97 Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

St. Ma’rufah

Andik Matulessy

IGAA Noviekayati

Dosen Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945

Alumni Magister Psikologi

Dosen Fakultas Psikologi

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Universitas 17 Agustus 1945

Surabaya

Surabaya

e-mail: st.marufah@yahoo.com

e-mail: andikmatulessy@untag-sby.ac.id

e-mail: noviekayati@untag-sby.ac.id

Abstract, The research was conducted to find out the relationship between the perception of Kiai’s leadership and the conformity with the student’s obedience to the Islamic boarding school’s rule. The subject of the research was 115 of the Islamic boarding school’s students at Raudlatul Ulum Arrahmaniyah. The instrument used the obedience scale, perception of Kiai’s leadership scale and conformity scale. analyzing result shows that F value 22,879 and p = 000 (p<0,01), While the result of analyzing determination test shows that the perception to the Kiai’s leadership and conformity give an effective contribution to the student’s obedience to the rule of Islamic boarding school by 23,9 %.

Keyword: The obedience, the perception to Kiai’s leadership, Conformity

Intisari, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan persepsi terhadap kepemimpinan kiai, dan kinformitas dengan kepatuhan santri terhadap peraturan pesantren. Subyek penelitian adalah 115 santri pondok pesantren Raudlatul Ulum Arrahmaniyah Sampang. menggunakan metode kuantitatif, intrumen yang digunakan adalah skala kepatuhan, skala Persepsi terhadap kepemimpinan kiai dan skala konformitas. Hasil analisis uji regresi menunjukkan nilai F= 22,879 dan p = 0,000 (p<0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama Persepsi terhadap Kepemimpinan Kiai dan Konformitas dengan Kepatuhan santri terhadap peraturan pesantren memiliki korelasi positif yang signifikan. Hasil analisis uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa persepsi terhadap kepemimpinan kiai dan konformitas sanggup memberikan sumbangan efektif terhadap kepatuhan santri terhadap peraturan pesantren adalah 23,9%.

Kata Kunci: Kepatuhan, Perepsi terhadap kepemimpinan kiai, Konformitas

PENDAHULUAN

terlepas dari tekanan pihak lain sekalipun orang tua, kiai bahkan ustad/ustadah.

Tugas pendidikan adalah menyiapkan Hal itu terlihat jelas dari beberapa peraturan sumber daya manusia untuk pembangunan. dan sanksi di pondok pesantren yang secara

Pembangunan itu tentu tidak terlepas dari sengaja diadakan untuk menunjang terciptanya perkembangan zaman yang menuntut banyak kepatuhan dan kemandirian santri dalam melak- hal. Salah satu tempat pengembangan pendi- sanakan kegiatan kehidupan sehari-hari, walau- dikan adalah pondok pesantren.

pun demikian, tetap saja semua itu kembali Pondok pesantren merupakan bagian dari kepada pribadi masing-masing santri.

sistem pendidikan nasional yang memiliki fokus Setiap anggota masyarakat mengaplikasikan tidak hanya pada ilmu pengetahuan umum tetapi norma kedalam bentuk peraturan yang disesuai- juga ilmu agama. Pesantren mengajarkan santri kan dengan kebutuhan dan identitas masyarakat

bahwa dalam melakukan kegiatan apapun harus tinggal. Peraturan dapat berfungsi apabila ter- berawal dari kesadaran sendiri tanpa pamrih serta kait dengan bagaimana masyarakat merespon,

Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

menyikapi dan mengaplikasikan peraturan ter- tertulis yang semakin melonjak, terbentuknya sebut. Hal ini bertujuan agar peraturan yang kelompok-kelompok kontra dari santri untuk telah disepakati dapat mencapai tujuan yang melawan kebijakan yang dibuat oleh pengasuh diharapkan. Oleh sebab itu kepatuhan masya- bersama pengurus pondok pesantren. Sehingga rakat pesantren terhadap peraturan sangat di- santri lebih banyak ikut pada apa yang telah perlukan guna tercapainya sebuah harapan ter- disepakati di kelompoknya dari pada perintah sebut.

pengasuh yang diwakilkan oleh para ustadz/ Adanya pro dan kontra dalam menyikapi ustadzahnya sebagai perpanjangantangan kiai peraturan kerap terjadi dimasyarakat. Hal ini (pengasuh). dapat dilihat dari berbagai macam munculnya

Adapun menurut Bruinessen (dalam Supra- pelanggaran yang dilakukan oleh anggota yogo, 2007), sikap hormat, takzhim dan kepa- masyarakat. Semua ini terjadi karena kurang tuhan kepada kiai adalah salah satu nilai puasnya salah satu pihak akan peraturan pertama yang ditanamkan pada setiap santri. (Kusumadewi, dkk, 2012).

Kepatuhan mutlak diperluas sehingga menca- Faktor lain yang dimungkinkan dapat mem- kup penghormatan kepada para ulama sebe- pengaruhi kepatuhan terhadap peraturan adalah lumnya dan ulama yang mengarang kitab- persepsi terhadap kepemimpinan kiai. Pesantren kitab yang dipelajarinya. Bahkan sikap patuh Sebagai lembaga pendidikan memiliki satu ciri tidak hanya diperuntukkan bagi kiai atau khas yang membedakan dengan institusi- pengarang kitab, namun kepada keluarga kiai institusi pendidikan lainnya. Nilai-nilai ke- (anak) juga ditampakkan. Kepatuhan ini, bagi pesantrenan yang membingkai kehidupan inte- pengamat luar tampak lebih penting dari raksi sosial antara kiai, ustadz dan santri ada- usaha menguasai ilmu, akan tetapi bagi kiai lah ciri khas pembeda yang dimaksud. Nilai- hal itu merupakan bagian integral dari ilmu nilai kepesantrenan ini memiliki dua muatan yang akan dikuasainya yang saling bertentangan. Pada satu sisi, ke-

Persepsi santri terhadap kepemimpinan kiai kuatan sosial kiai beserta legitimasi otoritas pada saat ini bersifat positif dan negative. keilmuannya berpotensi besar untuk menjadi- Bersifat positif apabila santri menggambarkan kan kiai sebagai sumber referensi dan standart segala pengetahuan dan tanggapan yang di- moral perilaku santri (http://www.qothrotul teruskan dengan upaya pemanfaatannya dan falah.com).

mengaplikasikan hasil persepsi dalam perilaku. Pesantren RUA yang sejak berdiri lebih Bersifat negatif apabila santri menggambarkan mengedepankan Ilmu pengetahuan dan barokah segala pengetahuan dan tanggapan yang tidak tentu saja mudah mengaplikasikan slogan sam’an selaras dengan obyek persepsi. Hal ini akan watha’atan (tunduk dan patuh) pada kiai yang diteruskan dengan kepasifan atau pun menolak kemudian menjadi prinsip santri dalam kehi- dan menentang segala usaha obyek yang di- dupan sehari-hari baik pada saat santri berada di persepsikan (Toha, 2002) pesantren maupun setelah keluar menjadi alumni.

