IMPLIKASI KEBIJAKAN “PENDAERAHAN” PENGELOLAAN PBB SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
IMPLIKASI KEBIJAKAN “ PENDAERAHAN” PENGELOLAAN PBB SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Kadar Pamuji
Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o E-mail : kadarpamuj i@yahoo. co. id
Abst ract
Local t ax pol i cies accor di ng t o local t ax l aws and new l evi es whi ch gives br eadt h t o t he l ocal t axat i on aut hor it y i s done by expanding t he t ax base. Gi ving t o t he l ocal t axat ion aut hor it y have been dul y car r i ed out t o conf ir m t he al i gnment s t o t he pr ocess of democr at i zat i on. The pr obl em i s "how i s t he l egal impl i cat ions of t he Land and Bui l ding Tax management of r ur al and ur ban sect or
af t er t he enact ment of Law no. 28 of 2009 on r egional t axes and Ret r i but i on" To know t he l egal
i mpl i cat ions, t he st udy begins f ir st by per f or ming compar at i ve Land and Bui l di ng Tax ar r angement accor di ng t o t he Law. 12 of 1985 by Act no. 28 of 2009 on r egional t axes and Ret r i but i on. The r esul t s of t he st udy concl uded t hat t he pol i cy of t he Land and Bui l di ng Tax management of r ur al and ur ban sect or s i s aut hor i zed f or t he di st r i ct / cit y, whi ch has i mpl i cat ions on t he necessi t y f or coor dinat ion, t r ansf er of asset s, pr epar at i on of execut ive human r esour ces, t echnology, devi ce set up, i nst i t ut i onal ar r angement s, l egal i nst r ument s (r egul at ions and decl ar i ng) as wel l as ot her suppor t i ng f aci l i t i es and i nf r ast r uct ur e.
Key wor ds: Legal Impl i cat ion, Pol i cy, Land and Bui l di ng Tax Management
Abst rak
Kebij akan paj ak daerah menurut UU Paj ak daerah dan ret ribusi Daerah yang baru memberikan keluasan kewenangan perpaj akan kepada daerah yang dilakukan dengan memperluas basis paj ak. Memberikan kewenangan perpaj akan kepada daerah sudah sewaj arnya dilakukan unt uk mempert egas keberpihakan kepada proses demokrat isasi. Permasalahannya adalah “ Bagaimanakah Implikasi Hukum “ Pendaerahan” Pengelolaan PBB Sekt or Perdesaan dan Perkot aan set elah berlakunya UU No.
28 Tahun 2009 t ent ang Paj ak Daerah dan Ret ribusi Daerah ” Unt uk menget ahui implikasi hukum t ersebut , maka kaj ian diawali t erlebih dengan melakukan komparasi pengat uran PBB menurut ket ent uan UU No. 12 Tahun 1985 dengan UU No. 28 Tahun 2009 t ent ang Paj ak Daerah dan Ret ribusi Daerah. Dari hasil kaj ian disimpulkan bahwa Kebij akan pengelolaan PBB sekt or Perdesaan dan Perkot aan menj adi wewenang Kabupat en/ Kot a, yang berimplikasi pada adanya keharusan unt uk melakukan koordinasi, penyerahan asset , penyiapan Sumber Daya Manusia pelaksana, penyiapan perangkat t eknologi, penat aan kelembagaan, Inst rumen yuridis (Perda maupun Perbub) sert a Sarana dan Prasarana pendukung lainnya.
Kat a kunci: Implikasi Hukum, Kebij akan, Pengelolaan PBB
Pendahuluan
t ah melakukan ref ormasi perpaj akan adalah Ref ormasi perpaj akan di Indonesia ( Tax
karena banyaknya perundang-undangan paj ak Ref or m ) dicet uskan oleh pemerint ah Indonesia
yang membingungkan rakyat . Pada saat it u pada t ahun 1983 at au set elah 38 t ahun Indo-
pemerint ah sudah mulai memebuat ket ent uan nesia merdeka. Tax Rer or m pada dasarnya me-
mengenai perpaj akan sement ara ket ent uan rupakan kebij akan pemerint ah t erhadap ket en-
produk Hindia Belanda masih ef ekt if berlaku, t uan perpaj akan yang bersif at sangat mendasar
sehingga hak it u dipandang sangat membebani yait u mengenai prinsip, sist imat ika sert a dasar
rakyat karena banyaknya macam pemungut an
f alsaf ahnya. Beberapa pert imbangan pemerin-
paj ak.
Impl ikasi Kebij akan “ Pendaerahan” Pengel ol aan PBB Set el ah Berl akunya … 113
Ref ormasi paj ak diharapkan akan lebih lam rangka meningkat kan makna ot onomi dae- menegakkan kemandirian Indonesia dalam
rah. Ot onomi daerah dapat membawa harapan membiayai pembangunan nasional dengan j alan
yang menj aj ikan bagi keberhasilan mewuj udkan lebih mengarahkan pot ensi dan kemampuan
pembangunan berkelanj ut an. Dengan ot onomi dari dalam negeri melalui paj ak dan sumber-
daerah, pemerint ah daerah memiliki kewena- sumber di luar migas. Selain it u dengan ref or-
ngan unt uk membuat sej umlah kebij akan yang masi paj ak akan t ercipt a aparat ur perpaj akan
sesuai dengan karakt erist ik wilayah dan aspirasi yang lebih baik, sehingga lebih meningkat kan
masyarakat nya. 1 Sebagaimana dikemukakan int ensif ikasi dan ekst ensif ikasi pemungut an
oleh Muhammad Khusaini bahwa sebagai paj ak paj ak.
yang berkait an dengan propert i, maka obyek Salah sat u produk perundang-undangan
i mmobi l e. Secara yang dihasilkan dalam rangka Tax Ref or m ada-
PBB merupakan obyek yang
nat ural obyek yang bersif at immobi l e dimung- lah dikeluarkannya Undang0undang t ent ang Pa-
kinkan dipungut secara lokal. 2 j ak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diat ur di
Gagasan pendaerah PBB ini mendapat re- dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985.
