Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Jantung Koroner Terhadap Penyakit Yang Dideritanya Di Poliklinik Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Pengetahuan

  2.1.1. Definisi Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmojo,2003)

  2.1.2. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu : a.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  b.

  Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c.

  Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  d.

  Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

  e.

  Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

  2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

  a) Usia bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. b) Jenis kelamin

  Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh jenis kelaminnya.

  c) Pengalaman

  Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

  d) Intelegensi

  Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

2. Faktor Eksternal

  a) Tingkat pendidikan tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya.

  b) Metode Pembelajaran

  Metode pembelajaran adalah suatu cara yang harus dilalui didalam belajar dan mengajar. Dengan metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif pula hasil belajar seseorang.

  c) Lingkungan

  Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat d) Pekerjaan

  Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi.

2.2 Penyakit Jantung Koroner

  2.2.1. Definisi Penyakit jantung koroner (PJK) sebagai salah satu bentuk dari penyakit jantung dan pembuluh darah, merupakan penyakit yang melibatkan gangguan pembuluh darah koroner, pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan zat makanan pada jantung. Kelainan dapat berupa penyempitan pembuluh koroner yang disebabkan karena aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang dan material pembekuan darah (fibrin).

  Timbunan ini disebut dengan plak. (Sukandi E., 2008).

  2.2.2. Epidemiologi Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah.

  Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.

  Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu didunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). (WHO, 2001) Menurut data WHO (World Health Organization), sebanyak 17 juta orang meninggal setiap tahun oleh karena penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, sebanyak 79 orang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Sekitar 2400 orang meninggal setiap hari karena penyakit ini (Sukandi E., 2008).

  PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta).

  2.2.3. Faktor risiko

  a. Usia Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.

  Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di Amerika Serikat, kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun sedangkan pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45- 60tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki . (Yuniadi Y,2007)

  b. Jenis Kelamin

  Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan, akan tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan antara risiko pada perempuan dengan laki-laki. (Yuniadi Y,2007)

  c. Faktor Genetik Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.

  Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja. Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol.(Yuniadi Y,2007) d. Obesitas

  Makanan atau minuman siap saji yang didapat melalui restoran fast , maupun melalui makanan instant seperti mie instant, makanan kaleng dan

  food

  sebagainya dapat mengakibatkan obesitas atau kelebihan lemak tubuh. Hal tersebut diperparah lagi dengan kurangnya gerak tubuh yang dilakukan, baik melalui gerak fisik saat kerja maupun olah raga. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10 - 20 %, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat mencapai 30 %. Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasia yang keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana sedang ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung). Obesitas dapat mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu:

  1. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peningkatan kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).

  2. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa ataupun kencing manis. Menurut studi Framingham, penurunan berat badan akan memperpanjang usia dan dengan penurunan berat badan sampai 10 % akan menurunkan insiden penyakit jantung koroner 20 %. (Djohan T.B.A,2004)

  e. Hipertensi Tekanan darah tinggi mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu, selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Selain pada jantung, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada otak, mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal). Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko major untuk penyakit jantung koroner. 74% dari penderita penyakit jantung koroner menderita hipertensi. (American Heart Association)Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:

  1. Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor miokard).

  2. Mempercepat timbulnya aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner). (Djohan T.B.A,2004) f. Merokok

  Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. (WHO,2004)

  Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung terhadap dinding arteri. Karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sedangkan glikoprotein pada tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif dinding arteri. (Kusmana D. dan Hanafi M., 1996).

  g. Diabetes Mellitus Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.

  h. Diet Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.

1.2.4. Patofisiologi Arteriosklerosis Koroner

  Pembuluh darah arteri seperti juga organ-organ lain dalam tubuh mengikuti proses umur dimana terjadi proses yang karekteristik seperti penebalan lapisan intima, berkurangnya elastisitas penumpukan kalsium dan bertambahnya diameter lapisan intima. Perubahan ini terjadi terutamanya pada arteri-arteri besar yang disebut arteriosklerosis. Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar).

  Tunika intima terdiri dari 2 bagian. Lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan subendothelium. Sel-sel endotel ini memproduksikan zat-zat seperti prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya regenerasi yang cepat untuk memelihara anti trombogenik arteri. Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain.

  Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai 3 bagian : bagian sebelah dalam disebut membran elastis internal, kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastis eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan membran elastik interna dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan adventisia.

  Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol.