Faktor lain yang terkait dengan kepatuhan Namun seiring perkembangan pesantren yang terhadap peraturan adalah konformitas. Wade semakin modern, prinsip itu tergeser oleh ber- dan Tavris (dalam Kusumadewi, dkk, 2012) bagai pengalaman dan pengetahuan, santri menjelaskan bahwa satu hal yang seseorang semakin berani bicara lantang pada kiai bahkan lakukan ketika berada dalam sebuah kelompok ada pula yang membangkang kemudian memilih adalah konform, yaitu melakukan tindakan atau berhenti dari pesantren. Ketidakpatuhan santri mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya terhadap kiai sebagai pimpinan di pesantren tekanan kelompok yang nyata maupun yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dipersepsikan. Individu yang mempunyai ting- karena persepsi santri terhadap kepemimpinan kat konformitas tinggi akan lebih banyak ter- kiai dan konformitas.

gantung pada peraturan di dalam kelompoknya, Pergantian pemimpin ini juga berpengaruh sehingga individu cenderung mengatribusikan pada ketidakpatuhan santri pada peraturan- setiap aktivitasnya sebagai usaha kelompok, peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak bukan usahanya sendiri.

St. Ma’rufah; Andik Matulessy; IGAA Noviekayati

Dalam kondisi seperti ini, dapat dikatakan Sebuah penelitian oleh Krisnatuti, Herawati bahwa motivasi untuk menuruti ajakan dan dan Dini (2011) tentang hubungan antara kecer- aturan kelompok cukup tinggi, karena meng- dasan emosi degan kepatuhan dan kemandirian anggap aturan kelompok adalah yang paling santri remaja, menunjukkan bahwa sebagian benar serta ditandai dengan berbagai usaha besar santri dalam kategori rendah tetapi keman- yang dilakukan individu agar diterima dan dirian dan kecerdasan emosi santri remaja diakui keberadaannya dalam kelompok. Ber- tergolong dalam kategori baik, kecerdasan emsi dasarkan penjelasan di atas maka konformitas santri berhubungan signifikan dengan dukungan dimungkinkan berpengaruh pada pembentukan besar keluarga (r = 0,251, p < 0,01) kepatuhan kepatuhan santri terhadap peraturan di pesan- (r= 0,483, p< 0.01) dan kemandirian (r = 0,255, tren.

p< 0,05).

Oleh karena itu tidak semua orang mau Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Norma- melakukan konformitas, karena ada alasan- sari, dkk (2013) tentang kepatuhan siswa kelas X alasan situasional atas munculnya perilaku dalam melaksanakan peraturan sekolah di SMK ketaatan pada figur otoritas dan konformitas, Muhammadiyah 3 Banjarmasin. Hasil penelitian terdapat pula pengaruh eksternal pada kepu- menunjukkan bahwa faktor yang melatar bela- tusan seseorang untuk menyatakan pendapat kangi kepatuhan siswa kelas X dalam melak- yang tidak populer, memilih hati nurani dari sanakan peraturan di SMK Muhammaddiyah 3 pada konformitas, beberapa faktor situsional Banjarmasin yaitu kesehatan siswa sebagai yaitu mempersepsikan adanya kebutuhan inter- penentu kehadiran siswa, ketidakmampuan anak vensi atau bantuan, situasi meningkatkan ke- dalam mengikuti pelajaran serta kemampuan mungkinan mengambil tanggung jawab, norma intelektual yang tinggi juga ikut memberikan budaya mendorong untuk melakukan sebuah kontribusi dalam pelaksanaan peraturan sekolah. tindakan, perbandingan untung rugi mendukung Dalam penelitian ini menggunakan metode keputusan untuk terlibat, memiliki orang lain kualitatif. yang mendukung.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas Menurut Berndt (dalam Sukmawati, dkk) dapat disimpulkan bahwa kepatuhan dapat di- konformitas yang cukup kuat tidak jarang hubungkan dengan beberapa faktorr diantaranya membuat individu melakukan sesuatu yang kemandirian, control diri, dukungan social dan merusak atau melanggar norma sosial (anti kecerdasan emosi, sedangkan pada penelitian ini sosial). Hurlock (2003) menjelaskan kebutuhan peneliti menghubungkan faktorr persepsi dan untuk diterima dalam kelompok sebaya menye- konformitas sebagai faktor kepatuhan. babkan remaja melakukan perubahan dalam

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku manfaat terhadap pemahaman maupun pengem- anggota kelompok teman sebaya.

bangan teori-teori psikologi, baik bagi psikologi pendidikan maupun psikologi sosial. Penelitian

Penelitian tentang kepatuhan

ini juga diharapkan dapat memper-kaya hasil penelitian yang telah ada, serta dapat dijadikan

Penelitian tentang kenakalan remaja, reli- sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjut-

giusitas, dan kontrol diri telah banyak dilakukan nya, terutama penelitian yang berkaitan dengan

oleh peneliti-peneliti terdahulu, diantaranya kepatuhan pada peraturan pesantren.

dilakukan oleh Kusumadewi, Hardjajani dan Penelitian ini juga diharapkan dapat membe- Priyatama (2012) tentang dukungan sosial peer rikan manfaat kepada remaja, khususnya remaja group dan control diri dengan kepatuhan terhadap santri yang sudah tinggal di pesantren lebih dari peraturan pada remaja di pondok pesantren 2-3 tahun, karena mereka sudah bisa membe- modern Islam Assalaam Sukorjo, hasilnya adalah dakan dan memilih teman yang sesuai dengan ada hubungan positif yang rendah antara pribadinya, sehingga punya kedasaran untuk dukungan sosial peer group dengan kepatuhan patuh kepada peraturan yang ditetapkan oleh terhadap peraturan begitu pula pada control diri

pesantren.

dengan kepatuhan terhadap peraturan memiliki hubungan positif rendah.

Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

TINJAUAN PUSTAKA

2. Persepsi terhadap Kepemim-pinan Kiai

Individu dalam suatu kelompok organisasi

1. Kepatuhan

senantiasa menilai, baik sesame pekerja mau- Kepatuhan dalam bahasa inggris “obedi- pun pun terhadap gaya kepemimpinan yang

ence” yang berasal dari bahasa latin “obedire” diterapkan pemimpin atau sebaliknya pemimpin yang berarti untuk mendengar terhadap. Karena member penilaian terhadap perilaku bawahan- itu obedience berarti mematuhi, dengan demi- nya. Penilaian ini dipengaruhi oleh proses kian kepatuhan dapat diartikan patuh dengan persepsi dengan didominasi oleh faktor-faktor perintah atau aturan (Sarbini, 2012). Ali subyektif sehingga hasil suatu penilaian tak Lukman dalam kamus besar bahasa Indonesis terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi (1999) patuh adalah suka menuruti perintah, individu yang menilai. Sementara setiap indivi- taat pada perintah atau aturan, sedangkan du dalam kehidupan berorganisasi melakukan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan pengambilan keputusan yaitu dengan membuat disiplin.

pilihan dari dua alternative atau lebih dimana Feldman (dalam Kusumadewi, dkk, 2012) semua keputusan menuntut penafsiran dan

mengatakan bahwa kepatuhan didefinisikan evaluasi terhadap informasi. sebagai “Change behavior in response to the

Sebagaimana yang diungkapkan Leavitt command of others” (perubahan sikap dan ting- (dalam Alex Sobur, 2003) bahwa persepsi da-

kah laku seseorang untuk mengikuti permintaan lam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana atau perintah orang lain). Kepatuhan dapat cara seseorang melihat sesuatu sedangkan terjadi dalam bentuk apapun selama individu dalam arti luas adalah pandangan atau penger- tersebut menunjukkan tingkah laku taat terha- tian yaitu bagaimana seseorang memandang dap sesuatu atau seseorang, seperti taat terhadap atau mengartikan sesuatu. peraturan, sedangkan peraturan didefinisikan

Kepemimpinan secara luas meliputi proses sebagai sesuatu yang mengandung kata-kata mempengaruhi dalam menentukan tujuan orga-

perintah dan larangan, serta apa yang harus nisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan mencapai tujuan, mempengaruhi untuk mem- serta tidak sedikit yang mengandung paksaan perbaiki kelompok dan budayanya. (Rizal, (Hadikusuma dalam Kusumadewi, dkk, 2012). 2003)

Pengertian yang telah dikemukakan di atas Kepemimpinan adalah kegiatan mempenga- tentang kepatuhan secara isensial dalam kepa- ruhi, mengorganisir, menggerakkan, mengarah-

tuhan terdapat empat unsur utama, yaitu: (1) kan atau mempengaruhi orang lain (bawahan) adanya pihak yang memiliki otoritas yang untuk melaksanakan sesuatu dalam rangka menuntut kepatuhan, (2) adanya pihak yang mencapai tujuan. dituntut untuk melakukan kepatuhan, (3) ada-

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat nya obyek atau isi tuntutan tertentu dari pihak disimpulkan bahwa Persepsi kepemimpinan kiai

yang memiliki otoritas untuk dilaksanakan oleh adalah suatu pengaruh yang distimulusi melalui pihak lain, dan (4) adanya konsekwensi dari proses kognitif yang terjadi pada diri santri perilaku yang dilakukan.

untuk menerima, mengkoordinasikan dan mem- Berdasarkan penjelasan di atas kepatuhan ber penafsiran mengenai kepemimpinan kiai

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai yang diterima oleh panca indra. Seseorang kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk menjadi pemimpin karena dipersepsikan oleh melakukan perilaku tertentu yang merupakan bawahannya sebagai pemimpin. Pemimpin ada- permintaan langsung dari pihak lain yang me- lah objek persepsi, apakah seorang pemimpin miliki otoritas, guna mendapatkan reaksi yang telah menerapkan gaya kepemimpinan yang menyenangkan atau pun menghindari hukuman baik akan tergantung pada bawahannya yang sebagai konsekwensi perilaku yang dilakukan.

menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsir- kan informasi yang diterimanya dari pemimpin.

Kepemimpinan kiai di pondok pesantren ditimbulkan oleh keyakinan santri dan masya-

St. Ma’rufah; Andik Matulessy; IGAA Noviekayati

rakat sekitar komunitas pondok pesantren tertulis dari kelompok kepada anggotanya yang bahwa kiai sebagai perpanjangan tangan Tuhan memiliki pengaruh dan menyebabkan muncul- dalam menyampaikan ajaran-Nya. Fenomena nya perilaku tertentu pada anggota kelompok- keyakinan tersebut dimanifestasi-kan dalam nya. sikap taklid (mengikuti dengan tidak menge-

tahui ilmunya) yang hampir menjadi tradisi Landasan Pemikiran

dalam kehidupan keseharian santri dan jamaah- Kepatuhan merupakan pengaruh sosial yang

nya. dijadikan sebagai kesediaan seseorang atau

kelompok orang untuk melakukan perilaku

3. Konformitas

tertentu yang merupakan permintaan langsung Konformitas menurut para ahli psikologi dari pihak lain yang memiliki otoritas, guna sosal mengacu pada kecenderungan individu mendapatkan reaksi yang menyenangkan atau untuk mengubah persepsi, opini dan perilaku pun menghindari hukuman sebagai konsek- mereka sehingga sesuai atau konsisten dengan wensi perilaku yang dilakukan. norma-norma kelompok (Brehm dan Kassin

Kepatuhan santri terhadap peraturan pesan- dalam Suyanto dkk, 2012). Konsep konfor- tren amat penting guna merealisasikan visi dan mitas merupakan bentukan dari kata kerja latin misi kedepan sebagai salah satu upaya pengem- konformare yaitu com (dengan) dan forma bangan pesantren kedepan. Dalam hal ini (bentuk) konsep ini berarti menerima dengan peneliti menggunakan indicator secara konsek- positif tatanan yang ada dari hal-hal yang ada tual pada pesantren yang akan diteliti. Indicator pendapat yang berlalu komformisme (com- disusun berdasarkan observasi dan wawancara formis ) berarti kegagalan unruk membentuk tidak terstruktur dengan para santri, sehingga pendapat sendiri. orang yang komformis tidak peneliti mengambil kesimpulan indicator yang memiliki prinsip dan tidak mempunyai akan diteliti terkait dengan kepatuhan santri pandangan kritis dan ikut saja pada orang yang terhadap kepatuhan santri terhadap peraturan mempunyai pengaruh besar seperti mayoritas pesantren yang sesuai dengan visi dan misi suara, otoritas seseorang dan tradisi.