aksi keras dari j aj aran Direkt orat Jenderal Pa- Beberapa undang-undang yang digant i at au
j ak. Suharno, salah seorang dari st af Direkt orat dinyat akan t idak berlaku lagi dengan diundang-
Jenderal Paj ak mengat akan bahwa dalam ke- kannya UU PBB Nomor 12 Tahun 1985 adalah
rangka negara kesat uan maka pengelolaan ad- Ordonansi Paj ak Rumah Tangga 1908 ( Per -
minist rasi perpaj akan secara sent ralist ik adalah soneele Bel ast i ng Or donant i e 1908, St aat sbl ad
paling t epat . 3 Lebih lanj ut dalam t ulisannya, Tahun 1908 Nomor 13); Ordonansi Verponding
Suharno menyimpulkan bahwa pengelolaan Indonesia ( Inl andsche Ver pondi ng Or donant i e
PBB oleh pusat mempunyai banyak keunt ungan. 1923, St aat sbl ad Tahun 1923 Nomor 425); Or-
Per t ama, sist em administ rasi PB yang sudah donansi Verponding 1928 ( Ver pondi ng Or do-
dikembangkan dengan t eknologi inf ormasi dan nant ie 1928, St bl . Tahun 1928 Nomor 324); Or-
basis PBB yang sangat besar memiliki banyak donansi Paj ak Kekayaan ( Or donant ie Op de
(mult ipurposes) t erut ama dalam Ver mogens Bel ast ing 1932, St aat sbl ad Tahun
manf aat
menggali sumber penerimaan PBB; kedua, NJOP 1932 Nomor 405); Ordonansi Paj ak Jalan 1942
dapat dikembangkan sebagai nilai t unggal ( Weggel d Or donant ie 1942, St aat sbl ad Tahun
unt uk berbagai keperluan ( si ngle val ue f or 1941 Nomor 97); Pasal 14 huruf j , k dan l Un-
mul t i pur poses); ket i ga, sist em inf ormasi geo- dang-Undang Nomor 11 Drt Tahun 1957 t ent ang
graf i PBB dapat dikembangkan sebagai embrio Perat uran Umum Paj ak Daerah (Lembaran Ne-
pert anahan mult i guna gara Tahun 1957 Nomor 56, Tambahan Lembar-
sist em
inf ormasi
( mul t i pur pose l and i nf or mat i on syst em); dan an Negara Nomor 1287); Perat uran Pemerint ah
keempat , dalam j angka panj ang NJOP dapat Penggant i Undang-Undang Nomor 11 Tahun
dij adikan sebagai cadast er si ngle i nf or mat ion 1959 t ent ang Paj ak Hasil Bumi (Lembaran
number
Negara Tahun 1959 Nomor 104, Tambahan Lem- Dari sisi kerugian, t ercat at banyak sekali baran Negara Nomor 1860).
kerugian j ika PBB dij adikan sebagai paj ak dae- Set elah mendekat i usia 25 t ahun berlaku-
rah yait u pengelolaan PBB menj adi t idak ef isien nya UU PBB muncul wacana agar PBB dij adikan
dan t idak memenuhi asas economi c of scal e, sebagai paj ak daerah, ide ini kemudian lebih
dikenal dengan upaya “ Pendaerahan PBB“ .
1 Sl amet Rosyadi dan Anwaruddin, “ Ot onomi Daer ah Dan
Penggagas pendaerah ket ent uan t ent ang PBB
Upaya Mewuj udkan Par adigma Pembangunan Berkel an-
beralasan bahwa obyek PBB bersif at t et ap dan
j ut an” ,
Jur nal Sosi al Ekonomi Humani or a, Vol . 2 No. 1,
2 Mei -Okt ober 2008, Purwokert o: LP Unsoed. Muhammad Khusaini, 2006, Ekonomi Publ i k, Desent r a-
t idak berpindah, selain it u pot ensi dan per-
kembangannya lebih mudah dikelola oleh pe-
l i sasi Fi skal dan pembangunan Daer ah, Mal ang: Badan Pener bit FE Uni braw, hl m. 257.
merint ah daerah (kabupat en/ kot a). Pert im-
3 Suharno, 2003,
Pengel ol aan Paj ak Bumi dan Bangunan
bangan lain dari pendaerahan PBB adalah da-
Dal am Er a ot onomi Daer ah , Jakart a: Direkt orat PBB dan BPHTB, hl m. vii.
114 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
t erj adi kesenj angan penerimaan PBB ant ar dae- pungut oleh Pusat , yait u PBB Perdesaan dan rah karena disparit as pot ensi PBB, munculnya
Perkot aan dan BPHTB. Pemberlakuan pemu- perbedaan kebij akan pengelolaan PBB ant ar
ngut an PBB dan BPHTB akan dilakukan secara daerah, rawan dari pengaruh kepent ingan poli-
bert ahap. BPHTB akan dilaksanakan sepenuh- t isi lokal dan pendat aan dan penilaian obyek
nya oleh daerah pada t anggal 1 Januari 2011,
sedangkan PBB Perdesaan dan Perkot aan akan harno menyimpulkan bahwa pengelolaan admi-
PBB menj adi uncont r ol l abl e. 4 Lebih lanj ut Su-
dilaksanakan sepenuhnya oleh daerah pada nist rasi PBB secara sent ralist ik bukanlah suat u
t anggal 1 Januari 2014, sedangkan Paj ak Sarang penyimpangan at au kekeliruan, karena t elah
Burung Walet dapat dipungut oleh beberapa t erbukt i ef isien dan t elah memenuhi asas eco-
daerah apabila memiliki pot ensi paj ak yang nomi c of scale. 5 memadai.
Terkait dengan wacana pendaerahan PBB, Kebij akan “ pendaerahan” PBB t ent unya Muhammad Khusaini j uga memberikan bebe-
t idak t erlepas dari kebij akan penyelenggaraan rapa cat at an t ent ang f akt or-f akt or yang harus
pemerint ahan di Indonesia. Dalam Perkembang- diperhat iakan, yait u biaya koleksi paj ak, akan
annya, penyelenggaraan pemerint ahan di Indo- menj adi t anggungan daerah; masalah kepega-
nesia t elah mengarah kepada pelaksanaan ot o- waian yang t ent unya akan membengkan dan
nomi luas. Pasca ref ormasi pemerint ahan t ahun menj adi beban daerah; basis dat a PBB yang
1998, Pemerint ah memberikan keleluasaan sudah t ersusun rapi secara nasional akan men-
kepada daerah unt uk menent ukan arah kebij ak- j adi rusak; dan pot ensi meningkat nya kesen-
an pembangunan bagi daerahnya, yang dit uang- j angan pendapat an ant ar daerah. 6 kan dalam wuj ud ot onomi daerah seluas–luas-
Pemikiran “ Pendaerahan” PBB direspon nya dalam mengat ur dan mengurus kepent ingan secara normat if oleh Pemerint ah yait u dengan
masyarakat set empat . Kebij akan desent ralisasi digant ikannya undang-undang No. 34 Tahun
t ersebut akan berhasil j ika aparat pemerint ah 2000 menj adi Undang-Undang No. 28 Tahun
daerah cukup t erlembaga sehingga mampu 2009. Dalam Ps 2 (2) UU PDRD yang baru di
mencipt akan t at a pemerint ahan yang demo- sebut kan bahwa Paj ak Kabupat en/ Kot a meli-
krat is. 7 Perj alanan menuj u pelaksanaan desen- put i Paj ak Hot el; Paj ak Rest oran; Paj ak Hibur-
t ralisasI t ersebut merupakan perwuj udan kon- an; Paj ak Reklame; Paj ak Penerangan Jalan;
krit akan adanya t unt ut an pemberian ot onomi Paj ak Mineral Bukan Logam dan Bat uan; Paj ak
yang luas kepada daerah. 8 Parkir; Paj ak Air Tanah; Paj ak Sarang Burung
Pemerint ah daerah dengan adanya ot o- Walet ; Paj ak Bumi dan Bangunan Perdesaan
nomi dit unt ut unt uk mempunyai kemampuan dan Perkot aan; dan Bea Perolehan Hak at as
mengurus rumah t angganya sendiri baik dalam Tanah dan Bangunan.
