Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010

(1)

Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010

Oleh :

MUGINRARAO SOORIAPPRAGASARAO 070100289

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUGINRARAO SOORIAPPRAGASARAO 070100289

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010

Nama : Muginrarao A/L Sooriappragasarao NIM : 070100289

Pembimbing Penguji

( Prof.dr. Harris Hassan, SpPD, (Prof.dr.Guslihan dasa Tjipta, Sp,A(K)) SpJP(K))

(Prof. dr. Harun Al Rahsyid, Sp.PD,Sp,GK)

Medan, 25 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut.

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempitkan lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan fungsi pada otot jantung.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran Diabetes Melitus dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif . Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Penyakit Jantung Koroner, dan besar sample yang digunakan adalah seramai 50 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan membuka rekam medis pasien jantung yang terdiri daripada 25 orang pasien yang telah didiagnosa menderita penyakit jantung koroner dan 25 orang pasien penyakit jantung lainnya. Kemudian diambil data kadar gula darah pasien dari rekam medis dan ditentukan jika pasien menderita Diabetes mellitus atau tidak .

Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Chi Kuadrat, dan didapati daripada analisis p = 0.01. Terdapat 22 orang penderita Penyakit jantung Koroner yang merupakan pasien DM sementara 11 orang pasakit jantung lainnya yang merupakan pasien DM.

Penelitian menunjukkan bahawa terdapat hubungan yang bermakna antara Diabetes Melitus dan kejadian penyakit jantung koroner.


(5)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a chronic metabolism disease which is marked by hyperglycemia and is related with abnormality of carbohydrate, fat and protein metabolism, caused by deficiency of relative or absolute insulin.

Coronary Heart Disease is defined as narrowing of one or more coronary artery by thickening of the blood vessel wall or coronary artery blockage by atherosclerosis which causes lack of blood supply to the heart muscles and disturbance to the heart muscles.

The motive of this study is to see the relation between Diabetes Mellitus and incidence of Coronary Heart Disease in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

This is a descriptive analytic study with retrospective approach. The population in this study is Coronary Heart Disease patient and 50 people have been chosen as sample. The study is done by taking 50 medical report of cardio patient which is divided into 25 Coronary Heart Disease patients and 25 other cardio-related disease patients. Blood glucose level is obtained from the medical report and classifies either normal or diabetes.

The results of the study which was analyzed by using Chi square is p value = 0.01. There are 22 Coronary Heart Disease patients who are also Diabetes Mellitus patients and 11 other cardio-related disease patients who are also DM patients

Study shows that there is relation between Diabetes Mellitus and incidence of Coronary Heart Disease.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada tuhan, karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010”.

Penulis menyedari bahawa apa yang tersaji dalam karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. dr. Harris Hassan,Sp.PD, Sp.Jp (K) selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan keikhlasan untuk memberi bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Seluruh dosen dan pegawai di FK USU.

2. Teristimewa kepada Ayahanda A.Sooriappragasarao dan Ibunda A.Mahaletchumy, kakak dan adik yang telah memberi semangat dan dukungan untuk terus mengejar cita-cita.

3. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan memberi dukungan selama ini.

4. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis banyak mengucapkan terima kasih atas dukungan, kerjasama dan doanya.


(7)

Akhir kata semoga tuhan sentiasa melimpahkan kurnianya kepada kita semua dan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 3 Mei 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan……… i

Abstrak………. ii

Abstract……… iii

Kata Pengantar………. iv

Daftar Isi……….. vi

Daftar Tabel………. ix

Daftar Gambar……….. x

Daftar Singkatan………. xi

Daftar Lampiran………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 2

1.3. Tujuan Penelitian……….………….. 3

1.4. Manfaat Penelitian……….……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….…. 4

2.1. Diabetes Melitus……….……... 4

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus……….……… 4


(9)

2.1.3 Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus………….………… 5

2.1.4 Diagnosa Diabetes Melitus……….. 5

2.2. Penyakit Jantung Koroner... 6

2.2.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner……….. 6

2.2.2 Penyebab Penyakit Jantung Koroner……….. 7

2.3. Diabetes Melitus dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)….……... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.…….. 15

3.1. Kerangka Konsep……….. 15

3.2. Hipotesis……… 15

3.3. Definisi Operasional……….. 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ………..………. 17

4.1. Rancangan Penelitian………... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 17

4.3. Populasi dan Sampel Populasi………...…. 17

4.4. Metode Pengumpulan Data………...…. 18

4.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi………...……. 19

4.6. Metode Analisa Data………... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 5.1. Hasil Penelitian………... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 20

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden………. 20

5.1.2.1. Jenis Kelamin……….. 20


(10)

5.1.2.3. Kadar Gula Darah (KGD)……… 24

5.2. Pembahasan……… 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 28

6.1. Kesimpulan………. 28

6.2. Saran……… 28

DAFTAR PUSTAKA……… 29 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Jenis Kelamin Responden ……… 21 Tabel 5.2. Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Penyakit………… 21 Tabel 5.3. Kelompok Umur Responden………. 22 Tabel 5.4. Kelompok Umur Responden Berdasarkan Penyakit……… 22 Tabel 5.5. Kadar Gula Darah (KGD) Responden – DM/Normal……. 23 Tabel 5.6. Kadar Gula Darah (KGD) Responden mengikut Penyakit –


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Jenis Kelamin Responden ……… 21 Gambar 2. Kelompok Umur Responden……….. 22 Gambar 3. Kadar Gula Darah (KGD) Responden..……… 24 Gambar 4. Kadar Gula Darah (KGD) Responden mengikut Penyakit


(13)

DAFTAR SINGKATAN ADA American Diabetes Association

BB Berat Badan

CHD Coronary Heart Disease DM Diabetes Melitus ECG Elektrokardiogram

Hb Hemoglobin

HDL High Density Lipoprotein

HIMAPID Himpunan Mahasiswa Epidemiologi

K Kalium

Kg Kilogram

KGD Kadar Gula Darah

LDL Low Density Lipoprotein Mm/dl millimeter per desiliter mmHg millimeter merkuri