pesantren antara lain: kepatuhan santri terhadap Baron & Byrne (2004) tekankan untuk kegiatan pesantren; kepatuhan santri terhadap melakukan konformitas berasal dari kenyataan kode etik pesantren; dan kepatuhan santri ter- bahwa diberbagai konteks ada aturan-aturan hadap keamana pesantren. eksplisit atau implisit yang mengindikasikan

Kepatuhan dikaitkan dengan persepsi ter- cara-cara yang seharusnya atau sebaiknya ber- hadap kepemimpinan kiai yang melibatkan tingkahlaku. Aturan-aturan ini dikenal dengan kognitif santri dan afeksi santri untuk memi- norma sosial, aturan-aturan ini seringkali kirkan dan merasakan bagaimana seorang pe- menimbulkan efek yang kuat pada tingkah laku mimpin dalam memimpin sekelompok individu orang.

yang memiliki harapan dan kepercayaan David O’sear dan Peplau (1985) mengata- terhadap pemimpinnya. Santri sebagai masyara- kan bahwa konformitas merupakan perilaku kat pesantren tentu akan merasakan dan menilai tertentu seseorang yang disebabkan orang lain sepersi apa orang yang dipatuhi selama santri berperilaku tersebut. Sedangkan Rahmat (2004) tinggal di pesantren. mengatakan konformitas merupakan sejumlah

Aspek-aspek dari persepsi terhadapa kepe- orang yang mengatakan atau melakukan se- mimpinan kiai ini meliputi kegnitif dan afektif. suatu, ada kecendrungan para anggota untuk Dimana kognitif merupakan hasil penilaian melakukan hal yang sama.

individu terhadap objek yang dipersepsi, se- Berdasarkan beberapa pemaparan di atas dangkan afektif merupakan hasil persepsi yang dapat disimpulkan bahwa konformitas meru- dirasakan oleh individu setelah mengorgani- pakan perubahan perilaku sebagai usaha untuk sasikan persepsi tersebut. menyesuaikan diri dengan norma kelompok

Selain dari persepsi terhadap kepemimpinan acuan baik ada atau tidaknya tekanan secata kiai, kepatuhan juga dikaitkan dengan konfor- langsung yang berupa suatu tuntutan tidak mitas. Konformitas merupakan satu hal yang

Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

seseorang lakukan ketika berada dalam sebuah yang membedakannya dari kelompok subjek kelompok yang melakukan tindakan atau yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat tekanan kelompok yang nyata maupun yang terdiri dari karakteristik-karakteristik individu dipersepsikan. Individu yang mempunyai ting- (Azwar, 2012). Populasi penelitian ini adalah kat konformitas tinggi akan lebih banyak santri pondok pesantren Raudlatul Ulum tergantung pada peraturan di dalam kelompok- Arrahma-niyah yang berjumlah 115 orang. nya, sehingga individu cenderung mengatri-

Sampel adalah sebagian dari populasi dan busikan setiap aktivitasnya sebagai usaha ke- harus memiliki ciri-ciri yang dimilikinya oleh lompok, bukan usahanya sendiri. Diasumsikan populasinya (Azwar, 2012). Teknik pengam- jika santri memiliki tingkat komformitas bilan sampel penelitian dilakukan dengan cara rendah, maka tingkat kepatuhan terhadap pera- purposive sampling. Pengambilan sampel seca- turan tinggi dan sebaliknya semakin tinggi ra purposive merupakan cara pengambilan konformitas maka akan semakin rendah tingkat sampel yang dilakukan dengan memilih subjek kepatuhan.

berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan Landasan pemikiran yang digunakan dalam peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah penelitian ini dapat digambarkan pada skema santri yang tinggal di pesantren selama 3 tahun berikut.

atau lebih. Alasan dipilihnya subjek penelitian ini adalah:

1. Santri putri yang tinggal di pesantren sela- ma 3 tahun atau lebih sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan pesantren dengan baik dan mengenal karakteristik teman-teman sebayanya.

2. Santri putri cendrung patuh dan taat pada Gambar 1. Skema Landasan Pemikiran

peraturan tang ditetapkan. Penelitian

Variabel Penelitian dan Pengukurannya Hipotesis

Tujuan penelitian adalah menguji hubungan Berdasarkan beberapa uraian dari teori-teori Persepsi kepemimpinan kiai, konformitas de-

di atas, maka hipotesis yang peneliti ajukan ngan kepatuhan santri terhadap peraturan pesan- tren. Variabel-variabel dalam penelitian ini

adalah:

1. Ada hubungan antara konformitas dan meliputi: persepsi terhadap kepemimpinan kiai de-

1. Variabel dependen :

ngan kepatuahn santri terhadap peraturan Kepatuhan santri terhdap peraturan pesantren pesantren.

2. Variabel Independen :

1) Persepsi kepemimpinan kiai

2. Ada hubungan positif antara persepsi terha- dap kepemimpinan kiai dengan kepatuhan

2) Konformitas

santri terhadap peraturan pesantren.

3. Ada hubungan negative antara konformitas

1. Kepatuhan

dengan kepatuhan santri terhadap peraturan

a. Definisi operasional Kepatuhan santri

pesantren

terhadap peraturan pesantren

Kepatuhan terhadap peraturan pesantren

METODE PENELITIAN

merupakan perubahan sikap tingkah laku santri Populasi didefinisikan sebagai kelompok untuk mengikuti permintaan atau perintah orang

subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil lain (dalam hal ini santri patuh pada peraturan yang telah di tetapkan pesantren). Peraturan

penelitian. Kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang dimaksud adalah peraturan tertulis .