membuat rencana pembangunan, pelaksanaan Dibandingkan dengan UU PDRD lama, ma-
maupun anggaran biaya dan t enaga pelak- ka t erdapat penambahan 3 (t iga) j enis paj ak
sanaan. namun dalam kenyat annya pengat uran Kabupat en/ Kot a yang baru, yait u PBB Pedesaan
kewenangan perpaj akan dan ret ribusi yang ada dan Perkot aan, Bea Perolehan Hak at as Tanah
saat ini kurang mendukung pelaksanaan ot o- dan Bangunan (BPHTB), dan Paj ak Sarang Bu-
nomi Daerah. Pemberian kewenangan yang se- rung Walet . Jenis paj ak yang selama ini di-
makin besar kepada Daerah dalam penyeleng- garaan pemerint ahan dan pelayanan kepada
4 Ibi d.
masyarakat seharusnya diikut i dengan pem-
5 Dengan mel ihat dan mencer mat i mat eri dan t opik penul i san maka seper t inya buku t er sebut di t erbit kan
khusus ol eh Direkt or at Jender al Paj ak unt uk mengcoun-
Desent r al i sasi Fi skal (pol i t i k t er i de pendaer ahan PBB. Hal i ni semaki n t erl ihat de-
7 Wahyu Kumorot omo, 2008,
dan Per ubahan Kebi j akan 1974-2004), Jakart a: Ken- ngan kesimpul an yang merekomendasikan bahwa f or mat
cana, hl m. 3.
pengel ol aan administ rasi PBB yang i deal dal am kerang-
Kebi j akan desent r al i sasi Fi skal er a ka negara kesat uan adal ah t et ap memper t ahankan
8 Mar di asmo, 2009,
Ref or masi : 2005-2008, Dal am, Er a Bar u Kebi j akan Fi s- sist i m pengel ol aan administ r asi PBB secara sent r al i st i s.
kal , Edit or: Anggit o Abi manyu dan Andi e megant ara, 6 Muhammad Khusaini, Ibi d.
Jakart a: Kompas Buku, hl m. 561.
Impl ikasi Kebij akan “ Pendaerahan” Pengel ol aan PBB Set el ah Berl akunya … 115
berian kewenangan yang besar pula dalam per- set elah berlakunya UU No. 28 Tahun 2009 t en- paj akan dan ret ribusi. Basis paj ak kabupat en
t ang Paj ak Daerah dan Ret ribusi Daerah” Unt uk dan kot a yang sangat t erbat as dan t idak adanya
menget ahui implikasi hukum t ersebut , maka kewenangan provinsi dalam penet apan t arif
kaj ian akan diawali t erlebih dahulu dengan paj aknya mengakibat kan Daerah selalu meng-
melakukan komparasi pengat uran PBB menurut alami kesulit an unt uk memenuhi kebut uhan
ket ent uan Undang-undang No. 12 Tahun 1985 pengeluarannya.
sebagaimana t elah dirubah t erakhir dengan Un- Ket ergant ungan Daerah yang sangat besar
dang-undang No. 12 Tahun 1994 dan pengat ur- t erhadap dana perimbangan dari pusat dalam
an PBB menurut ket ent uan Undang-undang No. banyak hal kurang mencerminkan akunt abilit as
28 Tahun 2009 t ent ang Paj ak Daerah dan Daerah. Pemerint ah Daerah t idak t erdorong un-
Ret ribusi Daerah( Lembaran Negara RI Tahun t uk mengalokasikan anggaran secara ef isien dan
2009 No. 130 dan Tambahan Lembaran Negara masyarakat set empat t idak ingin mengont rol
RI No. 5049).
anggaran Daerah karena merasa t idak dibebani dengan Paj ak dan Ret ribusi. Unt uk meningkat -
Perbandingan Pengat uran PBB
kan akunt abilit as penyelenggaraan ot onomi
Pengaturan PBB Menurut UU No. 12 Tahun
daerah, Pemerint ah Daerah seharusnya diberi
kewenangan yang lebih besar dalam perpaj akan
Obyek Paj ak
dan ret ribusi. Obyek Paj ak dalam UU PBB adalah bumi Menurut Edi Slamet Iriyant o bahwa paj ak
at au bangunan yang berada di seluruh wilayah merupakan f akt or krusial dalam proses pem-
Republik Indonesia. Didalam UU No. 12 Tahun bangunan dan penguat an simpul-simpul demo-
1985 disebut kan bahwa yang t ermasuk penger- krasi di bidang ekonomi. Memberikan kewena-
t ian bumi meliput i: permukaan bumi, perairan, ngan perpaj akan kepada daerah sudah sewaj ar-
sepert i rawa-rawa, t ambak pengairan, lebak- nya dilakukan unt uk mempert egas keberpihak-
lebung, laut wilayah Republik Indonesia t er- an kepada proses demokrat isasi. Kewenangan
masuk t ambang-t ambang lepas pant ai. Sedang- daerah dalam menent ukan obyek paj ak, basis
kan pengert ian bangunan adalah konst ruksi paj ak, memungut dan memanf aat kan uang pa-
t eknik yang dit anam at au yang dilet akkan se- j ak merupakan proyek penguat an posisi dan
cara t et ap pada t anah dan at au perairan unt uk peran pemerint ah daerah dalam roses pem-
t empat t inggal; t empat usaha at au t empat yang bangunan secara mandiri. 9 diusahakan, t ermasuk dalam pengert ian ba-
Secara umum upaya yang dapat dilakukan ngunan adalah j alan lingkungan dalam sat u ke- oleh pemerint ah daerah dalam rangka mening-
sat uan kompleks; Kolam renang; Pagar mewah; kat kan pendapat an daerah melalui int ensif ikasi
Tempat olah raga dan sebagainya. pemungut an paj ak dapat dilakukan dengan : Memeperluas basis penerimaan, Memperkuat
Subyek Paj ak
proses penerimaan, Meningkat kan pengawasan, Subyek Paj ak PBB sebagaimana diat ur Meningkat kan ef isiensi, Meningkat kan ef isiensi
dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1985 administ rasi dan menekan biaya pemungut an
adalah “ or ang pr i badi at au badan yang secar a dan Meningkaat kan kapasit as penerimaan. 10 nyat a mempunyai hak at as bumi , dan/ at au
Dari uraian lat ar belakang pemikiran memi l i ki , menguasai , dan/ at au memper ol eh t ersebut di at as maka permasalahan yang mun-
manf aat at as bangunan” . Dalam hal t ert ent u cul adalah “ Bagaimanakah Implikasi Hukum Pe-
bila at as suat u obyek paj ak belum j elas di- ngelolaan PBB Sekt or Perdesaan dan Perkot aan
ket ahui waj ib paj aknya maka Direkt ur Jenderal Paj ak mempunyai wewenang unt uk menet ap-
9 Edi Sl amet Ir iant o, 2009, Paj ak Negar a Demokr asi , Kon- sep dan Impl ement asi nya di Indonesi a, Yogyakart a:
kan subyek paj aknya sebagai dimaksud ayat (1)
10 LaksBang Mediat ama, hl m. 242.
di at as.
Adr ian Sut edi, 2008, Hukum Paj ak dan Ret r i busi
Daer ah, Bogor: Ghal i a i ndonesai, hl m. 100.
