Pengaruh Modal Kerja pada Laporan Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MAKANAN & MINUMAN DI BURSA EFEK

INDONESIA

OLEH:

MEKLEN TB SIMBOLON

100522174

PROGRAM STUDI AKUNTANSI-S1

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja terhadap Harga Saham pada Perusahaan

Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri

yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 12 Oktober 2013

Meklen TB Simbolon NIM 100522174


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 15 perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2012 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 10 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CR, WCT, CATA, dan CLTA. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu CR, WCT, CATA,dan CLTA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara serempak menunjukkan bahwa CR, WCT, CATA, dan CLTA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci: Current Ratio, Working Capital Turnover, Current Assets to Total Assets, Current Liabilities to Total Assets, Harga Saham, Makanan dan Minuman.


(4)

ABSTRACT

This research aims to analyze the influence of Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) toward the stock price of food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange.

The design used in this research in causal Assosiative. Population of this research are 15 food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2012 and the sample consist of 10 companies. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in the research is secondary data obtained from www.idx.co.id. The dependent variabel is stock price, while the dependent variabel are CR, WCT, CATA, and CLTA. This research used multilinear regression analysis for statistical analysis and the regression models have firstly been tested in the classical assumption test.

The partially test indicated that, each independent variabel (CR, WCT, CATA, and CLTA), does not significant influence to the stock price. The simultaneously test of CR, WCT, CATA, and CLTA give a significantly influence to the stock price.

Key Word : Current ratio, working capital turnover, current assets to total assets, current liabilities to total assets, stock price, food and beverages.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkat kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmatNya yang melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja pada Laporan Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman

di Bursa Efek Indonesia”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, M.Ec.Aac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku ketua Departemen S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak,

selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Drs Idhar Yahya MBA,Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaika n skripsi ini.


(6)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan kedepan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan,September 2013 Penulis

Meklen TB simbolon Nim:100522174


(7)

ABSTRAK ...i

ABSTRACK ...ii

KATA PENGAN TAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Perumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja ...7

2.1.1 Pengertian Modal Kerja...7

2.1.2 Pentingnya Modal Kerja ...10

2.1.3 Kebutuhan Modal Kerja ...11

2.1.4 Manajemen Modal Kerja ...12

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ...13

2.1.6 Sumber Modal Kerja ...14

2.1.7 Penggunaan Modal Kerja ...17


(8)

2.2.2 Jenis Saham ...19

2.3 Harga Saham ...22

2.3.1 Pengertian Harga Saham ...22

2.3.2 Jenis Harga Saham ...23

2.4 Peneliti Terdahulu ...25

2.5 Kerangka Konseptual ...28

2.6 Hipotesis ...32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...32

3.2 Populasi dan Sampel...33

3.3 Jenis dan Sumber Data ...35

3.4 Metode Pengumpulan Data ...36

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel...35

3.6 Metode Analisis Data ...37

3.6.1 Uji Asumsi K lasik ...38

3.6.2 Pengujian Hipotesis ...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif obyek Penelitian ...42

4.2 Deskriptif hasil penelitian...43

4.2.1 Current Ratio Pada perusahaan Makanan dan Minuman di Periode Tahun 2009-2012 ...43 4.2.2 Working Capital Turnoper Pada perusahaan Makanan dan


(9)

4.2.3 Current Asset to Total Asset Pada perusahaan Makanan dan

Minuman di Periode Tahun 2009-2012...47

4.2.4 Current Leabilities to Total Asset Pada perusahaan Makanan dan Minuman di Periode Tahun 2009-2012 ...48

4.2.5 Harga saham Pada perusahaan Makanan dan Minuman di Periode Tahun 2009-2012 ...50

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ...52

4.3.1 Statistik deskriptif...42

4.3.2 Analisis Uji Asumsi K lasik ...54

4.3.2.1 Uji Normalitas ...54

4.3.2.2 Uji Multikolinieritas ...61

4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas ...62

4.3.2.4 Uji Autokorelasi ...63

4.3.3 Pengujian Hipotesis ...64

4.3.3.1 Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F) ...64

4.3.3.2 Pengujian Individu atau Parsial (Uji t) ...66

4.3.3.3 Pengujian Koefisien Determinasi (� ) ...68

4.4 Pembahasan 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...75

5.2 Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA ...79

LAMPIRAN ...81 DAFTAR TABEL


(10)