  Berdasarkan hasil otopsi mayat dalam berbagai usia didapati pada pembuluh koroner terlihat penonjolan yang diikuti dengan garis lemak (fatty

  

streak ) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur di bawah 10 tahun. Garis

  lemak ini mula-mula timbul pada aorta dan arteri koroner. Pada umur 20 tahun ke atas garis lemak ini dapat terlihat hampir pada setiap orang. Garis lemak ini akan tumbuh menjadi fibrous plaque yaitu suatu penonjolan jaringan kolagen dan sel- sel nekrosis. Lesi padat, pucat dan berwarna kelabu disebut ateroma. Plak fibrous lebih kompleks dan timbul konsekuensi klinis seperti angina pektoris, infark miokard, dan mati mendadak (sudden death). Lesi kompleks terjadi apabila pada plak fibrus timbul nekrosis dan terjadi perdarahan thrombosis, ulserasi, kalsifikasi atau aneurisma.

  Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir 10% dari curah jantung per menit yaitu kira-kira 50-75 ml darah per 100 gram miokard. Dalam keadaan stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner (coronary flow reserve) dimana aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram miokard. Pada keadaan stenosis maka aliran cadangan koroner dapat mempertahankan aliran basal (basal flow) di sebelah distal stenosis. Pada stenosis 70% atau lebih tetap saja aliran distal stenosis (distal flow) tidak mencukupi pada saat stress atau latihan, sehingga menyebabkan iskemia. (Kusmana D. dan Hanafi M. 1996).

  2.2.5. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran darah arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan, tidak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis. Dalam keadaan normal, dimana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup seperti pada saat melakukan aktifitas fisik bekerja atau olahraga. Mekanisme pengaturan aliran koroner mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan tetap seimbang agar oksigenasi jaringan terpenuhi, sehingga setiap jaringan mampu melakukan fungsi secara optimal. (Kusmana D. dan Hanafi M., 1996).

  Proses terjadinya aterosklerosis dapat sejak masa kanak-kanak, dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa ada gejala. Kadang-kadang gejala timbul saat makin bertambah besar, maka aliran darah yang menuju jantung makin berkurang sehingga menyebabkan angina pektoris atau nyeri dada. Angina ini timbul karena ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung akan dan oksigen dan suplai . darah oleh pembuluh koroner. (Sukandi E,2008)

  Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK. Manifestasi klinis PJK meliputi :

  1. Asimptomatik ( Silent Myocardial Ischemia ) 2. Angina Pektoris. a.Angina Pektoris Stabil

  b. Angina Pektoris Tidak Stabil

  c. Variant Angina ( Prinzmetal Angina )

  3. Infark Miokard Akut

  4. Dekompensasi Kordis

  5. Aritmia Jantung

  6. Mati Mendadak

  7. Syncope Pada penderita asimptomatik, Kadang penderita penyakit jantung koroner diketahui secara kebetulan misalnya saat dilakukan check up kesehatan.

  Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat maupun saat aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan iskemia saat dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST. Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lain dalam batas-batas normal.

  Pada penderita Angina Pektoris Stabil, Nyeri dada yang timbul saat melakukan aktifitas, bersifat kronis (> 2 bulan). Nyeri precordial terutama di daerah retrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas, seperti di remas ataupun seperti tercekik. Rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas / bawah bagian medial, ke leher, daerah maksila hingga ke dagu atau ke punggung,

  5) menit dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada dapat diprovokasi oleh stress / emosi, anemia, udara dingin dan tirotoksikosis. Pada saat nyeri, sering disertai keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat hilang dengan pemberian obat golongan nitrat.

  Pada penderita yang mengalami Angina Pektoris tak stabil, kualitas, lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama dengan penderita angina stabil. Tetapi nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang bertambah serta pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Sering timbul saat istirahat. Pemberian nitrat tidak segera menghilangkan keluhan. Keadaan ini didasari oleh patogenesis yang berbeda dengan angina stabil. Pada angina tidak stabil, plak aterosklerosis mengalami trombosis sebagai akibat plaque rupture (fissuring), di samping itu diduga juga terjadi spasme namun belum terjadi oklusi total atau oklusi bersifat intermitten. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak mengalami peningkatan.

  Penyakit jantung koroner dapat juga bermanifestasi sebagai infark miokard akut yang Pre- Infarction. Penderita infark miokard akut sering didahului oleh keluhan dada terasa tidak enak (chest discomfort). Keluhan ini menyerupai gambaran angina yang klasik pada saat istirahat sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil. 30% penderita mengeluh gejala tersebut 1 – 4 minggu sebelum penderita mengeluh gejala tersebut dirasakan kurang dari 1 minggu. Selain itu penderita sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan. Nyeri dada berlangsung > 30 menit bahkan sampai berjam-jam. Lokasi nyeri biasanya retrosternal, menjalar ke kedua dinding dada terutama dada kiri, ke bawah ke bagian medial lengan menimbulkan rasa pegal pada pergelangan, tangan dan jari. Kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada daerah epigastrium hingga merasa perut tidak enak (abdominal discomfort). Gejala lain yang sering menyertai adalah mual, muntah, badan lemah, pusing, berdebar dan keringat dingin.