116 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
NJOP dan NJOPTKP Tahun Paj ak, Pendaft aran dan Pendat aan
Nilai j ual obyek paj ak (NJOP) adalah Tahun paj ak dalam PBB adalah j angka dasar pengenaan paj ak yait u harga rat a-rat a
wakt u sat u t ahun t akwim at au 12 bulan, yait u yang diperoleh dari t ransaksi j ual beli yang
masa dari t anggal 1 Januari sampai dengan 31 t erj adi secara waj ar, dan bilamana t idak t er-
Desember t ahun yang bersangkut an. Sehubung- dapat t ransaksi j ual beli NJOP dit ent ukan
an dengan it u maka saat menent ukan paj ak melalui perbandingan harga dengan obyek
yang t erut ang at au yang harus dibayar adalah paj ak lain yang sej enis, at au nilai perolehan
dit ent ukan berdasarkan kondisi obyek paj ak baru, at au nilai j ual obyek paj ak penggant i.
pada awal t ahun paj ak at au t anggal 1 Januari Unt uk memudahkan pengenaan Paj ak
t ahun paj ak yang bersangkut an. Bumi dan Bangunan diperlukan klasif ikasi bumi
Subyek Paj ak harus mendaf t arkan diri dan bangunan menurut nilai j ualnya. Sej ak
sebagai subyek paj ak/ waj ib paj ak. Pandaf t aran t ahun 1999 klasif ikasi ini dit et apkan dengan
dilakukan di Kant or Pelayanan Paj ak Bumi dan Keput usan Ment eri Keuangan No. 523/ KMK. 04/
Bangunan (at au Kant or Paj ak Prat ama) yang 1998 disebut kan bahwa dalam menent ukan kla-
wilayah kerj anya meliput i let ak t anah dan at as sif ikasi bumi/ t anah diperhat ikan f akt or-f akt or
bangunan yang dimiliki, dikuasai at au diman- let ak, perunt ukan, pemanf aat an, kondisi Ling-
f aat kan oleh orang at au badan t ersebut dengan kungan dan lain-lain, sedang dalam menent u-
menggunakan suat u f ormulir yang t elah dit en- kan klasif ikasi bangunan diperhat ikan hal-hal
t ukan oleh Direkt ur Jenderal Paj ak. Obyek yang sebagai berikut bahan yang digunakan, reka-
harus didaf t arkan oleh subyek paj ak meliput i : yasa, let ak, kondisi lingkungan dan lain-lain.
Seluruh bumi/ t anah yang dimiliki dengan suat u Nilai Jual Obyek Paj ak Tidak Kena Paj ak
hak at au dimanf aat kan, dan seluruh bangunan (NJOPTKP) adalah bagian dari NJOP yang t idak
at au dikuasai at au dikenakan paj ak, sehingga j umlah ini harus
dimanf aat kan.
dikurangkan dari NJOP t erlebih dahulu sebelum Sarana Pendaf t aran obyek paj ak berupa dit erapkan t arip. Pasal 3 ayat (3) UU No. 12
bumi/ t anah dan at au bangunan adalah suat u Tahun 1994 yang mulai berlaku 1 Januari 1995
f ormulir yang disebut Surat Pemberit ahuan menyat akan bahwa besarnya NJOPTKP adalah
Obyek Paj ak disingkat SPOP. Kegiat an pen- Rp. 8. 000. 000, - unt uk set iap waj ib paj ak.
dat aan obyek paj ak PBB t erdiri dari 2 macam Apabila sat u waj ib paj ak mempunyai lebih dari
kegiat an, yait u penyusunan dat a awal dan pe- sat u obyek paj ak maka yang diberikan NJOPTKP
mut akhiran dat a. Penyusunan Dat a Awal meli- hanya salah sat u obyek paj ak yang nilainya
put i kegiat an penyampaian dan Pengembalian t erbesar pada sat u lokasi, sedangkan obyek
dat a SPOP. Kegiat an ini dilaksanakan oleh paj ak lainnya t et ap dikenakan secara penuh
pet ugas KP PBB bekerj asama dengan aparat t anpa dikurangi NJOPTKP.
Pemerint ah Daerah dan at au inst ansi lainnya dengan cara menyampaikan SPOP sert a me-
Cara Menghit ung PBB
mant au dan menerima kembali SPOP. Kegiat an Unt uk menghit ung j umlah PBB harus di-
berikut nya adalah Pemut akhiran Dat a yang ket ahui t erlebih dahulu t arip paj ak dasar
dilaksanakan oleh Pet ugas Pemerint ah Daerah pengenaan paj ak dan dasar penghit ungan pa-
berdasarkan pelimpahan t ugas dari Ment eri j ak. Tarip PBB adalah 0, 5 %, dasar pengenaan
Keuangan dan dilaksanakan berdasarkan pe- adalah Nilai Jual Obyek Paj ak (NJOP); dan
t unj uk t eknis yang diberikan oleh Dit j en Paj ak. . dasar penghit ungan paj ak adalah Nilai Jual Kena paj ak (NJKP) at au assessment val ue yang
Penagihan dan Pembayaran
menurut Perat uran Pemerint ah Nomor 74/ 1998 Dasar penagihan dalam PBB adalah Surat t ert anggal 30 Sept ember 1998 dit et apkan se-
Pemberit ahuan Paj ak Terhut ang (SPPT), Surat rendah-rendahnya 20 % dan set inggi-t ingginya
Ket et apan Paj ak (SKP) at au Surat Tagihan Paj ak 100 % dari NJOP.
(STP). Ket iga dasar penagihan paj ak t ersebut
Impl ikasi Kebij akan “ Pendaerahan” Pengel ol aan PBB Set el ah Berl akunya … 117
dit erbit kan oleh Direkt orat Jenderal Paj ak c. q. Kant or Pelayanan Paj ak Bumi dan Bangunan (KP PBB). Selanj ut nya j umlah paj ak t erhut ang berdasarkan Surat Tagihan Paj ak yang t idak dibayar pada wakt unya dapat dit agih dengan Surat Paksa.
Unt uk memperj elas uraian yang berkait an dengan SPOP, SPPT dan penerbit an SKP berikut ini dibuat kan skema sist em pengenaan PBB
Sist em pemungut an dan pembayaran PBB semaksimal mungkin dilakukan dengan ket en- t uan sist emat is, mudah dalam cara maupun administ rasinya, Sederhana dalam cara maupun administ rasinya dan dapat dilakukan monit oring dan pengawasan secara ef ekt if dan ef isien.
Sist em yang didambakan dapat memenuhi persyarat an t ersebut kemudian dikenal dengan Sist em Tempat Pembayaran (SISTEP). Pokok- pokok ket ent uan Sist em Tempat Pembayaran adalah sebagai berikut : (1) Hanya ada sat u t empat pembayaran unt uk set iap wilayah pembayaran PBB t ert ent u, Penyampaian SPT kepada waj ib paj ak dilakukan secara serent ak,
Administ rasi PBB harus dilaksanakan dengan dukungan komput er.