No.Tabel Judul

Halaman

2.1 Tabel Peneliti Terdahulu ... 26

3.1 Populasi Sampel Penelitian ... 33

3.2 Sampel Penelitian ... 35

4.1 Nama- nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian... 42

4.2 Current Ratio... ... 44

4.3 Working Capital Turnover ... 46

4.4 Current asset to total asset ... 47

4.5 Current Leabilities to Total Asset... 49

4.6 Harga Saham ... 50

4.7 Descriptive statistic ... 53

4.8 Hasil uji Normalitas 1... 54

4.9 Hasil uji Normalitas (2)_LN ... 57

4.10 Hasil uji Multikolinieritas... 61

4.11 Hasil uji auto Korelasi ... 64

4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 65

4.13 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ...66

4.14 Hasil uji Hipotesis secara Simultan ... 67


(11)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 28

4.1 Uji Normalitas dengan Histogram (1) ... 55

4.2 Grafik normal P Plot (1) ... 56

4.3 Histogram setelah Transformasi ... 59

4.4 Grafik normal P.plot setelah transformasi ... 60


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Variabel Penelitian ... 80

2 Data Variabel Current Ratio (CR ... 80

3 Data Variabel Working Working Capital Turnover (WCT) ... 80

4 Data Variabel Current Assets to Total Assets Ratio (CATA... 81

5 Data Variabel Current Liabilities to Total Assets (CLTA) ... . 81

6 Data Variabel Harga Saham ... 82

7 Data Variabel LN-Current Ratio (LN-CR) ... 82

8 Data Variabel LN-Working Working Capital Turnover (LN-WCT) 83 9 Data VariabelLN- Current Assets to Total Assets Ratio (LN-CATA 83 10 Data Variabel LN-Current Liabilities to Total Assets (LN-CLTA) .. 84

11 Data Variabel LN- Harga Saham ... 84

12 Statistik Deskriptif ... 85

13 Hasil uji regresi berganda ... 85

14 Hasil Uji Normalitas (1) ... 86

15 Hasil uji Normalitas (2)LN ... 86

16 Uji normalitas dengan P-P plot setelah dilakukan transformasi dengan fungsi LN ... 87

17 Hasil uji multikolinearitas ... 87

18 Hasil uji heteroskedastisitas ... 88

19 Hasil uji autokorelasi ... 88

20 Hasil uji F ... 89


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 15 perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2012 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 10 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CR, WCT, CATA, dan CLTA. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu CR, WCT, CATA,dan CLTA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara serempak menunjukkan bahwa CR, WCT, CATA, dan CLTA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci: Current Ratio, Working Capital Turnover, Current Assets to Total Assets, Current Liabilities to Total Assets, Harga Saham, Makanan dan Minuman.


(14)

ABSTRACT

This research aims to analyze the influence of Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) toward the stock price of food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange.

The design used in this research in causal Assosiative. Population of this research are 15 food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2012 and the sample consist of 10 companies. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in the research is secondary data obtained from www.idx.co.id. The dependent variabel is stock price, while the dependent variabel are CR, WCT, CATA, and CLTA. This research used multilinear regression analysis for statistical analysis and the regression models have firstly been tested in the classical assumption test.

The partially test indicated that, each independent variabel (CR, WCT, CATA, and CLTA), does not significant influence to the stock price. The simultaneously test of CR, WCT, CATA, and CLTA give a significantly influence to the stock price.

Key Word : Current ratio, working capital turnover, current assets to total assets, current liabilities to total assets, stock price, food and beverages.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva.

Kehadiran pasar modal memperbanyak alternatif pilihan perusahaan yang go publik untuk mendapatkan sumber dana khususnya dana jangka panjang. Peran pasar modal dari sisi perusahaan adalah tersedianya dana dari investor ke perusahaan sedangkan dari sisi investor diharapkan akan mendapat pengembalian dari penyetoran dana tersebut.

Emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia saat ini semakin banyak mengakibatkan perdagangan saham. Semakin marak dan semakin banyak investor yang tertarik untuk terjun dalam jual beli saham. Menurut Brigham & Houston (2006), harga saham yang berlaku saat ini mencerminkan seluruh informasi yang tersedia bagi publik, sehingga harga-harga saham akan menyesuaikan diri terhadap setiap berita baik maupun buruk yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan ketika beritanya tersebar.

Tingkat keuntungan investasi dalam saham di pasar modal sangat dipengaruhi oleh saham yang bersangkutan. Maka untuk memperoleh keuntungan investasi yang diinginkan, seorang investor harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham di pasar modal serta mampu melakukan analisis terhadap saham-saham yang ada. Analisis fundamental dan analisis teknikal adalah analisis yang sering digunakan untuk mengukur nilai suatu harga saham. Analisis fundamental adalah analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan sedangkan analisis teknikal adalah analisis yang


(16)

memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar lainnya atau faktor psikologis investor dalam menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari gambaran yang telah dibuat.

Harga saham yang berlaku setiap hari selalu berubah-ubah, naik ataupun turun. Data harga saham yang diperoleh dalam penelitian inipun berfluktuasi. Peneliti berpendapat tingkat keuntungan investasi dipasar modal sangat dipengaruhi harga saham yang bersangkutan. Investor yang ingin berinvestasi, pertama kali akan melihat harga saham perusahaan, apabila harga saham perusahaan tersebut tinggi, investor cenderung akan membeli saham pada perusahaan tersebut.

Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat. Apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, harga saham merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan.

Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak negara terutama negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena pasar modal dapat menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan selain bank. Keunggulan pasar modal dibandingkan bank adalah untuk mendapatkan dana suatu perusahaan tidak perlu menyediakan agunan seperti yang disyaratkan oleh bank, melainkan menunjukkan prospek yang baik maka surat berharga akan laku terjual di pasar modal.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pergerakan harga saham yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebut juga sebagai faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen


(17)

perusahaan. Faktor internal ini berkaitan dengan pendapatan yang akan diperoleh para pemodal baik berupa dividen maupun capital gain.