Na Natrium

PJK Penyakit Jantung Koroner

RSUPHAM Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik SKA Sindroma Koroner Akut

SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga SMI silent myocardial infarction

SPSS Statistical Package for the Social Sciences WHO World Health Organization


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1: Jenis Kelamin Responden

Tabel 2 : Statistic Jenis Kelamin Responden Tabel 3 : Umur Responden

Tabel 4 : Statistic Umur Responden Tabel 5 : KGD Responden (DM/Normal)

Tabel 6 : Statistic KGD Responden (DM/Normal)

Table 7 dan 8 : Crosstab Jenis Kelamin dan PJK/Non PJK Table 9 dan 10 : Crosstab Umur dan PJK/Non PJK

Table 11 dan 12 : Crosstab KGD dan PJK/Non PJK Tabel 13 dan 14 : Chi Kuadrat

Tabel 15 : Risk Estimation

Lembar Izin Penelitian dan Pengumpulan Data

Lembar persetujuan Komisi Etik Tentang elaksaan penelitian bidang kesehatan Lembar rekaman data yang dikumpul


(15)

ABSTRAK

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut.

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempitkan lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan fungsi pada otot jantung.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran Diabetes Melitus dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif . Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Penyakit Jantung Koroner, dan besar sample yang digunakan adalah seramai 50 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan membuka rekam medis pasien jantung yang terdiri daripada 25 orang pasien yang telah didiagnosa menderita penyakit jantung koroner dan 25 orang pasien penyakit jantung lainnya. Kemudian diambil data kadar gula darah pasien dari rekam medis dan ditentukan jika pasien menderita Diabetes mellitus atau tidak .

Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Chi Kuadrat, dan didapati daripada analisis p = 0.01. Terdapat 22 orang penderita Penyakit jantung Koroner yang merupakan pasien DM sementara 11 orang pasakit jantung lainnya yang merupakan pasien DM.

Penelitian menunjukkan bahawa terdapat hubungan yang bermakna antara Diabetes Melitus dan kejadian penyakit jantung koroner.


(16)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a chronic metabolism disease which is marked by hyperglycemia and is related with abnormality of carbohydrate, fat and protein metabolism, caused by deficiency of relative or absolute insulin.

Coronary Heart Disease is defined as narrowing of one or more coronary artery by thickening of the blood vessel wall or coronary artery blockage by atherosclerosis which causes lack of blood supply to the heart muscles and disturbance to the heart muscles.

The motive of this study is to see the relation between Diabetes Mellitus and incidence of Coronary Heart Disease in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

This is a descriptive analytic study with retrospective approach. The population in this study is Coronary Heart Disease patient and 50 people have been chosen as sample. The study is done by taking 50 medical report of cardio patient which is divided into 25 Coronary Heart Disease patients and 25 other cardio-related disease patients. Blood glucose level is obtained from the medical report and classifies either normal or diabetes.

The results of the study which was analyzed by using Chi square is p value = 0.01. There are 22 Coronary Heart Disease patients who are also Diabetes Mellitus patients and 11 other cardio-related disease patients who are also DM patients

Study shows that there is relation between Diabetes Mellitus and incidence of Coronary Heart Disease.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di berbagai benua mulai dari Amerika Utara, Eropa dan Asia yang meliputi juga Indonesia. Meskipun sudah digunakan bermacam strategi farmakologis atau perubahan gaya hidup, namun dari tahun ke tahun angka penderitanya selalu cenderung meningkat. Pada ketika ini, kira-kira 13.670.000 orang menderita penyakit jantung, angina pectoris (nyeri dada) atau kedua-duanya. Dari keseluruhan jumlah, 6.930.000 orang adalah lelaki dan 6.750.000 orang adalah perempuan. Sekurang-kurangnya 250.000 orang meninggal dunia setiap tahun dalam masa satu jam setelah serangan jantung dan sebelum sampai ke hospital. Di Amerika Sarikat pula, setiap tahun kira-kira 478.000 orang meninggal dunia karena serangan jantung. 1,5 juta orang mendapat serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi peralihan dan 300.000 orang menjalani angioplasty. Jika dilihat dari sudut umur, lima persen dari semua jenis serangan jantung terjadi pada orang di bawah umur 40 tahun, manakala 45 persen orang yang mendapat serangan jantung berumur kurang dari 65 tahun. 84.6 persen orang yang meninggal karena serangan jantung berusia lebih 65 tahun. Kira-kira 80 persen orang di bawah umur 65 tahun yang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner adalah pada serangan pertama. Pada 48 persen lelaki dan 63 persen perempuan yang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner ini, mereka tidak menunjukkan sebarang symptom penyakit ini. Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner menjadi semakin tinggi yakni semakin bertambah penderitanya. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan secara berkala oleh Departemen Kesehatan menunjukkan, penyakit jantung memberikan kontribusi sebesar 19,8 persen dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993. Angka tersebut


(18)

meningkat menjadi 24,4 persen pada tahun 1998. Hasil SKRT tahun 2001, penyakit jantung koroner telah menempati urutan pertama dalam deretan penyebab utama kematian di Indonesia. Penderita dengan sindroma koroner akut (SKA) yang merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner, mempunyai risiko untuk mendapat komplikasi yang serius bahkan bisa berujung pada kematian. (HIMAPID, 2008)

DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. DM yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan komplikasi vaskuler yang dibedakan menjadi komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer dan stroke, mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. (Debrytha, 2009)

Saya memilih penelitian ini karena atas peningkatan kasus Penyakit Jantung Koroner di Indonesia dan kekurangan kesedaran masyarakat akan hubungan Diabetes Melitus dengan Penyakit Jantung Koroner. Penelitian sebegini juga belum pernah dilakukan lagi. Maka ini dapat membantu mahasiswa kedokteran dan tenaga kesehatan. Saya memilih Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan adalah karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan di kota Medan ini.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan ataupun masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah gambaran Diabetes Melitus pada pasien Penyakit Jantung Koroner?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengkaji jika terdapat hubungan antara penyakit Diabetes Melitus dengan terjadinya Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan mengikut jenis kelamin dan juga umur.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk memperoleh dan mengetahui data penderita Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.

b. Melihat jika terdapat hubungan antara Diabetes Melitus dengan terjadinya Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat membantu masyarakat yang menderita diabetes mellitus, agar berhati-hati dan mengambil langkah pencegahan terhadap Penyakit Jantung Koroner.