Keberat an dan Banding
Waj ib paj ak dapat mengaj ukan keberat an pada Direkt ur Jenderal Paj ak at as dit erbit - kannya SPPT maupun SKP. Keberat an diaj ukan secara t ert ulis dalam j angka wakt u 3 bulan sej ak t anggal dit erimanya SPPT/ SKP oleh WP,
kecuali apabila WP dapat menunj ukkan bahwa j angka wakt u it u t idak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya dan pengaj uan keberat an t idak menunda kewaj iban membayar paj ak. Terhadap hasil keput usan keberat an waj ib paj ak dapat mengaj ukan banding hanya kepada dana peradilan paj ak. Permohonan ban- ding diaj ukan dengan alasan yang j elas dan di- aj ukan paling lama 3 bulan sej ak surat keput us- an keberat an dit erima oleh waj ib paj ak.
Pembagian Hasil Penerimaan Paj ak
Hasil penerimaan paj ak merupakan pe- nerimaan negara yang dibagi ant ara Pemerint ah
Waj ib Paj ak
SPOP
SPPT Mis. 1 April 19A
Pembayaran paling lambat t gl. 30 Sept ember 19A (1) Apabila t erlambat : paj ak yang t erhut ang + denda
2 %/ bulan (maks 24 bln) Sarana menagih : STP
(2) SPOP kembali t api berdasarkan pemeriksaan t ernyat a
t idak benar
(3) SPOP t idak
dikembalikan
SKP
Selisih paj ak t erhut ang + denda administ rasi 25
% dari selisih
Pokok paj ak + denda administ rasi 25 % dari
pokok paj ak
118 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
Pusat dan Daerah dengan imbangan pembagian kemandirian daerah, maka perlu dilakukan sekurang-kurangnya 90% unt uk Pemerint ah Dae-
perluasan obj ek paj ak daerah dan ret ribusi rah Kabupat en/ Kot a dan Pemerint ah Propinsi
daerah dan pemberian diskresi dalam pene- sebagai pendapat an daerah yang bersangkut an.
t apan t arif . At as dasar pert imbangan t ersebut , Imbangan pembagian hasil penerimaan paj ak
maka Pemerint ah mengeluarkan UU N0. 28 diat ur dengan Perat uran Pemerint ah No. 16
Tahun 2009 t ent ang Paj ak Daerah dan Ret ribusi Tahun 2000 t anggal 10 Maret 2000, t ent ang
Daerah (UU PDRD) pada t anggal 15 Sept ember Pembagian Hasil Penerimaan PBB Ant ara
2009 yang diundangkan dalam Lembaran Negara Pemerint ah Pusat dan Daerah.
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130. Perat uran t ersebut mengat ur t ent ang
Secara yuridis f ormal PBB sudah berubah pembagian hasil penerimaan PBB, yait u 10 %
pengat urannya dari Paj ak Pusat menj adi Paj ak unt uk Pemerint ah Pusat dan 90 % unt uk Daerah.
Daerah hanya memang di dalam UU t ersebut Kemudian diat ur pula j umlah 90 % bagian Dae-
dit egaskan bahwa yang menj adi Paj ak Daerah rah, diperinci menj adi 16, 2 % unt uk Daerah
hanya PBB sekt or Perdesaan dan Perkot aan. Propinsi yang bersangkut an; 64, 8 % unt uk Dae-
Dan dari 185 Pasal yang ada di dalam UU PDRD rah Kabupat en/ Kot a yang bersangkut an; dan 9
t ernyat a ket ent uan yang mengat ur t ent ang PBB % unt uk biaya pemungut an. Bagian Pemerint ah
hanya ada di dalam Pasal 77 sampai dengan Pusat (10 %), dibagikan kepada seluruh Daerah
Pasal 84 ( 8 Pasal saj a) 11
Kabupat en/ Kot a, yang didasarkan at as realisasi penerimaan PBB t ahun anggaran berj alan de-
Obyek Paj ak
ngan pembagian 65 % dibagikan secara merat a Obj ek Paj ak Bumi dan Bangunan Per- kepada seluruh Daerah Kabupat en/ Kot a; 35 %
desaan dan Perkot aan adalah Bumi dan/ at au dibagikan sebagai insent if kepada Daerah
Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/ at au Kabupat en/ Kot a yang realisasi penerimaan PBB
dimanf aat kan oleh orang pribadi at au Badan, sekt or pedesaan dan perkot aan pada Tahun
kecuali kawasan yang digunakan unt uk kegiat an Anggaran
usaha perkebunan, perhut anan, dan pert am- rencana penerimaan yang dit et apkan
sebelumnya
mencapai/ melampui
bangan. Jenis obyek yang t ermasuk bangunan dan perkecualiannya sama dengan yang diat ur
Penegakan Hukum
din dalam UU no. 12 Tahun 1985. Ket ent uan t ent ang penegakan hukum diat ur di dalam pasal yang mengat ur t ent ang
Subyek Paj ak
ket ent uan Pidana. Ancaman pidana dit erapkan Subj ek Paj ak Bumi dan Bangunan Per- kepada waj ib paj ak baik karena kesengaj aan
desaan dan Perkot aan adalah orang pribadi maupun kealpaannya t idak melakukan kewaj ib-
at au Badan yang secara nyat a mempunyai suat u an perpaj akan. Selain diat ur di dalam UU
hak at as Bumi dan/ at au memperoleh manf aat Mat eriil, penegakan hukum j uga diat ur diat ur di
at as Bumi, dan/ at au memiliki, menguasai, dan/ dalam UU Formil yait u Undang-Undang Nomor 6
at au memperoleh manf aat at as bangunan. Tahun 1983 Tent ang Ket ent uan Umum Dan Tat a Cara Perpaj akan (KUP) yang t elah mengalami
NJOP dan NJOPTKP
beberapa kali perubahan. Nilai j ual obyek paj ak (NJOP) diat ur di dalam Pasal 79. Di dalam pasal t ersebut di-
Pengaturan PBB di Dalam UU No. 28 Tahun
sebut kan bahwa Dasar pengenaan Paj ak Bumi
2009 Tent ang PDRD
dan Bangunan Perdesaan dan Perkot aan adalah Paj ak daerah dan ret ribusi daerah me-
NJOP. Besarnya NJOP dit et apkan set iap 3 (t iga) rupakan salah sat u sumber pendapat an daerah
t ahun, kecuali unt uk obj ek paj ak t ert ent u da- yang pent ing guna membiayai pelaksanaan
pat dit et apkan set iap t ahun sesuai dengan pemerint ahan daerah dan dalam rangka me-
ningkat kan pelayanan kepada masyarakat dan 11
Bandingkan dengan PBB di dal am UU No. 12 Tahun 1994 yang t er dir i dari XIV Bab dan 31 Pasal .