St. Ma’rufah; Andik Matulessy; IGAA Noviekayati

Ada tiga indikator kepatuhan santri terhadap skala Kepatuhan santri terhadap peraturan peraturan pesantren yaitu:

pesantren terhadap pilihan jawaban yang dipilih

1) Kepatuhan santri melaksanakan kegiatan dilakukan sebagai berikut: pesantren yang meliputi; shalat jama’ah, Skor untuk aitem-aitem favorabel: (SS) diskor mengaji Alqur’an, mengaji kitab, mengikuti

4, Setuju (S) diskor 3, Netral (N) diskor 2, istighasah, dibaiyah, tahlilan dan Wajib Tidak Setuju (TS) diskor 1, Sangat Tidak Setuju Belajar (WB)

(STS) diskor 0. Skor untuk aitem-aitem unfa-

2) Kepatuhan santri kepada keamanan pesan- vorabel: Sangat Setuju (SS) diskor 0, Setuju (S) tren, meliputi; perijinan keluar-masuk pesan- diskor 1, Netral (N) diskor 2, Tidak Setuju (TS) tren dan piket malam.

diskor 3, Sangat Tidak Setuju (STS) diskor 4.

3) Kepatuhan santri terhadap kode etik pesan- Skala kepatuhan ini sebelum diberikan kepa- tren, meliputi; kepribadian santri, hak dan

da subjek penelitian, terlebih dahulu dilakukan kewajiban, dan takziran (sanksi).

uji coba untuk menentukan tingkat daya dis- Untuk mengungkap kepatuhan santri terha- kriminasi aitem dan reliabilitas sebagai suatu dap peraturan pesantren digunakan skala kepa- syarat yang harus dipenuhi untuk suatu alat tuhan yang disusun dalam tiga Indikator. Sema- ukur. kin tinggi skor total yang diperoleh responden

Skala kepatuhan di uji cobakan kepada 77 menunjukkan kepatuhan santri terhadap pera- orang santri putri untuk mengetahui daya dis- turan pesantren semakin tinggi, dan sebaliknya kriminasi aitem dan estimasi atau reliabilitas. semakin rendah skor total yang diperoleh me- nunjukkan kepatuhan santrei terhadap peraturan

c. Uji Alat Ukur (Uji Diskriminasi Aitem

pesantren semakin rendah.

dan Estimasi Reliabilitas) Skala Kepatuhan

b. Pengembangan Skala kepatuhan

Uji daya diskriminasi aitem merupakan Skala kepatuhan untuk mengumpulkan data proses untuk menguji sejauhmana aitem mampu kepatuhan santri terhadap peraturan pesantren. membedakan antara individu atau kelompok Skala ini dikembangkan dengan memuat tiga individu yang memiliki dan yang tidak memi- indikator antara lain: 1) Kepatuhan melaksana- liki atribut yang diukur. Suatu skala yang aitem- kan kegiatan pesantren; 2) Kepatuhan kepada aitemnya memiliki indeks diskriminasi aitem keamanan; dan 3) Kepatuahn terhadap kodeetik tinggi, berarti skala tersebut merupakan kum- pesantren. Skala Kepatuhan santri terhadap pulan dari aitem yang memiliki kesamaan peraturan pesantren ini dikembangkan dengan tujuan dan fungsi dengan skala. Tinggi rendah- memuat tiga aspek sebagaimana disebutkan di nya daya diskriminasi aitem disebut sebagai atas dalam 30 aitem yang terdistribusi sebagai indeks daya diskriminasi aitem, yang menun- berikut.

jukkan sejauhmana aitem tersebut berfungsi sama dengan fungsi skala. Indeks daya diskri-

Tabel 1 distribusi aitem skala Kepatuhan minasi aitem yang rendah menunjukkan bahwa fungsi aitem tersebut tidak selaras dengan tujuan pengukuran dari skala (Azwar, 2012).

Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menguji korelasi antara skor aitem dengan skor total skala menggunakan formula korelasi product moment. Korelasi skor aitem dengan skor total skala mengandung efek spurious overlap , yaitu terjadinya keikutsertaan

Pilihan jawaban setiap aitem skala Kepa- skor aitem dalam proses penjumlahan skor total tuhan dengan memilih jawaban dalam lima skala. Untuk membersihkan skor yang ditimbul- kategori: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral kan adanya spurious overlap ini selanjutnya (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak hasil korelasi product moment dilakukan korek- Setuju (STS). Pemberian skoring setiap aitem

Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

si dengan korelasi aitem total yang dikoreksi Tabel 3 Distribusi aitem skala kepatuhan (Azwar, 2012).

setelah uji coba

Kriteria penentuan aitem dikategorikan seba- gai aitem yang memenuhi indeks daya diskri- minasi, apabila koeffisien korelasi aitem dengan skor total skala yang dikoreksi sama dengan atau lebih besar daripada 0,300. Apabila tidak dapat memenuhi koeffisien sebesar 0,300 dapat diturunkan menjadi 0,250 (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini kriteria pengujian daya diskriminasi aitem dinyatakan memenuhi syarat

2. Persepsi

apabila koeffisien korelasi aitem total yang

3. Kepemimpinan kiai

dikoreksi lebih besar daripada 0,250.

a. Definisi Operasional

Persepsi kepemimpinan kiai sebagai suatu Tabel 2 Hasil uji coba daya diskriminasi aitem

pengaruh yang distimulusi oleh kekuasaan skala Kepatuhan santri terhadap peraturan otoritas ada pada kiai sebagai pemimpin pesan- pesantren

tren yang mengedepankan karismatik yang dimiliki kiai.

Aspek yang digunakan untuk mengukur persepsi kepemimpinan kiai yaitu:

1) Kognisi adalah cara manusia memberi arti pada rangsangan yang menghubungkan pe- ristiwa-peristiwa diluar (eksternal) dan di dalam (internal) diri sendiri. Ide atau opini seseorang yang dihasilkan dari mempersep- sikan sesuatu. Indicator yang digunakan

Hasil uji reliabilitas Alpha skala kepatuhan meliputi; merencanakan, mengevaluasi, diperoleh koeffisien reliabilitas sebesar 0, 900.

mendelegasikan dan mengontrol. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa koeffi-

2) Afeksi (Perasaan) merupakan gejala psikis sien reliabilitas skala Kepatuhan santri terhadap

dengan tiga sifat khas yaitu dihayati secara peraturan pesantren telah melebihi batas mini-

subyektif, pada umumnya berkaitan dengan mum koeffisien reliabilitas 0,700. Koeffisien

gejala pengenalan (kognisi), dialami oleh reliabilitas skala Kepatuhan santri terhadap

individu dengan rasa suka atau tidak suka, peraturan pesantren sebesar 0, 900 memiliki arti

duka atau gembira dalam macam-macam perbedaan (variasi) yang tampak pada skor

derajat atau tingkatan. perasaan seseorang skala kepatuhan ini mampu mencerminkan

dari hasil mempersepsikan dari stimulus 90,00% dari variasi yang terjadi pada skor

yang diperoleh. Indicator yang digunakan murni kelompok subjek yang bersangkutan, dan

meliputi; merencanakan, mengevaluasi, 10,00% perbedaan skor yang tampak disebab-

mendelegasikan dan mengontrol. kan oleh variasi kesalahan pengukuran.