Faktor eksternal merupakan faktor nonfundamental. Biasanya bersifat makro seperti situasi politik dan keamanan, perubahan nilai tukar mata uang, naik turunnya suku bunga bank dan serta rumor-rumor yang sengaja oleh spekulan atau orang-orang yang ingin mengeruk keuntungan dari situasi tersebut. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran masyarakat atas saham yang diperdagangkan di pasar modal. Sehingga juga mempengaruhi harga saham dari perusahaan, apakah akan terjadi peningkatan harga saham atau sebaliknya.

Penelitian ini hanya menganalisis faktor–faktor fundamental yang bersifat controllable (dapat dikendalikan). Rasio keuangan yang digunakan dalam pendekatan fundamental adalah Debt to Equity Ratio (DER) mewakili proporsi hutang terhadap modal usaha. Faktor tersebut digunakan sebagai variabel bebas dikarenakan bahwa faktor tersebut menggambarkan return dan risk yang akan diterima investor atas investasinya pada saham perusahaan. Faktor fundamental akan menjadi pedoman pasar di dalam menentukan harga saham perusahaan.

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemimpin atau pemilik perusahaan ialah menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan operasional perusahaan yang selalu mengalami perubahan dari periode yang satu ke periode berikutnya.

Kinerja keuangan menyangkut keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Sawir (2005), Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar


(18)

yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

Kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh modal kerja antara lain adalah pembelian material atau bahan baku, upah dan gaji karyawan, serta berbagai macam biaya yang diharapkan dapat kembali dalam waktu singkat melalui hasil penjualan. Uang yang masuk dan bersumber dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan.

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan harga saham. Diantaranya adalah Ulupui (2006), dengan judul penelitiannya yaitu

“Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI”. Nurhafni (2009), dengan judul penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal Kerja Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Industry Di Bursa Efek Indonesia”. Fanny Lumban Tobing, (2012), dengan judul

penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal Kerja Pada Laporan Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan & Minuman Di Bursa Efek Indonesia”.

Dalam hal ini, peneliti menggambil judul penelitian yaitu “Pengaruh modal terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”. Peneliti memilih perusahaan makanan dan minuman karena peneliti ingin membandingkan hasil penelitian terdahulu yang menggunakan perusahaan makanan dan minuman. Selain itu, peneliti terdahulu juga tidak meneliti pengaruh modal kerja terhadap harga saham. sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perusahaan makanan dan minuman untuk melihat apakah modal kerja mempunyai pengaruh terhadap


(19)

harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah yang di identifikasi dalam penelitian ini terbatas pada :

1. Apakah Modal Kerja Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Asset to Total Asset (CATA), dan Current Liabilities to Total Asset (CLTA) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Modal Kerja Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Asset to Total Asset (CATA), dan Current Liabilities to Total Asset (CLTA) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal kerja pada laporan keuangan terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.


(20)

Penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis saja, tetapi juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dan juga bagi peneliti selanjutnya.

1. Bagi penulis, yaitu sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti.

2. Bagi perusahaan, yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk tetap berusaha mempertahankan modal kerja perusahaan yang baik dan optimal.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan dan informasi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama dimasa yang akan datang dan sebagai bahan referensi untuk melakukan pengembangan penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja

2.1.1 Pengertian Modal Kerja

Pemahaman modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda-beda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga berbeda. Modal kerja

menurut Sawir (2005), “keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dana

yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Yang dibagi dalam tiga konsep yaitu:

1) Konsep Kuantitatif

Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

2) Konsep Kualitatif

Konsep ini menitikberatkan kualitas modal kerja suatu badan usaha atau perusahaan. Modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan selisih jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bersih (net working capital).


(22)

Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

Modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh perusahaan. Kebijakan modal kerja adalah sebuah keputusan yang diambil oleh manajer. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan resiko. Dalam manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional yaitu: 1) Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas.

2) Kemampuan memperoleh laba sebanding dengan resiko. Adapun rasio yang digunakan adalah:

1) Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap ROI

Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar.

� ��� �� � = Aktiva Lancar

Hutang Lancarx %

Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang, dan persediaan.

2) Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) terhadap ROI

Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dapat dihitung dengan rumus:


(23)

Tingkat Perputaran Modal Kerja =Tingkat PenjualanModal Kerja x %

Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah penjualan terentu. Selain itu, semakin besar rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

3) Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to Total Assets Ratio) terhadap ROI.

Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan. Dapat dihitung dengan rumus:

Rasio Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva =Jumlah Aktiva Lancar

Total Aktiva x %

Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang, dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibandingkan dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan.

4) Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities to Total Assets Ratio) terhadap ROI

Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan yang dinyatakan dalam persen. Dapat dihitung dengan rumus:

Rasio Hutang Lancar terhadap Total Aktiva =Jumlah Hutang Lancar


(24)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka pendek.

2.1.2 Pentingnya Modal Kerja

Menurut Munawir (2007), tersedianya modal kerja yang dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, effek, piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain:

1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar

2) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

3) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.


(25)

5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.