Impl ikasi Kebij akan “ Pendaerahan” Pengel ol aan PBB Set el ah Berl akunya … 119
perkembangan wilayahnya, penet apan besarnya pembayaran paj ak diat ur dengan Perat uran NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah. Selanj ut -
Kepala Daerah. At as Permohonan Waj ib Paj ak, nya disebut kan bahwa besarnya Nilai Jual Ob-
Kepala Daerah dapat mengeluarkan Keput usan j ek Paj ak Tidak Kena Paj ak (NJOPTKP) dit et ap-
Pembet ulan, Pembat alan, Pengurangan Ket e- kan paling rendah sebesar Rp10. 000. 000, 00
t apan, dan Penghapusan at au Pengurangan San- (sepuluh j ut a rupiah) unt uk set iap Waj ib Paj ak.
ksi administ rat if . Ket ent uan mengenai t at a cara Penent uan Nilai Jual Obj ek Paj ak Tidak Kena
pengurangan at au penghapusan sanksi adminis- Paj ak dit et apkan dengan Perat uran Daerah.
t rat if dan pengurangan at au pembat alan ke- t et apan paj ak sebagaimana dimaksud diat ur
Cara Menghit ung PBB
dengan Perat uran Kepala Daerah. Unt uk menghit ung j umlah PBB harus di- ket ahui t erlebih dahulu t arif paj ak dan dasar
Penegakan Hukum Keberat an dan Banding
pengenaan paj ak. Tarif PBB adalah 0, 3 %, t arif Waj ib Paj ak dapat mengaj ukan keberat an t ersebut dit et apkan dengan Perat uran Daerah.
hanya kepada Kepala Daerah at au pej abat yang Besaran pokok Paj ak Bumi dan Bangunan Per-
dit unj uk. Keberat an diaj ukan secara t ert ulis desaan dan Perkot aan yang t erut ang dihit ung
dalam bahasa Indonesia dengan disert ai alasan- dengan cara mengalikan t arif dengan dasar
alasan yang j elas. Keberat an harus diaj ukan pengenaan paj ak (NJOP) sebagaimana dimaksud
dalam j angka wakt u paling lama 3 (t iga) bulan dalam Pasal 79 ayat (3) set elah dikurangi Nilai
sej ak t anggal surat , t anggal pemot ongan at au Jual Obj ek Paj ak Tidak Kena Paj ak (NJOPTKP)
pemungut an Keberat an dapat diaj ukan apabila sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (5).
Waj ib Paj ak t elah membayar paling sedikit sej umlah yang t elah diset uj ui Waj ib Paj ak.
Tahun Paj ak, Pendaft aran dan Pendat aan
Unt uk Banding, maka Waj ib Paj ak dapat me- Tahun Paj ak adalah j angka wakt u 1 (sat u)
ngaj ukan permohonan banding hanya kepada t ahun kalender. Saat yang menent ukan paj ak
Pengadilan Paj ak t erhadap keput usan mengenai yang t erut ang adalah menurut keadaan obj ek
keberat annya yang dit et apkan oleh Kepala paj ak pada t anggal 1 Januari. Tempat paj ak
Daerah. Pengaj uan permohonan banding me- yang t erut ang adalah di wilayah daerah yang
nangguhkan kewaj iban membayar paj ak sampai meliput i let ak obj ek paj ak. Pendat aan dilaku-
dengan 1 (sat u) bulan sej ak t anggal penerbit an kan dengan menggunakan SPOP. SPOP sebagai-
Put usan Banding. Ket ent uan t ent ang pidana mana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan
memuat ancaman bagi waj ib paj ak paj ak yang j elas, benar, dan lengkap sert a dit andat angani
baik karena kelalaiannya maupun karena dan disampaikan kepada Kepala Daerah yang
kesengaj aannya t idak melalukan kewaj iban wilayah kerj anya meliput i let ak obj ek paj ak,
perpaj akan.
selambat -lambat nya 30 (t iga puluh) hari kerj a set elah t anggal dit erimanya SPOP oleh Subj ek
Pengawasan dan Pembat alan Perda Tent ang
Paj ak. Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah me-
Paj ak
nerbit kan SPPT. Rancangan Perat uran Daerah kabupat en/ kot a t ent ang Paj ak dan Ret ribusi yang t elah
Jat uh Tempo dan Tat a Cara Pembayaran
diset uj ui bersama oleh bupat i/ walikot a dan Kepala Daerah menent ukan t anggal j at uh
DPRD kabupat en/ kot a sebelum dit et apkan di- t empo pembayaran dan penyet oran paj ak yang
sampaikan kepada gubernur dan Ment eri Ke- t erut ang paling lama 30 (t iga puluh) hari kerj a
uangan paling lambat 3 (t iga) hari kerj a t er- set elah saat t erut angnya paj ak dan paling lama
hit ung sej ak t anggal perset uj uan dimaksud.
6 (enam) bulan sej ak t anggal dit erimanya SPPT Gubernur melakukan evaluasi t erhadap Ran- oleh Waj ib Paj ak. Ket ent uan lebih lanj ut me-
cangan Perat uran Daerah yang diaj ukan oleh ngenai t at a cara pembayaran, penyet oran,
Kabupat en/ Kot a unt uk menguj i kesesuaian Ran- t empat pembayaran, angsuran, dan penundaan
cangan Perat uran Daerah dengan ket ent uan Un-
120 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
dang-Undang PDRD, kepent ingan umum dan/ kait an dengan peranan paj ak dalam mengat ur at au perat uran perundang-undangan lain yang
irama kegiat an ekonomi, alokasi sumber, kon- lebih t inggi. Gubernur dalam melakukan eva-
sumsi dan redist ribusi pendapat , belum men- luasi berkoordinasi dengan Ment eri Keuangan. 13 dapat kan perhat ian yang signif ikan.
Hasil evaluasi yang t elah dikoordinasikan de- Terlepas dari seberapa banyak perat uran ngan Ment eri Keuangan t ersebut dapat berupa
perundangan it u dilakukan pembaharuan, na- perset uj uan at au penolakan.
mun yang perlu diperhat ikan adalah bahwa di dalam pembuat an perat uran perundangan di
Kebij akan Peralihan
bidang paj ak harus selalu memperhat ikan asas Kebij akan dalam masa peralihan t ercan-
hukum paj ak sebagai pikiran dasar yang umum t um di dalam ket enut an penut up yang menye-
sif at nya yang menj adi lat ar belakang dari suat u but kan bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun
ket ent uan konkrit 14 .
1985 t ent ang Paj ak Bumi dan Bangunan (Lem- Adam Smit h dalam buku yang berj udul baran Negara Republik Indonesia Nomor 68,
The Weal t h of Nat ion memberikan pedoman Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
bahwa agar perat uran paj ak memberikan rasa Nomor 3312) sebagaimana t elah diubah dengan
adil maka harus memenuhi 4 (empat ) syarat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 t ent ang
yait u adanya Equal i t y and Equi t y, cer t ai nt y, Perubahan at as Undang-Undang Nomor 12 Ta-
Convi nience of Payment dan Economi c of Col - hun 1985 t ent ang Paj ak Bumi dan Bangunan
l ect i on. Keempat syart ini disebut “ The Four (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Cannons of Adam Smi t h” at au ser ing di sebut
62, Tambahan Lembaran Negara Republik dengan “ The Four Maxi me” 15 . Indonesia Nomor 3569) yang t erkait dengan
Undang-undang t ent ang Paj ak Daerah dan perat uran pelaksanaan mengenai Perdesaan
Ret ribusi Daerah diundangkan dengan pert im- dan Perkot aan masih t et ap berlaku sampai
bangan bahwa paj ak daerah dan ret ribusi dae- dengan t anggal 31 Desember 2013, sepanj ang
rah merupakan salah sat u sumber pendapat an belum ada Perat uran Daerah t ent ang Paj ak
daerah yang pent ing guna membiayai pelak- Bumi dan Bangunan yang t erkait dengan
sanaan pemerint ahan daerah, sert a dalam rang- Perdesaan dan Perkot aan.
