Evaluasi Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Remaja Puteri Di SMPN 4 wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Program Evaluation Preventing and Countermeasures Anemia Among Adolescent Girls In SMPN 4 District Health Office Banjarbaru Theresi

Evaluasi Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Remaja Puteri Di SMPN 4 wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru
Program Evaluation Preventing and Countermeasures Anemia Among Adolescent Girls
In SMPN 4 District Health Office Banjarbaru
1

2

3

4

Theresia Villa Anggreini , Husaini , Ratna Setyaningrum , Rudi Fakhriadi , Dian Rosadi

5

1

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
2
Departemen Kesehatan Lingkungan

3
Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
4
Departemen Epidemiologi
5
Departemen Epidemiologi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Email: [email protected]
Abstrak
Provinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi 13 Kabupaten/Kota dengan jumlah remaja puteri tingkat
SLTP sebanyak 161.354 remaja puteri dan 17.739 remaja puteri mendapatkan TTD berarti ada 10,99%
remaja di provinsi Kalimantan Selatan menerima TTD. Prevelensi anemia remaja puteri di Kota
Banjarbaru sebelum pemberian TTD sebanyak 58,75 menjadi 26,17% sesudah pemberian TTD, hal ini
menunjukan sudah tercapainya target penurunan anemia sebesar 32,58%. Sekolah yang mendapatkan
tablet tambah darah antara lain, SMPN 5, SMPN 9, SMPN 8, SMPN 3, SMPN 4 dan SMPN 10
Banjarbaru. Diantara keenam sekolah tersebut SMPN 10 Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki
penurunan angka kejadian anemia dari 138 siswi atau 75% menjadi 43 siswi atau 23,37% dan SMPN 4
Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki penurunan paling rendah dari sekitar 82,4% atau 178 siswi
yang mengalami anemia setelah diberikan tablet tambah darah masih ada 142 siswi atau 65,74% yang

mengalami anemia. Penelitian ini adalah untuk melakukan Evaluasi Program berdasarkan input, proses
dan output. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berfokus pada
pengalaman, interprestasi serta makna hidup seseorang yang mengalaminya. Pada penelitian ini, desain
yang digunakan adalah desain grounded theory dengan informan berjumlah 7 orang dan keabsahan data
penelitian cara credibility melalui triangulasi (sumber, waktu dan metode) dan dependabilitas. Analisis
data dengan data reduction, dan data display. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krangnya capaian
program pencegahan dan penanggulangan anemia remaja di SMPN 4 Banjarbaru disebabkan kurangnya
pengawasan dari guru Pembina UKS dalam konsumsi TTD yang telah dibagikan.
Kata kunci : anemia, remaja puteri, evaluasi

Abstract
South Kalimantan Province is divided into 13 districts / cities with the number of junior high school girls
161,354 girls and 17,739 girls get TTD means that 10.99% of adolescents in South Kalimantan province
receive TTD. The prevalence of anemia of adolescent girls in Banjarbaru City before TTD 58,75 to
26,17% after TTD, this shows that the achievement of anemia decrease target is 32,58%. Schools that
get tablets plus blood, among others, SMPN 5, SMPN 9, SMPN 8, SMPN 3, SMPN 4 and SMPN 10
Banjarbaru. Among these six schools SMPN 10 Banjarbaru is a school that has a decrease in the
incidence of anemia from 138 students or 75% to 43 girls or 23.37% and SMPN 4 Banjarbaru is the
school that has the lowest decline of about 82.4% or 178 female students who experienced anemia after
given tablets plus blood still there are 142 female students or 65,74% who have anemia. This research is

to conduct Program Evaluation based on input, process and output. This research uses the type of
qualitative research that is research that focuses on experience, interpretation and meaning of life of
someone who experienced it. In this research, the design used is grounded theory design with 7

informants and validity of research data of credibility way through triangulation (source, time and method)
and dependability. Data analysis with data reduction, and display data. The results showed that the lack

