah dan bersuhu dingin.

  Penyebarannya meliputi Eropa Selatan, Iran, India dan Cina, Amerika Utara (New York sampai Colorado Selatan) dan Jepang (Badan POM RI, 2008).

  Kucai (Allium schoenoprasum, L.) diketahui berasal dari sebagian wilayah Amerika Utara dan Eropa Utara. Tanaman ini dikenal sebagai sayuran daun dari keluarga Liliaceae (tanaman berumbi) dan biasa disajikan dalam irisan kecil-kecil.

  Selain sebagai tanaman sayur, kucai juga sering ditanam sebagai tanaman hias. Kucai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Pertumbuhan akan sangat baik jika ditanam pada tanah yang agak dalam dan dipenuhi dengan kompos

  Kucai dapat tumbuh di bawah panas matahari ataupun di tempat yang teduh. Musim kemarau tidak terlalu mempengaruhi perkembangan kucai karena masih memiliki umbi sebagai cadangan air. Sama seperti bawang, kucai mempunyai akar berbawang dan daun. Selain itu, kucai dapat ditanam dari bijinya (Andarwulan dan Faradilla, 2012). Kucai adalah tanaman yang berumur panjang (perrenial) (Pinzon, dkk., 2013) dimana dapat terus hidup hingga beberapa tahun jika keadaan tanahnya terus dijaga, yaitu tanah yang subur (Andarwulan dan Faradilla, 2012).

2.1.3 Nama Daerah

  Nama Daerah : Sumatera: Lokio (Melayu); ganda isi (Palembang). Jawa: Langkio, kucai (Sunda, Jawa).

  Nama Asing :

  Chivet, cive garlic, chive (Inggris), patzia (Cekoslovakia), ciboullete (Perancis), schnittlauch (Jerman), cipoletta (Italia), cebollino (Spanyol), purlog (Denmark), bislook (Belanda) (Badan POM RI, 2008).

2.1.4 Khasiat Kucai

  Berbagai manfaat kucai untuk pengobatan, diantaranya untuk mengatasi keputihan, sembelit serta infeksi kuman bakteri dalam usus, melancarkan aliran darah, sekaligus mencegah pembekuan darah (Andarwulan dan Faradilla, 2012). Selain itu, kucai juga berfungsi untuk menghambat tumor dan berperan sebagai antioksidan (Lalage, 2013). Belakangan ini kucai secara tradisional digunakan di Indonesia sebagai obat herbal penurun tekanan darah tinggi (Amalia, dkk., 2008). Efek hipotensi ekstrak etanol dan ekstrak n-heksan simplisia segar kucai sudah diteliti (Fidrianny, dkk., 2003).

2.2 Mineral

  Mineral merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh yang baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg/hari (natrium, klorida, kalium, fosfor, dan magnesium), sedangkan mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh kurang dari 100 mg/hari (besi, mangan, dan tembaga) (Almatsier, 2013).

  2.2.1 Kalsium

  Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5 – 2% dari berat orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.

  Peningkatan kebutuhan akan kalsium terjadi pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan meyusui (Almatsier, 2013).

  Mineral kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh antara lain untuk pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan darah, katalisator reaksi-reaksi biologik, serta kontraksi otot. Jumlah yang dianjurkan per hari untuk anak-anak sebesar 500 mg, remaja 600-700 mg, dan dewasa sebesar 500-800 mg (Almatsier, 2013).

  Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan sehingga tulang menjadi kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh (Almatsier, 2013).

  2.2.2 Kalium

  Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam pengaturan keseimbangan tubuh. Sebanyak 95% kalium berada di dalam cairan intraseluler. Bersama dengan natrium, kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh. Bersama dengan kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot (Almatsier, 2013).

  Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi, sepanjang seseorang cukup makan sayuran dan buah segar. Kebutuhan minimun akan kalium ditaksir

2.2.3 Natrium

  Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraseluler. Fungsi natrium di dalam tubuh bersama-sama dengan kalium menjaga kesimbangan cairan di dalam tubuh dan sebagai penghantar implus dalam serabut saraf. Kebutuhan natrium diperkirakan sebesar 500 mg/hari. Kelebihan natrium dapat menimbulkan edema dan hipertensi sedangkan kekurangan natrium dapat menyebabkan kejang, apatis, serta kehilangan nafsu makan (Almatsier, 2013).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.

  Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi ( Khopkar, 1985).

  Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur mineral dalam jumlah kecil (trace) dan sangat kecil (ultratrace). Cara ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007). Keuntungan dari metode spektrofotometri serapan atom adalah analisis yang cepat (10-15 detik per sampel per elemen), presisi yang sangat baik, interferensi sedikit, pelaksanaan yang sederhana, biaya yang murah serta lampu yang spesifik untuk masing-masing logam (Koplik, 2014).

  Adapun instrumentasi spektrofotometri serapan atom adalah sebagai a.

  Sumber Radiasi Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga

  (haloow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).

  b.

  Tempat Sampel Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

  1. Dengan nyala ( Flame) Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya

  o

  untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 2200

  C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber yang paling banyak digunakan.

  Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

  2. Tanpa nyala (Flameless) Pengatoman dilakukan dalam tungku grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

  c.

  Monokromator Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Gandjar dan Rohman, 2007).

  d.

  Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2007).

  e.

   Amplifier Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang

  diterima dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil ( Redout) (Gandjar dan Rohman, 2007).

  f.

   Readout Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan

  sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2014).

Gambar 2.1. Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (Anonim, 2014).

  Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gangguan-gangguan yang terjadi pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah:

  1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

  2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala.

  3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang dianalisiss, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala.

  4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik. Adapun gangguan-gangguan di atas dapat diatasi dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut: b.

  Penambahan senyawa penyangga c. Pengekstraksian unsur yang akan dianalisis d. Pengekstraksian ion atau gugus pengganggu.

2.4 Validasi Metode Analisis

  Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

  Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis sebagai berikut: a.

  Kecermatan Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004). Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu: 1.

  Metode simulasi Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sediaan farmasi plasebo, lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

2. Metode penambahan baku

  Metode penambahan baku (Standard addition method) merupakan dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

  b.

  Keseksamaan (presisi) Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen (Harmita, 2004).

  c.

  Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantisasi (Limit of quantitation).

  Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantisasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).