ka meningkat kan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, sehingga perlu di-
Pembahasan
lakukan perluasan obj ek paj ak daerah dan Tunt ut an akan adanya paj ak sebagai sum-
ret ribusi daerah dan pemberian diskresi dalam ber pemasukan bagi kas negara mendorong ada-
penet apan t arif ; kebij akan paj ak daerah dan nya upaya pembaharuan paj ak nasional. Hal
ret ribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prin- t ersebut t idak t erkecuali pada Paj ak Bumi dan
sip demokrasi, pemerat aan dan keadilan, peran Bangunan yang kelahirannya merupakan salah
sert a masyarakat , dan akunt abilit as dengan sat u dari hasil ref ormasi paj ak ( t ax r ef or m),
memperhat ikan pot ensi daerah. At as dasar per- oleh karena it u st rat egi yang diambil pada
t imbangan t ersebut maka t erdapat kebij akan pembaharuan paj ak yait u adanya kecenderung-
baru di dalm UU PDRD, yait u menet apkan be- an mengut amakan pada penerimaan ( r evenue
berapa j enis paj ak menj adi Paj ak derah or i ent ed) 12 .
Kabupat en/ Kot a.
Sebagaimana dikat akan oleh Miyast o bah- Terkait dengan kebij akan pendaerah PBB wa pada pembaharuan paj ak I st rat egi per-
maka konsekwensi yuridis yang harus dilakukan paj akan masih diarahkan pada bagaimana me-
oleh Pemerint ah daerah (Pemda) adalah di- ningkat kan penerimaan pemerint ah yang dapat
haruskannya Pemda melakukan penyesuaian ke- digunakan unt uk mebiayai kegiat an-kegiat an
pembangunan, f ungsi regulasi paj ak yang ber- 13
Mi yast o, dal am Y. Sr i Pudyat moko, Ibi d. 14 Sudikno Mert okusumo, 1991,
Mengenal Hukum (Suat u
Pengant ar ), Yogyakar t a: Libert y, hl m. 33.
15 Adam Smit h dal am Rochmat Soemit ro, 1992, Asas dan Yogyakart a: Andi Of f set , hl m. 35.
12 Y. Sri Pudyat moko, 2002,
Paj ak Bumi dan Bangunan,
Dasar Per paj akan I, Bandung: PT. Eresco, hl m. 15.
Impl ikasi Kebij akan “ Pendaerahan” Pengel ol aan PBB Set el ah Berl akunya … 121
bij akan pengelolaan paj ak daerah dan pem- buat an inst rumen yuridis dibidang perpaj akan daerah. Beberapa kebij akan yang harus segera diambil at au paling t idak harus pikirkan men- j elang diberlakukannya UU PDRD khususnya PBB.
Penat aan Kelembagaan
Selama ini kelembagaan daerah yang me- nangani PBB berada dibawah koordinasi lemba- ga/ dinas/ inst ansi yang membidangi keuangan daerah. Dengan pendaerah PBB ini maka pemerint ah daerah harus mempert imbangkan kemungkinan pembent ukan lembaga baru yang khusus menangani Paj ak daerah. Mengingat begit u luas dan kompleksnya permasalahan dibidang PBB maka akan sangat berat j ika pengelolaan PBB disat ukan menj adi urusan bidang at au seksi yang mengurusi masalah pa- j ak daerah secara keseluruhan (Dinas Pendapat - an Daerah at au yang sej enis). Pembent ukan Dinas Paj ak Daerah at au Kant or Pelayanan Paj ak Daerah kiranya merupakan keniscayaan pembent ukannya. Kiranya penat aan kelemba- gaan ini menj adi sangat pent ing dalam rangka meningkat kan kepercayaan masyarakat , sebab salah sat u masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah menguat nya rasa ket idakpercayaan masyarakat t erhadap pemerint ah ( publ i c di st r ust ), gej ala yang paling menonj ol dari adanya public dist rust adalah adanya aksi menent ang kebij akan pemerin-
t ah. 16
Penat aan Sumber Daya Manusia
Penat aan sumber daya manusia sebagai pelaksana kebij akan dibidang PBB mut lak di- lakukan mengingat beban kerj a yang harus di- pikul oleh aparat daerah adalah merupakan hal yang baru. Dikat akan baru, mengingat selama ini aparat daerah pelibat annya di dalam meka- nisme pengelolaan PBB adalah bersif at pasif , segala sesuat unya sudah dipersiapkan oleh Pu- sat . Dengan pendaerahan PBB ini maka aparat
16 Kadar Pamuj i, “ Penguat an Lembaga Ombudsman Indo- nesi a Dal am Rangka Mewuj udkan Good Gover nance” ,
Jur nal Hukum, Vol 18 No. 1, Maret 2008, Semarang: Fak. Hukum Uni sul a
daerah harus mampu secara mandiri melakukan operasionalisasi pemungut an PBB mempersiap- kan segala sesuat u/ sarana prasarana yang di- but uhkan unt uk kegiat an mulai dari pendat aan, pendaf t aran sampai dengan mekanisme pem- bayaran. Bahwa f akt or sumber daya manusia merupakankunci keberhasilan manaj emen at au pengelolaan. Mengunt ip penj elasan Lembaga Administ rasi Negara RI dikemukakan ant ara lain sebagai berikut : ” j adi pada akhirnya f akt or ma- nusia it ulah yang paling menent ukan dan f akt or yang mut lak mest i harus ada. Berhubung dengan it u, sebagian t ersebar akt ivit as manaj emen be- nar-benar harus dit uj ukan kepada masalah-ma- salah manusianya, agar mereka memiliki sikap yang t epat , semangat yang baik, mampu meng- gunakan cara-cara kerj a dan sarana-sarana
lainnya dengan baik pula” . 17 Peningkat an kualit as SDM menj adi pen- t ing, meningkat nya kualit as SDM akan ber- dampak pada kinerj a dan sikap ment al peme- rint ah (aparat paj ak). Pada era ref ormasi, upa- ya unt uk mewuj udkan sist em yang demokrat is, bersih dan berwibawa t elah menj adi priorit as ut ama bagi rakyat dan pemerint ah. Ref ormasi birokrasi sebagai salah sat u t unt ut an ref ormasi t elah menj adikan awal t imbulnya kesadaran akan mekanisme birokrasi dan menj adi t onggak
unt uk menat a sist em pemerint ahan yang baik. 18
Menurut Wacipt o Set iadi, peningkat an SDM j uga harus dilakukan di j aj aran legislat if daerah (DPRD) mengingat dengan amandemen undang-undang dasar 1945, t elah t erj adi per- geseran dalam kekuasaan pembent ukan un- dang-undang, yang sebelum undang-undang da- sar 1945 diamandemen, kekuasaan pembent uk- an undang-undang t it ik berat nya berada di t angan eksekut if , t et api dengan amandemen undang-undang dasar 1945 kekuasaan pemben-
17 A. A. Oka
Mahendr a, “ Mekanisme Penyusunan
Dan
Pengel ol aan Program Legi sl asi Daerah” , Jur nal Legi sl asi Indonesi a, Vol . 3 No. 1, Maret 2006, Jakart a: Dit j end Perat uran Perundang-undangan RI.