6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

2.1.3 Kebutuhan Modal Kerja

Modal kerja harus direncanakan sesuai kebutuhan, hal ini sesuai dengan

pernyataan Djarwanto (2001): “kebutuhan modal kerja harus direncanakan dengan

seksama oleh manajer keuangan karena kesalahan didalam manajemen modal kerja akan menyebabkan kesalahan yang fatal bagi perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisa. Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal yaitu:

1) Sifat umum atau tipe perusahaan

2) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang tersebut.

3) Syarat pembelian dan penjualan 4) Tingkat perputaran persediaan 5) Tingkat perputaran piutang

6) Pengaruh konjungtur (business cycle)

7) Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek 8) Pengaruh musim


(26)

9) Credit rating dari perusahaan.

2.1.4 Manajemen Modal Kerja

Menurut Sawir (2005), manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah:

1) Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.

2) Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. 3) Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari

sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

2.1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Penetapan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) Sifat dan tipe perusahaan.

Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang


(27)

digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari. Perusahaan yang memproduksi barang membutuhkan modal kerja relatif lebih besar daripada perusahaan dagang.

2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang tersebut, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu, harga pokok per satuan barang yang semakin besar juga akan membutuhkan modal kerja semakin besar pula.

3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang disediakan untuk diinvestasikan dalam persediaan ataupun barang dagangan.

4) Syarat Penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang.

5) Tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.

2.1.6 Sumber Modal Kerja

Menurut Munawir (2007), pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:


(28)

1) Hasil Operasi Perusahaan

Hasil operasi perusahaan adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

2) Keuntungan dari Penjualan Surat – Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila investasi jangka pendek itu dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja. Didalam menganalisa sumber-sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.


(29)

3) Penjualan Aktiva Tidak Lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan aktiva tersebut.

Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

4) Penjualan Saham atau Obligasi.

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu, perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.


(30)

2.1.7 Penggunaan Modal Kerja

Menurut Munawir (2007), penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut:

1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan, atau barang dagangan, perlengkapan kantor, dan pembayaran biaya-biaya lainnya.

2) Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.

3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiusn pegawai, dana expansi ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukan dana ini berarti adanya perubahan bentuk aktiva dan aktiva lancar menjadi aktiva tetap. 4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau

aktiva tidak lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi, maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali.

6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. Dengan kata lain adanya penurunan sektor


(31)

modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.

2.2 Saham

2.2.1 Pengertian Saham

Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal. Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas (Anoraga, 2006). Saham juga dapat didefenisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji, 2006).

Saham yang diperjualbelikan di pasar modal adalah saham perusahaan-perusahaan yang go public. Dengan memiliki saham suatu perusahaan akan memberikan berbagai manfaat. Manfaat yang diperoleh antara lain:

1) Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemilik saham.

2) Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.

3) Manfaat non-finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan (Anoraga, 2006).


(32)

Umumnya saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common stock) tetapi ada juga jenis saham yang lainnya. Menurut Riyanto (2008), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham diantaranya sebagai berikut:

1) Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim

a. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya berada diurutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas hak kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi.

b. Saham preferen (preferen stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat dividen. Sedangkan persamaannya antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar.

2) Berdasarkan cara pengalihannya, saham dapat dibedakan atas:

a. Saham Atas Unjuk (bearer stock), artinya saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor


(33)

lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut dalam RUPS.

b. Saham Atas Nama (registered stock), yaitu saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3) Berdasarkan kinerja perdagangan, maka saham dapat dibedakan atas:

a. Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.

c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.


(34)

d. Speculative Stocks. Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan tinggi di masa mendatang.

e. Counter Cylical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok , customer goods. Ada juga literature yang menyebutkan saham jenis ini dengan nama defensive stocks.

f. Cylical Stocks, yaitu saham emiten yang mempunyai masa kemakmuran pada masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan menghasilkan penjualan pesat menjelang tahun ajaran baru dimulai perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang memproduksi seragam sekolah.

g. Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian. Perusahaan seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki produk yang berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya kecil dan seringkali dilakukan karena dipaksa akibat adanya peraturan.


(35)

2.3 Harga saham

2.3.1 Pengertian Harga Saham

Harga saham menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung turun. Harga saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu harga pasar dan harga teoritis atau nilai instrinsik (Brigham dan Houston, 2006).

Harga saham adalah aktual saham di pasar modal, sedangkan nilai instrinsik adalah present value arus kas (return) yang diharapkan dari sebuah saham pada periode tertentu. Harga pasar suatu saham dibedakan menjadi harga pasar rata-rata selama satu periode, harga pembukaan pada suatu periode (open price) dan harga penutupan pada suatu periode (closing price).

2.3.2 Jenis Harga Saham

Harga saham ditentukan oleh harga yang terjadi pada saat harga saham tersebut pertama kali diterbitkan perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public offering) yaitu dipasar perdana pada saat saham tersebut diperjualbelikan di pasar sekunder. Menurut situs www.infovesta.com mengemukakan bahwa ada beberapa jenis saham yaitu:


(36)

Harga saham yang tergabung dalam sektor-sektor tertentu yang ada di Bursa Efek Indonesia.

b. Harga Saham Gabungan

Harga saham semua perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. c. Harga Saham Individual

Harga saham dari masing- masing saham terhadap harga dasarnya. d. Harga Saham LQ45

Harga saham dengan 45 saham unggulan yaitu terlikuiditasi tinggi dan kapitalisasi pasar yang tinggi.

e. Harga Saham JII

Harga saham perusahaan menurut syariat islam f. Harga Saham Kompas 100

Harga saham perusahaan yang tergabung dalam 100 besar perusahaan pilihan menurut harian surat kabar kompas.