  2.2.6. Diagnosis PJK Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesis (wawancara), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan alat. Ini berlaku untuk semua keadaan, termasuk PJK. Anamnesis

  Seperti biasa bila anda diperiksa dokter, ia akan mulai bertanya (melakukan anemnesa) mulai dari keluhan anda sampai semua hal yang berkaitan dengan PJK. Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Dokter akan bertanya cukup detail mengenai hal ini, seperti apakah nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, apakah menjalar. Nyeri dada yang dirasakan seperti ditindih beban berat, di-tusuk, diremas, rasa terbakar adalah yang paling sering dilaporkan. Walaupun bisa saja dirasakan berbeda. Biasanya nyeri dirasakan di dada kiri dan menjalar ke lengan kiri. Setelah itu dokter akan menanyakan semua faktor risiko PJK, antara lain: apakah anda merokok, menderita darah tinggi atau penyakit gula (diabetes), pernahkah memeriksakan kadar kolesterol dalam darah, dan adakah keluarga yang menderita PJK.

  Pemeriksaan Fisik Dimaksudkan untuk mengetahui kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan terutama dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan Penunjang

  Pemeriksaan Penunjang dilakukan tergantung kebutuhannya, beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasif sifatnya. Elektrokardiogram (EKG) Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda. Foto rontgen dada Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Disamping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar.

  Pemeriksaan Laboratorium Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida sebagai faktor risiko. Dari Pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.

  Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung / kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.

  Pemeriksaan yang merupakan ‘gold standard’ adalah kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam slang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malah mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. (Arief I., 2007)

  2.2.7. Penatalaksanaan A.

  Modifikasi Gaya Hidup 1.

  Diet tinggi serat, rendah kolesterol/lemak, rendah garam 2. Menurunkan berat badan 3. Berhenti merokok / konsumsi alkohol 4. Olahraga teratur B. Pengobatan 1.

  Obat modifikasi kolesterol. Dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam darah, terutama low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol "buruk" , obat-obatan ini mengurangi bahan utama yang menumpuk pada arteri koroner. Meningkatkan high-density lipoprotein (HDL), atau kolesterol "baik", mungkin membantu juga. Dokter dapat memilih dari berbagai obat, termasuk statin, niasin, asam empedu fibrates dan sequestrants.

  2. Aspirin. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk membeku, yang dapat membantu mencegah penyumbatan arteri koroner. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, aspirin dapat membantu mencegah serangan di masa depan. Ada beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai, seperti jika memiliki kelainan pendarahan dimana sudah menggunakan pengencer darah lain, jadi tanyalah dokter Anda sebelum meminum aspirin.

  3. Beta bloker. Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah, yang menurunkan permintaan oksigen jantung. Jika pernah mengalami serangan jantung, beta blocker mengurangi risiko serangan di masa depan.

  4. Nitrogliserin. Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat mengontrol nyeri dada dengan membuka arteri koroner dan mengurangi permintaan jantung untuk darah.

  5. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE). Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan dapat membantu mencegah perkembangan penyakit arteri koroner. Jika anda pernah mengalami serangan jantung,

  6. Calcium channel blocker. Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang mengelilingi arteri koroner dan menyebabkan pembuluh terbuka, meningkatkan aliran darah ke jantung. Mereka juga mengendalikan tekanan darah tinggi.

  C.

  Kadang-kadang pengobatan yang lebih agresif diperlukan untuk memperbaiki aliran darah. Berikut adalah beberapa pilihan:

  1. Trombolitik. Efektif diberikan dalam waktu < 12 jam setelah keluhan nyeri dada dan usia pasien < 75 tahun.

  2. Prosedur invasif non operatif. Dapat dilakukan intervensi koroner perkutan primer, dilakukan < 6 jam setelah mengalami serangan.

  Selain itu dapat dilakukan bila terapi trombolitik gagal.

  3. Operasi bypass arteri koroner.

  2.2.8. Pencegahan 1.

  Berolah raga teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan menjaga agar peredaran darah tetap lancar. Dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat atau jogging.

  2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak / berkolesterol tinggi dan meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

  3. Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal.

  4. Cukup istirahat dan kurangi stress. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres dan akan mengakibatkan naiknya tekanan darah.

  5. Hindari rokok, kopi dan minuman beralkohol.

  6. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memantau kadar kolesterol dalam darah.