18 Tedi Sudraj at , “ Probl emat ika Penegakan Hukuman Disi pl in Kepegaw ai an” ,
Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 3
No. 1, Maret 2006, Purwokert o: Fak. Hukum Unsoed.
122 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
t ukan undang-undang bergeser ke legislat if . 19 ment Val ue dit et apkan di dalam Perat uran Pe- Senada dengan hal t ersebut diat as Machmud
merint ah, sepert i PP Nomor 74/ 1998 t ert anggal Aziz mengat akan bahwa Dalam pembent ukan
30 Sept ember 1998 yang menent ukan NJKP hukum t ert ulis khususnya perat uran perundang-
sebesar 40 % dan 20 % t ergant ung dari obyek undangan, peran perancang (eksekut if at au le-
paj aknya. Di dalam UU PDRD t idak disebut kan gislat if ) sangat st at egis. Perancang adalah pe-
di dalam pasal-pasalnya mekanisme penent uan nyusun rancangan perat uran perundang-un-
NJKP, walaupun secara sederhana dapat dika- dangan yang bersif at hukum publik yang meru-
t akan bahwa NJOP-NJOPTKP = NJKP. Undang- pakan bagian int egral dari lembaga pembent uk
undang PDRD Hanya mengamanat kan penent u- perat uran perundang-undangan. 20 an NJOP dan NJOPTKP, it upun dengan bent uk hukum yang berbeda, yait u NJOP dit et apkan
Perumusan Kebij akan Teknis
set iap 3 (t iga) t ahun, kecuali unt uk obj ek paj ak Perumusan kebij akan t eknis pemungut an
t ert ent u dapat dit et apkan set iap t ahun dan merupakan suat u hal yang harus dilakukan oleh
dilakukan oleh Kepala Daerah (bent uk hukum Pemerint ah Daerah. Kebij akan t eknis dilakukan
dapat berupa Keput usan Bupat ai at au Per- baik unt uk mengant isipasi permasalahan yang
at uran Bupat i). Selanj ut nya Nilai Jual Obj ek mungkin t imbul maupun dalam rangka pelak-
Paj ak Tidak Kena Paj ak (NJOPTKP) dit et apkan sanaan amanat UU. Kebij akan yang baik akan
paling rendah sebesar Rp10. 000. 000, 00 (se- berpengaruh pada t ingkat kepat uhan waj ib
puluh j ut a rupiah) unt uk set iap Waj ib Paj ak paj ak. Dalam sist em yang menekankan ke-
dan dit et apkan dengan Perat uran Daerah. akt if an waj ib paj ak, memerlukan t ax com-
Ket ika UU hanya mengamanat kan bahwa pl i ance (kepat uhan perpaj akan). Tax compl i an-
NJOP dit et apkan oleh Bupat i, maka produk hu-
ce t ersebut sangat dibut uhkan unt uk meng- kum bisa dalam bent uk keput usan ( Beschi ki ng) opt imalkan penerimaan paj ak di Indonesia. 21 bisa dalam bant uk perat uran ( r egel i ng). Hal ini
Beberapa kebij akan t eknis dalam rangka t ent u membut uhkan pemikiran dan pert im- langkah ant isipasi dij elaskan di bawah ini.
bangan yang mat ang, mengingat apabila produk Per t ama, melakukan Pendat aan dan Pen-
hukum dalam bent uk keput usan, maka konse- daf t aran Waj ib Paj ak. Pendat aan waj ib paj ak
kwensinya adalah didalam penegakan hukum harus kembali dilakukan, koordinasi dengan
t ent unya t unduk pada ket ent uan yang meng- Dit j end Paj ak yang mengurusi PBB merupakan
at ur t ent ang keput usan. Selain it u dengan di- suat u hal yang dapat dilakukan unt uk mem-
t uangkannya dalam bent uk keput usan, maka peroleh dat a waj ib paj ak. Dat a yang diperoleh
t ent unya ruang diskresi dari kepala daerah dapat digunakan unt uk melakukan kebij akan di
menj adi sangat dominan. Namun sebaliknya dalam pendaf t aran waj ib paj ak.
apabila NJOP dit uangkan dalam bent uk Per- Kedua, Penet apan NJKP, NJOP dan NJO-
at uran, maka ket ent uan t ersebut mengikat PTKP. Selama ini penent uan Nilai Jual Kena
umum. Bupat i mempunyai kewaj iban unt uk Paj ak (NJKP) at au biasa disebut dengan Assess-
mendengarkan
pert imbangan dari dewan
(DPRD) sebelum mengeluarkan perat uran.
19 Wicipt o Set iadi , “ Makna Perset uj uan Ber sama Dal am
Terlepas apakah akan dit uangkan dalam
Pembent ukan Undang-Undang Sert a Penandat anganan Ol eh Presiden At as Rancangan Undang-Undang Yang Te-
bent uk Keput usan maupun perat uran, yang j e-
l ah Mendapat Per set uj uan Bersama” ,
Jur nal Legi sl asi
las bahwa penent uan NJOP mepunyai pengaruh
Indonesi a, Vol . 1 No. 2, Sept ember 2004, Jakart a: Dit - j end Perat uran Per undang-undangan RI
t erhadap penent uan j enis paj ak yang lain.
20 Machmud Aziz, “ Probl emat ika Jabat an Fungsional Pe-
Sebagaimana kit a ket ahui bahwa NJOP menj adi
rancang Perat uran Perundang-undangan (Legisl at ive Draf t er) dan Sol usinya” ,
dasar penent uan PPh Final at as penj ualan pro-
Jur nal Legi sl asi Indonesi a, Vol .
I No. 1 Jul i 2004, Jakart a: Di t j end Per at uran
pert i, PPn at as propert i yang t elah diserahkan
Perundang-undangan RI. 21 Dahl i ana Hasan, “ Pel aksanaan Tax Compl iance Dal am
oleh developer kepada pembeli, sert a penen-
Upaya Opt i mal i sasi Pener imaan
Yogyakart a” , Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 12 No. 2 Juni 2008, Yogyakart a: Fak. Hukum UGM.
Impl ikasi Kebij akan “ Pendaerahan” Pengel ol aan PBB Set el ah Berl akunya … 123
t uan at as BPHTB at as hak yang t elah dit erima Kebij akan sepert i ini boleh j adi akan mudah oleh pembeli 22 .
dirancang dan dilaksanakan dalam j angka pen- Sej ak Tahun 2001 NJOPTKP dit et apkan
dek, t et api dalam j angka panj ang akan men- dengan melibat kan Pemerint ah Daerah. Pe-
dapat perlawanan dari waj ib paj ak minimum libat an dilakukan mengingat penent uan NJO-
secara pasif dan lat ent . 26
PTKP secara langsung bersinggungan dengan Ket i ga, mekanisme pemungut an/ penagih- st at egi c Pol i cy, dalam art i menaikan at au