of achievement of prevention and prevention programs of adolescent anemia in SMPN 4 Banjarbaru due
to lack of supervision from teachers UKS coach in consumption TTD has been distributed.
Key words: anemia, adolescent girls, evaluation
PENDAHULUAN
Menurut laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2013 menjabarkan prevalensi
anemia dari 33 provinsi yang diketahui bahwa sebanyak 20 provinsi memiliki angka prevalensi anemia
yang lebih besar daripada angka rata-rata Indonesia, salah satunya Provinsi Kalimantan Selatan sebesar
10.9% (3). Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mulai tahun 2013 mulai menyelenggarakan
program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada remaja putri tingkat SMP, pada awalnya hanya
empat kabupaten yang dijadikan percontohan. Memasuki tahun 2104 program ini dijalankan di seluruh
Dinas Kesehatan Kabupaten. Provinsi Kalimantan Selatan terdapat 13 Kabupaten/Kota yang masingmasing Kabupaten/Kota mendapatkan distribusi TTD sebanyak 1.200 kecuali Kabupaten Banjar, Barito
kuala dan Kota Banjarmasin sebanyak 1.700, 1.239 dan 2.800 tablet tambah darah. Sehingga pada
tahun 2015 terdapat 17.739 remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah atau 10,99% dari jumlah

remaja puteri tingka SLTP di Kalimantan Selatan (161.354 remaja puteri 10-14 tahun). Dari 17.739
remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah, ternyata terdapat 5.021 siswi yang menderita
Anemia, sehingga prevelensi anemia remaja di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu sebesar
29,13% (5). Kabupaten/kota yang memiliki masalah anemia remaja puteri tertinggi adalah kota
Banjarbaru. Dari Laporan Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan Anemia ada Remaja Putri
pada Tahun 2015 pada pemeriksaan Hb tahap I ditemukan sebesar 58,75% atau 705 siswi dari 1.200
siswi yang mendapatkan tablet tambah darah mengalami anemia. Setelah diberikan tablet tambah darah
kemudian dilakukan pemeriksaan Hb tahap kedua dan ditemukan sebesar 26,17% atau 314 siswi yang
mengalami anemia. Artinya terjadi penurunan angka kejadian anemia remaja setelah pemberian tablet
tambah darah sebesar 32,86% (6). Sekolah yang mendapatkan tablet tambah darah antara lain, SMPN
5, SMPN 9, SMPN 8, SMPN 3, SMPN 4 dan SMPN 10 Banjarbaru. Diantara keenam sekolah tersebut
SMPN 10 Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki penurunan angka kejadian anemia dari 138 siswi
atau 75% menjadi 43 siswi atau 23,37% dan SMPN 4 Banjarbaru merupakan sekolah yang memiliki
penurunan paling rendah dari sekitar 82,4% atau 178 siswi yang mengalami anemia setelah diberikan
tablet tambah darah masih ada 135 siswi atau 62,5% yang mengalami anemia. Dari data tersebut bisa
terlihat adanya perbedaan perubahan yang signifikan. Berdasarkan latar belakang perlu dilakukan
penelitian tentang Evaluasi Program Pencegahan Anemia Remaja Puteri di SMPN 4 Banjarbaru wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berfokus pada pengalaman,