Aitem skala kepatuhan yang telah memenuhi

b. Pengembangan Skala persepsi kepemim-

indeks daya diskriminasi dan koeffisien reliabi-

pinan kiai

litas, selanjutnya disusun kembali sebagai alat Skala persepsi kepemimpinan kiai digunakan pengambilan data penelitian mengenai skala untuk mengukur persepsi kepemimpinan kiai

kepatuhan yang distribusinya tertera pada table pada responden. Aspek yang diukur adalah (1)

3 sebagai berikut. kognisi yang meliputi; merencanakan, menge- valuasi, mendelegasikan dan mengontrol, dan (2) afeksi yang meliputi; merencanakan, me- ngevaluasi, mendelegasikan dan mengontrol.

St. Ma’rufah; Andik Matulessy; IGAA Noviekayati

Skala persepsi kepemimpinan kiai ini dikem- nya daya diskriminasi aitem disebut sebagai bangkan dengan memuat kedua aspek seba- indeks daya diskriminasi aitem, yang menun- gaimana disebut di atas dalam 32 aitem yang jukkan sejauhmana aitem tersebut berfungsi terdistribusi sebagai berikut :

sama dengan fungsi skala. Indeks daya diskri- minasi aitem yang rendah menunjukkan bahwa

Tabel

4 Distribusi aitem skala persepsi fungsi aitem tersebut tidak selaras dengan kepemimpinan kiai

tujuan pengukuran dari skala (Azwar, 2012). Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menguji korelasi antara skor aitem dengan skor total skala menggunakan formula korelasi product moment. Korelasi skor aitem

Pilihan jawaban setiap aitem skala persepsi dengan skor total skala mengandung efek kepemimpinan kia dengan memilih jawaban spurious overlap , yaitu terjadinya keikutsertaan dalam lima kategori: Sangat Setuju (SS), Setuju skor aitem dalam proses penjumlahan skor total (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat skala. Untuk membersihkan skor yang ditimbul- Tidak Setuju (STS). Pemberian skoring setiap kan adanya spurious overlap ini selanjutnya aitem skala Kepatuhan santri terhadap peraturan hasil korelasi product moment dilakukan korek- pesantren terhadap pilihan jawaban yang dipilih si dengan korelasi aitem total yang dikoreksi dilakukan sebagai berikut:

(Azwar, 2012).

Skor untuk aitem-aitem favorabel: (SS) dis- Kriteria penentuan aitem dikategorikan seba- kor 4, Setuju (S) diskor 3, Netral (N) diskor 2, gai aitem yang memenuhi indeks daya diskri-

Tidak Setuju (TS) diskor 1, Sangat Tidak Setuju minasi, apabila koeffisien korelasi aitem dengan (STS) diskor 0. Skor untuk aitem-aitem unfa- skor total skala yang dikoreksi sama dengan vorabel: Sangat Setuju (SS) diskor 0, Setuju (S) atau lebih besar daripada 0,300. Apabila tidak diskor 1, Netral (N) diskor 2, Tidak Setuju (TS) dapat memenuhi koeffisien sebesar 0,300 dapat diskor 3, Sangat Tidak Setuju (STS) diskor 4.

diturunkan menjadi 0,250 (Azwar, 2012). Skala persepsi kepemimpinan kiai ini sebe- Dalam penelitian ini kriteria pengujian daya

lum diberikan kepada subjek penelitian, terlebih diskriminasi aitem dinyatakan memenuhi syarat dahulu dilakukan uji coba untuk menentukan apabila koeffisien korelasi aitem total yang tingkat daya diskriminasi aitem dan reliabilitas dikoreksi lebih besar daripada 0,250. sebagai suatu syarat yang harus dipenuhi untuk

Uji reliabilitas alat ukur penelitian merupa- suatu alat ukur.

kan proses untuk menguji tingkat konsistensi Skala persepsi kepemimpinan kiai di uji atau keterpercayaan hasil pengukuran, yang

cobakan kepada 77 orang santri putri untuk mengandung makna kecermatan pengukuran. mengetahui daya diskriminasi aitem dan esti- Untuk melakukan pengujian reliabilitas dapat masi atau reliabilitas.

dilakukan dengan pendekatan tes ulang, tes paralel dan konsistensi internal (Azwar, 2012).

c. Uji Alat Ukur (Uji Diskriminasi Aitem Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian dan Estimasi Reliabilitas) Skala persepsi ini menggunakan pendekatan konsistensi inter-

kepemimpinan kiai

nal formula Alpha.

Reliabilitas skala pengukuran dianggap me- Uji daya diskriminasi aitem merupakan muaskan apabila koeffisien reliabilitasnya mini-

proses untuk menguji sejauhmana aitem mampu mum 0,900 (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini membedakan antara individu atau kelompok ditetapkan besaran minimum koeffisien relia- individu yang memiliki dan yang tidak memi- bilitas alat ukur sebesar 0,700, yang berarti liki atribut yang diukur. Suatu skala yang aitem- perbedaan (variasi) yang tampak pada skor aitemnya memiliki indeks diskriminasi aitem skala tersebut mampu mencerminkan 70% dari tinggi, berarti skala tersebut merupakan kum- variasi yang terjadi pada skor murni kelompok pulan dari aitem yang memiliki kesamaan subjek yang bersangkutan, dan 30% perbedaan tujuan dan fungsi dengan skala. Tinggi rendah-

Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

skor yang tampak disebabkan oleh variasi kesa- Tabel 6 Distribusi aitem skala persepsi kepe- lahan pengukuran (Azwar, 2012).

mimpinan kiai setelah uji coba Proses komputasi uji daya diskriminasi aitem dan uji reliabilitas alat ukur penelitian menggu- nakan program SPSS versi 21, menghasilkan data skala persepsi kepemimpinan kiai terdiri

32 aitem, setelah dilakukan uji daya diskrimi- nasi aitem, menunjukkan 15 aitem memenuhi

4. Konformitas

syarat indeks daya diskriminasi dan 18 aitem

a. Definisi operasional

gugur. Aitem-aitem yang dinyatakan memenuhi Konformitas yaitu suatu jenis pengaruh

daya diskriminasi aitem, koeffisien korelasi aitem dengan skor total skala yang dikoreksi sosial yang mempengaruhi individu untuk me- berkisar antara 0, 253 – 0,623.

ngubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma-norma yang ada.