Menurut Sawidji Widoatmojo, (1996:46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): a.Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya harga nominal membenkan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan

Berdasarkan Nilai nominal. b. Harga Perdana


(37)

Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan harga perdana.

c.Harga pasar

Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari irwestor yang satu dengan investor yang lam. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten daii penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan yaitu harga saham terjadi ketika pertama kali perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) dimana harga saham ditetapkan perusahaan. Dan yang kedua harga yang terjadi ketika dipasar sekunder disebabkan karena kekuatan pasar yaitu permintaan dan penawaran saham tersebut. Sedangkan pada saat harga saham tersebut diperjualbelikan di lantai bursa maka harga saham tersebut dapat bermacam-macam sesuai dengan jenis saham perusahaan tersebut.

2.4 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan harga saham. Diantaranya adalah Ulupui (2006), dengan judul penelitiannya yaitu


(38)

“Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI”. Nurhafni (2009), dengan judul penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal Kerja Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Industry Di Bursa Efek Indonesia”. Fanny Lumban Tobing (2012), dengan judul

penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal Kerja Pada Laporan Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan & Minuman Di Bursa Efek Indonesia”.

Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Tabel Peneliti Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1 Ulupui Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. (2006)

Variabel independen: Current ratio, ROA, DER

Variabel

dependen: Harga Saham

Hasil penelitian ini adalah current ratio dan ROA berpengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan DER hasilnya positif tetapi tidak signifikan.


(39)

2 Nurhafni Pengaruh Modal Kerja Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Industry Di Bursa Efek Indonesia (2009)

Variabel independen: Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja.

Variabel

dependen: Harga saham

Secara parsial dan simultan terdapat pengaruh variabel modal kerja kerja dan perputaran modal kerja terhadap harga saham perusahaan consumer goods industry di Bursa Efek Indonesia.

3 Fanny Lumban Tobing

Pengaruh Modal Kerja Pada Laporan

Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan & Minuman Di Bursa Efek Indonesia (2012)

Variabel

independen: CR, WCT, CATA, CLTA

Variabel

dependen: Harga saham

Secara parsial, WCT,Berpengaruh Siknifikan Terhadap Harga Saham.

CR,CATA, dan CLTA Tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara serempak CR, WCT, CATA, dan CLTA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(40)

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Hal ini berarti kerangka konseptual menjelaskan pengaruh modal kerja terhadap harga saham.

Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1 Modal kerja (X)

H2

H3

H4

H5 Current Ratio (X1)

Working Capital Turnover (X2)

Current Assets to Total Assets (X3)

Current Liabilities to Total Assets (X4)


(41)

Pada penelitian ini, variabel dependen dalam penelitian ini adalah modal kerja, yaitu keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja dapat diukur dengan menggunakan current ratio, working capital turnover, current assets to total assets, current liabilities to total

assets . Modal kerja dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

1) Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap Harga Saham

Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang, dan persediaan. Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa current Ratio berpengaruh terhadap Harga saham

2) Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) terhadap Harga Saham

Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah penjualan terentu. Selain itu, semakin besar rasio ini


(42)

menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio perputaran modal kerja mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

3.) Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to Total Assets Ratio) terhadap Harga Saham

Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan.

Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang, dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibandingkan dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan.

Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva mempunyai pengaruh terhadap harga saham. 4.) Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities

to Total Assets Ratio) terhadap Harga Saham

Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan yang dinyatakan dalam persen

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka pendek.

Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva mempunyai pengaruh terhadap harga saham.


(43)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2010). Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1: Current Ratio, Working Capital Turnover, Current Asset to Total Asset, dan Current Liabilities to Total Asset secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

H2: Current Ratio secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.

H3: Working Capital Turnover secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.

H4: Current Assets to Total Asset secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitan asosiatif manual adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Desain asosiatif kausal ini bertujuan untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain.

Pembuktian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan empat variabel bebas sebagai berikut:

= � + � + � + � + � + �

Dimana: Y = Variabel Harga Saham

a = Konstanta

� ,� ,� , � = Koefisian Regresi

= Variabel CR = Variabel WCT = Variabel CATA = Variabel CLTA


(45)

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009-2012, yaitu sebanyak 15 perusahaan.

Tabel 3.1 Populasi sampel

Seluruh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009-2012

No Kode Nama Perusahaan

1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 2 AQUA PT Aqua Golden Missippi Tbk 3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 5 FAST PT Fastfood Indonesia Tbk 6 DAVO PT Davomas Abad Tbk

7 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 8 PSDN PT Prashida Aneka Niagara Tbk 9 SKLT PT Sekar Laut Tbk

10 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 11 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk


(46)

12 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 13 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk

14 MYOR PT Mayora Indah Tbk 15 STTP PT Siantar Top Tbk

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Berikut ini merupakan tiga kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan peneliti:

1. Sampel merupakan perusahaan makanan dan minuman yang masih terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009-2012.