interprestasi serta makna hidup seseorang yang mengalaminya. Pada penelitian ini, desain yang
digunakan adalah desain grounded theory, dimana peneliti ingin meneliti beberapa individu yang
semuanya telah mengalami aktivitas, interaksi, atau proses dengan menggunakan metode pendekatan
kualitatif melalui studi dokumentasi dan wawancara mendalam. Penentuan responden penelitian
dilakukan secara dengan pertimbangan bahwa subjek adalah sekelompok orang yang memiliki informasi
yang dibutuhkan, juga merupakan sekelompok orang yang independen secara kepentingan penelitian
dan akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi yang diteliti (7). Informan dalam penelitian terdiri
dari Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Petugas puskesmas wilayah
SLTP yang diteliti, Guru Pembina UKS SMPN 4 Banjarbaru, Siswi SMPN 4. Meningkatkan keabsahan
data penelitian dapat dilakukan dengan cara credibility melalui triangulasi (sumber, waktu dan metode)
dan dependabilitas (7). Analisis data menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992) yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (8).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi data yang didapatkan
pada penelitian ini maka diperoleh hasil evaluasi program penanggulan dan pencegahan anemia aspek
input, proses dan output.

A. Input
1. Sumber Daya Manusia
Menunjukkan belum aktifnya guru pembina UKS SMPN 4 Banjarbaru yang seharusnya merupakan

pihak sekolah yang bertanggung jawab memantau serta mengingatkan siswi untuk mengonsumsi tablet
tambah darah yang telah dibagikan. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:
“Saya sebagai guru dan penanggung jawab UKS ga bisa mengingatkan terus mba, lagi pula saya
mengajar. Jadi untuk waktunya sendiri kalo untuk mengingatkan ke satu persatu murid agak susah,
cuman kadang waktu upacara diingatkan mba”
Belum adanya pelatihan yang diberikan Dinas Kesehatan Provinsi, pelatihan hanya diberikan oleh
Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru kepada pihak puskesmas dan guru-guru pembina UKS. Berikut
Kutipan wawancara salah satu informan:
“kalo pelatihan sih ga ada, peremuan-pertemuan aja. Kalo pelatihannya tu ada kemaren untuk guru sama
petugas puskesmas.”
Menurut Buku Pedoman Penanggulan dan Pencegahan Anemia Remaja Puteri dan Wanita Usia
Subur tahun 2015 Petugas Dinas Kesehatan untuk program ini merupakan staf bagian kesehatan dasar
yang sebelumnya sudah mendapatkan materi serta pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi. Namun
menurut petugas Dinas Kesehatan tidak pernah mendapatka pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi
(33).
2. Pembiayaan
Menunjukkan bahwa tidak mengalami kekurangan dana operasional alokasi dana yang diberikan
pada masing-masing program sudah mencukupi dana yang diperlukan. Berikut Kutipan wawancara salah
satu informan:
“ya, alhamdulilah sesuai aja. pembiayaannya kan ada dari APBD kota dan provinsi”

Pembiayaan yang cukup dalam program kesehatan remaja ini mempengaruhi turunnya angka
kejadian anemia pada remaja puteri.
3. Bahan
Menunjukan bahan yang digunakan dalam program pencegahan dan penanggulangan adalah materi
penyuluhan dengan media video sudah sesuai dengan standar yang disampaikan oleh pihak Dinas
Kesehatan Kota Banjarbaru. Selain materi penyuluhan bahan dalam program ini adalah Tablet Tambah
Darah (TTD). Menunjukan TTD yang sudah sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia dan standar TTD dari WHO. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:
“Tablet tambah darah tablet salut, banyaknya tiap anak dapat 30 tablet yang di konsumsi dihabiskan
dalam 3 bulan. Yang wajib itu remaja itu mengonsumsi 10 biji dalam sebulan, ini sesuai lawan surat
edaran waktu kegiatan dilakasnaakan”
Tablet tambah darah menurut WHO adalah suplemen zat besi yang mengandung 60 mg dan 0,25
mg asam folat. TTD bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi
anemia gizi besi. Dosis dan cara pemberian TTD, pada WUS dianjurkan inum TTD secara rutin dengan
dosis 1 tablet setia minggu dan 1 tablet setiap hari pada masa haid (34).
4. Metode
Menunjukan belum maksimalnya penyuluhan terkait anemia pada remaja dan konseling mengenai
gizi, penyuluhan di laksanakan oleh pihak dinas kesehatan yang sebelumnya seharusnya sudah
mendapatkan pelatihan tentang materi penyuluhan pencegahan anemia pada remaja puteri karena tidak
adanya pelatihan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Selain penyuluhan pihak Dinas

