BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja - Pengaruh Modal Kerja pada Laporan Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modal Kerja

2.1.1 Pengertian Modal Kerja

  Pemahaman modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda-beda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga berbeda. Modal kerja menurut Sawir (2005), “keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari- hari”. Yang dibagi dalam tiga konsep yaitu: 1)

  Konsep Kuantitatif Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

  2) Konsep Kualitatif

  Konsep ini menitikberatkan kualitas modal kerja suatu badan usaha atau perusahaan. Modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan selisih jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bersih (net working capital).

  3) Konsep Fungsional

  Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

  Modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh perusahaan. Kebijakan modal kerja adalah sebuah keputusan yang diambil oleh manajer. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan resiko. Dalam manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional yaitu: 1) Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas. 2) Kemampuan memperoleh laba sebanding dengan resiko.

  Adapun rasio yang digunakan adalah: 1)

  Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap ROI Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

  Ratio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar.

  Aktiva Lancar = x 100%

  Hutang Lancar Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang, dan persediaan. 2) Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) terhadap ROI

  Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dapat dihitung dengan rumus:

  Tingkat Penjualan Tingkat Perputaran Modal Kerja = x100%

  Modal Kerja Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah penjualan terentu. Selain itu, semakin besar rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

  3) Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to Total Assets Ratio) terhadap ROI.

  Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan. Dapat dihitung dengan rumus:

  Jumlah Aktiva Lancar Rasio Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva = x 100%

  Total Aktiva Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang, dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibandingkan dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. 4)

  Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities

  to Total Assets Ratio) terhadap ROI

  Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan yang dinyatakan dalam persen. Dapat dihitung dengan rumus:

  Jumlah Hutang Lancar Rasio Hutang Lancar terhadap Total Aktiva = x 100%

  Total Aktiva Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka pendek.

2.1.2 Pentingnya Modal Kerja

  Menurut Munawir (2007), tersedianya modal kerja yang dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, effek, piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari- hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain: 1)

  Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar 2)

  Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

  3) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

  4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

  5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.

  6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

2.1.3 Kebutuhan Modal Kerja

  Modal kerja harus direncanakan sesuai kebutuhan, hal ini sesuai dengan pernyataan Djarwanto (2001): “kebutuhan modal kerja harus direncanakan dengan seksama oleh manajer keuangan karena kesalahan didalam manajemen modal kerja akan menyebabkan kesalahan yang fatal bagi perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisa. Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal yaitu: 1)

  Sifat umum atau tipe perusahaan 2)

  Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang tersebut.

  3) Syarat pembelian dan penjualan

  4) Tingkat perputaran persediaan

  5) Tingkat perputaran piutang

  6) Pengaruh konjungtur (business cycle)

  7) Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek

  8) Pengaruh musim

9) Credit rating dari perusahaan.

2.1.4 Manajemen Modal Kerja

  Menurut Sawir (2005), manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan.

  Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah: 1)

  Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.

2) Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

  3) Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

2.1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

  Penetapan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) Sifat dan tipe perusahaan.

  Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari. Perusahaan yang memproduksi barang membutuhkan modal kerja relatif lebih besar daripada perusahaan dagang.

  2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang tersebut, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu, harga pokok per satuan barang yang semakin besar juga akan membutuhkan modal kerja semakin besar pula.

  3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang disediakan untuk diinvestasikan dalam persediaan ataupun barang dagangan.

  4) Syarat Penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang.

  5) Tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.

2.1.6 Sumber Modal Kerja

  Menurut Munawir (2007), pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

  1) Hasil Operasi Perusahaan

  Hasil operasi perusahaan adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

  2) Keuntungan dari Penjualan Surat – Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek)

  Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable

  securities) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan

  akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila investasi jangka pendek itu dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja. Didalam menganalisa sumber-sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.

  3) Penjualan Aktiva Tidak Lancar

  Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan aktiva tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

4) Penjualan Saham atau Obligasi.

  Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu, perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

2.1.7 Penggunaan Modal Kerja

  Menurut Munawir (2007), penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: 1)

  Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan, atau barang dagangan, perlengkapan kantor, dan pembayaran biaya-biaya lainnya. 2)

  Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.