Penelitian ini juga dapat membantu mahasiswa kedokteran dengan mengaitkan hubungan Diabetes Mellitus dengan Penyakit Jantung Koroner.

Melalui penelitian ini, tenaga kesehatan dalam bidang perubatan, dapat mengenali dan mengawal resiko pasien Diabetes Melitus dari terjadinya Penyakit Jantung Koroner


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut (Inzuchi SE, 2003). Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton CA. 1996).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi sejak usia kecil. Tetapi kebanyakannya didiagnosis pada usia lebih 20 tahun. Pada diabetes mellitus tipe 1, badan kurang atau tidak menghasilkan insulin. Ini mungkin karena masalah genetic, virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien diabetes mellitus tipe 1.

Diabetes tipe 2 adalah lebih umum dari diabetes mellitus tipe 1. Biasanya terjadi pada usia dewasa tetapi remaja juga banyak didiagnosa dengan diabetes tipe 2 sejak kebelakangan ini. Kebanyakan kasus diabetes mellitus adalah kasus diabetes tipe 2. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadar gula darah normal, selalunya karena badan tidak respon terhadap insulin. Ramai yang tidak tahu mereka menderita diabetes mellitus tipe 2. Diabetes tipe 2 menjadi semakin umum oleh karena factor resikonya yaitu obesitas dan kekurangan olahraga.

Gestasional diabetes adalah kadar gula darh tinggi yang terjadi semasa masa kehamilan pada wanita yang tidak mempunyai diabetes mellitus. Wanita yang


(21)

mempunyai gestasional diabetes bisa mendapat diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler (David Zieve, 2009).

2.1.3 Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:

Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg.

Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat.

Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).

2.1.4 Diagnosa Diabetes Melitus

Kriteria diagnosis DM pada lansia tidak berbeda dengan kriteria pada populasi umumnya dimasyarakat. Skrining terhadap kelompok umur diatas 40 tahun sangat penting agar DM tidak diketahui baru pada stadium lanjut pada lansia. Hal ini penting karena banyak penderita DM dewasa asimptomatik tanpa gejala atau keluhan.

Kriteria diagnostik DM menurut PERKENI, 2006 atau yang dianjurkan ADA (American Diabetes Association) yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dibawah ini:

1. Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl 2. Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl


(22)

3. Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral.

2.2 Penyakit Jantung Koroner

2.2.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner memang sangat mematikan. Telah banyak orang yang meninggal karena penyakit ini, dan biaya operasi untuk menyembuhkan pasien penyakit jantung koroner ini pun sangatlah mahal. Walaupun penyakit ini pada umumnya menyerang orang-orang yang relatif sudah cukup tua, sekitar umur 50 tahun dan ke atas, kita tidak boleh mengendurkan kewaspadaan kita dan juga pengetahuan kita tentang penyakit jantung koroner, karena penyakit ini berawal dari kelalaian kita saat kita masih muda.

Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah. Arteri koroner itu lebih spesifiknya memberikan oksigen-oksigen yang terdapat di dalam darah ke otot – otot jantung yang terdapat di dinding jantung. Hal ini sangat perlu dipertahankan agar seseorang dapat bertahan hidup karena oksigen-oksigen ini akan digunakan untuk respirasi otot jantung agar jantung dapat terus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jika oksigen-oksigen ini tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung, maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh. Hasilnya, orang tersebut akan meninggal karena proses-proses biologis di dalam dirinya tidak dapat dilakukan karena organ-organ tubuh tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen dari darah.

Dalam penyakit jantung koroner, arteri koroner ini menjadi semakin sempit dan kadang-kadang terblokir. Hal ini menyebabkan darah tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung. Pada tahap awal, mungkin si penderita masih dapat bernafas dengan normal dan darah yang mengalir ke otot jantung masih cukup. Namun, ketika dia melakukan aktivitas yang melelahkan seperti berolahraga atau memarahi orang lain, arteri koroner yang menyempit tidak dapat mensuplai darah


(23)

yang cukup ke otot-otot jantung. Padahal, pada saat ini, jantung memerlukan darah lebih agar tubuh mendapatkan energi yang cukup untuk melakukan aktivitas yang melelahkan itu. Si penderita bisa jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri, dan bahkan bisa langsung meninggal dunia.

Penyempitan arteri koroner ini biasa disebut arteriosclerosis, dan salah satu bentuk arteriosclerosis adalah penyempitan karena lemak jenuh, yang disebut atherosclerosis. Dalam proses ini, lemak-lemak terkumpul di dinding arteri dan penebalan ini menghasilkan permukaan yang kasar pada dinding arteri dan juga penyempitan arteri koroner. Hal ini membuat kemungkinan adanya penggumpalan darah pada bagian arteri yang menyempit ini. Jika darah terus menggumpal, maka tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena darah ini diblok oleh gumpalan darah yang sudah menjadi keras.

Jika tidak ada lagi darah yang dapat mengalir melalui arteri koroner, maka si penderita akan mengalami serangan jantung. Pada tahap inilah si penderita tidak dapat melanjutkan aktivitinya dan akan jatuh lemas karena ada bagian dari otot jantungnya yang telah mati lantaran tidak mendapatkan cukup darah. Penderita yang mengalami serangan jantung perlu secepatnya dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan segera seperti pemberian oksigen agar dia tidak memasuki tahap yang kritis. Akan tetapi, jika bagian dari otot jantung yang mati itu sangatlah besar, maka dampak yang dialami orang tersebut akan sangat fatal, dan bisa membawa orang itu kepada kematian (Brittlate, 2007).