2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan selama periode tahun 2009-2012

3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba selama periode tahun 2009-2012.

Berdasarkan tiga kriteria tersebut, maka sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan.


(47)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 2 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

3 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 4 FAST PT Fastfood Indonesia Tbk 5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 6 PSDN PT Prashida Aneka Niagara Tbk 7 SKLT PT Sekar Laut Tbk

8 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 9 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

10 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

3.3. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya, data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk simbol, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari website bursa efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id dan dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

Data dalam penelitian ini adalah kombinasi antara data time series dengan data cross section. Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena


(48)

tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu. Data cross section merupakan sekumpulan data dari fenomena tertentu dalam satu kurun waktu tertentu.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan, maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh melalui media internet dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang diperlukan dalam penelitian ini melalui situs www.idx.co.id dan dari ICMD (Indonesia Capital Martket Directory).

3.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Defenisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset. Berikut ini adalah dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel Dependen atau Variabel Terikat

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Di dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah harga saham pada perusahaan makanan dam minuman di bursa efek Indonesia. Saham merupakan surat bukti pemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan


(49)

terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecil modal yang disetor.

2. Variabel Independen atau Variabel Bebas

Variabel Independen atau Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulya atau berubahnya variabel dependen atau variabel terikat (Sugiyono, 2010). Di dala penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah modal kerja yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman di bursa efek Indonesia. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.

3.6. Metode Analisis Data

Keseluruhan data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisi data, peneliti menggunakan program SPSS versi 17. Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode analisis statistik.

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

Peneliti terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,


(50)

2006). Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006). Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilihat untuk mendeteksi multikolinearitas pada suatu model.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu, maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas .


(51)

Menurut (Ghozali, 2006), dasar analisis untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta tidak menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Pengujian autokorekasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model, dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendeteksi angka 2. Jika nilai Durbin Watson hitung mendekati atau disekitar angka 2, maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah Noautocorrelation.

3.6.2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya.


(52)

Uji f digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji dikatakan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Berikut ini adalah ketentuan yang digunakan:

Ho diterima dan H1 ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 5% Ho ditolak dan H1 diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 5 %.

b. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Berikut ini adalah ketentuan yang digunakan:

Ho diterima dan H1 ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5%


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2012 (4 tahun). Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini:

Tabel 4.1

Nama-nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian

Sumber: Data diolah penulis

Adapun perusahaan-perusahaan yang dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Sampel merupakan perusahaan makanan dan minuman yang masih terdaftar di

No Kode Emiten

1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 2 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

3 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 4 FAST PT Fastfood Indonesia Tbk 5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 6 PSDN PT Prashida Aneka Niagara Tbk 7 SKLT PT Sekar Laut Tbk

8 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 9 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk


(54)

2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan selama periode tahun 2009-2012.

3. Perusahaan makanan dan minuman tersebut memperoleh laba selama periode pengamatan.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Data penelitian ini didasarkan pada laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi setiap perusahaan. Dalam penelitian ini harga saham merupakan variabel dependen, sedangkan rasio-rasio modal kerja yang digunakan sebagai variabel independen adalah Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Asset to Total Asset (CATA), Current Liabilities to Total Asset (CLTA).

4.2.1. Current Ratio Pada Perusahaan Makanan Minuman di BEI periode tahun 2009-2012

Current Ratio dalam penelitian ini adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dalam hal ini, current ratio diukur dengan membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar.

Besarnya current ratio pada 10 sampel perusahaan makanan dan minuman adalah sebagai berikut:

Table 4.2 Current Ratio


(55)

No. Emiten

Current Ratio (%)

2009 2010 2011 2012

1. ADES 2,56 1,51 1,71 1,94

2. CEKA 4,80 1,68 1,79 1,44

3. DLTA 1,20 1,29 1,90 5,26

4. FAST 2,12 2,01 1,52 1,77

5. INDF 4,53 6,33 6,01 2,00

6. PSDN 1,59 1,71 1,80 1,56

7. SKLT 1,67 1,53 1,96 1,42

8. SMAR 1,90 1,93 1,70 2,10

9. AISA 1,57 1,38 1,66 1,27

10. ULTJ 1,16 2,04 2,01 2,19

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (diolah)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Current Ratio (CR) tertinggi sebesar 6,33% (PT Indofood Sukses Makmur Tbk) tahun 2010 dan nilai Current Ratio terendah sebesar 1,16% (PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk) tahun 2009.

Dalam tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa current ratio (CR) masing-masing perusahaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan maupun penurunan. Peningkatan dapat disebabkan karena adanya penambahan kas yang dapat diperoleh karena bertambahnya penjualan secara tunai ataupun karena pelunasan piutang, peningkatan piutang karena belum tertagih, dan peningkatan persediaan karena masih terdapat persediaan yang tersimpan di gudang.Selain itu bisa dikarenakan adanya penurunan dari utang lancarnya yang disebabkan karena perusahaan telah melunasi kewajiban lancarnya.