Sebaran hasil uji daya diskriminasi aitem skala persepsi kepemimpinan kiai secara leng- Ada tiga aspek konformitas yaitu: kap dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

1) Kekompakan yaitu kekuatan yang memiliki kelompok ecuan menyebabkan remaja terta-

Tabel 5 Hasil uji coba daya diskriminasi aitem rik dan ingin menjadi anggota kelompok, skala persepsi kepemimpinankiai

meliputi; penyesuaian diri dan perhatian terhadap kelompok.

2) Kesepakatan merupakan pendapat kelom- pok acuan yang sudah dibuat memiliki te- kanan kuat sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok, meliputi; kepercayaa, persamaan pendapat, dan penyimpangan pendapat ke-

Hasil uji reliabilitas Alpha skala persepsi

lompok.

kepemimpinan kiai diperoleh koeffisien relia-

3) Ketaatan merupakan tekanan atau tuntutan bilitas sebesar 0,827. Hasil analisis ini menun-

kelompok acuan pada remaja membuatnya jukkan bahwa koeffisien reliabilitas skala per-

rela melakukan tindakan walaupun remaja sepsi kepemimpinan kiai telah melebihi batas

tidak menginginkanya, meliputi; tekanan minimum keoffisien reliabilitas 0,700. Koeffi-

karena ganjaran, ancaman atau hukuman, sien reliabilitas skala persepsi kepemimpinan

dan harapan orang lain.

kiai sebesar 0, 827 memiliki arti perbedaan (variasi) yang tampak pada skor skala persepsi

b. Pengembangan Alat Ukur

kepemimpinan kiai ini mampu mencerminkan 82,70% dari variasi yang terjadi pada skor

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian murni kelompok subjek yang bersangkutan, dan ini disebut dengan skala persepsi kepemimpinan

17, 30% perbedaan skor yang tampak disebab- kiai. Aspek tersebut adalah Kekompakan, kese- kan oleh variasi kesalahan pengukuran.

pakatan, dan Ketaatan.

Aitem skala persepsi kepemimpinan kiai yang telah memenuhi indeks daya diskriminasi Tabel 7 Distribusi aitem skala konformitas dan koeffisien reliabilitas, selanjutnya disusun kembali sebagai alat pengambilan data pene- litian mengenai skala persepsi kepemimpinan kiai yang distribusinya tertera pada tabel 6 sebagai berikut.

Pilihan jawaban setiap aitem skala persepsi kepemimpinan kia dengan memilih jawaban dalam lima kategori: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

St. Ma’rufah; Andik Matulessy; IGAA Noviekayati

Tidak Setuju (STS). Pemberian skoring setiap ditimbulkan adanya spurious overlap ini selan- aitem skala Kepatuhan santri terhadap peraturan jutnya hasil korelasi product moment dilakukan pesantren terhadap pilihan jawaban yang dipilih koreksi dengan korelasi aitem total yang dilakukan sebagai berikut:

dikoreksi (Azwar, 2012).

Skor untuk aitem-aitem favorabel: (SS) Kriteria penentuan aitem dikategorikan seba- diskor 4, Setuju (S) diskor 3, Netral (N) diskor gai aitem yang memenuhi indeks daya diskri-

2, Tidak Setuju (TS) diskor 1, Sangat Tidak minasi, apabila koeffisien korelasi aitem dengan Setuju (STS) diskor 0. Skor untuk aitem-aitem skor total skala yang dikoreksi sama dengan unfavorabel: Sangat Setuju (SS) diskor 0, atau lebih besar daripada 0,300. Apabila tidak Setuju (S) diskor 1, Netral (N) diskor 2, Tidak dapat memenuhi koeffisien sebesar 0,300 dapat Setuju (TS) diskor 3, Sangat Tidak Setuju diturunkan menjadi 0,250 (Azwar, 2012). (STS) diskor 4.

Dalam penelitian ini kriteria pengujian daya Skala persepsi Konormitas ini sebelum di- diskriminasi aitem dinyatakan memenuhi syarat berikan kepada subjek penelitian, terlebih dahu- apabila koeffisien korelasi aitem total yang lu dilakukan uji coba untuk menentukan tingkat dikoreksi lebih besar daripada 0,250. daya diskriminasi aitem dan reliabilitas sebagai

Uji reliabilitas alat ukur penelitian meru- suatu syarat yang harus dipenuhi untuk suatu pakan proses untuk menguji tingkat konsistensi alat ukur.

atau keterpercayaan hasil pengukuran, yang Skala persepsi kepemimpinan kiai di uji mengandung makna kecermatan pengukuran. cobakan kepada 77 orang santri putri untuk Untuk melakukan pengujian reliabilitas dapat mengetahui daya diskriminasi aitem dan esti- dilakukan dengan pendekatan tes ulang, tes masi atau reliabilitas.

paralel dan konsistensi internal (Azwar, 2012). Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian

1) Uji Alat Ukur (Uji Diskriminasi Aitem ini menggunakan pendekatan konsistensi inter- dan Estimasi Reliabilitas) skala Konfor- nal formula Alpha.

mitas

Reliabilitas skala pengukuran dianggap me- muaskan apabila koeffisien reliabilitasnya mini-