2.2.2 Penyebab Penyakit Jantung Koroner a) Hipertensi

Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya PJK. Penelitian di berbagai tempat di Indonesia (1978) prevalensi Hipertensi untuk Indonesia berkisar 6-15%, sedang di negara maju mis : Amerika 15-20%. Lebih


(24)

kurang 60% penderita Hipertensi tidak terdeteksi, 20% dapat diketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik.

Penyebab kematian akibat Hipertensi di Amerika adalah Kegagalan jantung 45%, Miokard Infark 35% cerebrovaskuler accident 15% dan gagal ginjal 5%. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik, arteri koroner dan serebral serta pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung Hipertensi yang paling sering adalah Kegagalan Ventrikel Kiri, PJK seperti angina Pektoris dan Miokard Infark. Dari penelitian 50% penderita miokard infark menderita Hipertensi dan 75% kegagalan Ventrikel kiri akibat Hipertensi. Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena :

i. Meningkatnya tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi.

ii. Mempercepat timbulnya arterosklerosis.

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) Hal ini menyebabkan angina pektoris, Insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal.

Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar. Kejadian PJK pada hipertensi sering dan secara langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik. Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap


(25)

penderita berusia 45-75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina pectoris dan miokard infark. Juga pada penelitian tersebut didapatkan penderita hipertensi yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3x lebih besar dari pada penderita yang normotensi dengan miokard infark.

Hasil penelitian Framingham juga mendapatkan hubungan antara PJK dan Tekanan darah diastolik. Kejadian miokard infark 2x lebih besar pada kelompok tekanan darah diastolik 90-104 mmHg dibandingkan Tekanan darah diastolik 85 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik 105 mmHg 4x lebih besar. Penelitian stewart 1979 & 1982 juga memperkuat hubungan antara kenaikan takanan darah diastolik dengan resiko mendapat miokard infark. Apabila Hipertensi sistolik dari Diastolik terjadi bersamaan maka akan menunjukkan resiko yang paling besar dibandingkan penderita yang tekanan darahnya normal atau Hipertensi Sistolik saja. Lichenster juga melaporkan bahwa kematian PJK lebih berkolerasi dengan Tekanan darah sistolik diastolik dibandingkan Tekanan darah Diastolik saja.

Pemberian obat yang tepat pada Hipertensi dapat mencegah terjadinya miokard infark dan kegagalan ventrikel kiri tetapi perlu juga diperhatikan efek samping dari obat- obatan dalam jangka panjang. oleh sebab itu pencegahan terhadap hipertensi merupakan usaha yang jauh lebih baik untuk menurunkan resiko PJK. Tekanan darah yang normal merupakan penunjang kesehatan yang utama dalam kehidupan, kebiasaan merokok dan alkoholisme. Diet serta pemasukan Na dan K yang seluruhnya adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pola kehidupan seseorang. Kesegaran jasmani juga berhubungan dengan Tekanan darah sistolik, seperti yang didapatkan pada penelitian Fraser dkk. Orang-orang dengan kesegaran jasmani yang optimal tekanan darahnya cenderung rendah. Penelitian di Amerika Serikat melaporkan pada dekade terakhir ini telah terjadi penurunan angka kematian PJK sebayak 25%. Keadan ini mungkin akibat hasil dari deteksi dini dan pengobatan hipertensi, pemakaian betablocker dan bedah koroner serta perubahan kebiasaan merokok.


(26)

b) Hiperkolesterolemia.

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena termasuk faktor resiko utama PJK di samping Hipertensi dan merokok. Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, exercise.

c) Merokok.

Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya.

Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10X lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5X lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah Menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya komsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 %.

Hb menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang dihidap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki – laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi, sehingga orang yan gmerokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok.

Apabila berhenti merokok penurunan resiko PJK akan berkurang 50 % pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.


(27)

d) Umur

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause ( 45-0 tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.

e) Jenis kelamin.

Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.

f) Geografis.

Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat padta orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada genetik.

g) Ras

Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.

h) Diet.

Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-rata mengandung


(28)

lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.

Beberapa petunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :

• Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh tinggi.

• Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak jenuh. • Makanan harus mengandung rendah kolesterol.

• Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan Berserat • Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan diturunkan padta obesitas dan memperbanyak exercise.

i) Obesitas.

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada lakilaki dan > 21 % pada perempuan . Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari BB ideal. penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah exercise.

j) Diabetes.

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.

k) Exercise.

Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena :


(29)

i. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02 ke miokard

ii. Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.

iii. Membantu menurunkan tekanan darah iv. Meningkatkan kesegaran jasmani. l) Perilaku dan Kebiasaan lainnya.

Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu : Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu . Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B.

m) Perubahan Keadaan Sosial Dan stress.

Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas . Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress.

Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang stress 1 1/2 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

n) Keturunan

Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik. o) Perubahan Massa.

Setelah pengumpulan data yang akurat selama puluhan tahun berbagai Negara didapatkan perubahan angka kematian yang menarik. Alasan terjadinya penurunan di Amerika Serikat belum jelas, mungkin disebabkan karena insiden kasus baru yang menurun dan menurunnya kasus-kasus yang berat maupun hasil dari pengobatan yang lebih baik (Coopers K.H., 1988)


(30)

Pada penderita DM terjadinya iskemia atau infark miokard kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut SMI (silent myocardial infarction). SMI pada penderita DM mungkin yang menyebabkan kematian karena terlambatnya diagnosis PJK atau sulitnya mendiagnosa PJK pada penderita DM. Kematian mendadak pada penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan aritmia atau infark miokard (Maron DJ et al, 2004).