Sedangkan penurunan rasio ini dapat disebabkan karena adanya penurunan aktiva lancar dan peningkatan utang lancar. Penurunan aktiva lancar bisa disebabkan karena adanya pengurangan kas yang digunakan untuk membayar utang maupun membeli bahan baku, dan berkurangnya jumlah persediaan yang tersimpan di gudang. Sedangkan


(56)

peningkatan utang lancar disebabkan karena perusahaan memperoleh tambahan dana dari pihak kreditor ataupun perusahaan belum melunasi kewajiban lancarnya.

4.2.2. Working Capital Turnover Pada Perusahaan Makanan Minuman di BEI periode tahun 2009-2012

Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Besarnya working capital turnover pada 10 sampel perusahaan makanan dan minuman adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Working Capital Turnover

No. Emiten

Working Capital Turnover (%)

2009 2010 2011 2012

1. ADES 3,61 4,90 5,60 1,94

2. CEKA 3,98 2,78 5,01 1,44

3. DLTA 7,04 4,77 2,15 5,26

4. FAST 3,77 4,11 0,76 1,77

5. INDF 2,65 25,30 2,90 2,00

6. PSDN 13,07 12,6 9,96 1,56

7. SKLT 7,78 9,47 8,68 1,42

8. SMAR 0,69 0,77 0,81 2,10

9. AISA 7,98 12,5 12,66 1,27

10. ULTJ 20,56 3,86 3,98 2,19

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (diolah)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai working capital turnover (WCT) pada tahun 2009, nilai WCT tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Prashida Aneka Niagara Tbk yaitu sebesar 13,07% dan nilai WCT terendah dimiliki oleh perusahaan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk yaitu sebesar 0,69%. Pada


(57)

tahun 2010, nilai WCT tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 25,30% dan nilai WCT yang terendah dimiliki oleh perusahaan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk yaitu sebesar 0,77%. Pada tahun 2011, nilai WCT tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu sebesar 12,66% dan nilai WCT yang terendah dimiliki oleh perusahaan PT Fastfood Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,76%. Pada tahun 2012, nilai WCT tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Delta Djakarta Tbk yaitu sebesar 5,26% dan nilai terendah dimiliki oleh perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu sebesar 1,27%. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai WCT tertinggi selama 5 tahun sejak tahun 2009-20012.

4.2.3. Current Assets to Total Assets Ratio Pada Perusahaan Makanan Minuman di BEI periode tahun 2009-2012

Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan. Besarnya current assets to total assets pada 10 sampel perusahaan makanan dan minuman adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Current Assets to Total Assets Ratio

No. Emiten

Current Assets to Total Assets (%)

2009 2010 2011 2012

1. ADES 0,38 0,41 0,41 0,50

2. CEKA 0,67 0,86 0,85 0,80

3. DLTA 0,29 0,34 0,58 0,85

4. FAST 0,47 0,58 0,42 0,45


(58)

7. SKLT 0,45 0,50 0,54 0,50

8. SMAR 0,45 0,57 0,50 0,45

9. AISA 0,58 0,65 0,76 0,40

10. ULTJ 0,32 0,42 0,46 0,49

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (diolah)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa current assets to total assets (CATA) pada tahun 2009, nilai CATA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 0,81% dan nilai CATA terendah dimiliki oleh perusahaan PT Delta Djakarta Tbk yaitu sebesar 0,29%. Pada tahun 2010, nilai CATA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Cahaya Kalbar Tbk yaitu sebesar 0,86% dan nilai CATA yang terendah dimiliki oleh perusahaan PT Delta Djakarta Tbk sebesar 0,34%. Pada tahun 2011, nilai CATA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Cahaya Kalbar Tbk yaitu sebesar 0,85% dan nilai CATA yang terendah dimiliki oleh perusahaan PT Akasha Wira International Tbk yaitu sebesar 0,41%. Pada tahun 2012, nilai CATA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Delta Djakarta Tbk yaitu sebesar 0,85% dan nilai terendah dimiliki oleh perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu sebesar 0,40%. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT Delta Djakarta Tbk memiliki nilai CATA tertinggi berturut-turut selama 5 tahun sejak tahun 2005-2009.

4.2.4. Current Liabilities to Total Assets Ratio Pada Perusahaan Makanan Minuman di BEI periode tahun 2009-2012

Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan yang dinyatakan dalam persen. Besarnya CLTA pada 10 sampel perusahaan makanan dan minuman adalah sebagai berikut:


(59)

Tabel 4.5

Current Liabilities to Total Assets

No. Emiten

Current Liabilities to Total Assets (%)

2009 2010 2011 2012

1. ADES 0,17 0,37 0,24 0,25

2. CEKA 0,14 0,55 0,46 0,55

3. DLTA 0,24 0,37 0,25 0,16

4. FAST 0,22 0,24 0,38 0,25

5. INDF 0,18 0,13 0,14 0,22

6. PSDN 0,31 0,36 0,27 0,35

7. SKLT 0,27 0,33 0,30 0,36

8. SMAR 0,24 0,25 0,39 0,22

9. AISA 0,38 0,57 0,43 0,31

10. ULTJ 0,28 0,21 0,24 0,25

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (diolah)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa current liabilities to total assets (CLTA) pada tahun 2009, nilai CLTA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu sebesar 0,38% dan nilai CLTA terendah dimiliki oleh perusahaan PT Cahaya Kalbar Tbk yaitu sebesar 0,14%. Pada tahun 2010, nilai CLTA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu sebesar 0,57% dan nilai CLTA yang terendah dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0,13%. Pada tahun 2011, nilai CLTA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Cahaya Kalbar Tbk yaitu sebesar 0,46% dan nilai CLTA yang terendah dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 0,14%. Pada tahun 2012, nilai CLTA tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Cahaya Kalbar Tbk yaitu sebesar 0,55% dan nilai terendah dimiliki oleh perusahaan PT Delta Djakarta Tbk yaitu sebesar 0,16%. Dari


(60)

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk memiliki nilai CLTA tertinggi selama 5 tahun sejak tahun 2005-2009.