Kesehatan melakukan pemeriksaan Hb siswi. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali,
pemeriksaan pertama dilakukan sebelum siswi mengonsumsi TTD dan pemeriksaan kedua setelah siswi
mendapatkan TTD. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:
“jadi semalam itu pemeriksaan Hb siswi dua kali dilakukan, pertama pas kami datang sebelum dibagikan
TTD dan pemeriksaan kedua tu tiga bulan setelah TTD diberikan ke siswa”
Pemeriksaan Hb dilaksanakan sebelum dan sesudah pemberian TTD dengan tujuan mengetahui
perubahan tingkat kejadian anemia sebelum dan sesudah konsumsi TTD sesuai arahan Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
5. sarana/prasarana
Sarana penunjang keberhasilan program yang dilakukan adalah alat yang dipakai untuk membantu
kelancaran program seperti laptop, LCD, dan microphone, alat untuk memeriksa Hb, sementara
prasarana yang digunakan adalah ruang kelas di beberapa sekolah yang dipilih untuk menerima

pembagian tablet tambah darah untuk tempat dilakukannya penyuluhan sehingga kegiatan yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana semua nya menjadi tanggung
jawab pihak sekolah. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:
“pihak sekolah yang menyiapkan seperti ruangan, laptop, lcd, pengeras suara”
B. Proses
1. Perencanaan
Menunjukan adanya koordinasi lintas sektor antara Dinas Kesehatan dan Pendidikan yang sudah

sesuai sehingga sekolah yang menjadi sasaran program diambil secara acak untuk memenuhi arahan
Dinas Kesehatan Provinsi sebanyak 1.200 anak yang mendapatkan TTD dalam program pencegahan
dan penanggulangan anemia. Berikut Kutipan wawancara salah satu informan:
“semalam itu arahan Dinas Kesehatan Provinsi kami disuruh melaksanakan program pemberian TTD
dengan memeriksa sebelum dan sesudah konsumsi TTD kepada 1.200 siswi tingkat SLTP….. sekolah
tuh acak aja, kami ambil sample. Yang diminta kan Banjarbaru ada 1.200 remja yang di periksa kadar Hb
nya jadi kami tetapkan sekolah sampai memenuhi 1.200 remaja tu”
Menunjukan bahwa Dinas Kesehatan Kota sudah menyediakan bahan pedoman/petunjuk
pelaksanaan program bagi petugas yang ikut serta dalam program, mempersiapkan materi penyuluhan
yang akan di berikan kepada siswi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kejadian anemia yang
sudah menginguti arahan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Berikut Kutipan wawancara
salah satu informan:
“untuk pedoman program intinya menginguti arahan pihak Dinas Kesehatan Provinsi dan menyesuaikan
permenkes”
Kegiatan yang dilaksanakan menginguti arahan serta Permenkes yang ada. Permenkes yang di
pakai adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang standar
TTD bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil. Menujukan penetapan jadwal sudah sesuai dengan
koordinasi pihak puskesmas maupun sekolah.
2. Pelaksanaan
Menunjukan sudah sesuai nya pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan serta

dilaksanakannya konseling gizi bagi remaja puteri yang mengalami anemia. Berikut Kutipan wawancara
salah satu informan:
“yang Hbnya rendah ya yang anemia. Hb nya misalnya 9. Itu yang di nasihati untuk makan makanan
yang bisa menaikan Hb, istirahat cukup.”
Konseling masalah gizi remaja puteri kepada petugas kesehatan. Selain melakukan penyuluhan
Dinas Kesehatan di damping pihak puskesmas melakukan konseling gizi kepada siswi yang memiliki
kadar Hb