Mekanisme terjadinya PJK pada DM sangat komplek dan risiko terjadinya aterosklerosis dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain hipertensi, hiperglikemia, kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein), kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein), kadar trigliserida, merokok, latihan fisik yang kurang, jenis kelamin pria, umur (penuaan) , riwayat penyakit keluarga, dan obesitas (Grundy SM et al, 1999).

Fungsi tubuh secara fisiologis seperti sistem vaskuler maupun endokrin akan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kronik pada penderita DM tipe 2 seperti PJK. (Hogikyan RV et al, 2003) Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi PJK pada DM bersama-sama dengan kurangnya aktifitas fisik, dislipidemia dan hipertensi (Wittles EH et al, 1992). Nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan denyut jantung dan membentuk ikatan COHb yang berkorelasi kuat dengan terjadinya infark miokard dan angina pektoris (Aronow Ws et al, 1983]. Ketidakpatuhan diet DM akan membuat tidak terkendalinya kadar glukosa darah, kadar kolesterol dan trigliserida (Garg A et al, 2003). Faktor keturunan terjadinya PJK dihubungkan dengan adanya gen tertentu (Feinleib M, 1983). Pada wanita sebelum menapouse mempunyai risiko lebih rendah daripada pria karena adanya hormon estrogen endogen yang mempunyai efek protektif terhadap terjadinya PJK (Jick H, 1983).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan Diabetes Melitus dan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Variabel Independen Variabel Dependan

3.2 Hipotesis

Diabetes Melitus merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.

3.3 Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti adalah penderita Diabetes Melitus (DM) dan penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung

Diabetes Melitus Penyakit Jantung Koroner (PJK)


(32)

gula maupun karbohidrat lainnya. Jika kadar gula darah meningkat lebih dari 200 mg/dL, dianggap menderita Diabetes Melitus.

Penyakit Jantung Koroner ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis. Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Penyakit jantung koroner antar lainnya ECG (ketepatan 40%), Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi Koroner yang sering dikenal sebagai kateterisasi (ketepatan 99%-100%).


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan melihat gambaran Diabetes Melitus pada pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan untuk tahun 2010. Desain yang digunakan adalah cross sectional study. Ini dilakukan dengan mengambil rekam medis pasien rawat jalan Poliklinik Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Penelitian ini sudah dilakukan pada bulan Juli sehingga Agustus 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Populasi

a. Populasi target :Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK). b. Populasi terjangkau :Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Medan.

c. Subjek yang diteliti :Penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan penyakit jantung bawaan lain di Medan yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.

d. Cara memilih sampel :Responden dipilih secara systematic random sampling, yaitu responden diberi nomor urut, dan hanya nomor genap dipilih sebagai sampel.


(34)

Besar sampel data nominal pada sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus:

N = d2

(Zα)2 pq

Keterangan rumus: N = jumlah/besar sampel

α = tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, tingkat kemaknaan yang digunakan ialah α = 0,05, sehingga Zα yaitu kesalahan tipe I penelitian ini sebesar 1,96. p = proporsi keadaan yang akan dicari = 0,5

q = 1-p = 0,5

d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki. Dalam penelitian ini, ditetapkan d = 0,15

Angka-angka yang di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel :

N =

0,152 (1,96)2(0,5)(0,5)

= 43 orang 50 orang

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dari catatan rekam medik penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan penderita penyakit jantung bawaan lain di Poliklinik Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.


(35)

4.5 Kriteria Inklusi

Penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.

4.6 Metode Analisa Data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini dideskripsikan dan dianalisis menggunakan program SPSS menggunakan uji kai kuadrat untuk mencari hubungan diabetes melitus dan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan dinamakan rumah sakit kelas A pada tahun 1990 sesuai dengan Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Pada tahun 1991 pula ia dijadikan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.

5.1.2 Deskripsi Karekteristik Responden

Seramai 50 orang responden telah diambil datanya dengan membuka rekam medis mereka yaitu terdiri daripada 25 penderita Penyakit Jantung Koroner dan selebih seramai 25 orang adalah penyakit jantung lainnya.

5.1.2.1 Jenis Kelamin

Tabel 5.1: Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 37 74

Perempuan 13 26


(37)

Gambar 1: Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin responden yang terlihat pada Tabel 5.1 menunjukkan bahawa laki-laki seramai 37 orang yaitu 74% daripada keseluruhan responden. Sementara perempuan seramai 13 orang yaitu 30% yaitu 26% daripada keseluruhan responden.

Tabel 5.2: Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Penyakit Jenis

Kelamin

Penyakit Total

PJK Non PJK

frekuensi (n)

persentase (%)

frekuensi (n)

persentase (%)

frekuensi (n)

persentase (%)

Laki-laki 19 38 18 36 37 74

perempuan 6 12 7 14 13 26


(38)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2, jenis kelamin responden laki-laki yaitu seramai 37 orang (74%), 19 orang pasien PJK dan 18 orang pasien Non PJK. Sementara pada responden perempuan yaitu seramai 13 orang, 6 orang adalah pasien PJK dan 7 orang adalah pasien Non PJK.

5.1.2.2 Umur

Tabel 5.3: Kelompok Umur Responden

Umur (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

30-39 1 2

40-49 6 12

50-59 25 50

60-69 12 24

70-79 5 10

80-89 1 2

Total 50 100

Gambar 2: Kelompok Umur Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3, kelompok umur responden yang paling tinggi adalah 50-59 tahun yaitu seramai 25 orang (50%), diikuti dengan


(39)

kelompok umur 60-69 tahun yaitu seramai 12 orang (24%). Kelompok umur 40-49 tahun dan 70-79 tahun masing-masing terdiri dari 6 orang (12%) dan 5 orang (10%). Kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 30-39 tahun dan 80-89 tahun yaitu masing-masing seramai 1 orang (2%).