4.2.5. Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Minuman di BEI periode tahun 2009-2012

Deskripsi umum harga saham selama periode 2009-2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Harga Saham

No. Emiten

Harga Saham (Rp)

2009 2010 2011 2012

1. ADES 720 850 1.280 1.280

2. CEKA 1.440 1.150 1.050 1.050

3. DLTA 389 558 695 695

4. FAST 610 1.140 1.280 1.280

5. INDF 49.500 93.000 125.000 125.000 6. PSDN 3.392 7.269 9.300 9.300 7. SKLT 3.400 3.450 6.600 6.600

8. SMAR 100 140 140 140

9. AISA 100 110 300 300

10. ULTJ 2.725 5.450 5.650 5.650 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan nilai variabel terikat yaitu harga saham pada masing-masing perusahaan makanan dan minuman yang termasuk dalam populasi penelitian selama periode 2009-2012. Nilai variabel harga saham dalam penelitian ini menggunakan harga saham rata-rata bulan desember sejak tahun 2009 sampai tahun 2011.

Pada tahun 2009, rata-rata harga saham tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar Rp.49.500 dan rata-rata harga saham


(61)

terendah dimiliki oleh perusahaan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk dan perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu sebesar Rp.100. Pada tahun 2010, rata-rata harga saham tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar Rp.93.000 dan rata-rata harga saham terendah dimiliki oleh perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu sebesar Rp.110.

Pada tahun 2011,rata-rata harga saham tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar Rp.125.000 dan rata-rata harga saham terendah dimiliki oleh perusahaan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk yaitu sebesar Rp.140. Pada tahun 2012, rata-rata harga saham tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar Rp.125.000 dan rata-rata harga saham terendah dimiliki oleh perusahaan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk Rp.140. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai harga saham tertinggi berturut-turut selama 5 tahun sejak tahun 2005-2009.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis peneliti terlebih dahulu melakukan perhitungan rasio-rasio pada variabel independen dan melakukan perhitungan perubahan laba pada masing- masing perusahaan sebagai variabel dependen.

4.3.1. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan agar dapat memberikan gambaran terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan empat variabel-variabel


(62)

independen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan current ratio (CR), working capital turnover (WCT), current assets to total assets (CATA) dan current liabilities to total assets (CLTA) terhadap harga saham.. Deskriptif variabel atas data yang dilakukan selama lima tahun, sehingga jumlah data secara keseluruhan yang diamati berjumlah 40 sampel.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Descriptive Statistic

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Harga.Saham 11952.0750 30843.19844 40

CR 2.1880 1.28169 40

WCT 5.6413 5.43940 40

CATA .5465 .15962 40

CLTA .2958 .11003 40

Sumber: Data diolah penulis

Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel. Selain itu, diketahui bahwa rata-rata Harga


(1)

Hasil Uji Normalitas (1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.44918296E4

Most Extreme Differences

Absolute .302

Positive .302

Negative -.259

Kolmogorov-Smirnov Z 1.911

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Hasil Uji Normalitas (2)

Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.62793546

Most Extreme Differences

Absolute .097

Positive .078

Negative -.097

Kolmogorov-Smirnov Z .613

Asymp. Sig. (2-tailed) .847

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

(4)

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficients

a

Model

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

1

(Constant)

LN_CR .065 15.319

LN_WCT .995 1.005

LN_CATA .158 6.322

LN_CLTA .096 10.440


(5)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Auto korelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .504a .254 .168 1.71844 1.471

a. Predictors: (Constant), LN_CLTA, LN_CATA, LN_WCT, LN_CR b. Dependent Variable: LN_Harga.Saham


(6)

Hasil Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 35.134 4 8.784 2.974 .032a

Residual 103.357 35 2.953

Total 138.491 39

a. Predictors: (Constant), LN_CLTA, LN_CATA, LN_WCT, LN_CR b. Dependent Variable: LN_Harga.Saham

Hasil Uji-t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.954 1.250 3.964 .000

LN_CR 1.988 2.559 .444 .777 .442

LN_WCT .394 .297 .194 1.328 .193

LN_CATA -.446 2.451 -.067 -.182 .857

LN_CLTA -.263 2.418 -.051 -.109 .914

a. Dependent Variable: LN_Harga.Saham

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .504a .254 .168 1.71844

a. Predictors: (Constant), LN_CLTA, LN_CATA, LN_WCT, LN_CR b. Dependent Variable: LN_Harga.Saham