  3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiusn pegawai, dana expansi ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukan dana ini berarti adanya perubahan bentuk aktiva dan aktiva lancar menjadi aktiva tetap.

  4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

  5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi, maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali.

  6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.

2.2 Saham

  2.2.1 Pengertian Saham

  Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal. Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas (Anoraga, 2006).

  Saham juga dapat didefenisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji, 2006).

  Saham yang diperjualbelikan di pasar modal adalah saham perusahaan- perusahaan yang go public. Dengan memiliki saham suatu perusahaan akan memberikan berbagai manfaat. Manfaat yang diperoleh antara lain: 1)

  Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemilik saham.

  2) Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.

  3) Manfaat non-finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan (Anoraga, 2006).

  2.2.2 Jenis Saham

  Umumnya saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common stock) tetapi ada juga jenis saham yang lainnya. Menurut Riyanto (2008), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham diantaranya sebagai berikut:

  1) Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim a.

  Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya berada diurutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas hak kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi.

  b.

  Saham preferen (preferen stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat dividen. Sedangkan persamaannya antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar.

  2) Berdasarkan cara pengalihannya, saham dapat dibedakan atas: a.

  Saham Atas Unjuk (bearer stock), artinya saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut dalam RUPS.

  b.

  Saham Atas Nama (registered stock), yaitu saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

  3) Berdasarkan kinerja perdagangan, maka saham dapat dibedakan atas: a.

  Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen.

  b.

  Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai.

  Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.

  c.

  Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. d.

  Speculative Stocks. Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan tinggi di masa mendatang.

  e.

  Counter Cylical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok ,

  customer goods . Ada juga literature yang menyebutkan saham jenis ini dengan nama defensive stocks.

  f.

  Cylical Stocks, yaitu saham emiten yang mempunyai masa kemakmuran pada masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan menghasilkan penjualan pesat menjelang tahun ajaran baru dimulai perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang memproduksi seragam sekolah.

  g.

  Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian.

  Perusahaan seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki produk yang berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya kecil dan seringkali dilakukan karena dipaksa akibat adanya peraturan.

2.3 Harga saham

  2.3.1 Pengertian Harga Saham

  Harga saham menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung turun. Harga saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu harga pasar dan harga teoritis atau nilai instrinsik (Brigham dan Houston, 2006).

  Harga saham adalah aktual saham di pasar modal, sedangkan nilai instrinsik adalah present value arus kas (return) yang diharapkan dari sebuah saham pada periode tertentu. Harga pasar suatu saham dibedakan menjadi harga pasar rata-rata selama satu periode, harga pembukaan pada suatu periode (open price) dan harga penutupan pada suatu periode (closing price).

  2.3.2 Jenis Harga Saham

  Harga saham ditentukan oleh harga yang terjadi pada saat harga saham tersebut pertama kali diterbitkan perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public offering) yaitu dipasar perdana pada saat saham tersebut diperjualbelikan di pasar sekunder. Menurut situsengemukakan bahwa ada beberapa jenis saham yaitu: a.

  Harga Saham Sektoral

  Harga saham yang tergabung dalam sektor-sektor tertentu yang ada di Bursa Efek Indonesia.

  b.

  Harga Saham Gabungan Harga saham semua perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

  c.

  Harga Saham Individual Harga saham dari masing- masing saham terhadap harga dasarnya.

  d.

  Harga Saham LQ45 Harga saham dengan 45 saham unggulan yaitu terlikuiditasi tinggi dan kapitalisasi pasar yang tinggi.

  e.

  Harga Saham JII Harga saham perusahaan menurut syariat islam f. Harga Saham Kompas 100

  Harga saham perusahaan yang tergabung dalam 100 besar perusahaan pilihan menurut harian surat kabar kompas.

  Menurut Sawidji Widoatmojo, (1996:46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): a.Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya harga nominal membenkan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan Berdasarkan Nilai nominal.

  b. Harga Perdana Harga ini merapakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan harga perdana. c.Harga pasar Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari irwestor yang satu dengan investor yang lam.

  Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten daii penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

  Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan yaitu harga saham terjadi ketika pertama kali perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) dimana harga saham ditetapkan perusahaan. Dan yang kedua harga yang terjadi ketika dipasar sekunder disebabkan karena kekuatan pasar yaitu permintaan dan penawaran saham tersebut. Sedangkan pada saat harga saham tersebut diperjualbelikan di lantai bursa maka harga saham tersebut dapat bermacam-macam sesuai dengan jenis saham perusahaan tersebut.

2.4 Penelitian Terdahulu

  Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan harga saham. Diantaranya adalah Ulupui (2006), dengan judul penelitiannya yaitu

  “Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI ”. Nurhafni (2009), dengan judul penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal

  Kerja Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Industry Di Bursa Efek Indonesia

  ”. Fanny Lumban Tobing (2012), dengan judul penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal Kerja Pada Laporan Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan & Minuman Di Bursa Efek Indonesia ”.

  Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini.

  Tabel 2.1 Tabel Peneliti Terdahulu

  No Peneliti Judul Variabel Hasil

  1 Ulupui Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.

  (2006)

  Variabel independen: Current ratio ,

  ROA, DER

  Variabel dependen: Harga

  Saham Hasil penelitian ini adalah current ratio dan ROA berpengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan DER hasilnya positif tetapi tidak signifikan.

  2 Nurhafni Pengaruh Modal Kerja Variabel Secara parsial dan Dan Perputaran Modal independen: simultan terdapat Kerja Terhadap Harga Modal Kerja dan pengaruh variabel Saham Perusahaan Perputaran Modal modal kerja kerja dan Consumer Goods Kerja. perputaran modal kerja Industry Di Bursa Variabel terhadap harga saham Efek Indonesia (2009) dependen: Harga perusahaan consumer saham goods industry di Bursa

  Efek Indonesia.

  3 Fanny Pengaruh Modal Kerja Variabel Secara parsial, Lumban Pada Laporan independen: CR, WCT,Berpengaruh Tobing Keuangan Terhadap WCT, CATA, Siknifikan Terhadap Harga Saham Pada CLTA Harga Saham.

  Perusahaan Makanan CR,CATA, dan CLTA & Minuman Di Bursa Variabel Tidak berpengaruh Efek Indonesia (2012) dependen: Harga signifikan terhadap saham harga saham. Secara serempak CR, WCT, CATA, dan CLTA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.5 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

  Hal ini berarti kerangka konseptual menjelaskan pengaruh modal kerja terhadap harga saham.

  Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Modal kerja (X) H2

  Current Ratio (X1) H3

  Working Capital Turnover (X2)

  H1 Harga Saham (Y)

  Current Assets to Total H4

  Assets (X3) H5

  Current Liabilities to Total Assets (X4) Pada penelitian ini, variabel dependen dalam penelitian ini adalah modal kerja, yaitu keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja dapat diukur dengan menggunakan current ratio, working capital turnover, current assets to total

  assets, current liabilities to total

  . Modal kerja dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan

  assets

  sehari-hari, memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

  1 ) Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap Harga Saham Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

  Ratio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang, dan persediaan. Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa current Ratio berpengaruh terhadap Harga saham

  2) Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) terhadap Harga Saham Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah penjualan terentu. Selain itu, semakin besar rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

  Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio perputaran modal kerja mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

  3.) Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to terhadap Harga Saham

  Total Assets Ratio)

  Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan.

  Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang, dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibandingkan dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

  4.) Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities

  to Total Assets Ratio) terhadap Harga Saham

  Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan yang dinyatakan dalam persen Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka pendek. Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

2.6 Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2010). Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1: Current Ratio, Working Capital Turnover, Current Asset to Total Asset, dan Current Liabilities to Total Asset secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

  H2: Current Ratio secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. H3: Working Capital Turnover secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. H4: Current Assets to Total Asset secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. H5: Current Liabilities to Total Asset secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Modal Kerja pada Laporan Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia

18 97 99

Pengaruh Modal Kerja Pada Laporan Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan & Minuman Di Bursa Efek Indonesia

27 109 85

Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 105 85

Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Likuiditas pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta

0 34 60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Modal - Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja - Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Modal Kerja - Pengaruh Modal KerjaTerhadapProfitabilitas Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Modal Kerja - Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity (ROE) pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2008- 2012

0 0 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Modal Kerja - Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008- 2012

0 0 20