Tabel 5.4: Kelompok Umur Responden Berdasarkan Penyakit Umur

(tahun)

Penyakit Total

PJK Non PJK

frekuensi (n) persentase (%) frekuensi (n) persentase (%) frekuensi (n) persentase (%)

30-39 1 2 0 0 1 2

40-49 0 0 6 12 6 12

50-59 15 30 10 20 25 50

60-69 7 14 5 10 12 24

70-79 1 2 4 8 5 10

80-89 1 2 0 0 1 2

Total 25 50 25 50 50 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4, kelompok umur responden yang paling tinggi pada pasien PJK adalah 50-59 tahun yaitu seramai 15 orang (30%), diikuti dengan kelompok umur 60-69 tahun yaitu seramai 7 orang (14%) dan yang lainnya masing-masing 1 orang (2%) kesuali kelompok umur 40-49 tahun yaitu 0 orang (0%).

Pada pasien Non PJK, kelompok umur responden tertinggi adalah 50-59 tahun yaitu 10 orang (20%) diikuti kelompok umur 40-49, 60-69dan 70-79 tahun masing-masing terdiri dari 6 orang (12%), 5 orang (10%) dan 4 orang (8%). Kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 30-39 tahun dan 80-89 tahun yaitu masing-masing seramai 0 orang (0%)


(40)

5.1.2.3 Kadar Gula Darah (KGD)

Tabel 5.5:Kadar Gula Darah (KGD) Responden – DM/Normal

KGD Frekuensi (n) Persentase (%)

DM 33 66

Normal 17 34

total 50 100

Gambar 3: Kadar Gula Darah (KGD) Responden – DM/Normal

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.5, 33 orang (66%) responden adalah pasien Diabetes Melitus dan 17 orang (34%) responden mempunyai kadar gula darah normal.


(41)

Tabel 5.6: Kadar Gula Darah (KGD) Responden mengikut Penyakit – DM/Normal

KGD Penyakit Total

PJK Non PJK

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Frekuensi (n)

Persentase (%)

DM 22 44 11 22 33 66

Normal 3 6 12 28 17 34

Total 25 50 25 50 50 100

Gambar 4: Kadar Gula Darah (KGD) Responden mengikut Penyakit – DM/Normal

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6, pada responden PJK, 22 orang (44%) merupakan pasien DM dan 3 orang (6%) adalah normal manakala pada responden Non PJK 11 orang (22%) adalah pasien DM dan 6 orang (12%) adalah normal.


(42)

5.2 Pembahasan

Di dalam pembahasan ini akan difokuskan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian dilakukan yaitu untuk melihat hubungan diabetes mellitus dan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan hasil penelitian dilihat terdapat hubungan antara diabetes mellitus dan kejadian Penyakit Jantung Koroner.

Daripada hasil yang diperolehi, dari 25 orang yang menderita PJK, 19 orang (76%) adalah laki-laki dan 6 orang (24%) adalah perempuan. Kelompok umur yang menderita PJK yang paling tinggi adalah 50-59 tahun yaitu seramai 15 orang (30%). Manakala daripada 25 orang yang menderita PJK, 22 orang (88%) adalah pasien DM dan 3 orang (12%) adalah normal.

Berdasarkan hasil analisa data menggunakan Chi Kuadrat didapati terdapat hubungan Diabetes Melitus dan kejadian PJK dengan melihat pada tabel Chi Kuadrat pada baris Pearson Chi Kuadrat menunjukkan nilai p = 0.001 yang menyatakan terdapat hubungan apabila p< 0,05. Ini berarti terdapat hubungan signifikan antara Diabetes Melitus dan kejadian PJK. Seterusnya odd ratio daripada analisa data ini adalah 9.333 dengan 95% CI : 2.207 – 39.463. Ini menunjukkan penderita DM mempunyai 9,3 kali resiko lebih tinggi mendapat PJK dari pasien yang tidak menderita DM.

Hasil analisa multivariate pada penelitian di beberapa rumah sakit di Kota Semarang (Supriyono,M 2008) menunjukkan bahwa dengan adanya DM, resiko terjadinya PJK adalah 5,7 kali lebih besar, manakala riwayat penyakit DM keluarga mempunyai risiko 3,0 kali lebih besar untuk terkena PJK.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hariadi dan Arsad Rahim Ali yang bertajuk Hubungan Obesitas Dengan Diabetes Melitus Terhadap Kejadian PJK menunjukkan bahawa 53,8% penderita obesitas disertai diabetes melitus yang menderita penyakit jantung koroner.


(43)

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hisayama Hearth Study di Jepang, yang menunjukkan angka kematian kardiovaskuler meningkat pada kelompok yang menderita diabetes melitus. Penelitian lain adalah Henry RR, Mudaliar dimana didapatkan sekitar 60 % dari mereka yang menderita diabetes melitus tipe 2 mendapat PJK.

Diabetes melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu adanya defek Sel b pankreas sehingga pelepasan insulin berkurang, dan adanya resistensi insulin. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa diabetes melitus dimulai dengan adanya resistensi insulin, kemudian menyusul berkurangnya pelepasan insulin. Peningkatan resiko penyakit kardivaskuler sebesar 50-70 % salah satunya berkaitan dengan resistensi insulin.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperolehi dapat disimpulkan bahawa terdapat hubungan diabetes melitus dan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik Medan.

6.2 Saran

1. Pasien dengan diabetes mellitus dan mempunyai komplikasi lain seperti hipertensi atau obesitas harus sebaiknya melakukan upaya pencegahan dengan menurunkan kadar gula darah kepada kadar yang normal dengan melakukan upaya pengkontrolan diet dan melakukan aktifitas fisik teratur supaya mengurangi resiko penyakit jantung koroner.

2. Pada golongan yang resiko tinggi harus melakukan pemeriksaan darah rutin dan berjumpa dokter senantiasa agar dapat mengetahui jika kadar gula darah dalam batas yang selamat.

3. Pada golongan yang resiko tinggi mendapat PJK juga harus selalu memastikan tekanan darah dan pemeriksaan panel lipid berada dalam keadaan normal selalu.