Uji daya diskriminasi aitem merupakan mum 0,900 (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini

proses untuk menguji sejauhmana aitem mampu ditetapkan besaran minimum koeffisien relia-

membedakan antara individu atau kelompok bilitas alat ukur sebesar 0,700, yang berarti

individu yang memiliki dan yang tidak memi- perbedaan (variasi) yang tampak pada skor

liki atribut yang diukur. Suatu skala yang aitem- skala tersebut mampu mencerminkan 70% dari aitemnya memiliki indeks diskriminasi aitem variasi yang terjadi pada skor murni kelompok tinggi, berarti skala tersebut merupakan kum- subjek yang bersangkutan, dan 30% perbedaan pulan dari aitem yang memiliki kesamaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi tujuan dan fungsi dengan skala. Tinggi rendah- kesalahan pengukuran (Azwar, 2012). nya daya diskriminasi aitem disebut sebagai Proses komputasi uji daya diskriminasi aitem indeks daya diskriminasi aitem, yang menun- dan uji reliabilitas alat ukur penelitian menggu- jukkan sejauhmana aitem tersebut berfungsi nakan program SPSS versi 21, menghasilkan sama dengan fungsi skala. Indeks daya diskri- data skala konformitas terdiri 40 aitem, setelah minasi aitem yang rendah menunjukkan bahwa dilakukan uji daya diskriminasi aitem, menun- fungsi aitem tersebut tidak selaras dengan jukkan 14 aitem memenuhi syarat indeks daya tujuan pengukuran dari skala (Azwar, 2012). diskriminasi dan 26 aitem gugur. Aitem-aitem Pengujian daya diskriminasi aitem dilaku- yang dinyatakan memenuhi daya diskriminasi kan dengan cara menguji korelasi antara skor aitem, koeffisien korelasi aitem dengan skor aitem dengan skor total skala menggunakan total skala yang dikoreksi berkisar antara formula korelasi product moment. Korelasi skor

aitem dengan skor total skala mengandung efek Sebaran hasil uji daya diskriminasi aitem skala

spurious overlap , yaitu terjadinya keikutser- konformitas secara lengkap dapat dilihat pada

taan skor aitem dalam proses penjumlahan skor

tabel 8 sebagai berikut.

total skala. Untuk membersihkan skor yang

Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kiai, Konformitas Dan Kepatuhan Santri Terhadap Peraturan Pesantren

Tabel 8 Hasil uji coba distribusi aitem skala konformitas dengan Kepatuhan santri terhadap konformitas

peraturan pesantren.

Data penelitian sebelum dilakukan analisis regresi ganda, korelasi parsial terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

1. Uji normalitas sebaran variabel dependen Kepatuhan santri terhadap peraturan pesan- tren. Uji normalitas sebaran variabel Kepa- tuhan santri terhadap peraturan pesantren ini

Hasil uji reliabilitas Alpha skala konformitas dimaksudkan memenuhi asumsi bahwa diperoleh koeffisien reliabilitas sebesar 0, 784.

variabel dependen telah mengikuti hukum Hasil analisis ini menunjukkan bahwa koeffi-

sebaran normal baku. Uji normalitas sebaran sien reliabilitas skala konformitas telah mele-

variabel kepatuhan santri terhadap peraturan bihi batas minimum keoffisien reliabilitas

pesantren dilakukan dengan teknik Kolmo- 0,700. Koeffisien reliabilitas skala konformitas

gorov Smirnov. Kaidah sebaran variabel sebesar 0,784 memiliki arti perbedaan (variasi)

kepatuhan santri terhadap peraturan pesan- yang tampak pada skor skala konformitas ini

tren dinyatakan normal apabila p > 0,05. mampu mencerminkan 78,40% dari variasi

Hasil analisis menunjukkan koefisien Kol- yang terjadi pada skor murni kelompok subjek

mogorof-Smirnov Z = 0,622 dan p = 0, 834 yang bersangkutan, dan 21, 60% perbedaan

(p > 0,05). Hasil temuan ini menunjukkan skor yang tampak disebabkan oleh variasi kesa-

distribusi sebaran varibel Kepatuhan santri lahan pengukuran.

terhadap peraturan pesantren dinyatakan Aitem skala konformitas yang telah meme-

normal.

nuhi indeks daya diskriminasi dan koeffisien

2. Uji linieritas hubungan antara masing- reliabilitas, selanjutnya disusun kembali sebagai

masing variabel independen terhadap varia- alat pengambilan data penelitian mengenai

bel dependen. Uji linieritas hubungan dilaku- skala konformitas yang distribusinya tertera

kan antara variabel persepsi kepemimpinan pada tabel 9 sebagai berikut.

kiai dan konformitas terhadap Kepatuhan santri terhadap peraturan pesantren.

Tabel 9 Distribusi aitem skala konformitas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui setelah uji coba

apakah hubungan antara masing-masing variabel independen memiliki pola hubungan linier dengan variabel dependen. Kaidah uji linieritas hubungan menggunakan besaran harga F dan p < 0,05. Hasil uji menunjukkan semua variabel independen, yaitu persepsi kepemimpinan kiai dan konformitas berkore-

Teknik Analisis Data

lasi linier dengan variabel dependen Kepa- Tujuan penelitian ini untuk menguji hu-

tuhan santri terhadap peraturan pesantren, bungan Persepsi kepemimpinan kiai dan kon-

sebagaimana tertera pada tabel 10 Sebagai formitas dengan Kepatuhan santri terhadap

berikut.

peraturan pesantren. Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan analisis regresi ganda Tabel 10 Hasil uji linieritas untuk menguji hubungan antara Persepsi kepe- mimpinan kiai dan konformitas dengan Kepa- tuhan santri terhadap peraturan pesantren. Selanjutnya analisis korelasi parsial diterapkan untuk menguji hubungan masing-masing varia- bel independen Persepsi kepemimpinan kiai dan

St. Ma’rufah; Andik Matulessy; IGAA Noviekayati

3. Teknik analisis data yang digunakan untuk turan pesantren. Artinya semakin tinggi menguji hipotesis yang mengungkap peran

tingkat konformitas maka semakin tinggi dua atau lebih variabel bebas (independent

Kepatuhan santri terhadap peraturan pesan- Variabel) terhadap satu variabel tergantung

tren.

(dependent Variabel) adalah dengan Anali-

4. Sumbangan efektif secara keseluruhan. sis Regresi Linier Ganda yaitu dengan

Sumbangan efektif secara keseluruhan

diperoleh hasil R square (koefisien deter- windows (Muhid, 2012).

menggunakan SPSS versi 21.00 for

minasi) sebesar 0,239 yang berarti 23,9% variabel Kepatuhan santri terhadap pera-

HASIL PENELITIAN

turan pesantren dipengaruhi oleh variabel persepsi kepemimpinan kiai dan konfor-

1. Hubungan antar Variabel secara simultan mitas, sisanya 76,1% dipengaruhi oleh Analisis data yang digunakan adalah ana-

variabel lain yang tidak diteliti dalam lisis regresi linier ganda yaitu dengan

penelitian ini.

menggunakan SPSS versi 21.00. Kepa- tuhan santri terhadap peraturan pesantren

PEMBAHASAN

sebagai variabel tergantung, dan persepsi terhadap kepemimpinan kiai dan Konfor-