4. Para pemberi layanan kesehatan haruslah dapat memberikan penyuluhan secara optimal kepada penderita Penyakit jantung koroner maupun kepada orang yang tidak menderita Penyakit Jantung koroner agar dapat menurunkan angka kesakitan.

5. Selain itu, masyarakat juga harus sadar mengenai bahayanya Penyakit Jantung Koroner dan mengenal faktor resikonya supaya upaya pencegahan dapat dilakukan di tahap awal.


(45)

Daftar Pustaka

Alberti KGMM, Unwin N. 1999. The Diagnosis and classification of Diabetes. In Editor Turtle JR et al. Diabetes in the New Millenium. The Pot Still Press. Sydney, 505- 515

Aronow Ws, Kaplan NM. 1983. Smoking. In Editor Kaplan NM, stamler J. Prevention of Coronary Heart Disease, Practical Management of The Risk Factors. WB Saunders Company. Philadhelpia, 51-59.

Brittlate, 2007. Penyakit Jantung Koroner Yang Mematikan. Available from:

Coopers K.H., 1988. Controlling Cholesterol, Bantam Books, New York,.

Cruiskshank J.M. & Prichard B.N.C., 1987. Hypertension, Beta Blockers in Clinical Practice, Churchill Livingstone, New York

Debrytha, 2009 Diabetes Melitus (prevalensi dan klasifikasinya). Available from: http://debrythaayu.blogspot.com/2009/05/diabetes-melitus-prevalensi-dan.html. [Accesed 17 March 2010]

Feinleib M. 1983. Genetics. In Editor Kaplan NM, stamler J. Prevention of Coronary Heart Disease, Practical Management of The Risk Factors. WB Saunders Company. Philadhelpia, 120-127.


(46)

Garg A, Barnet JP.2003. Nutritiona Management of the Person with Diabetes. In Editor Porte D Jr et al. Ellenberg & Rifkin’s. Diabetes Mellitus, Sixth Edition McGraw-Hill Medical Publishing Division. New York, 437-452.

Grundy SM et al. 1999. Diabetes and Cardiovascular Disease : A Statement for Healthcare Professionals from the American Heart association. Circulation 1999.100:1134-1146.

Guyton CA. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta, 734-736.

HIMAPID FKM UNHAS, 2008. Epidemiologi PJK, UNHAS. Available from:

Hogikyan RV, Halter BJ. 2003.Aging and Diabetes. In Editor Porte D Jr et al.

Ellenberg & Rifkin’s. Diabetes Mellitus, Sixth Edition McGraw-Hill Medical Publishing Division. New York, 415-424.

Jackson G., 1984. Cardiovascular UpDate, Insight in to Heart Disease, Update Publications, England,

Jick H. 1983. Estrogen and Sex. In Editor Kaplan NM, stamler J. Prevention of Coronary Heart Disease, Practical Management of The Risk Factors. WB Saunders Company. Philadhelpia, 139-145.


(47)

Maron DJ et al. 2004. Dislipidemia, other risk factors, and prevention of coronary heart disease. in Editor Fuster V et al . Hurst’s Eleventh Edition. McGraw-Hill Medical Publishing Division. New York, 1093-1116.

Tedjapranata M, 2009 Diabetes Di Usia Lanjut Memang Berbahaya, Namun Dapat Dijinakkan. Available from:

March 2010]

Wittles EH, Gotto AM. 1992. Clinical Feature of Ischemic Heart Disease in Diabetes Mellitus . In Editor Alberti KGMM et al: Associate Editors Viberti G

International Textbook of Diabetes Mellitus.John Wiley & Sons Ltd, 1487-1500.

Young LH, Chyun DA. 2003. Heart Disease in Patients with Diabetes. In Editor Porte D Jr et al. Ellenberg & Rifkin’s. Diabetes Mellitus, Sixth Edition McGraw-Hill Medical Publishing Division. New York, 823-843.

Zieve, 2009. Diabetes. Available from:


(48)

LAMPIRAN Tabel 1: Jenis Kelamin Responden

Jeniskel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 37 74.0 74.0 74.0

P 13 26.0 26.0 100.0


(49)

Tabel 3 : Umur Responden

age

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 30-39 1 2.0 2.0 2.0

40-49 6 12.0 12.0 14.0

50-59 25 50.0 50.0 64.0

60-69 12 24.0 24.0 88.0

70-79 5 10.0 10.0 98.0

80-89 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tabel 4 : Statistic Umur Responden

Statistics

age

N Valid 50

Missing 0

Mean 5.34

Median 5.00

Mode 5

Std. Deviation .961

Variance .923

Range 5

Minimum 3

Maximum 8


(50)

Percentiles 25 5.00

50 5.00

75 6.00

Tabel 5 : KGD Responden (DM/Normal)

Klasifikasi Pasien DM atau Normal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid DM 33 66.0 66.0 66.0

normal 17 34.0 34.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tabel 6 : Statistic KGD Responden (DM/Normal)

Statistics

Klasifikasi Pasien DM atau Normal

N Valid 50

Missing 0

Mean 1.34

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .479

Variance .229

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Sum 67


(51)

50 1.00

75 2.00

Table 7 dan 8 : Crosstab Jenis Kelamin dan PJK/Non PJK

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jeniskel * PJK 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Jeniskel * PJK Crosstabulation

PJK

Total

PJK non PJK

Jeniskel L Count 19 18 37

% within Jeniskel 51.4% 48.6% 100.0%

% within PJK 76.0% 72.0% 74.0%

% of Total 38.0% 36.0% 74.0%

P Count 6 7 13

% within Jeniskel 46.2% 53.8% 100.0%

% within PJK 24.0% 28.0% 26.0%

% of Total 12.0% 14.0% 26.0%

Total Count 25 25 50


(52)

% within PJK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Table 9 dan 10 : Crosstab Umur dan PJK/Non PJK

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

age * PJK 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

age * PJK Crosstabulation

PJK

Total

PJK non PJK

age 30-39 Count 1 0 1

% within age 100.0% .0% 100.0%

% within PJK 4.0% .0% 2.0%

% of Total 2.0% .0% 2.0%

40-49 Count 0 6 6

% within age .0% 100.0% 100.0%


(53)

% of Total .0% 12.0% 12.0%

50-59 Count 15 10 25

% within age 60.0% 40.0% 100.0%

% within PJK 60.0% 40.0% 50.0%

% of Total 30.0% 20.0% 50.0%

60-69 Count 7 5 12

% within age 58.3% 41.7% 100.0%

% within PJK 28.0% 20.0% 24.0%

% of Total 14.0% 10.0% 24.0%

70-79 Count 1 4 5

% within age 20.0% 80.0% 100.0%

% within PJK 4.0% 16.0% 10.0%

% of Total 2.0% 8.0% 10.0%

80-89 Count 1 0 1

% within age 100.0% .0% 100.0%

% within PJK 4.0% .0% 2.0%

% of Total 2.0% .0% 2.0%

Total Count 25 25 50

% within age 50.0% 50.0% 100.0%

% within PJK 100.0% 100.0% 100.0%


(54)

Table 11 dan 12 : Crosstab KGD dan PJK/Non PJK

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Klasifikasi Pasien DM atau Normal * PJK

50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Klasifikasi Pasien DM atau Normal * PJK Crosstabulation


(55)

PJK non PJK

Klasifikasi Pasien DM atau Normal

DM Count 22 11 33

% within Klasifikasi Pasien DM atau Normal

66.7% 33.3% 100.0%

% within PJK 88.0% 44.0% 66.0%

% of Total 44.0% 22.0% 66.0%

normal Count 3 14 17

% within Klasifikasi Pasien DM atau Normal

17.6% 82.4% 100.0%

% within PJK 12.0% 56.0% 34.0%

% of Total 6.0% 28.0% 34.0%

Total Count 25 25 50

% within Klasifikasi Pasien DM atau Normal

50.0% 50.0% 100.0%

% within PJK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 13 dan 14 : Chi Kuadrat

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.784a 1 .001

Continuity Correctionb 8.913 1 .003

Likelihood Ratio 11.461 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001


(56)

N of Valid Cases 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .464 .119 3.633 .001c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .464 .119 3.633 .001c

N of Valid Cases 50

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Tabel 15 : Risk Estimation

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Klasifikasi Pasien DM atau Normal (DM / normal)

9.333 2.207 39.463

For cohort PJK = PJK 3.778 1.316 10.848

For cohort PJK = non PJK .405 .238 .688


(1)

50 1.00

75 2.00

Table 7 dan 8 : Crosstab Jenis Kelamin dan PJK/Non PJK

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jeniskel * PJK 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Jeniskel * PJK Crosstabulation PJK

Total PJK non PJK

Jeniskel L Count 19 18 37

% within Jeniskel 51.4% 48.6% 100.0%

% within PJK 76.0% 72.0% 74.0%

% of Total 38.0% 36.0% 74.0%

P Count 6 7 13

% within Jeniskel 46.2% 53.8% 100.0%

% within PJK 24.0% 28.0% 26.0%

% of Total 12.0% 14.0% 26.0%

Total Count 25 25 50


(2)

% within PJK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Table 9 dan 10 : Crosstab Umur dan PJK/Non PJK

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

age * PJK 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

age * PJK Crosstabulation PJK

Total PJK non PJK

age 30-39 Count 1 0 1

% within age 100.0% .0% 100.0%

% within PJK 4.0% .0% 2.0%

% of Total 2.0% .0% 2.0%

40-49 Count 0 6 6

% within age .0% 100.0% 100.0%


(3)

% of Total .0% 12.0% 12.0%

50-59 Count 15 10 25

% within age 60.0% 40.0% 100.0% % within PJK 60.0% 40.0% 50.0%

% of Total 30.0% 20.0% 50.0%

60-69 Count 7 5 12

% within age 58.3% 41.7% 100.0% % within PJK 28.0% 20.0% 24.0%

% of Total 14.0% 10.0% 24.0%

70-79 Count 1 4 5

% within age 20.0% 80.0% 100.0%

% within PJK 4.0% 16.0% 10.0%

% of Total 2.0% 8.0% 10.0%

80-89 Count 1 0 1

% within age 100.0% .0% 100.0%

% within PJK 4.0% .0% 2.0%

% of Total 2.0% .0% 2.0%

Total Count 25 25 50

% within age 50.0% 50.0% 100.0% % within PJK 100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Table 11 dan 12 : Crosstab KGD dan PJK/Non PJK

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Klasifikasi Pasien DM atau Normal * PJK

50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Klasifikasi Pasien DM atau Normal * PJK Crosstabulation


(5)

PJK non PJK Klasifikasi Pasien DM atau

Normal

DM Count 22 11 33

% within Klasifikasi Pasien DM atau Normal

66.7% 33.3% 100.0%

% within PJK 88.0% 44.0% 66.0%

% of Total 44.0% 22.0% 66.0%

normal Count 3 14 17

% within Klasifikasi Pasien DM atau Normal

17.6% 82.4% 100.0%

% within PJK 12.0% 56.0% 34.0%

% of Total 6.0% 28.0% 34.0%

Total Count 25 25 50

% within Klasifikasi Pasien DM atau Normal

50.0% 50.0% 100.0%

% within PJK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 13 dan 14 : Chi Kuadrat

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.784a 1 .001

Continuity Correctionb 8.913 1 .003

Likelihood Ratio 11.461 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001


(6)

N of Valid Cases 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50. b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .464 .119 3.633 .001c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .464 .119 3.633 .001c

N of Valid Cases 50

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

Tabel 15 : Risk Estimation

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Klasifikasi

Pasien DM atau Normal (DM / normal)

9.333 2.207 39.463

For cohort PJK = PJK 3.778 1.316 10.848

For cohort PJK = non PJK .405 .238 .688